Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Dapat membandingkan ilmu yang telah di peroleh dari dunia kerja ke
dunia kampus
menggunakan eksplan biji.Memperoleh bukti akurat mengenai
keunggulan perbanyakan anggrek dengan teknik in-vitro
Mengenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya
petani anggrek mengenai keunggulan perbanyakan biji anggrek dengan
menggunakan teknik in-vitro
1.4 Sasaran
Dapat memperoleh pengalaman dalam kegiatan pembelajaran di industri
yang relevan
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang di
peroleh selama kuliah tahap pertama
Dapat melengkapi dan mengembangkan meteri-materi dasar yang telah
di pelajari
Kebutuhan media untuk setiap fase bisa bervariasi bagi setiap jenis
anggrek . setiap jenis media mengandung komposisi zat tertentu yang di
maksudkan untuk merangsang pertumbuhan fase tertentu biasanya yang
membedakannya adalah komposisi bahan organiknya dan zat pengatur
tumbuh sedangkan media dasar/stoknya sama. Fase pertumbuhan di mulai
dari fase perkecambahan biji yang menggunakan media semai, lalu fase
pertumbuhan akar dan daun menggunakan media transplant 1, kemudian
fase pembesaran akar dan daun sampai siap aklimatisasi menggunakan
media transplant 11 (Mursidawati,dkk, 2008)
2.4.3 Kandungan dan manfaat Persenyawaan Organik
Di dalam pembuatan media anggrek, seringkali di modifikasi dengan
penambahan-penambahan bahan organic, penambahan bahan organic ini
banyak membawa pengaruh baik bagi pertumbuhan eksplan biji anggrek
yang di semai maupun yang di sub kultur, ini di sebabkan karena bahan-
bahan organic tersebut mengandung suatu senyawa-senyawa yang
kompleks, dari literatur yang sempat penulis dapatkan adalah sebagai
berikut :
2.4.3.1. Air kelapa
Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan dalam bentuk
cair yang mengandung unsur hara, vitamin dan zat tumbuh, sehingga
dapat menstimulir perkecambahan dan pertumbuhan (Widiastoety,2001).
Penggunaan air kelapa pertama kali di laporkan oleh Van Overbeek pada
tahun 1941 dalam kultur embrio Datunia stramonium.
Gunawan (1987), melaporkan bahwa dalam air kelapa terkandung pula
zeatin yang di ketahui termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin
mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan
diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan
pertumbuhan akar (Gambog & Shyluk, 1981)
Menurut Tulecke et.al.(1961) dalam Widiastoety (2001) air kelapa
mengandung zat-zat atau bahan-bahan seperti unsure hara, vitamin, asam-
asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam
giberelat yang berfungsi sebagai penstimulir dalam proliferasi jaringan,
memperlancar metabolisme dan respirasi.
No Komposisi Jumlah
1 Asam folate 0,03 mg/l
2 Asam nikotinat 0,04 mg/l
3 Asam pantotenat l0,52 mg/l
4 Biotin 0,02 mg/l
5 Piridoksin Sangat sedikit
6 Ribovlafin 0,01 mg/l
7 Tiamin Sangat sedikit
8 Asam gibrelat Sangat sedikit
9 Auksin Sangat sedikit
10 1,3 difenilurea 5,800 mg/l
11 M-inositol 0,,01 m/l
12 Silo inositol 0,05 mg/l
13 Sorbitol 15 mg/l
14 Cl 183 mg/100mg
15 Cu 0,040 mg/100gr
16 Fe 0,1 mg/100 g
17 K 312 mg/100g
18 Mg 30 mg/100g
19 Na 105 mg/100g
20 P 37 mg/100g
21 S 15 mg/100g
2.4.3.2. Kentang
Kentang termasuk di dalam famili Solanaceae. Umbi kentang berasal dari
akar yang berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi, dalam Gunawan
(1987) ekstrak kentang di gunakan dalam kultur anther padi . ekstrak
kentang yang biasa di gunakan 10-30 % dengan hasil terbaik 20%.
