Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru, antara lain :
o Trase Jalan mudah untuk dibuat;
o Pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah;
o Tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong, penahan longsor, dll);
o Penyediaan/pembebasan lahan tidak sulit;
o Tidak merusak Lingkungan atau memerlukan studi lingkungan yang lebih mendalam;
Yang perlu diperhatikan dalam peningkatan Jalan lama, antara lain :
o Memungkinkan untuk pelebaran jalan;
o Standar Geometrik untuk pelebaran jalan;
o Tanjakan yang melewati batas standar teknik harus diubah sesuai dengan standar
teknis;
o Sistem drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkungan;
B. BAGIAN-BAGIAN JALAN
Suatu Jalan umumnya terdiri dari bagian-bagian, yaitu : Dawasja, Damaja, Damija,
Badan Jalan, Lapis Perkerasan, Bahu Jalan dan saluran tepi.
2
5. Saluran Samping Jalan, Saluran Samping Jalan adalah bagian jalan yang
berdampingan dengan bahu yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
air secepatnya.
6. Badan Jalan, Badan jalan merupakan bagian jalan dimana jalur lalu-lintas, bahu,
dan saluran samping dibangun.
7. Perkerasan Jalan, Perkerasan jalan merupakan konstruksi jalan yang
diperuntukkan bagi jalur lalu-lintas yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapisan
pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan lapisan permukaan. Untuk jalan
dengan lalu lintas ringan, lebar perkerasan diambil 2,5 – 3 meter.
C. DESAIN
Standar teknis jalan mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan Jalan yang
diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yang sudah ada, seperti Pedoman
Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Dep. PU, 1996.
a) Pandangan Bebas
Pandangan bebas harus diperhatikan demi keselamatan pemakai jalan, baik
kendaraan maupun pejalan kaki, yaitu :
¾ Tanjakan/Lengkung vertikal dengan pandangan bebas 30 meter.
b) Tempat Persimpangan
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan
saling melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat
menunggu kendaraan berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan
dari tempat yang sebelumnya.
a. Lengkung Horisontal
Jari-jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran
perkerasan dan kemiringan melintang miring ke dalam.
Tikungan adalah alur jalan yang melengkung. Ada beberapa ketentuan dalam
membuat tikungan, yaitu :
1. Jarak antar tikungan diusahakan minimal 100 meter.
2. Lengkungan merupakan bagian dari lingkaran yang memiliki jari-jari yang sama.
Panjang jari-jari sebaiknya cukup besar dan tidak kurang dari 15 meter.
3. Jarak antara titik perpotongan (T) dua alur jalan yang lurus sampai dengan titik
awal perubahan lengkung (A) disebut jarak L dan panjangnya tidak kurang dari 15
meter.
4. Jarak antara titik
perpotongan (T) dua
alur jalan yang lurus
sampai dengan titik
tengah lengkungan
lingkaran (A) disebut
jarak E dan
panjangnya tidak kurang dari 5 meter.
5. Pada tikungan, kemiringan melintang hanya ke satu arah (ke dalam) dengan
kemiringan berkisar antara 3 – 5%.
Pembuangan air dari saluran pinggir jalan diatur supaya air tidak melintangi jalan dan
mengganggu kendaraan :
saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan.
saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan).
5. Perkerasan Jalan
Jenis-jenis konsrtuksi jalan dibedakan atas 3, yaitu Jalan Tanah, Jalan Diperkeras
dan Jalan Beraspal.
A. Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis
perkerasan sebagai penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana,
dapat dibuat dari
tanah asli, galian dan
timbunan atau
campuran tanah
dengan bahan
bangunan yang lebih
baik (pasir,
kapur/gamping dll).
Jalan tanah sangat
peka terhadap air,
maka permukaan
jalan harus dibuat dengan :
Kemiringan 2% - 4% , agar dapat mengalirkan air dengan cepat ke saluran
tepi jalan.
Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat menahan beban
kendaraan.
Umumnya untuk lalulintas kurang dari 50 kendaraan roda 4 perhari.
Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan
alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan
B. Jalan Diperkeras :
1. Perkerasan Sirtu/ Kerikil
(pasir campur batu),
dimana bahan perkerasan
Sirtu terdiri dari campuran
pasir batu yang langsung
diambil dari alam (sungai)
atau campuran antara kerikil ukuran 2–5cm dengan pasir urug, dihamparkan
pada permukaan jalan tanah yang telah padat. Agregat (Kerikil) perkerasan sirtu
ini harus bebas dari gumpalan lempung, material organik atau lainnya yang tidak
dikehendaki dan harus dipadatkan sehingga dapat menghasilkan lapis
permukaan yang kuat dan stabil. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah
12-20 cm dan dipadatkan dengan mesin gilas.
2. Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi
dan batu tepi. Batu
belah disusun diatas
alas pasir urug dengan
ketebalan 10-15cm.
Badan jalan harus
sudah dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum
pasir dihamparkan.
Perkerasan Telford
harus bebas dari akar,
rumput atau sampah
dan kotoran lain.
Sebelum pasir urug
dihamparkan terlebih
dahulu dipasang Batu
Pinggir yang ukurannya
lebih besar dan lebih tinggi dari batu belah.
Batu belah yang dipergunakan diperoleh dan batu besar yang dibelah-belah,
sehingga mempunyai permukaan banyak dan kasar dengan tinggi 15-20 cm. Batu
belah dipasang tegak, bagian tumpul di bawah dan yang runcing di atas, dengan
tangan, kemudian dipukul dengan palu. Di atas batu belah kemudian diberi batu
pengisi/batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuran 5—7 cm. Sebagai
langkah terakhir dilakukan pemadatan dengan alat pemadat mesin gilas, stamper
atau timbris.
Mutu blok beton kelas I/II, fc’= 27- 37,35 MPA. Tebal paving blok sekitar 6-10cm.
Susunan blok beton yang memilki penguncian paling baik adalah pola Tulangan
Ikan (TI : 90/45 derajat) dan bentuk blok beton tipe A dan tipe C.
C. Jalan Beraspal :
6. Bahu Jalan
Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung perkerasan jalan dan sebagai perantara
aliran air hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi jalan. Bahu jalan
juga berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagi kendaraan. Bahu jalan
tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan.
Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan, sebagai berikut :
¾ Bahu jalan dibuat disebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan
lebar minimal 50 cm, Lebar standar 1,0 m.
¾ Bahu jalan dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan
permukaan jalan, biasanya 4 - 6 % (sama dengan turun 4 - 6 cm per 1,0 meter
lari), demi kelancaran pembuangan air hujan.
7. Pemadatan Tanah
Tanah pada bagian galian tidak perlu di padatkan lagi kecuali pernah mengalami
gangguan yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat.
Sebelum kegiatan pemasangan perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus
dipadatkan dengan mesin gilas, stemper, atau timbris. Pemadatan ini sangat
membantu menjaga stabillitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang tidak
dipadatkan juga mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena erosi dan
longsor.
Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah,
tetapi kalau digenggam tidak ada air mengalir keluar. Tanah biasa yang terlalu basah
tidak dapat dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih
banyak untuk dipadatkan.
Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimum 20 cm. Bila
dipadatkan dengan lapisan lebih tebal, bagian dalam kurang padat.
Pemadatan secara mesin
dapat dilaksanakan dengan
stemper atau dengan mesin
gilas yang berukuran 4-6 ton.
Mesin gilas dua ton yang
bergetaran dianggap sama
dengan mesin gilas 4-6 ton.
Mesin gilas 6-8 ton dapat
digunakan apabila dapat
masuk kelokasi. Pemadatan
secara padat karya
dilaksanakan dengan timbris.
Untuk daerah dimana tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan
perkuatan, misalnya dengan cerucuk kayu atau stabilisasi misalnya dengan
semen/kapur.
8. Drainase
Air adalah musuh yang paling besar. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat
kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan melintasi
permukaan jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan.
Jalan menjadi bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan kerusakan akibat masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah
seperti ini dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu
prasurvai. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Di tempat lain, jalan
hampir pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling sederhana adalah
sebagai berikut :
Saluran samping diperlukan di sebelah kiri dan kanan badan jalan, kecuali:
• Jalan dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali.
• Jalan dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah.
Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran minimum 50 cm (h/dalam) x 30
cm (b/lebar dasar) x (B/lebar atas 50 cm), dengan bentuk trapesium. Saluran dibuat
lebih besar apabila diperkiraan debit air yang harus dibuang sangat besar.
Saluran dibuat sejajar dengan jalan,
dan dasar saluran harus dibuat
dengan kemiringan sangat rendah
untuk mengendalikan kecepatan
aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan
erosi tanah, maka perlu terjunan atau
pasangan apabila terlalu cepat. Tidak
benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali.
Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di
bawah batu perkerasan, demi kelancaran proses perembesan dan pengeringan.
Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud
dan dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan untuk
perlindungan saluran adalah untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya
saluran tetap berfungsi dan jalan tidak terkikis.
Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turap, batu kosong, atau pasangan.
Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka
terhadap erosi. Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan:
1) kemiringan saluran dan kecepatan air,
2) jenis tanah (harus yaug peka terhadap erosi),
3) perubahan arah pengaliran pada belokan, dan
4) debit air.
2. JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan
sebagai prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di sini adalah untuk sarana penghubung pejalan
kaki atau lalu-lintas kendaraan ringan. Konstruksinya sederhana, dengan
mempertimbangkan sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi)
sehingga mampu dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Jembatan yang dibangun dalam program ini adalah jembatan yang melengkapi system
lalulintas ekonomi dan transportasi masyarakat :
9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan
wilayah desa/kelurahan lain sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan sosial
masyarakat;
9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
ekonomi (seperti pasar, TPI, dll) ke outlet (jalan poros desa/kelurahan/jalan dengan
fungsi yang lebih tinggi/dermaga);
2). Pembebanan
Jembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan
pembebanan : beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan
1,5 ton & as belakang 3,5 ton.
2). Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai
kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu, dsb).
9 Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang),
dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran
30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm;
9 Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan
tinggi jatuh 100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm;
9 Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua
ujung tiang pada ujungnya setebal ½ tebal tiang dengan panjang sambungan
3kali tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat
dengan kawat dia.3mm atau diperkuat dengan paku.
5). Bangunan
Atas Jembatan
Bangunan jembatan yang langsung memikul beban lalulintas, pada umumnya berada
diatas permukaan tanah, seperti : lantai, balok jembatan, sandaran, perletakan.
Kekuatan standar untuk tambatan perahu pada beban lantai maksimum 300kg/m2.
Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I
dan kayu awet kelas I. Ukuran-ukuran bagian konstruksi tambatan perahu :
No Jenis Konstruksi Ukuran (cm) Jarak antara maksimal
1. Tiang 6 x 12 1, 00 meter
8 x 12 1, 50 meter
8 x 15 1, 75 meter
15 x 15 2, 00 meter
2. Sekur (menyilang 5 x 10 1, 50 meter
antar tiang pancang) 6 x 12 2, 00 meter
3. Gelagar Melintang 8 x 12 1, 50 meter
8 x 15 2, 00 meter
4. Gelagar Memanjang 8 x 12 1, 50 meter
8 x 15 2, 00 meter
5. Lantai 3 x 20 Rapat
3 x 30 Rapat
b. Saluran Tersier dan Sekunder dari Pasangan Bata dan Batu Kali
¾ Saluran dibuat kedap air. Agar saluran dapat meresapkan sebahagian air
hujan kedalam tanah, maka pada jarak tertentu harus diberi sumur resapan
(misalnya saluran hujan tersier dapat diberi sumur resapan setiap jaran 25 m
dan untuk saluran air hujan sekunder dapat diberi sumur resapan setiap jarak
50 meter). Diameter sumur resapan dapat dibuat dengan menyesuaikan lebar
saluran, sedangkan untuk kedalamannya 1 – 1,5 meter. Sumur resapan
tersebut harus diberi kerikil atau batu pecah sampai pada permukaan sumur
resapan atau bagian dasar saluran, ukuran butir kerikil atau batu pecah 5 – 10
cm.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas Air
minum harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku, sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002.
Pembangunan prasarana Air Bersih ini bersifat mendekatkan akses air bersih dan
atau memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat, khususnya warga miskin.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan Sistem
penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya data sumber air baku mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
2. Perencanaan sistem air bersih harus memenuhi persyaratan teknis air bersih
yang berlaku.
3. Perencanaan sistem harus merupakan karya yang terbaik dan termurah dalam
pembangunan dan operasi & pemeliharaan.
4. Dilakukan oleh masyarakat setempat dengan pendampingan oleh Konsultan
pendamping, terutama pada tahap survai lapangan (data lapangan) dan
penentuan ketersediaan air baku.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan sistem
penyediaan air bersih, mencakup :
1). Persyaratan Lokasi
Lokasi yang dapat diusulkan untuk perencanaan sistem air bersih adalah lokasi
yang mempunyai sumber air yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas yang dapat diolah secara sederhana.
Evaluasi Lokasi Mata Air :
1. Hitung Jarak Mata air, jika jarak mata air kedaerah pelayanan memenuhi
ketentuan (kurang dari 6 km), maka mata air dapat dipergunakan;
2. Jika lokasi mata air berada didesa lain atau jalur pipa melalui desa lain, maka
mata air belum dapat dipergunakan, kecuali ada ijin dan kesepakatan
bersama untuk mata air dan jalur yang akan dilalui pipa;
4. Tanah Lokasi harus sudah mendapat ijin atau dihibahkan oleh pemiliknya
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum;
5. Lokasinya bukan didaerah yang terkena banjir;
6. Untuk SGL/SPT, jarak dengan sumber pencemaran air (resapan, tangki
septik/cubluk), galian sampah minimum 15 meter;
4
2 Apakah ada Mata
Apakah Air Gravitasi pada Konsentrasikan pada
Tidak Ya Program Sistem Perpipaan
Penduduknya jarak 5 km dengan
>3000 kualitas & kuantitas MA Gravitasi
Baik ?
Ya Tidak
3
Ya
Penelitian untuk
Sistem Perpipaan
5
Apakah ada mata Tidak
air dg debit 5 l/s
dan berjarak < 10
km?
Ya
6 7 Apakah potensi 8
sumur dalam di Apakah
Apakah30 m
Tidak Tidak Tersedia air Tidak
lebih tinggi dari desa ini <5 l/s
permukaan Buat Studi Khusus
desa? ?
sepanjang
tahun?
Ya Ya Ya
Catatan :
Kotak No. 5 Debit Mata Air Kualitas Baik
setelah dikurangi pemakaian (Lokal) dan
tersedia sepanjang tahun
Gambar 1 A
Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Sistem Perpipaan
2 3 Apakah Masyarakat
Ya cukup mampu & mau Ya
Ya untuk membantu kons
Penduduknya Penelitian untuk
>3000 operasi & Sistem perpipaan
pemeliharaan sistem
perpipaan?
Tidak
4
Masyarakat cukup Tidak
mampu & mau Konsentrasi pada
membiayai konstruksi Ya program sistem
operasi & perpipaan
pemeliharaan sistem MA Gravitasi
perpipaan?
Tidak
Masyarakat cukup
mampu 4 & mau
Penelitian untuk membiayai konstruksi
Sistem Non perpipaan operasi &
Tidak Ya
pemeliharaan sistem
perpipaan?
5
Konsentrasikan pada
Adakah Air Tanah
program pembuatan &
dangkal dengan
Ya perbaikan sumur
kualitas Baik ?
gali/pantek
Tidak
Konsentrasikan pada
Adakah MA sekitar
program sistem MA
1 km? Ya Gravitasi
Tidak
6
Adakah air tanah
dalam kualitas & Konsentrasikan pada
kuantitas sumur dalam
Ya
baik?
Tidak
7
Apakah Air Hujan
Konsentrasikan pada
dengan debit cukup
PAH
mudah didapat Ya
Tidak
8
Apakah Air Konsentrasikan pada
Permukaan mudah Saringan Rumah
diperoleh? Ya Tangga
Tidak
Catatan :
Konsentrasikan pada
(1) Kotak No 4, 5, 6 : Kualitas Baik &
Pelayanan Terminal
Kuantitas tersedia sepanjang tahun
(Hidran Umum)
(2) Kotak 3, bila dlm pemakaian yg layak
Gambar 1B
Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Sistem Non Perpipaan
Qt (m3/dtk)
Luas Permukaan (A) =
v filtrasi
= P (m) x L(m)
b). Pompa
Hitung Daya Pompa yang diperlukan berdasarkan data total tekanan (head)
yang tersedia dengan rumus :
Q.w.H
Daya Pompa (P) =
75 . л
Dimana :
P = Daya Pompa (tenaga kuda)
Q = Debit Air (m3/detik)
w = Density (kg/cm3)
H = Total Tekanan (m)
л = efisiensi pompa (60-75%)
2. Desain
A. Bangunan Utama
1) Bendung Sederhana
(1) Bendung berfungsi untuk meninggikan permukaan air sungai sesuai
dengan kebutuhan dan membelokkan air ke saluran pembawa sesuai
dengan debit yang dibutuhkan.
(2) Digunakan pada daerah irigasi yang elevasi permukaan sawahnya lebih
tinggi dibanding dengan elevasi permukaan air sungai rendah.
(3) Bendung ditempatkan pada alur sungai yang lurus dan dasar sungai
relative stabil
(4) Panjang bendung tidak lebih dari 0,8 lebar rata-rata dasar sungai.
(5) Bendung sederhana dapat terbuat dari pasangan batu, bronjong dan
cerucuk.
(a) Kriteria :
• Luas daerah irigasi maksimum 20 ha;
• Pada sekitar rencana lokasi bangunan tidak terdapat sumber batu
(b) Bendung cerucuk sederhana adalah bendung sederhana yang sifatnya
tidak permanen (tidak tahan lama), terbuat dari baris-baris ceruc yang
dipancang melintang sungai yang ditempatkan pada ruas sungai yang
relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai
tidak lebih dari 10 meter. Debit sungai dalam keadaan banjir maksimum
10 m3/det.
(c) Banyaknya baris cerucuk tidak kurang dari 3 baris dengan jarak antar
baris cerucuk paling lebar 0,50 meter.
(d) Tiap baris cerucuk terdiri dari tiang-tiang yang dipancang secar vertikal
dengan jarak antara tiang paling jauh adalah 1 meter.
(e) Tiap baris cerucuk ditutup dengan dmdmg pemitup yang terdiri dari kayu
yang dipasang mendatar secara rapai satis sama lain agar bahan pengisi
yang diletakkan pada ruang antara baris cerucuk tidak lolos.
(f) Tiap tiang pada baris cerucuk dihubungkan ke tiap tiang pada baris
cerucuk lainnya dengan kayu mendaiar yang diikatkan pada ujung atas
tiang-tiang baris cerucuk dengan tali pengikat agar baris-baris cerucuk
menjadi satu kesatuan yang kokoh.
(g) Ukuran-ukuran :
a. Tinggi bendung paling tinggi adalah 1 m
b. Panjang tubuh bendung paling panjang adalah 10 m
c. Lebar mercu bendung paling pendek adalah 1 m
d. Lebar tepi udik mulut bangunan pengambilan dari sisi udik tubuh
bendung minimal adalah 2 m
e. Panjang lantai hilir paling pendek adalah 3 m
f. Umur bendung paling sedikit 1 tahun
g. Tiang tegak kayu keras (dolken) ukuran + Ø 12 cm
h. Bambu mendatar ukuran + Ø 12 cm
(h) Bahan yang digunakan untuk bendung cerucuk ini diusahakan bahan
setempat yang mudah diperoleh.
¾ Kayu dolken/bambu tua diameter sekurang-kurangnya 12cm, yang
digunakan adalah jenis keras. Tali sebaiknya dari bahan yang tahan
lapuk (tali ijuk, plastik).
¾ Pengisi tubuh bendung dari bahan batu kali, tanah;
¾ Lantai Hilir dari bahan batu kali diameter 15-30cm dan anyaman
bambu gelondongan;
¾ Tali pengikat dari tali plastik, tambang ijuk, kawat.
2) Pengambilan Bebas
a) Bangunan ini tidak memerlukan bangunan melintang sungai untuk
membelokkan air ke saluran pembawa.
b) Bangunan ini ditempatkan pada akhir belokan luar sungai untuk
menghindari masuknya sedimen.
c) Jika pada sungai yang lurus, pengambilan dilengkapi pengarah arus.
Pengarah arus dibuat secara semi permanen dari bronjong atau
cerucuk bambu, dolken dengan menyesuaikan dengan konstruksi
bangunan pengambilan bebas dan sumber material yang ada.
d) Bangunan ini biasa dipakai di daerah pegunungan yang kemiringan
dasar sungainya cukup curam dan dasar sungainya cukup stabil.
e) Elevasi muka air pada saat debit minimum rata-rata mempunyai
tekanan yang cukup untuk mengairi lahan yang direncanakan.
3) Waduk/Embung
(1) Pada umumnya bangunan waduk/embung berfungsi untuk menampung
air hujan dan digunakan untuk irigasi air minum dan lain-lain.
(2) Waduk/embung dibuat pada daerah cekung atau pada alur sungai kecil
yang memungkinkan untuk menjadi penampung air.
(3) Dipilih pada daerah yang berjenis tanah tidak porous (lolos air).
(4) Tubuh tanggul waduk/embung pada umumnya dibuat dari timbunan tanah
pudel, bangunan intake dan pelimpah dibuat dari pasangan batu yang
ditempatkan pada tanah asli.
(5) Bila terjadi bocoran pada tanggul, maka diatasi dengan cara :
o Menebalkan tanggul bagian luar
o Membuat inti lapisan kedap air
o Dibuat pasangan batu atau diberi lapisan kedap air di bagian dalam
tanggul
o Membuat drain filter di kaki tanggul luar dari pasangan batu kosong atau
bronjong.
(6) Stabilitas tanggul diperhitungkan terhadap : Rembesan, Stabilitas lereng
dan penurunan.
(7) Untuk keperluan air irigasi perlu dibuat bangunan pengambilan.
(8) Disain Teknis :
- Pembuatan peta situasi genangan maupun lokasi bangunan embung
dilaksana dengan alat optik atau pipa (slang) plastik.
- Daya dukung tanah pondasi minimum 1 kg/cm2 (1 ton/m2)
- Koefisien rembesan maksimum K < 10 -5 m/det.
- Kemiringan badan embung, minimum hilir =1:3, hulu = 1: 3,5.
- Tinggi embung > 3 m dibuat berem selebar 2 m
- Lebar puncak embung minimum 4,00 m
- Bila lapisan kedap air berada < 2,00 m dari dasar tanah pondasi dibuat
paritan (cut off) lebar paritan 2,00 m.
- Tinggi jagaan minimum 1,00 pada tinggi air minimal
4) Mata Air
a) Sumber air ini berfungsi sebagai sumber air utama atau sebagai suplesi.
b) Untuk mata air ini biasanya dibuatkan bangunan penampung air, dialirkan
ke jaringan irigasi, melalui bangunan pengambilan yang dapat diatur.
c) Konstruksi bangunan penampung air dibuat dari pasangan batu.
d) Apabila diperlukan dibuat bangunan pelimpah untuk membuang limpahan
(over topping).
Catalan : Dalam menentukan elevasi dasar bangunan pengambilan
harus hati-hati agar mata air nantinya tidak berpidah atau mati.
5) Air Tanah
a) Air tanah adalah air yang berada pada lapisan bagian bawah tanah.
b) Kandungan air tanah terdapat pada lapisan tanah yang terbentuk dari
bahan-bahan tanah berpasir dan kerikil.
c) Lapisan tanah yang mengandung air tanah biasanya dibatasi oleh :
o Bagian bawah dengan lapisan kedap air
1) Saluran Pembawa
Untuk pengaliran air irigasi diperlukan saluran pembawa. Kapasitas saluran irigasi
ditentukan oleh kebutuhan air irigasi sehingga perencanaan saluran harus
diperhitungkan dengan biaya murah, pemeliharaan paling rendah, serta aman
terhadap erosi dan sedimentasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas
yang paling umum dibuat adalah saluran berbentuk trapesium
a) Pemilihan jenis saluran hendaknya mempertimbangkan
Fungsi jaringan irigasi dengan kondisi fisik dalam keadaan baik
Saluran lama yang ada
Biaya pemeliharaan murah
Pengoperasian mudah "
Aspirasi atau tradisi masyarakat setempat.
b) Perencanaan Saluran
Saluran pembawa dapat berupa saluran tanah, pasangan batu atau beton.
(1) Kapasitas rencana saluran dihitung berdasarkan kebutuhan air irigasi dengan
memperhatikan faktor efisiensi dan dimensi saluran yang ada.
(2) Saluran pembawa juga harus mempertimbangkan debit air hujan yang masuk.
(3) Saluran pasangan hanya digunakan pada tempat-tempat yang porous (tanah
berongga) sedangkan pada tempat-tempat rawan dapat dibuat saluran
tertutup.
(4) Kriteria perencanaan saluran :
Dimana :
Q = debit saluran (m3/dt) I = kemiringan saluran
V = kecepatan aliran (m/dt) K = koefisien kekasaran (m1/3/dt)
R = jari-jari hidrolis (m) w = tinggi jagaan tanggul (m)
A = luas potongan melintang basah(m2) b = lebar dasar saluran (m)
P = keliling basah(m) h = tinggi air (m)
m = kemiringan talut (1 vertical : m horizontal)
3) Bangunan Penguras
Saluran
Bangunan penguras yang dimaksud disini adalah bangunan penguras endapan
yang terdapat pada saluran utama.
a) Kriteria
Dimensi saluran untuk debit minimum Q = 0.100 m3/det
Dipasang pada jarak < 5.00 m dari bangunan pengambilan
Lokasi bangunan penguras (saluran utama) berdekatan dengan sungai
atau saluran pembuang yang berfungsi tempat pembuang endapan
Panjang saluran penguras yang menghubungkan bangunan penguras dan
saluran pembuang maksimum 25.00 m
Konstruksi bangunan penguras tidak dilengkapi dengan pintu, tetapi
dilengkapi balok sekat. Panjang balok sekat maksimum 0.80 m
C. Saluran Pembuang
1) Berfungsi untuk membuang kelebihan air hujan dan irigasi yang telah di pada
lahan sawah.
2) Saluran pembuang direncana di tempat-tempat yang rendah.
3) Saluran pembuang dapat berupa, saluran tanah atau pasangan batu.
4) Debit drainase rencana dari sawah di petak tersier dihitung dengan rumus
Qd = f. Dm. A
dimana : Qd = debit rencana;
f = faktor pengurangan (reduksi) daerah yang dibuang airnya
(1 untuk petak tersier).
Dm = Modulus pembuang (Idt/ha)
A = Luas daerah yang dibuang airnya (ha)
Jika data tidak tersedia dapat dipakai debit min. rencana 5–6 l/dt/ha.
5) Untuk perencanaan aliran saluran digunakan rumus Strickler (seperti pada
pembawa):
V = K. R2/3 . I 1 7 2
6) Kriteria perencanaan saluran pembuang utama, tersier dan kuarter untuk tanpa
pasangan :
2) Bangunan Sadap/Corongan
Bangunan Sadap/Corongan dibangun untuk menyadap air langsung dari Saluran
Pembawa Utama ke petak sawah yang luasnya 5 - 10 ha.
a) Bangunan Sadap/Corongan Type ini untuk menyadap air langsung dari
Saluran Pembawa Utama untuk areal 5 - 10 ha ke sebelah kiri atau kanan
saluran tanpa melalui boks pembagi.
b) Penyadapan dengan pipa beton atau pipa PVC 75 mm untuk areal 5 - 7ha
dan dengan pipa beton atau pipa PVC 100 mm untuk areal 8-12,50 ha.
c) Pintu Sadap/Corongan dapat dilengkapi dengan lubang balok sekat
d) Bangunan Sadap dapat dikombinasikan dengan bangunan boks pada bagian
ujung keluaran (outlet). Gambar a dan b.
E. Bangunan Pembawa
1). Bangunan Terjun
a) Bangunan terjun type ini adalah bangunan terjun dengan tembok tegak lurus
atau dengan kemiringan 1 : 5 seperti (Gambar 16) yang digunakan bila t inggi
terjun, Hmax (A - B) = 1,50 m. Apa bila terjadi tinggi terjun H > 1 50 m, maka
digunakan 2 buah bangunan terjun.
b) Syarat-syarat perhitungan untuk Bangunan Terjun Type ini secara praktis
dapat didasarkan pada :
¾ Lebar atas tembok penahan 0,30 m dan lebar bawah diambil 0,47 H.
¾ Panjang ruang olakan Lb = 4 - 6h (h = tinggi air di saluran)
¾ Panjang sayap hulu dan hilir bervariasi disesuaikan dengan tinggi air dan
keadaan tanah.
e) Dengan pertimbangan
diatas maka diambil
besarnya diameter pipa.
D = b + 0.8 h
D = Diameter pipa (m)
B = Lebar saluran (m)
H = Tinggi air (m)
Vo = 1, 5
Q
D (m) Ap (m2) R R2/3 I
(m3/dt)
0.4 0.126 0.100 0.215 0.0135 0.188
0.5 0.196 0.125 0.250 0.0100 0.294
0.6 0.283 0.150 0.282 0.0078 0.424
0.7 0.385 0.175 0.313 0.0064 0.577
0.8 0.502 0.200 0.342 0.0053 0.754
0.9 0.636 0.225 0.370 0.0046 0.954
1.0 0.785 0.250 0.397 0.0040 1.178
Vt=1.5m/dt, b = h
b h A P R R2/3 I1/2 I Q
0.3 0.3 0.090 0.900 0.1000 0.2154 0.1071 0.0115 0.135
0.4 0.4 0.160 1.200 0.1333 0.2610 0.0884 0.0078 0.240
0.5 0.5 0.250 1.500 0,1667 0.3029 0.0762 0.0058 0.375
0.6 0.6 0.360 1.800 0.2000 0.3420 0.0675 0,0046 0.540
0.7 0.7 0.490 2.100 0.2333 0.3790 0.0609 0.0037 0.735
¾ Agar dimensi talang ekonomis, maka kecepatan air yang lewat di atas
talang, Vt, ditetapkan minimum 1,50 m/dt dan tinggi tekanan hilang, z =
0,15 meter.
b. Peresapan
Berfungsi untuk membuang air limbah dari septictank sehingga didalam
septictank tinggal material pada saja. Syarat teknis peresapan :
Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa spesi/plesteran
agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi konstruksi harus
cukup kuat untuk menahan tanah tidak runtuh.
Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya untuk :
tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m.
Jarak ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air bersih
minimal 3m.
Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan harus
lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak masuk
ke sumur.
10
DRAIN 60
20
15
T. CUCI
A PIPA Ø 3"
BAK AIR POMPA A
200 15 385
10 50 10 100
20 15
20 90 20 180 20
330 60
10
RING BALOK
+ 2.00
PAS. BATA
KEDAP AIR
200
60
URUGAN TANAH
10
± 0.00
PIPA Ø 3" - 0.20
KE SUMUR 25
RESAPAN
10 50 10
150
- 0.80
- 1.00
PAS. BATU BATA 10 60 10 10 60 10 10 60 10
115 135 175
20
LANTAI KERJA
PASIR URUG
PAS. BATU KOSONG
20 20 90 20 180 20 20
PASIR
POTONGAN A - A
LAPISAN IJUK
KERIKIL
MANHOLE MANHOLE
PVC Ø4" BERLUBANG
BATU PECAH
PASANGAN BATA
BETON (1 PC : 2 PS)
(1PC : 2PS : 4KR)
POTONGAN A
A A
MANHOLE MANHOLE
Prasarana kesehatan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk
menunjang pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, melalui upaya kesehatan
yang berbasis masyarakat (UKBM).
Kegiatan UKBM yang dikembangkan dalam program ini antara lain adalah Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos bersalin
desa (Polindes), dalam cakupan layanan wilayah kelurahan/desa.
Lingkup pembangunan sarana/prasarana kesehatan dasar disini hanyalah mencakup
penyediaan fisik/bangunan sederhana termasuk meubelair yang diperlukan, tetapi
tidak termasuk penyediaan tenaga/peralatan medis, transportasi, komunikasi dan
obat-obatan.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana kesehatan dasar adalah sebagai berikut:
¾ Rehabilitasi/perbaikan bangunan yang telah ada karena fungsi bangunan
berkurang;
¾ Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung
penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsi organisasinya, misalnya gedung
Polindes yang ada dikembangkan menjadi Poskesdes.
¾ Kelurahan/desa yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum
memiliki bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan
kegiatan utama sesuai fungsinya;
¾ Kegiatan yang dilaksanakan harus dikoordinasikan dengan pemerintah
desa/kelurahan dan instansi teknis kesehatan setempat.
¾ Pembangunan Poskesdes tidak diprioritaskan bagi Desa/kelurahan yang terdapat
sarana kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).
1). Poskesdes
Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan berbagai UKBM yang ada di desa,
dikembangkan suatu bentuk UKBM yang dapat berfungsi mengkoordinasikan seluruh
UKBM yang ada. Fungsi koordinasi ini diperlukan, agar penyelenggaraan UKBM
tersebut dapat sinergis dalam upaya mewujudkan Desa Siaga. Perwujudan Desa
Siaga ini adalah dalam rangka mempercepat pencapaian Desa Sehat. UKBM yang
berfungsi koordinatif di desa tersebut adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Kegiatan Poskesdes, utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku beresiko, dan surveilans
lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawat daruratan
kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.
Poskesdes dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader, relawan dengan
bimbingan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
di Poskesdes minimal seorang Bidan. Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara
terpadu dengan lintas sektor. Pembinaan teknis medis secara periodik dilakukan oleh
Puskesmas, sedangkan hal-hal non teknis medis dilakukan oleh Pemerintah
Desa/Kelurahan dan lintas sektor di tingkat Kecamatan.
Kepengurusan Poskesdes dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa,
serta ditetapkan oleh Kepada Desa. Struktur pengurus minimal terdiri dari Pembina,
Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Susunan pengurus Poskesdes bersifat
2). Posyandu
Posyandu merupakan salah satu UKBM dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Pelayanan yang dilaksanakan terutama mencakup pelayanan : Kesehatan Ibu &
Anak, Bayi & Anak Balita, KB, Imunisasi, gizi dan penanggulangan diare kepada
masyarakat setempat.
Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/nagari. Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang
sesuai.
Kedudukan Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina
oleh pemerintah desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan
berbagai lembaga kemasyarakatan/LSM desa/kelurahan yang bergerak dibidang
kesehatan adalah sebagai mitra. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis
medis dibina oleh Puskesmas.
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat melalui musyawarah pada saat
pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari
Pembina, seorang ketua, seorang sekertaris dan seorang bendahara ditambah
SKALA
MODEL POSKESDES - 60 1m 2m 3m 4m 5m
Pos Kesehatan Desa O
100 200 300 400 500
LUAS BANGUNAN: ± 60 m2
Prasarana pendidikan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk
menunjang pelayanan pendidikan dasar bagi masyarakat yang dikelola oleh
masyarakat/pemerintah, tetapi tidak termasuk prasarana pendidikan dasar yang
dikelola oleh swasta/yayasan.
Pembangunan sarana/prasarana pendidikan dasar yang dikembangkan dalam
program ini antara lain adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Kanak-
kanan (TK), Rehabilitasi bangunan Sekolah Dasar/sederajat, termasuk meubeler
(seperti meja, bangku, papan tulis) tetapi tidak termasuk tenaga pengajar dan buku-
buku pelajaran.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana pendidikan dasar adalah :
¾ Rehabilitasi/perbaikan bangunan pendidikan dasar yang telah ada karena fungsi
bangunan berkurang;
¾ Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung
penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsinya, misalnya penambahan
ruangan belajar/ruang guru termasuk fasilitas sanitasi.
¾ Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, terutama bagi
kelurahan yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum memiliki
bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan kegiatan
utamanya.
¾ Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, bagi kelurahan
yang belum memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi bersedia membentuk
pengelola pemanfaatan & pemeliharaan bangunan segera setelah usulan
kegiatan disetujui.
Seluruh pembangunan prasarana pendidikan yang dibangun disini harus
dikoordinasikan dan tidak bertentangan dengan kebijakan/perencanaan umum dari
pemerintah desa/kelurahan dan dinas/sektor Pendidikan dan Kebudayaan di daerah
setempat.
Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung
(sederhana) tahan gempa atau untuk rehabilitasi SD mengacu pada standar teknis
bangunan SD tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait
dengan kebutuhan ruangan dan kelengkapan fasilitas bangunan mengacu pada
standar teknis yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
a). Pasar
Pasar yang dimaksudkan disini adalah pasar desa/kelurahan yang merupakan suatu
tempat yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi jual beli.
Persyaratan utama untuk pembangunan pasar adalah adanya penjual dan pembeli
serta barang/komoditas yang diperjual belikan.
Lingkup kegiatan pembangunan pasar desa/kelurahan diprioritaskan pada :
1) Rehabilitasi atau perbaikan bangunan pasar lama yang telah ada;
2) Peningkatan bangunan/fasilitas pasar yang telah ada sehingga mampu
memberikan pelayanan secara lebih optimal;
3) Pembangunan pasar baru yang benar-benar dibutuhkan.
Kriteria rehabilitasi/peningkatan pasar lama yang perlu diperhatikan, antara lain :
1) Pasar lama yang ada masih terdapat aktivitas perdagangan dan pedagang yang
ada/calon pedagang bersedia memanfaatkan pasar secara rutin;
2) Bangunan pasar lama masih kuat dan akan tetap stabil;
3) Tersedia lokasi yang cukup untuk peningkatan bangunan/fasilitas pasar lama
sehingga mampu meningkatkan pelayanannya.
4) Lokasi pasar lama tidak bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah
setempat;
Kriteria pembangunan baru pasar desa/kelurahan, antara lain :
1) Belum tersedia pasar terdekat, dengan jarak kurang lebih 5 km;
2) Sudah ada beberapa bakal calon (embrio) pedagang;
3) Jumlah yang cukup dari calon pedagang yang bersedia dan terdaftar untuk
memanfaatkan pasar secara rutin;
4) Ada komoditas/barang dagangan setempat yang akan diperjual-belikan;
5) Tersedia lahan yang siap dipergunakan sesuai kebutuhan luas pasar tanpa
menimbulkan dampak lingkungan dan social bagi warga;
6) Lokasi pasar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah setempat;
5. TEKNIS
1. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan setempat yang tersedia dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan bahan
bangunan yang tercantum dalam SNI
b. Kemudahan penyediaan bahan bangunan
c. Kemudahan pelaksanaan konstruksi
d. Keandalan konstruksi
2. Konstruksi
Konstruksi bangunan dibuat sederhana sehingga tidak diperlukan perhitungan-
perhitungan konstruksi, namun apabila daya dukung tanahnya kurang baik maka
perlu dilakukan perhitungan. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar
teknis bangunan gedung (sederhana) tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU.