Você está na página 1de 23

BAB II

MATERI

A. KONSEP DASAR ISCHEMIK KOLITIS

1. Definisi Ischemic Kolitis

Kolitis iskemik adalah gangguan yang mengembangkan aliran ketika

darah ke suatu bagian dari usus besar (kolon) Anda berkurang.. Hal ini dapat

menyebabkan daerah peradangan usus besar dan, dalam beberapa kasus,

kerusakan usus permanen.

Dalam arti lain Ishemic Colitis adalah cedera pada usus besar akibat

gangguan pasokan darah. Penderita akan mengalami sakit perut dan tinja

berdarah. Kebanyakan orang menjadi lebih baik dengan diberikan cairan

intravena untuk dimakan, tetapi beberapa membutuhkan pembedah.

2. Etiologi

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ischemic Colitis merupakan akibat

dari penyumbatan sementara aliran darah melalui arteri yang memasok usus

besar. Penyakit ini berkaitan dengan berkurangnya aliran darah, tetapi itu lebih

umum di antara orang dengan jantung dan pembuluh darah penyakit, orang-

orang yang telah menjalani operasi pada aorta, atau orang-orang yang memiliki

masalah dengan pembekuan darah meningkat. Penyakit ini menyerang orang


berusia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan dari penderita memiliki riwayat

penyakit peripheral vascular. Faktor resiko lain meliputi :

- Diabetes

- Riwayat stroke

- Tekanan darah rendah.

Kolitis iskemik dapat mempengaruhi setiap bagian dari usus besar Anda,

tapi kebanyakan orang terkena mengembangkan rasa sakit di sisi kiri perut..

Mendesak buang air besar dan diare berdarah juga umum untuk kolitis iskemik.

3. Patofisiologi

Meskipun insiden kolitis iskemik meningkat pada orang tua dan banyak

dengan faktor risiko untuk penyakit pembuluh darah, lesi indeks pada angiografi

tidak biasa.. Saat ini, kelainan mungkin termasuk penyempitan pembuluh kecil

dan tortuosity dari arteri kolik panjang pada lesi vaskular tertentu, tampaknya ada

suatu diri, terhambatnya aliran darah akut dalam usus, yang tidak memadai untuk

memenuhi kebutuhan metabolik usus besar. penyakit pembuluh darah kecil,

kapal segmental mungkin membuat usus besar rentan terhadap penyakit iskemik

pada pasien tertentu. Usus ini juga cenderung untuk iskemia oleh aliran darah

rendah relatif dibandingkan dengan sisa saluran pencernaan.

Kolon perfusi juga dipengaruhi oleh aktivitas motorik fungsional dari

usus besar dan oleh pasien tegang dari sembelit. Dari catatan, sembelit kronis

ditemukan dalam sebuah studi akan sangat terkait dengan kolitis iskemik.

Distensi percobaan telah ditemukan untuk meningkatkan tekanan

intraluminal, mengurangi total darah, dan mengurangi gradien oksigen


arteriovenosa di dinding kolon. Hal ini mungkin adalah mekanisme untuk

terjadinya langka kolitis iskemik selama atau barium enema colonoscopy.

Pleksus microvasculature kolon juga kurang berkembang dengan baik

dan tertanam dalam dinding yang relatif lebih tebal dibandingkan dengan usus

kecil. The vasa recta (end-pembuluh yang memberikan darah langsung ke

dinding usus) lebih kecil dan kurang berkembang di kanan usus besar

dibandingkan dengan usus besar kiri. The vasa recta sangat sensitif terhadap

vasospasme, dan jaminan aliran darah pada tingkat ini sangat jarang. Hal ini

mungkin menjelaskan kerentanan dari usus besar hak untuk iskemia dari negara-

negara aliran rendah. Daerah aliran sungai dari usus besar (yang lentur lienalis

dan junction rectosigmoid) memiliki jaminan jaringan lebih terbatas dan juga

rentan terhadap aliran darah yang rendah.

Dalam studi lebih dari 1.000 kasus, kolon kiri terlibat pada 75% kasus,

dengan 23% melibatkan lentur lienalis khusus. Tanda titik dua yang benar

terlibat dalam hanya 8% kasus, namun keterlibatannya telah berkisar dari 12%

menjadi 47% dalam seri yang lebih baru.

4. Manifestasi Klinis

Kebanyakan kasus kolitis iskemik ringan dapat menyelesaikan sendiri

dalam beberapa hari. Namun, karena kondisinya bisa menjadi parah, hubungi

dokter anda segera jika Anda mengembangkan gejala kolitis iskemik.