2.4.3.3. Pisang
Pisang termasuk dalam famili Musaceae, terdiri dari berbagai varietas
sehingga warna, bentuk dan ukurannya pun berlainan. Jenis pisang yang
umumnya di gunakan untuk kultur jaringan yaitu jenis pisang ambon.
Bubur pisang yang biasa di gunakan berkisar 150-200 g/l (Hendaryono,
2000)
No Komposisi Jumlah
1 Air 72 gr
2 Protein ,2 gr
3 Lemak 0,2 gr
4 Karbohidrat 25,8 gr
5 Mineral 0,8 gr
6 Kalsium 8 gr
7 Phosphor 28 gr
8 Besi 0,5 gr
9 Actin Retinol 44 mg
10 Tiamin 0,08 gr
11 Asam Ascorbit 3 mg
Menurut Soetyono et.al., (1996) dalam widiastoety (2001) tekstur ubi jalar
yang keras karena banyak mengandung pati dan ada yang lunak karena
banyak mengandung gula dan air. Umbi yang cerah cenderung lebih baik
kadar patinya.
2.4.3.4. Kedelai
Kedelai merupakan sumber makanan termurah di Indonesia yang dapat di
jangkau oleh daya beli masyarakat (Anonim, 1981). Kedelai salah satu
tanaman penting bagi sumber protein, lemak, dan mineral. Kedelai
mengandung kurang lebih 18 % lemak dan 36–40% protein. Protein
kedelai mempunyai kualitas yang tinggi karena distribusi asam aminonya
sangat mendekati protein hewani (Bernhardt, 1976 dalam Gunawan,
2001). Tingginya kandungan protein di harapkan sangat baik untuk
pertumbuhan tanaman hasil kultur in-vitro. Menurut Hendaryono (2000)
ekstak kedelai yang di gunakan 150g/l, biasanya untuk meningkatkan
pertumbuhan kalus di campur dengan kacang panjang atau kecambah
jagung.
2.4.6.2. Kelembaban
Iswanto (2002) menyatakan bahwa kelembapan nisbi yang di butuhkan
anggrek berkisar antara 60-80%. Kelembapan yang tinggi ini berfungsi
untuk menghindari respirasi atau penguapan yang berlebihan. Akan tetapi
kelembapan yang selalu tinggi dapat mengakibatkan kebusukan akar,
karena itu kelembapan yang optimal perlu di jaga, salah satunya yaitu
dengan teknik penyiraman yang tepat. Kelembapan rumah kaca pada
rumah anggrek Kebun Raya Bogor di waktu pagi tempat yang teduh
sekitar 86% dan pada yang terkena sianar matahari langsung sebesar 85%,
sedangkan di waktu siang pada tempat yang teduh sebesar 72% dan pada
tempat yang terkena sinar matahari langsung sebesar 60%
2.4.6.3. Temperatur
Suhu udara sekitar tempat penanaman anggrek berhubungan erat dengan
ketinggian tempat dan cahaya matahari. ketinggian tempat (dari
permukaan laut) sangat berpengaruh, semakin tinggi tempat semakin
rendah suhu udaranya, tempat yang terbuka atau tidak memperoleh
naungan, memiliki suhu tinggi dari pada tempat yang teduh atau tidak
terkena matahari langsung (Iswanbto, 2002) .
3.3.1.2. Observasi
Kebun Raya Bogor memiliki letak astronomis pada 106 º32 Bujur Timur
dan 6º 37 Lintang Selatan pada ketinggian 215- 250 m dpl , dengan
temperature rata-rata 21.4-30.1º C.
