Você está na página 1de 12

TAHAPAN POST 

OPERATIF DAN KOMPLIKASINYA


DALAM KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Pengertian
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu: keperawatan pre operatif ,keperawatan intra operatif, dan keperawatan
post operatif.
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman dan nyaman. Fase postoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah.

B. Fokus
Mengkaji efek dari agen anastesi
Memantau fungsi vital
Mencegah komplikasi
Aktivitas keperawatan berfokus pada :
1. Tingkat penyembuhan pasien dengan melakukan penyuluhan
2. Tindak lanjut serta rujukan penting untuk penyembuhan yang berhasil
3. Rehabilitasi diikuti oleh pemulangan

C. Ruang Perawatan Pasca Anesthesia

Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah, dekat
dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul
keadaan gawat pasca-bedah, pasien dapat segera diberi pertolongan.
Selama belum sadar betul, pasien dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi, pasien
diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh perawat yang berkompeten di
bidangnya (ahli dan berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang tidak
berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada di RR. Sirkulasi
udara harus lancar dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila perlu dipasang AC.
Bila pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus,
perafasan lancar-adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score), barulah
pasien dipindahkan ke kamarnya semula (bangsal perawatan).

Syarat Ruangan Recovery Room:


1. Tenang, bersih dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan
2. Warna ruangan lembut dan menyenangkan
3. Pencahayaan tidak langsung
4. Plafon kedap suara
5. Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex : karet pelindung tempat tidur
supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur)
6. Tersedia peralatan standart : alat bantu pernafasan; oksigen, laringoskop, set trakeostomi,
peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanis dan perlatan suction)
7. Peralatan kebutuhan sirkulasi : aparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma
ekspander, set intravena, defibrilator, kateter vena, dan tourniquet
8. Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan
9. Set kateterisasi dan peralatan drainage
10. Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, aman dan dapat digerakkan
dengan mudah
11. Suhu ruangan berkisar antara 20 –22.2oC dengan ventilasi ruangan yang baik.

Tugas Perawat di Recovery Room:


1. Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernafasan setiap 15 menit, lalu setiap 30
menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik, pemeriksaan dapat
diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus, lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula
bila ada tanda-tanda syok, perdarahan dan menggigil.
2. Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga diperhatikan
3. Jagalah agar saluran pernafasan tetap lancar. Pasien yang muntah dimiringkan kepalanya,
kemudian bersihkan hidung dan mulutnya dari sisa muntahan. Bila perlu, suction sisa
muntahan dari tenggorokan.
4. Pasien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidakmenyumbat saluran pernafasan.
Bila perlu, pasang bantal di bawah punggung, sehingga kepala berada dalam sikap
mendongak. Pada pasien dengan laparatomi, tekuk sedikit lututnya agar perut menjadi
lemas dan tidak merenggangkan jahitan luka.
5. Usahakan agar pasien bersikap tenang dan rileks.
6. Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang perawat anggap perlu untuk
mendapatkan perhatian, termasuk gejala yang “tampaknya” tidak berbahaya.

D. Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room


Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan bila kriteria berikut sudah bisa dipenuhi :
1. Gejala vital stabil dan fungsi respiratori serta sirkulatori sempurna.
2. Pasien sudah bangun atau mudah bangun dan bisa memanggil bila ada keperluan.
3. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi dengan cermat dan terkendali.
4. Setelah anastesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih kembali pada
daerah yang terkena anastesi.
5. Pasien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik, fungsi ventilasi yang baik, nyeri
dan mual minimal, pengeluaran urin yang adekuat, dan cairan elektrolitnya seimbang.
Pasien-pasien yang sakit akut yang memerlukan pengawasan ketat dipindahkan ke unit
intensif. Umumnya kebanyakan pasien dipindahkan ke unit klinis. Unit diberi tahu bahwa
akan datang pasien dan semua informasi yang tepat mengenai status pasien dikomunikasikan
pada perawat yang akan meneruskan asuhan keperawatan pasca bedah. Perawat dari ruang
pemulihan membuat ringkasan tentang catatan sebelum pasien meninggalkan ruang
pemulihan.

E. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery Room


Pada saat pasien siap dipindahkan dari Recovery Room, petugas memberitahu pada
divisi keperawatan tentang kedatangan  pasien. Hal ini akan memudahkan petugas
keperawatan untuk memberi informasi kepada anggota keluarga pasien tentang tindakan
pembedahan yang telah dijalani pasien. Perawat biasanya menganjurkan anggota keluarga
tetap berada diruang tunggu sehingga mereka dapat ditemukan jika dokter bedah datang
untuk menjelaskan kondisi pasien. Dokter bedah akan memberikan gambaran tentang status
pasien, hasil pembedahan dan adanya komplikasi.
Rasa cemas akan meningkat jika dokter bedah menginformasikan pada keluarga
tentang lamanya pembedahan dan jika pasien masih berada dalam ruang operasi melebihi
waktu yang diperkirakan. Perawat dapat membantu keluarga menghilangkan rasa khawatir
dengan menjelaskan alasan penundaan yang normal, seperti perlunya persiapan ruang operasi
atau adanya keterlambatan pada pembedahan sebelumnya. Apabila lama pasien berada di RR
bertambah, perawat dapat menjelaskan pada keluarga bahwa pasien lebih lama disana untuk
diobservasi. Apabila pasien mengalami komplikasi, dokter bedah bertanggung jawab untuk
menjelaskan tentang apa yang terjadi selama pembedahan berlangsung.

1. Persiapan di unit klinis.


Ruang pasien dipersiapkan sehingga memberi fasilitas kepada kepindahan pasien
serta dilaksanakan pemantauan. Keluarga diberitahu bahwa pasien akan kembali.
Banyak ahli bedah suka menceritakan hasil bedah dengan keluarganya segera
setelah operasi usai dan mengunjungi pasien dan menceritakan apa yang ditemukan secara
singkat dan memberi jaminan. Keluarga pasien kebanyakan suka cemas tentang kondisi
pasien dan suka tidak bisa menanggapi apa yang ahli bedah terangkan kepada mereka.
Pasien sering menderita amnesia pada jam-jam pertama mulai sadar dan tidak dapat
mengingat apa yang sudah dikatakan kepadanya.
Perawat harus mengetahui apa yang sudah dikatakan kepada pasien dan
keluarganya sehingga bisa memberi jawaban jika mereka ditanya. Keluarga juga harus
mengetahui apa yang diharapkan bila pasien kembali ke unit.

2. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah.


1. Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar perpindahan berjalan
lancar.
2. Disiapkan cukup selimut (pasien masih suka kedinginan).
3. Perintang-perintang lalu lintas dipindahkan.
4. Persiapan perlengkapan :
1)      Tiang infus
2)      Sphygmomanometer
3)      Alat khusus yang dipesan oleh perawat ruang pemulihan.

F. Komplikasi Pasca Operatif.


1. Syok.
Syok adalah komplikasi pasca operatif yang paling serius. Digambarkan sebagai
tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan untuk
mengekspresikan produk sampah metabolisme.
Tekanan darah rendah dan urine pekat.Meskipun terdapat banyak jenis syok,
definisi dasar tentang syok secara umum berpusat pada suatu ketidakadekuatan aliran
darah ke organ-organ vital dan ketidakmampuan jaringan dari organ-organ ini untuk
menggunakan oksigen dan nutrien lain.
Manifestasi Klinis :
1. Pucat.
2. Kulit dingin dan terasa basah.
3. Pernafasan cepat.
4. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah.
5. Nadi cepat, lemah dan bergetar.
6. Penurunan tekanan nadi.
Pencegahan :
1. Terapi penggantian cairan.
2. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum.
3. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan
menggunakan narkotik secara bijaksana.
4. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi).
5. Ruangan tenang untuk mencegah stres.
6. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi.
7. Pemantauan tanda vital.
Penatalaksanaan Medis :
1. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan.
2. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan.
3. Pemantauan status pernafasan dan CV.
4. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika
diindikasikan.
5. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah,
albumin, plasma atau pengganti plasma).
6. Penggunaan beberapa jalur intravena.
Terapi obat :
Kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi
cairan dan edema).
Intervensi Keperawatan
Perawat membantu dalam melaksanakan pengobatan yang diresepkan. Tekanan
darah pasien harus dipantau dengan konstan. Pasien dijaga agar tetap berbaring datar
ketika obat ini diberikan. Jika tekanan darah sistolik terus menurun, medikasi dihentikan
dan cairan ditingkatkan.