Gejala umum pada penderita Ichemic Kolitis diantaranya :

1. Diare dan tinja berdarah


2. Sakit kuning

3. Muntah

4. Sakit pada bagian abdiminal.

5. Penyakit Yang Terkait

a. Tenesmus

Deskripsi

Tenesmus adalah perasaan konstan kebutuhan untuk mengosongkan usus,

disertai rasa sakit, kram, dan spontan upaya tegang. Tenesmus berkaitan dengan

masalah buang air besar. Terkadang perasaan itu hilang timbul. Tenesmus

umumnya dikaitkan dengan penyakit radang usus, yang dapat disebabkan oleh

infeksi atau oleh kondisi lain.

Tanda

Tenesmus ditandai dengan rasa sakit, kram, dan tegang di perut.

Perawatan

Penderita disarankan untuk mengkonsumsi cairan sebanyak mungkin.

b. APP

Deskripsi

Radang usus buntu timbul ketika usus buntu tersumbat benda keras di

dalam tinja atau bengkaknya cabang kelenjar getah bening pada usus yang dapat

terjadi oleh karena berbagai macam infeksi. Pada kasus yang sama, usus buntu

bengkak, dan kuman dapat berkembang di dalamnya. Jika radang usus buntu

tidak dapat dikenali atau diobati, usus buntu bisa pecah, membuat kantung
meradang di luar usus tersebut dan menimbulkan nanah. Akibat lanjut, benda

dari usus buntu masuk ke rongga perut, menyebabkan peradangan serius

(peritonitis).

Gejala

Penderita usus buntu umumnya mengalami sakit perut, terutama dimulai di

sekitar pusar dan bergerak kesamping kanan bawah, penurunan nafsu makan,

mual dan muntah, serta diare.

Pengobatan

Pengobatan yang paling baik untuk penyakit usus buntu adalah operasi

pengangkatan usus buntu yang bengkak.

5. Perawatan Ischemik Kolitis

Orang dengan kolitis iskemik dirawat di rumah sakit. Awalnya, orang

tidak diberi makanan maupun cairan melalui mulut sehingga usus bisa

beristirahat. Sebaliknya, cairan, elektrolit, dan nutrisi yang diberikan melalui

pembuluh darah. Antibiotik sering diberikan untuk mencegah infeksi yang

mungkin mengikuti peradangan.

6. Pengobatan

Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan

mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Penderita sebaiknya menghindari

buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar

yang meradang.
Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa

menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.

Obat-obatan antikolinergik atau dosis kecil loperamide atau difenoksilat,

diberikan pada diare yang relatif ringan.

Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar

dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau

codein. Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus

diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.

Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk

mengurangi peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya

gejala. Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai

enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang

dimasukka melalui dubur).

Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan

rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut),

seperti prednisone. Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan.

Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan

sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine.

Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan.

Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun

kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.

Bila kolitis ischemikyang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar

(kolon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid

atau mesalamine.
Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan

diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah).

Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan

transfusi darah dan cairan intravena.

Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan

merkaptopurin. Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan

berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50%

dari penderitaini ,akhirnya memerlukan terapi pembedahan.

7. Pembedahan

Ischemik kolitis pada stadium lanjut merupakan suatu keadaan gawat

darurat. Segera setelah terditeksi atau bila terjadi ancaman megakolon toksik,

semua obat anti-diare dihentikan, penderita dipuasakan, selang dimasukan ke

dalam lambung atau usus kecil dan semua cairan, makanan dan obat-obatan

diberikan melalui pembuluh darah.

Pasien diawasi dengan ketat untuk menghindari adanya peritonitis atau

perforasi. Bila tindakan ini tidak berhasil memperbaiki kondisi pasien dalam 24-

48 jam, segera dilakukan pembedahan, dimana semua atau hampir sebagian besar

usus besar diangkat. Jika didiagnosis kanker atau adanya perubahan pre-kanker

pada usus besar, maka pembedahan dilakukan bukan berdasarkan kedaruratan.

Pembedahan non-darurat juga dilakukan karena adanya penyempitan dari usus

besar atau adanya gangguan pertumbuhan pada anak-anak.


Alasan paling umum dari pembedahan adalah penyakit menahun yang

tidak sembuh-sembuh, sehingga membuat penderita tergantung kepada

kortikosteroid dosis tinggi.

Pengangkatan seluruh usus besar dan rektum, secara permanen akan

menyembuhkan kolitis ischemic. Penderita hidup dengan ileostomi (hubungan

antara bagian terendah usus kecil dengan lubang di dinding perut) dan kantong

ileostomi.

Prosedur pilihan lainnya adalah anastomosa ileo-anal, dimana usus besar

dan sebagian besar rektum diangkat, dan sebuah reservoir dibuat dari usus kecil

dan ditempatkan pada rektum yang tersisa, tepat diatas anus.(medicastore)


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENDERITA ISCHEMIK KOLITIS

A. Prosedur Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:

1. Anamnesis yang teliti, meliputi:

Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change

of bowel habit) Perdarahan per anum

• Penurunan berat badan

• Faktor predisposisi:

o Riwayat kanker dalam keluarga

o Riwayat polip usus

o Riwayat kolitis ulserosa

o Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)

o Uretero-sigmoidostomi

o Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)

o Benjolan/massa di abdomen

o Nyeri tekan

o Pembesaran kelenjar limfe

o Pembesaran hati/limpa

o Colok rektum(rectal toucher)


2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:

- Status gizi

- Anemia

3. Pemeriksaan laboratorium

4. Pemeriksaan radiologis

5. Endoskopi dan biopsi

6. Ultrasonografi

Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian

keperawatan.

B. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu

dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan/keletihan

- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.

- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat

stres tinggi.

2. Sirkulasi:

Gejala:

- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas


Tanda:

- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3 Integritas ego:

Gejala:

- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi

stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan

religius/spiritual)

- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)

- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

- Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi:

Gejala:

- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi

Tanda:

- Perubahan bising usus, distensi abdomen

- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:

Gejala:

- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat

aditif dan bahan pengawet)

- Anoreksia, mual, muntah

- Intoleransi makanan
Tanda:

- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses

penyakit

7. Keamanan:

Gejala:

- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda:

- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8. Interaksi sosial

Gejala:

- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status

kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran:

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari


b. Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil


1. Pemeriksaan laboratorium: Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja

• TinjaCEA (Carcino- (makroskopis/mikroskopis)

embryonic anti gen) Kurang bermakna untuk diagnosis awal

2. Pemeriksaan radiologis karena hasilnya yang tidak spesifik serta

3. Endoskopi dan biopsi dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi

4. Ultrasonografi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak

terapi dan kemungkinan residif atau

metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda

(double contrast) untuk melihat gambaran

lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat

kelainan struktur dari rektum sampai sekum.

Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis

tumor secara patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya

metastasis ke hati.

c. Prioritas Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian

2. Meningkatkan kenyamanan

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4. Mencegah komplikasi

5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

• Peningkatan bunyi usus/peristaltik

• Peningkatan defekasi cair

• Perubahan warna feses

• Nyeri/kram abdomen

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi

nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

• Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot

buruk

• Peningkatan bunyi usus

• Konjungtiva dan membran mukosa pucat

• Mual, muntah, diare


3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman

perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola

interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)

Ditandai dengan:

• Eksaserbasi penyakit tahap akut

• Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan

• Iritabel

• Fokus perhatian menyempit

4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor

melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,

kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)

Ditandai dengan:

• Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas

• Menyatakan diri tidak berharga

• Depresi dan ketergantungan

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi

informasi.

Ditandai dengan:

• Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan

konsep

• Tidak akurat mengikuti instruksi


• Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen

usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Bantu kebutuhan defekasi (bila Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa

tirah baring siapkan alat yang tanda sehingga perlu diantisipasi dengan

diperlukan dekat tempat tidur, menyiapkan keperluan klien. Mencegah

pasang tirai dan segera buang timbulnya maslah kekurangan cairan.

feses setelah defekasi). Membantu klien menghindari agen

2. Tingkatkan/pertahankan asupan pencetus diare.

cairan per oral. Menilai perkembangan maslah.

3. Ajarkan tentang makanan- Mengantisipasi tanda-tanda bahaya

minuman yang dapat perforasi dan peritonitis yang

memperburuk/mencetus-kan memerlukan tindakan kedaruratan.

diare. Antibiotika untuk

4. Observasi dan catat frekuensi membunuh/menghambat pertumbuhan

defekasi, volume dan agen patogen biologik, antikolinergik

karakteristik feses. untuk menurunkan peristaltik usus dan

5. Observasi demam, takikardia, menurunkan sekresi digestif,

letargi, leukositosis, penurunan kortikosteroid untuk menurunkan proses

protein serum, ansietas dan inflamasi.

kelesuan.

6. Kolaborasi pemberian obat-


obatan sesuai program terapi

(antibiotika, antikolinergik,

kortikosteroid).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,

status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Pertahankan tirah baring selama Menurunkan kebutuhan metabolik untuk

fase akut/pasca terapi mencegah penurunan kalori dan

2. Bantu perawatan kebersihan simpanan energi.

rongga mulut (oral hygiene). Meningkatkan kenyamanan dan selera

3. Berikan diet TKTP, sajikan makan.

dalam bentuk yang sesuai Asupan kalori dan protein tinggi perlu

perkembangan kesehatan klien diberikan untuk mengimbangi status

(lunak, bubur kasar, nasi biasa) hipermetabolisme klien keganasan.

4. Kolaborasi pemberian obat- Pemberian preparat zat besi dan vitamin

obatan sesuai indikasi B12 dapat mencegah anemia; pemberian

(roborantia) asam folat mungkin perlu untuk

5. Bila perlu, kolaborasi pemberian mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

nutrisi parenteral. Pemberian peroral mungkin dihentikan

sementara untuk mengistirahatkan

saluran cerna.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan

status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan

rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Orientasikan klien dan orang Informasi yang tepat tentang situasi yang

terdekat terhadap prosedur rutin dihadapi klien dapat menurunkan

dan aktivitas yang diharapkan. kecemasan/rasa asing terhadap

2. Eksplorasi kecemasan klien dan lingkungan sekitar dan membantu klien

berikan umpan balik. mengantisipasi dan menerima situasi

3. Tekankan bahwa kecemasan yang terjadi.

adalah masalah yang lazim Mengidentifikasi faktor

dialami oleh banyak orang pencetus/pemberat masalah kecemasan

dalam situasi klien saat ini. dan menawarkan solusi yang dapat

4. Ijinkan klien ditemani keluarga dilakukan klien.

(significant others) selama fase Menunjukkan bahwa kecemasan adalah

kecemasan dan pertahankan wajar dan tidak hanya dialami oleh klien

ketenangan lingkungan. satu-satunya dengan harapan klien dapat

5. Kolaborasi pemberian obat memahami dan menerima keadaanya.

sedatif. Memobilisasi sistem pendukung,

6. Pantau dan catat respon verbal mencegah perasaan terisolasi dan

dan non verbal klien yang menurunkan kecemsan.

menunjukan kecemasan. Menurunkan kecemasan, memudahkan

istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.


4. Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d

intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis,

ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak

adekuat).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Bantu klien mengembangkan Penderita kanker tahap dini dapat hidup

strategi pemecahan masalah survive dengan mengikuti program

yang sesuai didasarkan pada terapi yang tepat dan dengan pengaturan

kekuatan pribadi dan diet dan aktivitas yang sesuai

pengalamannya. Dukungan SO dapat membantu

2. Mobilisasi dukungan emosional meningkatkan spirit klien untuk

dari orang lain (keluarga, teman, mengikuti program terapi.

tokoh agama, penderita kanker Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada

lainnya) keadaan depresi/agresi yang berat dan

3. Kolaborasi terapi lama sehingga dapat memperburuk

medis/keperawatan psikiatri bila keadaan kesehatan klien.

klien mengalami depresi/agresi Menilai perkembangan masalah klien.

yang ekstrim.

4. Kaji fase penolakan-penerimaan

klien terhadap penyakitnya

(sesuai teori Kubler-Ross)

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d

kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.


INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan Proses pembelajaran sangat dipengaruhi

klien/orang terdekat dan oleh kesiapan fisik dan mental klien.

kemampuan/kesiapan belajar Meningkatkan pengetahuan klien tentang

klien. masalah yang dialaminya.

2. Jelaskan tentang proses penyakit, Meningkatkan partisipasi dan

penyebab/faktor risiko, dan kemandirian klien untuk mengikuti

dampak penyakit terhadap program terapi.

perubahan status kesehatan- Penderita kanker yang mengikuti

sosio-ekonomi, fungsi-peran dan program terapi yang tepat dengan status

pola interaksi sosial klien. gizi yang adekuat meningkatkan kualitas

3. Jelaskan tentang terapi hidupnya.

pembedahan, radiasi dan

kemoterapi serta efek samping

yang dapat terjadi

4. Tekankan pentingnya

mempertahan-kan asupan nutrisi

dan cairan yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,

EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Panduan Askep Nic dan Noc

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Você também pode gostar