Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
Emilia Christiana Fernandez
09.156.01.11.021
&
Kassa Johan
09.156.01.11.034
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.
Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Akan tetapi berkat bimbingan serta pengajaran yang diberikan oleh pembimbing,
maka kami dapat menyelesaikan makalah ini, untuk itu kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada,
1. Ibu Ns. Dede Kurniati, S. Kep selaku dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dengan baik serta partsipasinya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, dan petunjuk bagi pembaca secara
umum. Kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar I
Daftar Isi II
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
Bab II Pembahasan 3
2.1 Insiden 3
2.2 Klasifikasi 3
2.3 Hemodinamik 4
2.4 Gambaran Klinis 5
2.5 Pemeriksaan Radiologis 7
2.6 Kateterisasi Jantung dan Angiokardiografi 7
2.7 Penutupan Defek dengan Kateter 8
Bab III Penutup 9
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Kritik dan Saran 9
Daftar Pustaka 10
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung bawaan non-sianotik bagian terbesar dari seluruh penyakit jantung
bawaan. Sesuai dengan namanya, pada pasien penyakit jantung bawaan non-sianotik ini
tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis. Didalam kelompok ini defek septum ventrikel
merupakan kelainan yang paling sering ditemukan, dan merupakan 30% dari seluruh
penyakit jantung bawaan. Defek septum atrium merupakan kelainan kedua yang sering juga
ditemukan, disusul oleh duktus arteriosus persisten dan stenosis pulmonal. Stenosis aorta
serta koarktasio aorta, dan lesi jantung kiri lainnya, yang dilaporkan banyak ditemukan pada
orang berkulit putih, sangat jarang ditemukan di Indonesia. Hal serupa juga dilaporkan di
banyak Negara Asia.
Bergantung pada ada atau tidaknya pirau, kelompok ini dapat dibagi menjadi: (1)
Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan pirau kiri ke kanan, yakni defek septum
ventrikel, defek septum atrium, defek septum atrioventrikularis, duktus arteriosus persisten,
(2) Penyakit jantung bawaan non-sianotik tanpa pirau, yakni stenosis pulmonal, stenosis
aorta, serta koarktasio aorta.
Makalah ini akan menguraikan lebih terperinci mengenai salah satu penyakit jantung
bawaan non-sianotik yaitu Defek Septum Ventrikel.
1.2 Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat
tugas kuliah Ilmu Kesehatan Anak tentang Defek Septum Ventrikel sekaligus menjadi
penilaian tugas kelompok.
1.2.2. Tujuan Khusus
Memberikan pemahaman lebih mendalam tentang VSD atau Defek Septum
Ventrikel.
Membantu mahasiswa agar lebih mudah memahami dan mempelajari
penyakit VSD.
Membantu pemahaman tentang pengobatan VSD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Klasifikasi
Secara garis besar septum ventrikel dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu septum
ventrikel pars membranasea yang terletak di bagian atas, dan septum ventrikel pars
muskularis. Sebagian besar defek terdapat pada pars membranasea (defek membran), akan
tetapi karena hamper selalu mencakup bagian muscular yang berdekatan, maka kelainan
inilebih sering disebut sebagai defek perimembran. Defek ini dibagi lagi berdasarkan pada
tempatnya, apakah didaerah jalan keluar ventrikel (disebut defek perimembran outlet),
dekat katup atrioventrikular (defek perimembran inlet), atau didekat trabekula.
Jenis kedua adalah defek pada pars muskularis, disebut sebagai defek septum ventrikel
muscular. Jenis ketiga adalah defek yang terdapat tepat dibawah katup kedua arteri besar
(aorta dan arteri pulmonalis), yang disebut pula sebagai defek subarterial, atau doubly
committed subarterial defect atau defek septum ventrikel tipe Oriental, karena lebih banyak
ditemukan pada orang Asia disbanding pada orang kulit putih. Atap defek ini adalah
pertemuan antara annulus katup aorta dan katup pulmonal, sedangkan sisanya adalah
septum muscular outlet. Defek ini dahulu disebut sebagai defek suprakristal. Dengan
demikian maka defek septum ventrikel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Defek septum ventrikel perimembran, yang dibagi menjadi:
Defek perimembran inlet mengarah ke posterior ke daerah inlet septum
Defek perimembran outlet mengarah ke depan, dibawah akar aorta ke dalam
septum pars muskularis
Defek trabecular mengarah ke bawah, kea rah septum trabekularis
Defek perimembran konfluen, yang mencakup ketiga bagian septum muscular,
sehingga merupakan defek yang besar
2. Defek septum ventrikel muscular, dibagi menjadi:
Defek muscular inlet
Defek muscular trabecular
Defek muscular outlet
3. Defek subarterial (doubly committed subarterial defect)
Defek septum ventrikel biasanya bersifat tunggal, namun dapat berupa defek multiple,
khususnya defek yang terdapat pada pars muskularis septum. Defek septum ventrikel
muscular multiple disebut pula sebagai Swiss cheese ventricular septal defects. Pirau pada
defek septum ventrikel pada umumnya terjadi dengan arah dari ventrikel kiri ke kanan.
Akan tetapi terdapat defek septum ventrikel perimembran yang memiliki pirau dari ventrikel
kiri kearah atrium kanan yang disebut Gerbode defect, suatu kelainan yang jarang
ditemukan.
Menurut besarnya defek septum ventrikel diklasifikasikan menjadi defek septum
ventrikel kecil (luas defek kurang dari 5 mm2/m2 luas permukaan tubuh), sedang (luas defek
5-10 mm2/m2 luas permukaan tubuh), dan besar (luas defek lebih dari setengah diameter
aorta atau lebih dari 10 mm2/m2 luas permukaan tubuh)
2.3 Hemodinamik
Defek Septum Ventrikel Kecil
Pada defek ini, hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal, sehingga tidak terjadi
gangguan hemodinamik yang berarti. Kelainan ini dikenal dengan nama maladie de Roger
(penyakit Roger). Kira-kira 70% pasien dengan defek kecil menutup spontan dalam 10 tahun,
sebagian besar dalam 2 tahun pertama. Bila setelah berusia 2 tahun defek tidak menutup,
maka kemungkinannya menutup secara spontan adalah kecil.
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Kedokteran EGC. Jakarta, 1996.