Tindakan keperawatan berikut diindikasikan:


1. Dukungan psikologis diberikan, dan penggunaan energi pasien dikurangi. Reaksi
pasien terhadap pengobatan dikaji, dan istirahat ditingkatkan. Dukungan dan
penenangan diberikan untuk menghilangkan kegelisahan, sedatif diberikan dengan
waspada sehingga sirkulasi tidak tertekan lebih jauh.
2. Pasien dijaga agar tetap hangat, karena hipotermia mengurangi oksigenasi jaringan.
Hipotermia juga mempengaruhi sirkulasi perifer.
3. Pasien diubah posisinya setiap 2 jam, dan dorong pasien agar melakukan napas dalam
untuk meningkatkan fungsi optimal kardiopulmonari.
4. Komplikasi dicegah dengan mengamati semua parameter dan memantau pasien
dengan ketat dalam 24 jam periode setelah awitan syok. Komplikasi yang umum
adalah edema perifer dan pulmonal akibat kelebihan cairan, yang diakibatkan oleh
pemberian cairan yang lebih cepat dibanding dengan yang dapat diakomodasi oleh
tubuh.
5. Semua pengamatan dan intervensi didokumentasikan.

2. Hemorrhagi (Perdarahan)
Hemorrhagi dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Hemorrhagi Primer : terjadi pada waktu pembedahan.
2. Hemorrhagi Intermedian : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan
darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman
dari pembuluh darah yang tidak terikat.
3. Hemorrhagi Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena
pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami
erosi oleh selang drainage.
Manifestasi Klinis:
Gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi
meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan
pasien melemah.
Penatalaksanaan :
1. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
2. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
3. Inspeksi luka bedah
4. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
5. Transfusi darah atau produk darah lainnya
6. Observasi VS.

3. Trombosis Vena Profunda (TVP)


Trombosis Vena Profunda (TVP) adalah trombisis pada vena yang letaknya dalam
dan bukan superfisial. Dua komplikasi serius dari TVP adalah embolisme pulmonari dan
sindrom pasca flebitis.
Manifestasi klinis :
1. Nyeri atau kram pada betis
2. Demam, menggigil dan perspirasi
3. Edema
4. Vena menonjol dan teraba lebih mudah
Pencegahan :
1. Latihan tungkai
2. Pemberian Heparin atau Warfarin dosis rendah
3. Menghindari penggunaan selimut yang digulung, bantal yang digulung atau bentuk
lain untuk meninggikan yang dapat menyumbat pembuluh di bawah lutut
4. Menghindari menjuntai kaki di sisi tempat tidur dalam waktu yang lama
Penatalaksanaan Medis :
1. Ligasi vena femoralis
2. Terapi antikoagulan
3. Pemeriksaan masa pembekuan
4. Stoking elatik tinggi
5. Ambulasi dini

4. Embolisme Pulmonal
Suatu embolus adalah benda asing  (bekuan darah, udara, lemak) yang terlepas
dari tempat asalnya dan terbawa disepanjang aliran darah. Ketika embolus menjalar ke
sebelah kanan jantung dan dengan sempurna menyumbat arteri pulmonal, gejala yang
ditimbulkan mendadak dan sangat tiba-tiba. Pasien yang mengalami penyembuhan
normal mendadak menangis dengan nyaring, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada dada dan
menjadi sesak napas, diaforetik, cemas, dan sianosis. Pupil dilatasi, nadi menjadi cepat
dan tidak teratur, kematian mendadak  dapat terjadi.

5. Komplikasi Pernapasan.
Komplikasi pernapasan merupakan masalah yang paling sering dan paling serius
dihadapi oleh pasien bedah.
Pencegahan:
1. Menurunkan resistensi pasien
2. Penghisapan sekresi menggunakan selang edndotrake atau bronkoskopi.
Jenis komplikasi pernapasan:
1. Hipoksemia
2. Atelektasis
3. Bronkhitis
4. Bronkopneumonia dan pneumonia
5. Pneumonia lobaris
6. Kongesti pulmonari hipostatik
7. Pleurisi
8. Superinfeksi

6. Retensi Urine
Retensi urine dapat terjadi setelah segala prosedur pembedahan pembedahan,
retensi terjadi paling sering setelah pembedahan pada rektum, anus, dan vagina, dan
setelah herniorafi dan pembedahan pada abdomen bagian bawah. Penyebabnya diduga
adalah spasme spinkter kandung kemih.
7. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi yang timbul akibat gangguan ini  dapat terjadi dalam beberapa bentuk,
tergantung pada letak dan keluasan pembedahan. Sebagai contoh, bedah mulut dapat
menghadirkan masalah mengunyah dan menelan, sehingga diet harus dimodifikasi untuk
bisa menyesuaikan kesulitan ini. Prosedur pembedahan lainnya, seperti gastrektomi,
reseksi usus halus, ileostomi, dan kolostomi, mempunyai efek yang lebih drastis pada
sistem gastrointestinal dan membutuhkan pertimbangan diet yang lebih mendalam.
MANAJEMEN KEPERAWATAN POST OPERATIF

A. Pengkajian
Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik meliputi:
1. Respirasi : Kecepatan jalan napas, kedalaman, frekuensi dan karakter pernapasan, sifat
dan bunyi napas.
2. Sirkulasi : Tanda-tanda vital termasuk tekanan darah dan kondisi kulit.
3. Tingkat kesadaran :  Respon secara verbal terhadap pertanyaan atau reorientasi terhadap
tempat terbangun ketika dipanggil namanya.
4. Drainase : Adanya drainase, keharusan untuk menghubungkan selang ke sistem drainase
yang spesifik, adanya balutan dan kondisi balutan.
5. Kenyamanan : Tipe nyeri dan lokasi, mual atau muntah, perubahan posisi yang
dibutuhkan.
6. Psikologi : Sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat dan tidur, gangguan oleh
kebisingan, pengunjung, ketersediaan bel pemanggil atau lampu pemanggil.
7. Keselamatan : Kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak tersumbat, cairan
IV terinfus dengan tepat dan letak IV terbebat dengan baik.
8. Peralatan : Diperiksa untuk fungsi yang baik.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pada pengkajian, diagnosa keperawatan mayor dapat mencakup hal-hal
berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek depresan dari medikasi dan
agens anestetik.
2. Nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif.
3. Risiko terhadap perubahan suhu tubuh : hipotermia.
4. Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan status pasca anestesia.
5. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
6. Perubahan eliminasi urinarius yang berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek
medikasi, dan penurunan masukan cairan.
7. Konstipasi yang berhubungan dengan motilitas lambung dan usus selama periode
intraoperatif.
8. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan intoleransi aktivitas, dan
pembatasan aktivitas yang diresepkan.
9. Ansietas tentang diagnosis pasca operatif, kemungkinan perubahan dalam gaya hidup, dan
perubahan dalam konsep diri.

C. Perencanaan dan Implementasi


Tujuan: Tujuan utama pasien dapat mencakup fungsi pernapasan yang optimal, reda dari
nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif (mual dan mutah, distensi abdomen, cegukan),
pemeliharaan suhu tubuh normal, bebas dari cidera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi,
kembalinya fungsi perkemihan yang normal, mengalami kembali pola biasanya dari eliminasi
usus, pemulihan mobilitas dalam keterbatasan pasca operatif dan rencana rehabilitatif, reduksi
ansietas dan pencapaian kesejahteraan psikologi, dan tidak adanya komplikasi. Komplikasi ini
termasuk, tetapi tidak terbatas pada, kerusakan perfusi jaringan, ketidakseimbangan cairan,
kerusakan integritas kulit, dan infeksi.

D. Intervensi Keperawatan dan Evaluasi


Diagnosa ke-1
Intervensi :
1. Latih pasien untuk napas dalam
2. Kaji bunyi napas pasien
3. Gunakan spirometri insentif
4. Kaji suhu tubuh pasien
5. Observasi nilai gas darah
6. Anjurka pasien untuk pemeriksaan rotgen dada
7. Anjurkan pasien untuk mengubah posisi setiap 2 jam sekali
8. Ajarkan pasien untuk batuk efektif
9. Latih pasien untuk melakukan ambulasi dini
10. Hindarkan pasien dari penderita infeksi pernapasan atas
Evaluasi: Pasien memepertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
1. Melakukan latihan napas dalam
2. Menunjukkan bunyi napas yang bersih
3. Menggunakan spirometer insensitive sesuai dengan yang diresepkan
4. Menunjukkan suhu tubuh yang normal
5. Memepertahankan nilai gas darah yang normal
6. Menunjukkan hasil rontgen dada yang normal
7. Berbalik dari satu posisi ke posisi laninnya sesuai yang diinstruksikan
8. Batuk secara effektif untuk memebersihkan sekresi
9. Melakukan latihan dan ambulasi seperti yang diresepkan
10. Menghindari individu yang menderita infeksi pernapasan atas.

Diagnosa ke-2
Intervensi :
1. Meredakan nyeri
2. Anjurkan pasien untuk melakukan strategi distraksi
3. Kaji mual dan muntah
4. Hilangkan distress abdomen dan nyeri akibat gas
5. Hilangkan cegukan
Evaluasi : Pasien mengalami peredaan nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif (kegelisahan,
mual dan muntah, distensi abdomen, dan cegukan) teratasi.
1. Menunjukkan bahwa nyeri berkurang intensitasnya
2. Membebat tempat insisi ketika batuk untuk mengurangi nyeri
3. Ikut serta dalam strategi distraksi
4. Melaporkan tidak adanya mual dan tidak muntah
5. Bebas dari distress abdomen dan nyeri akibat gas
6. Menunjukkan tidak adanya cegukan.

Diagnosa ke-3
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda hipotermia dan laporkan pada dokter
2. Pertahankan ruangan pada suhu yang nyaman dan sediakan selimut untuk mencegah
menggigil
3. Pantau kondisi pasien terhadap disritmia jantung
Evaluasi : Pasien mempertahankan suhu tubuh normal
1. Menunjukkan suhu tubuh inti normal
2. Bebas dari menggigil
3. Tidak menunjukkan tanda-tanda kedinginan
4. Tidak mengalami disritmia jantung.
Diagnosa ke-4
Intervensi :
1. Lindungi pasien dari penyebab yang dapat menciderai diri
2. Anjurkan menggunakan restrain bila dibutuhkan
3. Deteksi masalah-masalah sebelum mengakibatkan pasien cidera
Evaluasi :
1. Terhindar dari cidera
2. Menerima untuk menaikkan pagar tempat tidur ketika dibutuhkan
3. Bebas dari cidera yang berhubungan dengan kesalahan posisi, terjatuh dan bahaya
lainnya.
4. Mencapai kembali sensorium yang normal

Diagnosa ke-5
Intervensi :
1. Auskultasi abdomen untuk mendeteksi adanya paralisis ileus, dan bising usus normal
2. Kembalikan pasien pada masukan diet normal bila pasien telah pulih benar dari efek
anestesi dan tidak merasa mual
3. Observasi berat badan pasien sebelum dan sesudah operasi
Evaluasi : Pasien memepertahankan keseimbangan nutrisi
1. Menunjukkan motilitas gastrointestinal yang meningkat dan tidak adanya paralisis ileus,
bising usus normal.
2. Kembali pada pola diet normal bila memungkinkan
3. Mengalami penambahan berat badan ke berat badan sebelum operasi.

Diagnosa ke-6
Intervensi :
1. Kaji pasien apakah berkemih atau dengan kateter
2. Haluaran urin kurang dari 30 ml selama 2 jam berurutan harus dilaporkan
3. Masukan dan haluaran dicatat bagi semua pasien setelah prosedur operatif urologic atau
prosedur yang kompleks dan bagi semua pasien lansia
Evaluasi : Fungsi perkemihan normal kembali
a.  Berkemih adekuat tanpa menggunakan kateter
b.   Menunjukkan tidak adanya berkemih dalam jumlah yang sedikit (menunjukkan retensi)
c.   Menerima untuk bertanggung jawab terhadap masukan cairan yang adekuat.

Diagnosa ke-7
Intervensi :
1. Auskultasi abdomen untuk mendeteksi adanya bising usus, jika bising usus terdengar, diet
pasien secara bertahap ditingkatkan.
2. Auskultasi abdomen atau usus untuk mendeteksi adanya distress abdomen, nyeri akibat
gas, dan konstipasi
3. Observasi pola eliminasi usus pasien
Evaluasi : Pasien mengalami fungsi usus yang kembali normal
a.   Menunjukkan bising usus yang normal dan efektif saat auskultasi
b.   Bebas dari distress abdomen, nyeri akibat gas, dan konstipasi
c.   Menunjukkan pola eliminasi usus yang lazim.

Diagnosa ke-8
Intervensi :
1. Menyesuaikan antara aktivitas dan istirahat
2. Secara progresif meningkatkan ambulasi
3. Melanjutkan aktivitas normal dalam kerangka waktu yang ditetapkan
4. Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri
5. Ikut serta dalam program rehabilitasi (bila memungkinkan)
Evaluasi :  Pasien dapat melakukan ambulasi dalam keterbatasan pasca opertatif dan rencana
rehabilitatif.

E. Kesimpulan
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat,
aman dan nyaman.
Komplikasi dari post operatif, yaitu syok, hemorrhagi, thrombosis vena profunda (VTP),
embolisme pulmonal, komplikasi pernapasan, retensi urin, komplikasi gastrointestinal.
Jadi, Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room)
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas
keperawatan mencakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus
pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan
rehabilitasi serta pemulangan.

F. Saran
Bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operatif
harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada
pasien dengan post operatif ini yang perlu ditekankan.
Untuk pasien semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-pengkajian yang
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam asuhan keperawatan
pada pasien dengan post operatif, karena  peningkatan penyembuhan pasien, penyuluhan,
perawatan tindak lanjut dan rujukan untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan
sangat penting bagi pasien maupun perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Edisi 8 Vol 1. EGC.
Jakarta.

http://okditiar.wordpress.com/2010/07/02/asuhan-keperawatan-post-operatif/. 14 Maret 2011.

Mustika KF.(2009). Materi Kuliah Keperawatan Anak STIkKes Muhammadiyah Banjarmasin


dalam http://askep-askeb.cz.cc/. 14 Maret 2011.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2. EGC. Jakarta.

TAHAPAN PERAWATAN POST OPERATIF DAN KOMPLIKASINYA


DALAM KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Dosen. Azwaldi, APP, M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I


ELMIN WAHIDI

ENDANG SULASTRI

JON HARSAH

LIZA DUPRIANI

YETTY LESMANA

YUSMINAH

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2011

Você também pode gostar