Visi Kebun Raya Bogor yakni menjadi kebun raya terbaik kelas dunia
terutama bidang konservasi tumbuhan dan pelayanaan dalam aspek
botani , pendidikan lingkungan , hortikultura, lansekap dan pariwisata
Mushollah
Wastanger
Gudang
Tempat penyimpanan gelas-gelas yang telah di sterilisasi dan
penyimpanan barang-barang laboratorium yang jarang di gunakan
Kran Tempat Pencucian Gelas
Toilet
Denah Laboratorium Terlampir
4.2 Hasil Studi Kasus
4.2.1 Biji Semai
Table 6 : Kegiatan penyemaian Anggrek Coelogyne Padurata Lindl. di
Kebun Raya Bogor
4.2.2 Transplant
4.2.3 Kontaminasi
Table 8 : Data Tanaman Anggrek Coelogyne Yang Terkontaminasi
4.2.4 Aklimatisasi
Table 9 : Kegiatan Aklimatisasi Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. Di
Kebun Raya Bogor (belum teraklimatisasi semua)
4.3 Pembahasan
Dari hasil tabel di atas dapatlah di ketahui bahwasanya perbanyakan
anggrek secara generatif dengan penggunaan teknik in-vitro merupakan
solusi terbaik bagi perkembang-biakan/perbanyakan anggrek secara cepat
dan berkualitas baik. Karena menurut salah satu ilmuan anggrek,
perbanyakan anggrek dengan biji sangat sulit di lakukan di lapangan
dengan metode konvensional karena biji anggrek lembut sekali dan dalam
1 buah terdapat hingga jutaan biji. Selain itu anggrek tidak seperti
tanaman monokotil lainnya, biji anggrek tidak mempunyai “putih
lembaga” (endosperm)” yang pada tanaman lain berfungsi sebagai
pemberi tanaman kepada kecambah yang sedang tumbuh. Embrio pada
anggrek tidak mempunyai “keping lembaga’(radicle). Selama
perkecambahan biji, makanan tak dapat di peroleh dari luar biji. Embrio
tersebut masih merupakan massa sel-sel yang tidak mengalami
“deferensiasi” (pembagian tugas dalam sel-sel) sebelum terjadi
perkecambahan.
Bila suatu biji anggrek berkecambah, maka mula-mula ia akan berupa
bintik satu halus, belum mempuyai akar, daun maupun batang di sebut
protocorm. Jadi protocorm itu baru merupakan biji yang menggembung
dan belum mengalami “diferensiasi” atas sel-sel nya. Ia kemudian akan
tetap dalam keadaan demikian itu, kadang-kadang sampai dua tahun dan
biasanya tidak akan tumbuh lebih lanjut bila tak di infeksi oleh jamur
tertentu yakni mycorriza atau jamur mycorrhizal yang merupakan
symbiont atau kawan kerjasama dari si anggrek, biasanya adalah satu jenis
(spesies) dari rhizoctonia. Jamur inilah yang dalam keadaan alamiah biasa
menyediakan senyawa-senyawa organik yang perlu untuk pertumbuhan
selanjutnya dari embrio anggrek. Ia memecahkan molekul-molekul yang
besar (dengan proses hidrolisa) seperti karbohidrat( hidro-arang) yang tak
dapat larut menjadi molekul-molekul) dan tak dapat larut seperti gula
sehingga dapat di manfaatkan oleh anggrek (sebagai sumber tenaga) untuk
pertumbuhan biji, tepatnya benih yang sedang berkecambah. Dengan
kegiatan mycorriza itu pula senyawa-senyawa protein – yang lebih
kompleks dari pada karbohidarat hilang dalam proses asimilasi N.
Jamur tersebut memperoleh bahan-bahan atau zat yang di perlukannya
dari sisa-sisa kehidupan di tempatnya dan sebagian dari anggrek. Maka
dengan demikian si jamur memperoleh makanannya sendiri, sedang benih
anggrek dalam lingkungan seperti ini dapat memanfaatkan sebagian untuk
perkecambahannya. Anggrek dalam tingkat permulaan dari
pertumbuhannya seperti ini yaitu setelah terkena infeksi oleh jamur
mycorriza masih sangat bergantung sendiri atas penyediaan makanan dari
simbiontnya Itu. Dari keadaan protocorm yang tumbuh perlahan sekali.
Akhirnya dari puncak protocorm ini tumbuh daun pertama yang disusul
oleh akar-akar itu berarti telah terjadi ‘defferensiasi’ atau pembagian tugas
antar sel-sel. ada sel yang bertugas menjadi daun, ada yang menjadi
batang, akar dan sebagainya. Hal ini terjadi beberapa bulan setelah
perkecambahan.
Berkat penyelidikan yang dilakukan oleh seorang ilmuan dari Universitas
Corrnel yaitu Dr.Lewis Knudson dan di umumkan pada tahun 1922, maka
anggapan bahwa benih anggrek akan sulit berkecambah bahkan tak
mungkin berkecambah tanpa bantuan jamur mycorriza sudah dapat di
tepis, Knudson mengemukakan bahwa benih anggrek dapat di
disinfeksikan dan di tumbuhkan seperti bakteri di atas media steril yaitu
agar-agar yang mengandung gula dan mineral-mineral tertentu sebagai
makanan dan penebarannya di lakukan dalam botol-botol. Karena
penebaran ini di namakan “kultur botol”. Penyelidikan Knudson ini di
dasari atas keraguannya bahwa jamur itu memainkan peranan yang begitu
mutlak. Ia kemudian meneliti kemungkinan bahwa fungsi jamur ini
semata-mata hanya meminjamkan kepada anggrek tersebut enzim-enzim
yang tidak di punyainya untuk memungkinkan pemecahannya atau
penguraian senyawa-senyawa organik yang kompleks untuk membentuk
senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti gula. Hasilnya seperti yang
kita lihat bahwa benih yang di taburkan di dalam botol tersebut ternyata
dapat tumbuh setelah di keluarkan dari dalam botol dan dapat menjadi
tanaman dewasa normal dan berbunga. Bahkan dapat menghasilkan bibit-
bibit dalam jumlah yang cukup besar dan kwalitasnya baik.
Ini juga dapat di buktikan dengan studi kasus yang di lakukan oleh penulis
terhadap jenis anggrek Coelogyne pandurata Lindl. yang di perbanyak
secara generatif dengan teknik in-vitro di lakukan di Kebun Raya Bogor.
Biji anggrek di peroleh dari anggrek spesies/anggrek alam yang buahnya
di peroleh dari hasil penyerbukan buatan. Awalnya anggrek ini berasal
dari 2 buah yang di panen dalam keadaan yang sudah matang, anggrek ini
kemudian di semai, sebelum penyemaian di lakukan buah anggrek harus
terlebih dahulu di beri perlakuan sterilisasi, sterilisasi buah anggrek dapat
di lakukan dengan menggunakan klorox, larutan tween, dan air steril.
Adapun prosedur sterilisasi anggrek ini adalah : biji di keluarkan dari buah
yang sudah pecah dan di masukan dalam erlenmeyer atau tabung reaksi
yang sudah berisi larutan klorox, 10% kemudian di vacum selama kurang
lebih 15 menit, biji-biji akan mengendap di dasar tabung kemudian klorox
diambil sedikit demi sedikit dan di buang dengan menggunakan pipet
tetes, biji akan mengendap di dasar tabung di bilas, pembilasan dapat di
lakukan 2-3x dengan menambahkan aquadest steril ke dalam tabung reaksi
kemudian di masukan larutan klorox 5% di bilas dengan menggunakan
aquadest, bilas sampai 3x, biji siap untuk di semai. Kegiatan sterilisasi ini
di lakukan di dalam laminar.
Penyemaian biji anggrek Coelogyne pandurata Lindl. ini di lakukan pada
tanggal 3 juni 2008, dengan teknik in-vitro yaitu dalam keadaan aseptic, di
lakukan di dalam laminar air flow cabinet (LAFC). Yang perlu di
perhatikan dalam kegiatan penyemaian ini adalah menjaga tingkat
kesterilan laminar, sehingga biji yang kita semai dapat menghasilkan bibit
yang bebas dari kontaminasi. Penjagaan tersebut dapat kita lakukan
dengan penyemprotan tangan sebelum bekerja di laminar dengan alcohol
70 % dan melepaskan semua perhiasan tangan seperti cincin, jam, dan
sebagainya. Selain itu pula pada saat bekerja di laminar usahakan jangan
terlalu banyak ngobrol atau bercanda, kalau perlu kita harus menggunakan
masker/tutup mulut dan usahakan pula tangan kita jangan- terlalu banyak
keluar masul laminar, karena hal-hal tersebut semua dapat mengundang
hadirnya kontaminasi pada tanaman yang akan kita semai.
Dari penyemaian yang berasal dari 2 buah anggrek yang matang, dapat
menghasilkan calon bibit semai sebanyak 45 botol. Kemudian calon bibit
semai yang tersebut kita tumbuhkan pada ruangan ber AC di ruang
penyimpanan yang kondisinya harus selalu aseptic/bebas dari
mikroorganisme. 2 - 3 hari setelah penyemaian dan seterusnya, hasil
semaian tersebut harus selalu di amati, apabila ada biji yang telah
terkontaminasi, harus segera di keluarkan dari ruangan penyimpanan
karena dapat menularkan kontaminasi ke biji-biji dalam botol lainnya.
Selain itu di lakukan pula pengamatan terhadap, kecambah biji di tandai
dengan biji tampak berubah menjadi hijau ,ini terjadi setelah beberpa
minggu, untuk Coelogyne membutuhkan waktu sekitar belasan hari untuk
perubahan biji menjadi protocorm tahap awal, biasanya perkecambahan
biji anggrek ini tidak terjadi secara serempak, ada sebagian biji yang
berkecambah lebih awal dari yang lainnya sehigga memperlihatkan
perkembangan yang lebih maju di bandigkan yang lain. Hal ini dapat
terjadi karena biji-biji yang terdapat dalam satu buah yang sama
mengaltami proses pembentukan dan pertumbuhan yang tidak seragam
sehingga sering mempunyai kualitas dan perilaku yang berbeda-beda.,
perbedaan ukuran perkecambahan juga mempengaruhi variasi ukuran
semai pada media transplan I, kecambah yang tumbuhnya lebih
mempunyai kapasitas untuk tumbuh lebih cepat setelah di pindah
tanamkan ke media Transplan 1 dan 11, baik untuk Hyponex maupun
vacin went.
Biji yang telah membesar di dalam botol persemaian harus segera di
lakukan sub kultur/transplant agar pertumbuhannya stabil dan tidak ada
perebuta unsur hara tanaman. biji dari Coelogyne pandurata Lindl. setelah
tumbuh menjadi protocorm-protocorm yang sangat banyak dapat di
pindahkan ke media Hiponex 2 atau media yang komposisi dasarnya
adalah media Vacint&went Transplan 1 yang di modifikasi dengan
penambahan bahan organik.
Penjarangan populasi dalam 1 botol akan mengurangi kompetisi perolehan
nutrisi yang ketat, karena media transplant mengandung nutrisi dan zat-zat
pengatur tumbuh yang di perlukan untuk merangsang pertumbuhn akar
dan daun .Botol di simpan kembali dalam ruang inkubasi hingga
kecambah berkembang manjadi semai (plantlet) yang memiliki akar dan
daun. Setelah itu media di pindah tanam ke media Hiponex atau media
vacin & went, transplan II (media pembesaran planlet) sampai siap untuk
di aklimatisasi. Pada tahap transplat II, setiap botol hanya berisi 7 bibit .
Dari hasil studi kasus di atas bibit semai yang berasal dari 45 botol semai
setelah di transplant ke media Ti dan selanjutnya ke media VT9 (T2) dapat
menghasilkan sekitar 1410 botol dan dari 1410 botol tersebut 337 botol di
antaranya terserang kontaminasi oleh jamur dan bakteri dan pada akhir
pengamatan penulis ada sekitar 1073 botol tanaman yang akan siap untuk
di aklimatisasi atau di hidupkan di lingkungan luar. Setiap botol berisi 7
tanaman, jadi 1.073 x 7 tanaman = 7511 tanaman yang akan di
aklimatisasi. Namun dari informasi yang dapat penulis sampakan hingga
akhir pelaksanaan PKL yang terlihat di lapangan untuk anggrek
Coelogyne pandurata Lindl. yang di beri kode 1.1V.02 yang telah di
aklimatisasi ada sekitar 154 botol. Sehingga dari informasi ini dapat di
simpulkan/diketahui bawa produksi anggrek yang di lakukan dengan
teknik in-vitro khususnya dengan menggunakan eksplan dari biji sangatlah
menguntungkan karena dari 2 buah matang data menghasilkan 7.511
tanaman yang siap untuk di aklimatisasi.
Tingginya tingkat kontaminasi yang terjadi pada kegiatan kultur jaringan
tanaman anggrek ini dapat di sebabkan oleh beberapa hal, baik itu dari
lingkungan kerja, peralatan kultur, metode pekerjaan atauapun dari
manusia yang melakukan kegiatan tersebut.
Pada ruang inkubasi atau kultur adanya air conditioner (AC) sangat baik
untuk menjamin lancarnya airase udara dan pengaturan suhu. Lampu
fluorescent dan pengaturan waktu (Timer) di perlukan guna memudahkan
pengaturan lamantya penyinaran dan fase gelap karena lingkungan harus
selalu terkedali maka lebih bagus menyediakan generator , sebagai
penganti apabila terjadi listrik padam, karena gangguan listrik tidak saja
menggangu fase penyinaran bagi tanaman tetapi juga akan mengakibatkan
naiknya temperature ruang inkubasi dan bila terlalu lama akan menganggu
pertumbuhan tanaman. (Santoso, 2001).
4.3.6 Aklimatisasi
Tahap pemindahan planlet dari kondisi buatan (in-vitro) ke kondisi
lapangan (ex -vitro) dari keadaan hetetotrof ke keadaan autotrof, agar
planlet dapat bertahana hidup di lapangan di butuhkan perakaran yang
cukup kuat dan panjang. Wetherell (1982) menyatakan bahwa akar yang
kuat di butuhkan untuk tetap menjaga ketahanan planlet terhadap
pengaruh lingkungan saat planlet tersebut pindah ke lapangan.
Dari hasil penelitian salah satu mahasiswa ITB (2003) menyatakan bahwa
Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. pada umur 4 minggu akan rentang
trerhadap kematian.pada planlet. Morfologi planlet, media tanam, cara
penanaman, faktor iklim dan cara penanaman. Faktor iklim dan cara
pemeliharaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Anggrek Coelogyne pandurata Lindl, dalam proses aklimatisi. Planlet
Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. dapat hidup dengan persentase
100% apabila planlet yang berasal dari eksplan yang dalam kehidupan in-
vitro, media penanamannya di beri tambahann ekstrak ubi jalar 150 g/l
dan dengan penambahan hormon NAA dengan konsentrasi (kontrol), 5
ppm dan 10 ppm dan pada pemberian hormon NAA dengan konsentrasi
tinggi (20 ppm) dapat merusak klorofil dan mengurangi jumlahnya
sehingga daun berwarna kuning dan menurunkan kemauan daun untuk
melakukan proses fotosintesis.
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Perbanyakan tanaman anggrek dapat di lakukan secara generatif maupun
vegetatif. Kemungkinan terjadinya perkecambahan biji di alam sangat
kecil, kurang dari 1 % karena dalam proses perkecambahannya di bantu
dengan makanan hasil penguraian sisa-sisa makanan yang di bantu oleh
jasad renik michoriza. Oleh karena itu untuk menjaga kelangsungan dan
kelestarian spesies anggrek alam perlu di lakukan konservasi. Salah satu
upaya yang di lakukan oleh Kebun Raya Bogor dalam konservasi tanaman
anggrek adalah perbanyakan tanaman anggrek alam secara generatif
melalui teknik in-vitro meliputi aktifitas pembuatan media, penyemaian
biji, penanaman/transplant yang di lakukan di laboratorium kultur jaringan
tanaman Kebun Raya Bogor, serta penyerbukan buatan, penyiapan
eksplan, aklimatisasi dan pemeliharaan tanaman dewasa meliputi kegiatan
penyiraman, sortasi dan monitoring, pemupukan dan pemberantasan hama
penyakit
5.2 Saran
Tingginya tingkat kontaminasi terhadap tanaman yang terjadi setiap hari
di Laboratorium kultur jaringan Kebun Raya Bogor, agar mendapatkan
perhatian khusus dari karyawan-karyawan yang ada di laboratorium,
sekiranya dapat di lakukan perembukan guna mencari solusi untuk
menekan terjadinya kontaminasi di setiap hari atau melakukan kegiatan-
kegaitan untuk menjaga tingkat kebersihan/aseptik dari laboratorium atau
semua kegiatan yang ada kaitannya dengan perbanyakan tanaman secara
kultur jaringan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA