David Hume

From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Jump to: navigation , search Langsung ke: navigasi , cari
For other people named David Hume, see David Hume (disambiguation) . Untuk orang lain bernama
David Hume, lihat David Hume (disambiguasi) .
David Hume David Hume
David Hume David Hume
Born Lahir 7 May 1711 ( 1711-05-07 ) 7 Mei 1711 (1711/05/07)
Edinburgh , Scotland Edinburgh , Skotlandia
Died Meninggal 25 August 1776 ( 1776-08-25 ) (aged 65) 25 Agustus 1776 (1776/08/25) (umur
65)
Edinburgh, Scotland Edinburgh, Skotlandia
Era Era 18th-century philosophy Filsafat abad ke-18
Region Daerah Western Philosophy Filsafat Barat
School Sekolah Scottish Enlightenment ; Naturalism , Skepticism , Empiricism , Utilitarianism ,
Classical liberalism Pencerahan Skotlandia , Naturalisme , Skeptisisme , empirisme , utilitarianisme ,
liberalisme Klasik
Main interests Utama kepentingan Epistemology , Metaphysics , Philosophy of Mind , Ethics ,
Political Philosophy , Aesthetics , Philosophy of Religion , Classical Economics Epistemologi , Metafisika ,
Filsafat Mind , Etika , Filsafat Politik , Estetika , Filsafat Agama , Ekonomi Klasik
Notable ideas Gagasan penting: Problem of causation , Bundle theory , Induction , Is–ought
problem , Utility , Science of man Masalah penyebab , teori Bundle , Induksi , Is-seharusnya masalah ,
Utility , Ilmu manusia
Influenced by Dipengaruhi oleh [show]

* Locke , Descartes , Berkeley , Hobbes , Hutcheson , Newton , Leibniz , Epicurus , Cicero ,

Malebranche , Earl of Shaftesbury , Sextus Empiricus , Pyrrho , Pierre Bayle Locke , Descartes , Berkeley
, Hobbes , Hutcheson , Newton , Leibniz , Epicurus , Cicero , Malebranche , Earl dari Shaftesbury ,
Empiricus Sextus , Pyrrho , Bayle Pierre

Influenced Terpengaruh [show]

* Adam Smith , Adam Ferguson , Immanuel Kant , Jeremy Bentham , James Madison , Alexander
Hamilton , Arthur Schopenhauer , African Spir , Auguste Comte , John Stuart Mill , Baron d'Holbach ,
Charles Darwin , Thomas Huxley , William James , Bertrand Russell , Albert Einstein , Karl Popper , AJ
Ayer , JL Mackie , Noam Chomsky , Simon Blackburn , David Kellogg Lewis , Daniel Dennett , Jerry
Fodor , Kenneth Binmore Adam Smith , Adam Ferguson , Immanuel Kant , Jeremy Bentham , James
Madison , Alexander Hamilton , Arthur Schopenhauer , Spir Afrika , Auguste Comte , John Stuart Mill ,
Baron d'Holbach , Charles Darwin , Thomas Huxley , William James , Bertrand Russell , Albert Einstein ,
Karl Popper , AJ Ayer , JL Mackie , Noam Chomsky , Blackburn Simon , David Lewis Kellogg , Daniel
Dennett , Fodor Jerry , Binmore Kenneth

David Hume (7 May 1711 [26 April OS ] – 25 August 1776) was a Scottish philosopher , historian ,
economist , and essayist , known especially for his philosophical empiricism and skepticism . David Hume
(7 Mei 1711 [26 April OS ] - 25 Agustus 1776) adalah seorang Skotlandia filsuf , sejarawan , ekonom , dan
eseis , yang dikenal terutama untuk filosofisnya empirisme dan skeptisisme . He is regarded as one of the
most important figures in the history of Western philosophy and the Scottish Enlightenment . Ia dianggap
sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah filsafat Barat dan Pencerahan Skotlandia . Hume
is often grouped with John Locke , George Berkeley , and a handful of others as a British Empiricist . [ 1 ]
Hume sering dikelompokkan dengan John Locke , George Berkeley , dan beberapa orang lain sebagai
empiris Inggris . [1]

Beginning with his A Treatise of Human Nature (1739), Hume strove to create a total naturalistic " science
of man " that examined the psychological basis of human nature . Dimulai dengan nya Treatise A Human
Nature (1739), Hume berusaha untuk membuat total naturalistik " ilmu manusia "yang memeriksa
psikologis dasar sifat manusia . In stark opposition to the rationalists who preceded him, most notably
Descartes , he concluded that desire rather than reason governed human behavior, saying famously:
"Reason is, and ought only to be the slave of the passions." Dalam oposisi sekali dengan rasionalis yang
mendahuluinya, terutama Descartes , ia menyimpulkan bahwa keinginan daripada alasan diatur perilaku
manusia, terkenal berkata: "Alasannya adalah, dan hanya harus menjadi budak dari hawa nafsu." A
prominent figure in the skeptical philosophical tradition and a strong empiricist , he argued against the
existence of innate ideas , concluding instead that humans have knowledge only of things they directly
experience. Seorang tokoh terkemuka dalam tradisi filsafat skeptis dan kuat empiris , ia menentang
keberadaan ide-ide bawaan , menyimpulkan bahwa manusia bukan hanya memiliki pengetahuan tentang
hal-hal yang secara langsung pengalaman. Thus he divides perceptions between strong and lively
"impressions" or direct sensations and fainter "ideas," which are copied from impressions. Dengan
demikian ia membagi persepsi antara yang kuat dan hidup "tayangan" atau sensasi langsung dan samar
"ide," yang disalin dari tayangan. He developed the position that mental behavior is governed by
"custom"; our use of induction , for example, is justified only by our idea of the "constant conjunction" of
causes and effects. Ia mengembangkan posisi bahwa perilaku mental diatur oleh "adat"; penggunaan kita
induksi , misalnya, dibenarkan hanya oleh gagasan kita tentang "bersama konstan" sebab dan akibat.
Without direct impressions of a metaphysical "self," he concluded that humans have no actual conception
of the self, only of a bundle of sensations associated with the self. Tanpa tayangan langsung dari
metafisik "diri," pungkasnya bahwa manusia tidak memiliki konsepsi yang sebenarnya dari diri, hanya dari
seikat sensasi yang terkait dengan diri. Hume advocated a compatibilist theory of free will that proved
extremely influential on subsequent moral philosophy . Hume menganjurkan compatibilist teori kehendak
bebas yang terbukti sangat berpengaruh pada berikutnya filsafat moral . He was also a sentimentalist
who held that ethics are based on feelings rather than abstract moral principles. Ia juga seorang
sentimental yang memegang bahwa etika didasarkan pada perasaan daripada prinsip-prinsip moral
abstrak. Hume also examined the normative is–ought problem . Hume juga memeriksa normatif
-seharusnya adalah masalah . He held notoriously ambiguous views of Christianity , [ 2 ] but famously
challenged the argument from design in his Dialogues Concerning Natural Religion (1779). Ia memegang
pandangan ambigu terkenal Kristen , [2] tetapi terkenal menantang argumen dari desain dalam bukunya
Dialogues Concerning Natural Religion (1779).

Kant credited Hume with waking him up from his "dogmatic slumbers" and Hume has proved extremely
influential on subsequent philosophy, especially on utilitarianism , logical positivism , William James ,
philosophy of science , early analytic philosophy , cognitive philosophy, and other movements and
thinkers. Kant dikreditkan Hume dengan membangunkan dia dari "terlelap dogmatis" dan Hume telah
terbukti sangat berpengaruh pada filsafat berikutnya, terutama pada utilitarianisme , positivisme logis ,
William James , filsafat ilmu , awal filsafat analitik , filsafat kognitif, dan gerakan lainnya dan pemikir. The
philosopher Jerry Fodor proclaimed Hume's Treatise "the founding document of cognitive science ." [ 3 ]
Also famous as a prose stylist, [ 4 ] Hume pioneered the essay as a literary genre and engaged with
contemporary intellectual luminaries such as Jean-Jacques Rousseau , Adam Smith (who acknowledged
Hume's influence on his economics and political philosophy ), James Boswell , Joseph Butler , and
Thomas Reid . Filsuf Jerry Fodor memproklamasikan Hume Risalah "dokumen pendiri ilmu kognitif . " [3]
Juga terkenal sebagai penata prosa, [4] Hume memelopori esai sebagai genre sastra dan terlibat dengan
tokoh-tokoh intelektual kontemporer seperti Jean-Jacques Rousseau , Adam Smith (yang diakui's
pengaruh Hume pada nya ekonomi dan filsafat politik ), James Boswell , Joseph Butler , dan Thomas
Reid .
Contents Isi
[hide]

* 1 Life 1 Kehidupan
o 1.1 Education 1.1 Pendidikan
o 1.2 Career 1.2 Karir
o 1.3 Religion 1.3 Agama
o 1.4 Later life 1.4 Kemudian kehidupan
* 2 Science of man 2 Ilmu manusia
o 2.1 Induction 2.1 Induksi
o 2.2 Causation 2.2 Penyebab
o 2.3 The self 2.3 Diri
 o 2.4 Practical reason 2.4 Alasan Praktis
o 2.5 Ethics 2.5 Etika
o 2.6 Free will, determinism, and responsibility 2.6 Gratis akan, determinisme, dan tanggung jawab
o 2.7 Problem of miracles 2.7 Masalah keajaiban
o 2.8 Design argument 2.8 Desain argumen
o 2.9 Political theory 2.9 Teori Politik
o 2.10 Contributions to economic thought 2.10 Kontribusi pemikiran ekonomi
* 3 As historian of England 3 Sebagai sejarawan Inggris
* 4 Works 4 Pekerjaan
* 5 Hume's influence 5 Hume pengaruh
* 6 See also 6 Lihat juga
* 7 Footnotes 7 Catatan kaki
* 8 References 8 Referensi
* 9 Further reading 9 Bacaan lebih lanjut
* 10 External links 10 Pranala luar

[ edit ] Life [ sunting ] Hidup

David Hume, originally David Home, son of Joseph Home of Chirnside , advocate, and Katherine
Falconer, was born on 26 April 1711 ( Old Style ) in a tenement on the north side of the Lawnmarket in
Edinburgh . David Hume, awalnya David Home, anak Yusuf Rumah Chirnside , advokat, dan Katherine
Falconer, lahir pada 26 April 1711 ( Old Style ) dalam rumah petak di sisi utara Lawnmarket di Edinburgh .
He changed his name in 1734 because the English had difficulty pronouncing 'Home' in the Scottish
manner. Dia mengubah namanya di 1734 karena Inggris mengalami kesulitan mengucapkan 'Home'
dengan cara Skotlandia. Throughout his life Hume, who never married, spent time occasionally at his
family home at Ninewells by Chirnside , Berwickshire . Sepanjang hidupnya Hume, yang tidak pernah
menikah, kadang-kadang menghabiskan waktu di rumah keluarganya di Ninewells oleh Chirnside ,
Berwickshire .
[ edit ] Education [ sunting ] Pendidikan
An engraving of Hume from his The History of England Vol. Sebuah ukiran Hume dari nya Sejarah Inggris
Vol. I (1754) I (1754)

Hume attended the University of Edinburgh at the unusually early age of twelve (possibly as young as
ten) at a time when fourteen was normal. Hume menghadiri Universitas Edinburgh pada usia awal yang
luar biasa dari dua belas (mungkin semuda sepuluh) pada saat empat belas adalah normal. At first he
considered a career in law , but came to have, in his words, "an insurmountable aversion to everything
but the pursuits of Philosophy and general Learning; and while [my family] fanceyed I was poring over
Voet and Vinnius , Cicero and Virgil were the Authors which I was secretly devouring". [ 5 ] He had little
respect for the professors of his time, telling a friend in 1735, "there is nothing to be learnt from a
Professor , which is not to be met with in Books". [ 6 ] Pada awalnya ia dianggap sebagai karir di hukum ,
tetapi datang untuk memiliki, dalam kata-katanya, "keengganan dapat diatasi untuk segalanya tetapi
pengejaran dari Filsafat dan Pembelajaran umum, dan sementara [keluarga saya] fanceyed aku meneliti
Voet dan Vinnius , Cicero dan Virgil adalah Penulis yang saya diam-diam melahap ". [5] Dia hormat untuk
para profesor pada masanya, menceritakan seorang teman pada tahun 1735, "tidak ada yang bisa
dipelajari dari Profesor , yang tidak akan bertemu dengan di Buku ". [6]

Hume made a philosophical discovery that opened up to him "...a new Scene of Thought," which inspired
him "...to throw up every other Pleasure or Business to apply entirely to it." [ 7 ] He did not recount what
this "Scene" was, and commentators have offered a variety of speculations. [ 8 ] Due to this inspiration,
Hume set out to spend a minimum of ten years reading and writing. Hume membuat penemuan filosofis
yang membuka padanya "... sebuah Scene baru Thought," yang terinspirasi dia "... muntah setiap
Pleasure lain atau Usaha untuk menerapkan sepenuhnya untuk itu." [7] Dia tidak menceritakan apa ini
"Scene" itu, dan komentator telah menawarkan berbagai spekulasi. [8] Karena inspirasi ini, Hume
berangkat untuk mengeluarkan dana sebesar sepuluh tahun membaca dan menulis. He came to the
verge of nervous breakdown , after which he decided to have a more active life to better continue his
learning. [ 9 ] Dia datang ke ambang gangguan saraf , setelah itu ia memutuskan untuk memiliki hidup
yang lebih aktif untuk lebih baik melanjutkan belajar nya. [9]
[ edit ] Career [ sunting ] Karir

As Hume's options lay between a traveling tutorship and a stool in a merchant's office, he chose the latter.
Sebagai pilihan Hume terletak antara pembimbing perjalanan dan sebuah kursi di kantor seorang
pedagang, ia memilih yang terakhir. In 1734, after a few months occupied with commerce in Bristol , he
went to La Flèche in Anjou , France. Pada 1734, setelah beberapa bulan sibuk dengan perdagangan di
Bristol , ia pergi ke La Fleche di Anjou , Perancis. There he had frequent discourse with the Jesuits of the
College of La Flèche . Di sana ia sering wacana dengan Jesuit dari College of La Fleche . As he had
spent most of his savings during his four years there while writing A Treatise of Human Nature , [ 9 ] he
resolved "to make a very rigid frugality supply my deficiency of fortune, to maintain unimpaired my
independency, and to regard every object as contemptible except the improvements of my talents in
literature". [ 10 ] He completed the Treatise at the age of 26. Saat ia telah menghabiskan sebagian besar
tabungannya selama empat tahun di sana saat menulis A Treatise of Human Nature , [9] ia memutuskan
"untuk membuat kaku berhemat sangat pasokan kekurangan saya keberuntungan, untuk menjaga
independensi saya utuh, dan menganggap setiap objek sebagai hina kecuali perbaikan bakat saya dalam
sastra ". [10] Beliau menyelesaikan Treatise pada usia 26.

Although many scholars today consider the Treatise to be Hume's most important work and one of the
most important books in Western philosophy, the critics in Great Britain at the time did not agree,
describing it as "abstract and unintelligible". [ 11 ] Despite the disappointment, Hume later wrote, "Being
naturally of a cheerful and sanguine temper, I soon recovered from the blow and prosecuted with great
ardour my studies in the country". [ 10 ] There, he wrote the Abstract [ 12 ] Without revealing his
authorship, he aimed to make his larger work more intelligible. Meskipun banyak ahli saat ini
menganggap Treatise menjadi yang paling penting kerja Hume dan salah satu yang penting buku yang
paling dalam filsafat Barat, para kritikus di Inggris pada saat itu tidak setuju, menggambarkannya sebagai
"abstrak dan tidak jelas". [11] Meskipun kekecewaan, Hume kemudian menulis, "Menjadi alami dari ceria
dan optimis marah, saya segera pulih dari pukulan itu dan dituntut dengan semangat besar studi saya di
negara ini ". [10] Di sana, ia menulis Abstrak [12] Tanpa mengungkapkan kepengarangan nya , ia
bertujuan untuk membuat karyanya lebih besar dan lebih dimengerti.

After the publication of Essays Moral and Political in 1744, Hume applied for the Chair of Pneumatics and
Moral Philosophy at the University of Edinburgh . Setelah publikasi Essays Moral dan Politik di 1744,
Hume diterapkan untuk Ketua Pneumatics dan Moral Filsafat di Universitas Edinburgh . However, the
position was given to William Cleghorn , after Edinburgh ministers petitioned the town council not to
appoint Hume because he was seen as an atheist . [ 13 ] Namun, posisi itu diberikan kepada William
Cleghorn , setelah Edinburgh menteri mengajukan petisi kepada dewan kota untuk tidak menunjuk Hume
karena ia dilihat sebagai ateis . [13]

During the 1745 Jacobite Rebellion , Hume tutored the Marquis of Annandale (1720–92), who was
officially described as a "lunatic". [ 14 ] This engagement ended in disarray after about a year. Selama
1745 Yakobit Pemberontakan , Hume mengajari para Marquis dari Annandale (1720-1792), yang secara
resmi digambarkan sebagai "gila". [14] Hal ini keterlibatan berakhir pada berantakan setelah sekitar satu
tahun. But it was then that Hume started his great historical work The History of England , which took
fifteen years and ran over a million words, to be published in six volumes in the period between 1754 and
1762, while also involved with the Canongate Theatre. Tapi itulah Hume mulai pekerjaan besar sejarah
nya Sejarah Inggris , yang memakan waktu lima belas tahun dan berlari lebih dari satu juta kata-kata,
yang akan diterbitkan dalam enam volume pada periode antara 1754 dan 1762, sementara juga terlibat
dengan Teater Canongate. In this context, he associated with Lord Monboddo and other Scottish
Enlightenment luminaries in Edinburgh. Dalam konteks ini, ia dikaitkan dengan Tuhan Monboddo dan
Pencerahan Skotlandia tokoh-tokoh di Edinburgh. From 1746, Hume served for three years as Secretary
to Lieutenant-General St Clair , and wrote Philosophical Essays Concerning Human Understanding , later
published as An Enquiry Concerning Human Understanding . Dari 1746, Hume menjabat selama tiga
tahun sebagai Sekretaris Letnan Jenderal St Clair , dan menulis Philosophical Essays Concerning
Human Understanding, kemudian diterbitkan sebagai An Enquiry Concerning Human Understanding .
The Enquiry proved little more successful than the Treatise . Para Enquiry terbukti sedikit lebih berhasil
daripada Treatise.

Hume was charged with heresy , but he was defended by his young clerical friends, who argued that—as
an atheist —he was outside the Church's jurisdiction. Hume dituduh bid'ah , tapi ia dipertahankan oleh
ulama muda teman-temannya, yang berpendapat bahwa-sebagai ateis -ia berada di luar Gereja
yurisdiksi. Despite his acquittal, Hume failed to gain the Chair of Philosophy at the University of Glasgow .
Meskipun pembebasan itu, Hume gagal untuk mendapatkan Ketua Filsafat di Universitas Glasgow .

It was after returning to Edinburgh in 1752, as he wrote in My Own Life , that "the Faculty of Advocates
chose me their Librarian, an office from which I received little or no emolument, but which gave me the
command of a large library". [ 15 ] This resource enabled him to continue historical research for The
History of England . Hal itu setelah kembali ke Edinburgh tahun 1752, ketika ia menulis dalam My Own
Life, bahwa "Fakultas Advokat memilih saya Pustakawan mereka, kantor dari yang saya diterima atau
tidak ada honor kecil, tetapi yang memberi saya perintah dari sebuah perpustakaan besar" . [15] Sumber
daya ini memungkinkan dia untuk melanjutkan penelitian sejarah untuk Sejarah Inggris.

Hume achieved great literary fame as a historian. Hume mencapai ketenaran sastra besar sebagai
seorang sejarawan. His enormous The History of England , tracing events from the Invasion of Julius
Caesar to the Revolution of 1688 , was a best-seller in its day. besar-Nya Sejarah Inggris, menelusuri
peristiwa dari Invasi Julius Caesar ke Revolusi 1688 , adalah best-seller dalam sehari. In it, Hume
presented political man as a creature of habit, with a disposition to submit quietly to established
government unless confronted by uncertain circumstances. Di dalamnya, Hume menyerahkan orang
politik sebagai makhluk kebiasaan, dengan disposisi untuk menyerahkan diam-diam kepada pemerintah
ditetapkan kecuali dihadapkan oleh keadaan yang tidak menentu. In his view, only religious difference
could deflect men from their everyday lives to think about political matters. Dalam pandangannya, hanya
perbedaan agama bisa membelokkan orang dari kehidupan sehari-hari mereka untuk berpikir tentang
hal-hal politik.

However, Hume's volume of Political Discourses (published by Kincaid & Donaldson , 1752) [ 16 ] was the
only work he considered successful on first publication. [ 17 ] Namun,'s volume Hume Politik Wacana
(diterbitkan oleh Kincaid & Donaldson , 1752) [16] adalah bekerja hanya dia dianggap berhasil di
publikasi pertama. [17]
[ edit ] Religion [ sunting ] Agama
Tomb of David Hume in Edinburgh Makam David Hume di Edinburgh

Hume wrote a great deal on religion. Hume menulis banyak tentang agama. However, the question of
what were Hume's personal views on religion is a difficult one. [ 18 ] The Church of Scotland seriously
considered bringing charges of infidelity against him. [ 19 ] He never declared himself to be an atheist, but
had he been hostile to religion Hume would have been persecuted and his writings constrained, perhaps
the reason behind his ambiguity. Namun, pertanyaan tentang apa yang pribadi pandangan's Hume
tentang agama adalah salah satu yang sulit. [18] The Church of Scotland serius dianggap membawa
tuduhan perselingkuhan terhadap dia. [19] Ia tidak pernah menyatakan dirinya sebagai seorang ateis,
tetapi ia telah memusuhi untuk agama Hume akan dianiaya dan tulisan-tulisannya dibatasi, mungkin
alasan di balik ambiguitas nya. He did not acknowledge his authorship of many of his works in this area
until close to his death, and some were not even published until afterwards. Dia tidak mengakui
kepengarangan nya banyak dari karya-karyanya di daerah ini sampai dekat dengan kematian-Nya, dan
beberapa bahkan tidak dipublikasikan sampai sesudahnya.

In works such as On Superstition and Enthusiasm , Hume specifically seems to support the standard
religious views of his time and place. Dalam karya-karya seperti Pada Takhayul dan Antusiasme, Hume
khusus tampaknya mendukung pandangan agama standar waktu dan tempat. This still meant that he
could be very critical of the Catholic Church , referring to it with the standard Protestant epithets and
descriptions of it as superstition and idolatry [ 20 ] as well as dismissing what his compatriots saw as
uncivilised beliefs. [ 21 ] He also considered extreme Protestant sects, which he called enthusiasts , to be
corrupters of religion. [ 22 ] Yet he also put forward arguments that suggested that polytheism had much
to commend it in preference to monotheism. [ 23 ] Ini masih berarti bahwa ia bisa sangat kritis terhadap
Gereja Katolik , merujuk ke sana dengan julukan Protestan standar dan deskripsi sebagai takhayul dan
penyembahan berhala [20] serta mengabaikan apa sebangsanya lihat sebagai kepercayaan tidak
beradab. [21] Ia juga dianggap sekte Protestan ekstrim, yang disebutnya penggemar, untuk menjadi
koruptor agama. [22] Namun, ia juga mengajukan argumen yang menunjukkan kemusyrikan yang banyak
memuji dalam preferensi untuk monoteisme. [23]

In his works, he attacked many of the basic assumptions of religion and Christian belief, and his
arguments have become the foundation of much of the succeeding secular thinking about religion. Dalam
karya-karyanya, ia menyerang banyak asumsi dasar agama dan kepercayaan Kristen, dan argumennya
menjadi dasar dari banyak pemikiran sekuler berikutnya tentang agama. In his Dialogues Concerning
Natural Religion , one of his protagonists challenged one of the intellectual arguments for belief in God or
one god (especially in the Age of Enlightenment ): the Argument from Design . Dalam karyanya Dialogues
Concerning Natural Agama , salah satu protagonis nya menantang salah satu argumen intelektual untuk
kepercayaan pada Tuhan atau satu dewa (terutama di Abad Pencerahan ): yang Argumen dari Design .
Also, in his Of Miracles , he challenged the idea that religion (specifically Christianity) is supported by
revelation . Juga, dalam bukunya Dari Miracles , dia menantang ide bahwa agama (khususnya Kristen)
didukung oleh wahyu .

Nevertheless, he was capable of writing in the introduction to his The Natural History of Religion "The
whole frame of nature bespeaks an intelligent author". Namun demikian, ia mampu menulis dalam
pengantar nya Natural History Agama "Bingkai seluruh alam memperlihatkan, seorang penulis cerdas". In
spite of that, he writes at the end of the essay: "Examine the religious principles, which have, in fact,
prevailed in the world. You will scarcely be persuaded, that they are anything but sick men's dreams", and
"Doubt, uncertainty, suspence of judgement appear the only result of our most accurate scrutiny,
concerning this subject". Disamping itu, dia menulis di akhir esai: "Perhatikan prinsip-prinsip agama,
yang, pada kenyataannya, menang di dunia Anda hampir tidak akan yakin, bahwa mereka adalah
sesuatu tetapi impian orang sakit.", Dan "Keraguan , ketidakpastian, suspence penghakiman muncul
hanya hasil pengawasan kita yang paling akurat, mengenai ini "subjek.

It is likely that Hume was skeptical both about religious belief (at least as demanded by the religious
organisations of his time) and of the complete atheism promoted by such contemporaries as Baron
d'Holbach . Kemungkinan bahwa Hume merasa skeptis baik tentang agama kepercayaan (setidaknya
seperti yang diminta oleh organisasi keagamaan pada masanya) dan ateisme lengkap dipromosikan oleh
sezamannya seperti Baron d'Holbach . Russell (2008) suggests that perhaps Hume's position is best
characterised by the term "irreligion". Russell (2008) menunjukkan bahwa posisi Hume mungkin adalah
yang terbaik ditandai oleh "ketiadaan agama" panjang. O'Connor (2001, p19) writes that Hume "did not
believe in the God of standard theism. ... but he did not rule out all concepts of deity". O'Connor (2001,
P19) menulis bahwa Hume "tidak percaya pada Allah teisme standar. ... Tapi dia tidak menutup
kemungkinan semua konsep ketuhanan". Also, "ambiguity suited his purposes, and this creates difficulty
in definitively pinning down his final position on religion". Juga, "cocok ambiguitas tujuan-Nya, dan hal ini
menciptakan kesulitan dalam definitif pinning down posisi terakhir tentang agama".
[ edit ] Later life [ sunting ] Kemudian kehidupan

From 1763 to 1765, Hume was Secretary to Lord Hertford in Paris. Dari 1763-1765, Hume adalah
Sekretaris Tuhan Hertford di Paris. He met and later fell out with Jean-Jacques Rousseau . Dia bertemu
dan kemudian jatuh dengan Jean-Jacques Rousseau . He wrote of his Paris life, "I really wish often for
the plain roughness of The Poker Club of Edinburgh ... to correct and qualify so much lusciousness".
[ 24 ] For a year from 1767, Hume held the appointment of Under Secretary of State for the Northern
Department. Dia menulis kehidupan Paris, "Saya benar-benar berharap sering untuk kekasaran dataran
The Poker Club dari Edinburgh ... untuk memperbaiki dan memenuhi syarat banyak lusciousness begitu
". [24] Untuk tahun dari 1767, Hume memegang pengangkatan Wakil Menteri Negara Departemen Utara.
In 1768, he settled in Edinburgh ; he lived from 1771 until his death in 1776 at the southwest corner of St.
Andrew's Square, in Edinburgh's New Town , at what is now 21 Saint David Street. Pada 1768, ia
menetap di Edinburgh , ia hidup dari 1771 sampai kematiannya pada tahun 1776 di sudut barat daya St
Andrew's Square, di Edinburgh's New Town , pada apa yang sekarang 21 Saint David Street. (A popular
story, consistent with some historical evidence, [ 25 ] suggests the street was named after Hume.)
(Sebuah cerita populer, konsisten dengan beberapa bukti sejarah, [25] menunjukkan jalan bernama
setelah Hume.)

James Boswell visited Hume a few weeks before his death (most likely of either bowel or liver cancer ).
James Boswell Hume mengunjungi beberapa minggu sebelum kematiannya (kemungkinan besar baik
usus atau hati kanker ). Hume told him he sincerely believed it a "most unreasonable fancy" that there
might be life after death. [ 26 ] This meeting was dramatized in semi-fictional form for the BBC by Michael
Ignatieff as Dialogue in the Dark . Hume mengatakan bahwa ia dengan tulus percaya bahwa sebuah
"tidak masuk akal yang paling mewah" yang mungkin ada kehidupan setelah kematian. [26] Pertemuan
ini didramatisasi dalam bentuk semi-fiksi untuk BBC oleh Michael Ignatieff sebagai Dialog in the Dark.
Hume asked that he be interred in a "simple roman tomb"; in his will he requests that it be inscribed only
with his name and the year of his birth and death, "leaving it to Posterity to add the Rest." [ 27 ] It stands,
as he wished it, on the Southern slope of Calton Hill , in the Old Calton Cemetery , not far from his New
Town home. Hume bertanya bahwa dia akan dikebumikan di sebuah "makam romawi sederhana", dalam
surat wasiatnya ia meminta agar hal itu harus ditulis hanya dengan nama dan tahun kelahiran dan
kematian, "meninggalkan ke generasi untuk menambahkan Istirahat." [27] berdiri, karena ia berharap itu,
di lereng selatan Calton Hill , di Old Calton Pemakaman , tidak jauh dari rumahnya di Kota Baru.
[ edit ] Science of man [ sunting ] Ilmu manusia
A statue of Hume by Alexander Stoddart on the Royal Mile in Edinburgh Sebuah patung Hume oleh
Alexander Stoddart pada Royal Mile di Edinburgh

In the introduction to A Treatise of Human Nature , Hume writes "'Tis evident, that all the sciences have a
relation, more or less, to human nature ... Even Mathematics , Natural Philosophy , and Natural Religion ,
are in some measure dependent on the science of Man". Dalam pendahuluan A Treatise of Human
Nature, Hume menulis Tis jelas "', bahwa semua ilmu memiliki hubungan yang lebih atau kurang, untuk
sifat manusia ... Bahkan Matematika, Filsafat Alam, dan Alam Agama, yang dalam beberapa ukuran
tergantung pada ilmu Manusia ". Also, "the science of man is the only solid foundation for the other
sciences", and the method for this science assumes "experience and observation" as the foundations of a
logical argument. [ 28 ] Because "Hume's plan is to extend to philosophy in general the methodological
limitations of Newtonian physics ", [ 29 ] Hume is characterised as an empiricist . Juga, "ilmu manusia
adalah solid-satunya fondasi untuk ilmu lain", dan metode ilmu ini mengasumsikan "pengalaman dan
pengamatan" sebagai fondasi dari sebuah argumen logis. [28] Karena "Rencana Hume adalah untuk
memberikan kepada filsafat pada umumnya keterbatasan metodologis fisika Newton ", [29] Hume
ditandai sebagai empiris .

Until recently, Hume was seen as a forerunner of the logical positivist movement; a form of anti-
metaphysical empiricism. Sampai saat ini, Hume dipandang sebagai pendahulu dari positivis logis
gerakan, sebuah bentuk anti-metafisik empirisme. According to the logical positivists, unless a statement
could be verified by experience, or else was true or false by definition (ie either tautological or
contradictory ), then it was meaningless (this is a summary statement of their verification principle ).
Menurut positivis logis, kecuali pernyataan dapat dibuktikan oleh pengalaman, atau orang lain yang benar
atau salah menurut definisi (baik tautologis atau bertentangan ), maka itu berarti (ini adalah pernyataan
ringkasan dari mereka prinsip verifikasi ). Hume, on this view, was a proto-positivist, who, in his
philosophical writings, attempted to demonstrate how ordinary propositions about objects, causal
relations, the self, and so on, are semantically equivalent to propositions about one's experiences. [ 30 ]
Hume, pada pandangan ini, adalah positivis-proto, yang, dalam tulisan-tulisan filosofisnya, mencoba
untuk menunjukkan bagaimana biasa proposisi tentang obyek, hubungan kausal, diri, dan seterusnya,
secara semantik setara dengan proposisi tentang itu pengalaman satu. [30]

Many commentators have since rejected this understanding of Humean empiricism, stressing an
epistemological , rather than a semantic reading of his project. [ 31 ] According to this view, Hume's
empiricism consisted in the idea that it is our knowledge, and not our ability to conceive, that is restricted
to what can be experienced. Banyak komentator karena menolak pemahaman empirisme Humean,
menekankan sebuah epistemologis , bukan semantik membaca proyeknya. [31] Menurut pandangan ini,'s
empirisisme Hume terdiri atas gagasan bahwa itu adalah pengetahuan kita, dan bukan kemampuan kita
untuk hamil , yang dibatasi dengan apa yang bisa dialami. To be sure, Hume thought that we can form
beliefs about that which extends beyond any possible experience, through the operation of faculties such
as custom and the imagination, but he was skeptical about claims to knowledge on this basis. Yang pasti,
Hume berpikir bahwa kita dapat membentuk keyakinan tentang apa yang melampaui pengalaman
mungkin, melalui pengoperasian fakultas seperti adat dan imajinasi, tapi ia merasa skeptis tentang klaim
untuk pengetahuan tentang dasar ini.
[ edit ] Induction [ sunting ] Induksi

The cornerstone of Hume's epistemology is the so-called Problem of Induction . Landasan's epistemologi
Hume adalah apa yang disebut Masalah Induksi . It has been argued that it is in this area of Hume's
thought that his skepticism about human powers of reason is the most pronounced. [ 32 ] Understanding
the problem of induction, then, is central to grasping Hume's general philosophical system. Telah
berpendapat bahwa di daerah ini pemikiran Hume yang skeptis tentang kekuatan manusia alasannya
adalah yang paling diucapkan. [32] Memahami masalah induksi, kemudian, adalah pusat untuk
menangkap filosofis sistem umum Hume.

The problem concerns the explanation of how we are able to make inductive inferences . Masalahnya
menyangkut penjelasan tentang bagaimana kita mampu membuat kesimpulan induktif . Inductive
inference is reasoning from the observed behavior of objects to their behavior when unobserved; as
Hume says, it is a question of how things behave when they go "beyond the present testimony of the
senses, and the records of our memory". [ 33 ] Hume notices that we tend to believe that things behave in
a regular manner; ie, that patterns in the behavior of objects will persist into the future, and throughout the
unobserved present (this persistence of regularities is sometimes called the Principle of the Uniformity of
Nature ). inferensi induktif adalah penalaran dari perilaku mengamati obyek dengan perilaku mereka
ketika tidak teramati, seperti Hume mengatakan, itu adalah pertanyaan tentang bagaimana hal-hal yang
berperilaku ketika mereka pergi "di luar kesaksian kini indera, dan catatan ingatan kita". [33 ] Hume
pemberitahuan bahwa kita cenderung untuk percaya bahwa hal-hal berperilaku secara teratur, yakni,
bahwa pola perilaku objek akan bertahan ke masa depan, dan selama ini tidak teramati (ini kegigihan
keteraturan kadang-kadang disebut Prinsip dari Keseragaman Alam ).

Hume's argument is that we cannot rationally justify the claim that nature will continue to be uniform, as
justification comes in only two varieties, and both of these are inadequate. Argumen Hume adalah bahwa
kita tidak bisa rasional membenarkan klaim bahwa alam akan terus seragam, sebagai justifikasi hanya
datang dalam dua varietas, dan kedua tidak memadai. The two sorts are: (1) demonstrative reasoning,
and (2) probable reasoning. [ 34 ] With regard to (1), Hume argues that the uniformity principle cannot be
demonstrated, as it is "consistent and conceivable" that nature might stop being regular. [ 35 ] Turning to
(2), Hume argues that we cannot hold that nature will continue to be uniform because it has been in the
past, as this is using the very sort of reasoning (induction) that is under question: it would be circular
reasoning . [ 36 ] Thus no form of justification will rationally warrant our inductive inferences. Kedua
macam tersebut adalah: 1) demonstratif, penalaran dan (kemungkinan penalaran.) 2 ( [34] Sehubungan
dengan (1), Hume berpendapat bahwa prinsip keseragaman tidak dapat menunjukkan, karena "konsisten
dan dibayangkan" bahwa alam mungkin berhenti yang teratur. [35] Beralih ke (2), Hume berpendapat
bahwa kita tidak bisa menahan alam yang akan terus menjadi seragam karena telah di masa lalu, karena
ini adalah menggunakan jenis sangat penalaran (induksi) yang berada di bawah pertanyaan: itu akan
penalaran melingkar . [36] Dengan demikian tidak ada bentuk pembenaran rasional akan menjamin
kesimpulan induktif kami.

Hume's solution to this skeptical problem is to argue that, rather than reason, it is natural instinct that
explains our ability to make inductive inferences. Hume solusi untuk masalah ini skeptis adalah untuk
berpendapat bahwa, daripada alasan, itu adalah naluri alam yang menjelaskan kemampuan kita untuk
membuat kesimpulan induktif. He asserts that "Nature, by an absolute and uncontroulable [ sic ] necessity
has determin'd us to judge as well as to breathe and feel". Dia menegaskan bahwa "Alam, dengan mutlak
dan uncontroulable [ sic kebutuhan] telah determin'd kita untuk menilai serta bernapas dan merasa ".
Although many modern commentators have demurred from Hume's solution [ citation needed ] , some
have concurred with it, seeing his analysis of our epistemic predicament as a major contribution to the
theory of knowledge. Meskipun banyak komentator modern keberatan dari solusi ['s Hume rujukan? ],
beberapa orang setuju dengan hal itu, melihat analisis tentang kesulitan epistemis kami sebagai
kontribusi besar untuk teori pengetahuan. For example, the Oxford Professor John D. Kenyon writes:
Sebagai contoh, Oxford Profesor John D. Kenyon menulis:

Reason might manage to raise a doubt about the truth of a conclusion of natural inductive inference
just for a moment in the study, but the forces of nature will soon overcome that artificial skepticism, and
the sheer agreeableness of animal faith will protect us from excessive caution and sterile suspension of
belief. [ 37 ] Alasan mungkin mengatur untuk menaikkan keraguan tentang kebenaran dari sebuah
kesimpulan dari kesimpulan induktif alam hanya untuk beberapa saat dalam penelitian, tapi kekuatan
alam akan segera mengatasi hal skeptisisme buatan, dan keramahan semata-mata iman hewan akan
melindungi kita dari hati-hati yang berlebihan dan steril suspensi keyakinan. [37]

[ edit ] Causation [ sunting ] Penyebab

The notion of causation is closely linked to the problem of induction. Gagasan penyebab erat terkait
dengan masalah induksi. According to Hume, we reason inductively by associating constantly conjoined
events, and it is the mental act of association that is the basis of our concept of causation. Menurut
Hume, kami alasan induktif dengan mengaitkan peristiwa terus siam, dan itu adalah tindakan mental
asosiasi yang merupakan dasar dari konsep kita tentang sebab-akibat. There are three main
interpretations of Hume's theory of causation represented in the literature: (1) the logical positivist; (2) the
skeptical realist; and (3) the quasi-realist. Ada tiga interpretasi utama teori Hume tentang sebab-akibat
diwakili dalam literatur: (1) positivis logis; (2) realis skeptis, dan (3) kuasi-realis.

The logical positivist interpretation is that Hume analyses causal propositions, such as "A caused B", in
terms of regularities in perception: "A caused B" is equivalent to "Whenever A-type events happen, B-type
ones follow", where "whenever" refers to all possible perceptions. [ 38 ] Penafsiran positivis logis adalah
bahwa proposisi Hume analisis kausal, seperti "A menyebabkan B", dalam hal keteraturan dalam
persepsi: "A disebabkan B" sama dengan "Setiap kali peristiwa terjadi tipe A, B-tipe yang mengikuti",
dimana "setiap kali" merujuk pada semua persepsi yang mungkin. [38]

power and necessity... daya dan kebutuhan ... are... adalah ... qualities of perceptions, not of objects...
kualitas persepsi, bukan objek ... felt by the soul and not perceived externally in bodies [ 39 ] dirasakan
oleh jiwa dan tidak dirasakan secara eksternal dalam tubuh [39]

This view is rejected by skeptical realists , who argue that Hume thought that causation amounts to more
than just the regular succession of events. [ 31 ] When two events are causally conjoined, a necessary
connection underpins the conjunction: Pandangan ini ditolak oleh skeptis realis yang berpendapat bahwa
Hume berpikir bahwa penyebab ke jumlah yang lebih dari sekedar peristiwa biasa suksesi., [31] Ketika
dua peristiwa kausal siam, sambungan perlu mendasari kata sambung:

Shall we rest contented with these two relations of contiguity and succession, as affording a complete
idea of causation? Haruskah kita beristirahat puas dengan dua hubungan kedekatan dan suksesi,
sebagai affording gagasan lengkap sebab-akibat? By no means ... Dengan tidak berarti ... there is a
necessary connexion to be taken into consideration. [ 40 ] ada hubungan perlu dipertimbangkan. [40]

Hume held that we have no perceptual access to the necessary connection (hence skepticism ), but we
are naturally compelled to believe in its objective existence (hence realism ). Hume berpendapat bahwa
kita tidak memiliki akses persepsi untuk sambungan yang diperlukan (maka skeptisisme), tetapi kita
secara alamiah dipaksa untuk percaya pada keberadaan tujuannya (maka realisme).

It has been argued that, whilst Hume did not think causation is reducible to pure regularity, he was not a
fully fledged realist either: Simon Blackburn calls this a quasi-realist reading. [ 41 ] On this view, talk about
causal necessity is an expression of a functional change in the human mind, whereby certain events are
predicted or anticipated on the basis of prior experience. Telah dikatakan bahwa, sementara Hume tidak
berpikir penyebab ini diturunkan ke keteraturan murni, ia bukan baku realis sepenuhnya baik: Simon
Blackburn panggilan ini kuasi-realis . membaca [41] Pada pandangan ini, berbicara tentang kebutuhan
kausal adalah ekspresi perubahan fungsional dalam pikiran manusia, dimana peristiwa tertentu yang
diperkirakan atau diantisipasi berdasarkan pengalaman sebelumnya. The expression of causal necessity
is a "projection" of the functional change onto the objects involved in the causal connection: in Hume's
words, "nothing is more usual than to apply to external bodies every internal sensation which they
occasion. [ 42 ] Ekspresi kebutuhan kausal adalah "proyeksi" dari perubahan fungsional ke obyek yang
terlibat dalam hubungan sebab-akibat: dalam kata-kata Hume, "tidak lebih biasa daripada berlaku untuk
badan eksternal setiap sensasi internal yang mereka kesempatan. [42]
[ edit ] The self [ sunting ] Diri

According to the standard interpretation of Hume on personal identity , he was a Bundle Theorist , who
held that the self is nothing but a bundle of interconnected perceptions linked by the property of constancy
and coherence; or, more accurately, that our idea of the self is just the idea of such a bundle. Menurut
interpretasi standar Hume pada identitas pribadi , dia adalah seorang Bundle teori , yang memegang
bahwa diri hanyalah seikat persepsi yang saling dihubungkan oleh milik keteguhan dan koherensi, atau,
lebih tepat, bahwa kami ide tentang diri hanya gagasan seperti sebuah kemasan. This view is forwarded
by, for example, positivist interpreters, who saw Hume as suggesting that terms such as "self", "person",
or "mind" referred to collections of "sense-contents". [ 43 ] A modern-day version of the bundle theory of
the mind has been advanced by Derek Parfit in his Reasons and Persons (1986). Pandangan ini
disampaikan oleh, misalnya, juru positivis, yang melihat Hume halnya dengan menyatakan bahwa istilah-
istilah seperti "diri", "orang", atau "pikiran" disebut koleksi "-isi akal". [43] A-modern hari versi teori berkas
pikiran telah diajukan oleh Derek Parfit dalam bukunya Alasan dan Orang (1986).

However, some philosophers have criticised the bundle-theory interpretation of Hume on personal
identity. Namun, beberapa filsuf mengkritik penafsiran bundel-teori Hume tentang identitas pribadi. They
argue that distinct selves can have perceptions that stand in relations of similarity and causality with one
another. Mereka berpendapat bahwa diri yang berbeda dapat memiliki persepsi yang berdiri dalam
hubungan kesamaan dan kausalitas dengan satu sama lain. Thus perceptions must already come
parceled into distinct "bundles" before they can be associated according to the relations of similarity and
causality: in other words, the mind must already possess a unity that cannot be generated, or constituted,
by these relations alone. Jadi persepsi sudah harus datang membagi-ke berbeda "bundel" sebelum
mereka dapat dikaitkan sesuai dengan kesamaan dan hubungan kausalitas: dengan kata lain, pikiran
sudah harus memiliki satu kesatuan yang tidak dapat dihasilkan, atau dibentuk, oleh hubungan saja.
Since the bundle-theory interpretation attributes Hume with answering an ontological or conceptual
question, philosophers who see Hume as not very concerned with such questions have queried whether
the view is really Hume's, or "only a decoy". [ 44 ] Instead, it is suggested, Hume might have been
answering an epistemological question, about the causal origin of our concept of the self. Karena-teori
interpretasi bundel atribut Hume dengan menjawab atau konseptual pertanyaan ontologis, filsuf yang
melihat Hume tidak sangat peduli dengan pertanyaan tersebut telah mempertanyakan apakah melihat
benar-benar Hume, atau "hanya umpan". [44] Sebaliknya, menyarankan, Hume mungkin telah menjawab
pertanyaan epistemologis, tentang asal-usul penyebab konsep kita tentang diri.

Another interpretation of Hume's view of the self has been argued for by James Giles. [ 45 ] According to
this view, Hume is not arguing for a bundle theory, which is a form of reductionism, but rather for an
eliminative view of the self. Arti lain dari Pandangan Hume tentang diri telah dikatakan oleh James Giles.
[45] Menurut pandangan ini, Hume tidak berdebat untuk teori bundel, yang merupakan bentuk
reduksionisme, melainkan untuk melihat eliminatif diri. That is, rather than reducing the self to a bundle of
perceptions, Hume is rejecting the idea of the self altogether. Artinya, daripada mengurangi diri seikat
persepsi, Hume menolak ide tentang diri sama sekali. On this interpretation Hume is proposing a 'No-Self
Theory' and thus has much in common with Buddhist thought. [ 46 ] Pada penafsiran ini Hume
mengusulkan sebuah 'No-Self Teori' dan tentunya memiliki banyak kesamaan dengan pemikiran Buddha.
[46]
[ edit ] Practical reason [ sunting ] Alasan Praktis

Hume's anti-rationalism informed much of his theory of belief and knowledge, in his treatment of the
notions of induction, causation, and the external world. Hume anti-rasionalisme informasi banyak teorinya
tentang kepercayaan dan pengetahuan, dalam perawatan nya dari pengertian induksi, sebab-akibat, dan
dunia eksternal. But it was not confined to this sphere, and permeated just as strongly his theories of
motivation, action, and morality. Tapi itu tidak terbatas pada bidang ini, dan diserap seperti kuat teorinya
tentang motivasi, tindakan, dan moralitas. In a famous sentence in the Treatise , Hume circumscribes
reason's role in the production of action: Dalam sebuah kalimat terkenal di Treatise, Hume circumscribes
alasan peran dalam produksi tindakan:

Reason is, and ought only to be the slave of the passions, and can never pretend to any other office
than to serve and obey them. [ 47 ] Alasannya adalah, dan hanya harus menjadi budak dari hawa nafsu,
dan tidak pernah bisa berpura-pura ke kantor selain untuk melayani dan mematuhi mereka. [47]

It has been suggested that this position can be lucidly brought out through the metaphor of " direction of
fit ": beliefs—the paradigmatic products of reason—are propositional attitudes that aim to have their
content fit the world; conversely, desires—or what Hume calls passions, or sentiments—are states that
aim to fit the world to their contents. [ 48 ] Though a metaphor, it has been argued that this intuitive way of
understanding Hume's theory that desires are necessary for motivation "captures something quite deep in
our thought about their nature". [ 49 ] Ia telah mengemukakan bahwa posisi ini dapat gamblang dibawa
keluar melalui metafora dari " arah fit ": keyakinan-produk paradigmatik dari alasan-adalah sikap
proposisional yang bertujuan untuk memiliki konten mereka cocok dunia; sebaliknya, keinginan-atau apa
Hume panggilan nafsu, atau sentimen-adalah negara yang bertujuan untuk menyesuaikan dunia untuk
isinya. [48] Meskipun metafora, telah berpendapat bahwa cara intuitif dari pemahaman's teori Hume
bahwa keinginan yang diperlukan untuk motivasi "menangkap sesuatu yang sangat jauh di dalam kita
kira mengenai alam mereka ". [49]

Hume's anti-rationalism has been very influential, and defended in contemporary philosophy of action by
neo-Humeans such as Michael Smith [ 49 ] and Simon Blackburn [ 50 ] The major opponents of the
Humean view are cognitivists about what it is to act for a reason, such as John McDowell , [ 51 ] and
Kantians, such as Christine Korsgaard . [ 52 ] anti Hume-rasionalisme telah sangat berpengaruh, dan
dipertahankan dalam filsafat kontemporer tindakan oleh neo-Humeans seperti Michael Smith [49] dan
Simon Blackburn [50] Para penentang utama dari tampilan Humean adalah kognitif tentang apa yang
bertindak untuk alasan, seperti John McDowell , [51] dan Kantian, seperti Christine Korsgaard . [52]
[ edit ] Ethics [ sunting ] Etika

Hume's views on human motivation and action formed the cornerstone of his ethical theory: he conceived
moral or ethical sentiments to be intrinsically motivating, or the providers of reasons for action.
pandangan Hume pada motivasi manusia dan tindakan membentuk landasan teori etika: dia dikandung
sentimen moral atau etika secara intrinsik memotivasi, atau penyedia alasan untuk tindakan. Given that
one cannot be motivated by reason alone, requiring the input of the passions, Hume argued that reason
cannot be behind morality Mengingat bahwa seseorang tidak dapat dimotivasi oleh alasan ini saja,
membutuhkan masukan dari hawa nafsu, Hume mengemukakan alasan yang tidak dapat berada di balik
moralitas

Morals excite passions, and produce or prevent actions. Moral membangkitkan gairah, dan
menghasilkan atau mencegah tindakan. Reason itself is utterly impotent in this particular. Alasan itu
sendiri sama sekali tak berdaya dalam tertentu. The rules of morality, therefore, are not conclusions of our
reason. [ 53 ] Aturan-aturan moral, karena itu, tidak kesimpulan dari nalar kita. [53]

Hume's sentimentalism about morality was shared by his close friend Adam Smith , [ 54 ] and Hume and
Smith were mutually influenced by the moral reflections of Francis Hutcheson . [ 55 ] Hume
sentimentalisme tentang moralitas yang dimiliki oleh temannya dekat Adam Smith , [54] dan Hume dan
Smith yang saling dipengaruhi oleh refleksi moral dari Francis Hutcheson . [55]

Hume's theory of ethics has been influential in modern day ethical theory, helping to inspire various forms
of emotivism , [ 56 ] [ 57 ] error theory [ 58 ] and ethical expressivism and non-cognitivism [ 59 ] and Alan
Gibbard. [ 60 ] teori Hume's etik telah berpengaruh dalam etika hari teori modern, membantu
menginspirasi berbagai bentuk emotivism , [56] [57] teori kesalahan [58] dan etika expressivism dan non-
kognitivisme [59] dan Alan Gibbard. [60]
See also: is–ought problem Lihat juga: adalah-seharusnya masalah
[ edit ] Free will, determinism, and responsibility [ sunting ] Bebas akan, determinisme, dan tanggung
jawab

Hume, along with Thomas Hobbes , is cited as a classical compatibilist about the notions of freedom and
determinism . [ 61 ] The thesis of compatibilism seeks to reconcile human freedom with the mechanist
belief that human beings are part of a deterministic universe, whose happenings are governed by the
laws of physics . Hume, bersama dengan Thomas Hobbes , dikutip sebagai klasik compatibilist tentang
pengertian tentang kebebasan dan determinisme . [61] Tesis dari compatibilism berusaha untuk
mendamaikan kebebasan manusia dengan keyakinan mechanist bahwa manusia adalah bagian dari
alam semesta deterministik, yang kejadian adalah diatur oleh hukum fisika .

Hume argued that the dispute about the compatibility of freedom and determinism has been kept afloat by
ambiguous terminology: Hume berpendapat bahwa sengketa tentang kompatibilitas kebebasan dan
determinisme telah disimpan bertahan dengan terminologi ambigu:

From this circumstance alone, that a controversy has been long kept on foot... Dari keadaan sendirian,
bahwa kontroversi telah lama terus berjalan kaki ... we may presume, that there is some ambiguity in the
expression. [ 62 ] kita mungkin menduga, bahwa ada beberapa ambiguitas dalam ungkapan. [62]

Hume defines the concepts of "necessity" and "liberty" as follows: Hume mendefinisikan konsep
"keharusan" dan "kebebasan" sebagai berikut:

Necessity: "the uniformity, observable in the operations of nature; where similar objects are constantly
conjoined together..". [ 63 ] Kebutuhan: ini, keseragaman diamati dalam operasi alam; mana serupa objek
terus-menerus siam bersama .. "." [63]

Liberty: " a power of acting or not acting, according to the determinations of the will ..". [ 64 ] Liberty:
"sebuah kekuatan bertindak atau tidak bertindak, sesuai dengan penentuan dari kehendak ..". [64]

Hume then argues that, according to these definitions, not only are the two compatible, but Liberty
requires Necessity. Hume kemudian berpendapat bahwa, menurut definisi ini, tidak hanya dua yang
kompatibel, tapi Liberty membutuhkan Kebutuhan. For if our actions were not necessitated in the above
sense, they would "...have so little in connexion with motives, inclinations and circumstances, that one
does not follow with a certain degree of uniformity from the other." Karena jika tindakan kita tidak
mengharuskan dalam arti di atas, mereka akan "... telah begitu sedikit dalam hubungan dengan motif,
kecenderungan dan keadaan, yang satu tidak mengikuti dengan tingkat tertentu keseragaman dari yang
lain." But if our actions are not thus hooked up to the will, then our actions can never be free: they would
be matters of "chance; which is universally allowed not to exist". [ 64 ] Tetapi jika tindakan kita tidak
sehingga akan tersambung ke, lalu tindakan kita tidak pernah bisa bebas: akan menjadi masalah
"kebetulan; yang universal tidak diperbolehkan ada". Mereka [64]

Moreover, Hume goes on to argue that in order to be held morally responsible, it is required that our
behavior be caused, ie necessitated, for Selain itu, Hume melanjutkan dengan menyatakan bahwa dalam
rangka bertanggung jawab secara moral, diperlukan bahwa perilaku kita disebabkan, yaitu
mengharuskan, untuk

Actions are, by their very nature, temporary and perishing; and where they proceed not from some
cause in the character and disposition of the person who performed them, they can neither redound to his
honour, if good; nor infamy, if evil [ 65 ] Tindakan ini, dengan sifatnya, sementara dan lenyapnya, dan
dimana mereka melanjutkan tidak dari beberapa penyebab dalam karakter dan disposisi orang yang
dilakukan mereka, mereka tidak bisa menyumbang untuk menghormati, jika baik, atau penghujatan, jika
kejahatan [65 ]

This argument has inspired modern day commentators. [ 66 ] However, it has been argued that the issue
of whether or not we hold one another morally responsible does not ultimately depend on the truth or
falsity of a metaphysical thesis such as determinism, for our so holding one another is a non-rational
human sentiment that is not predicated on such theses. Argumen ini telah mengilhami komentator
modern. [66] Namun, telah berpendapat bahwa masalah apakah atau tidak kita memegang satu sama
lain tidak bertanggung jawab secara moral pada akhirnya tergantung pada kebenaran atau kesalahan
tesis metafisik seperti determinisme, untuk kita sehingga memegang satu sama lain merupakan sentimen
manusia non-rasional yang tidak didasarkan pada tesis tersebut. For this influential argument, which is
still made in a Humean vein, see PF Strawson 's essay, Freedom and Resentment . [ 67 ] Untuk argumen
ini berpengaruh, yang masih dibuat dalam vena Humean, lihat PF Strawson 's esai, Kebebasan dan
Kemarahan. [67]
[ edit ] Problem of miracles [ sunting ] Masalah mukjizat

In his discussion of miracles in An Enquiry concerning Human Understanding (Section 10) Hume defines
a miracle as "a transgression of a law of nature by a particular volition of the Deity, or by the interposition
of some invisible agent". Dalam diskusi tentang keajaiban di Sebuah Pertanyaan tentang Human
Understanding (Bagian 10) Hume mendefinisikan keajaiban sebagai "suatu pelanggaran hukum alam
dengan kehendak Dewa tertentu, atau oleh inter dari beberapa agen tak terlihat". Given that Hume
argues that it is impossible to deduce the existence of a Deity from the existence of the world (for he says
that causes cannot be determined from effects), miracles (including prophesy) are the only possible
support he would conceivably allow for theistic religions. Mengingat bahwa Hume berpendapat bahwa
tidak mungkin untuk menyimpulkan adanya Dewa dari keberadaan dunia (karena ia mengatakan bahwa
penyebab tidak dapat ditentukan dari efek), mukjizat (termasuk bernubuat) adalah dukungan hanya
mungkin ia dibayangkan akan memungkinkan untuk teistik agama.

Hume discusses everyday belief as often resulted from probability, where we believe an event that has
occurred most often as being most likely, but that we also subtract the weighting of the less common
event from that of the more common event. Hume membahas keyakinan sehari-hari seperti yang sering
dihasilkan dari probabilitas, di mana kami percaya sebuah peristiwa yang telah terjadi paling sering
sebagai yang paling mungkin, tetapi kita juga mengurangi bobot acara yang kurang umum dari peristiwa
yang lebih umum. In the context of miracles, this means that a miraculous event should be labelled a
miracle only where it would be even more unbelievable (by principles of probability) for it not to be. Dalam
konteks keajaiban, ini berarti bahwa peristiwa ajaib harus diberi label hanya keajaiban dimana akan lebih
dipercaya (oleh prinsip-prinsip probabilitas) untuk itu untuk tidak. Hume mostly discusses miracles as
testimony, of which he writes that when a person reports a miraculous event we [need to] balance our
belief in their veracity against our belief that such events do not occur. Hume sebagian besar membahas
mukjizat sebagai kesaksian, yang ia menulis bahwa ketika seseorang melaporkan sebuah peristiwa ajaib
kita [perlu] keseimbangan keyakinan kita dalam kebenaran mereka terhadap keyakinan kami bahwa
peristiwa tersebut tidak terjadi. Following this rule, only where it is considered, as a result of experience,
less likely that the testimony is false than that a miracle occur should we believe in miracles. Setelah
peraturan ini, hanya apabila dianggap, sebagai hasil pengalaman, kecil kemungkinan bahwa kesaksian
adalah palsu dari itu mukjizat terjadi harus kita percaya pada keajaiban.

Although Hume leaves open the possibility for miracles to occur and be reported, he offers various
arguments against this ever having happened in history: [ 68 ] Meskipun Hume daun membuka
kemungkinan bagi mukjizat terjadi dan dilaporkan, ia menawarkan berbagai argumen terhadap ini pernah
memiliki terjadi dalam sejarah: [68]

* People often lie, and they have good reasons to lie about miracles occurring either because they
believe they are doing so for the benefit of their religion or because of the fame that results. Orang sering
berbohong, dan mereka memiliki alasan yang baik untuk berbohong tentang mukjizat terjadi baik karena
mereka percaya bahwa mereka melakukannya untuk kepentingan agama mereka atau karena ketenaran
yang dihasilkan.
* People by nature enjoy relating miracles they have heard without caring for their veracity and thus
miracles are easily transmitted even where false. Orang oleh alam menikmati mujizat yang berhubungan
mereka telah mendengar tanpa peduli untuk kebenaran mereka dan dengan demikian mukjizat mudah
menular bahkan di mana palsu.
* Hume notes that miracles seem to occur mostly in "ignorant" and "barbarous" nations and times, and
the reason they don't occur in the "civilized" societies is such societies aren't awed by what they know to
be natural events. catatan Hume bahwa mukjizat tampaknya terjadi terutama di bodoh "dan" barbar
"bangsa" dan waktu, dan alasan mereka tidak terjadi dalam "beradab" masyarakat adalah masyarakat
tersebut tidak terpesona oleh apa yang mereka tahu adalah peristiwa alam.
* The miracles of each religion argue against all other religions and their miracles, and so even if a
proportion of all reported miracles across the world fit Hume's requirement for belief, the miracles of each
religion make the other less likely. Keajaiban setiap agama membantah terhadap semua agama-agama
lain dan mukjizat mereka, dan sehingga bahkan jika proporsi dari semua mukjizat yang dilaporkan di
seluruh dunia sesuai kebutuhan Hume untuk keyakinan, keajaiban setiap agama membuat yang lain kecil
kemungkinannya.

Despite all this Hume observes that belief in miracles is popular, and that "The gazing populace receive
greedily, without examination, whatever soothes superstition and promotes wonder". [ 69 ] Meskipun
semua ini Hume mengamati bahwa kepercayaan pada keajaiban yang populer, dan bahwa "rakyat
menatap menerima rakus, tanpa pemeriksaan, apa pun menenangkan takhayul dan mempromosikan
bertanya-tanya". [69]

Critics have argued that Hume's position assumes the character of miracles and natural laws prior to any
specific examination of miracle claims, and thus it amounts to a subtle form of begging the question. Para
kritikus berpendapat bahwa posisi Hume menganggap karakter mukjizat dan hukum alam sebelum ada
pemeriksaan tertentu klaim mukjizat, dan dengan demikian jumlah ke bentuk halus mengundang
pertanyaan. They have also noted that it requires an appeal to inductive inference, as none have
observed every part of nature or examined every possible miracle claim (eg, those yet future to the
observer), which in Hume's philosophy was especially problematic. Mereka juga mencatat bahwa hal itu
membutuhkan menarik kesimpulan induktif, karena tak satupun mengamati setiap bagian dari alam atau
diperiksa setiap klaim mukjizat mungkin (misalnya, mereka yang belum masa untuk pengamat), yang
dalam filsafat Hume terutama bermasalah.

Hume's main argument concerning miracles is the following. Argumen utama Hume tentang mukjizat
adalah sebagai berikut. Miracles by definition are singular events that differ from the established Laws of
Nature. Mujizat menurut definisi adalah peristiwa tunggal yang berbeda dari mapan Hukum Alam. The
Laws of Nature are codified as a result of past experiences. Hukum Alam adalah dikodifikasi sebagai
akibat dari pengalaman masa lalu. Therefore a miracle is a violation of all prior experience. Oleh karena
itu mukjizat merupakan pelanggaran dari semua pengalaman sebelumnya. However the probability that
something has occurred in contradiction of all past experience should always be judged to be less than
the probability that either my senses have deceived me or the person recounting the miraculous
occurrence is lying or mistaken, all of which I have past experience of. Namun kemungkinan bahwa
sesuatu telah terjadi pada kontradiksi dari semua pengalaman masa lalu harus selalu dinilai kurang dari
probabilitas bahwa baik indra saya telah menipu saya atau orang yang menceritakan kejadian ajaib ini
berbohong atau salah, semua yang saya memiliki pengalaman masa lalu . For Hume, this refusal to grant
credence does not guarantee correctness – he offers the example of an Indian Prince, who having grown
up in a hot country refuses to believe that water has frozen. Untuk Hume, ini penolakan untuk
memberikan kepercayaan tidak menjamin kebenaran - ia menawarkan contoh dari Pangeran India, yang
sudah dewasa di negara panas menolak untuk percaya bahwa air yang telah beku. By Hume's lights this
refusal is not wrong and the Prince is thinking correctly; it is presumably only when he has had extensive
experience of the freezing of water that he has warrant to believe that the event could occur. Dengan
lampu Hume penolakan ini tidak salah dan Pangeran berpikir benar; itu diduga hanya ketika ia telah
memiliki pengalaman luas dari beku air bahwa ia telah menjamin untuk percaya bahwa acara ini bisa
terjadi. So for Hume, either the miraculous event will become a recurrent event or else it will never be
rational to believe it occurred. Jadi untuk Hume, baik kejadian ajaib akan menjadi acara berulang atau
yang lain itu tidak akan pernah rasional untuk percaya hal itu terjadi. The connection to religious belief is
left inexplicit throughout, save for the close of his discussion wherein Hume notes the reliance of
Christianity upon testimony of miraculous occurrences and makes an ironic [ 70 ] [ 71 ] remark that
anyone who "is moved by faith to assent" to revealed testimony "is aware of a continued miracle in his
own person, which subverts all principles of his understanding, and gives him a determination to believe
what is most contrary to custom and experience." Sambungan ke keyakinan agama yang tersisa yg tak
dpt dipahami seluruh, menyimpan untuk menutup diskusi nya dimana Hume mencatat ketergantungan
Kekristenan pada kesaksian kejadian ajaib dan membuat ironis [70] [71] berkomentar bahwa siapapun
yang "digerakkan oleh iman untuk persetujuan "untuk kesaksian mengungkapkan" menyadari keajaiban
lanjutan secara pribadi sendiri, yang merongrong semua prinsip pemahaman, dan memberinya tekad
untuk percaya apa yang paling bertentangan dengan adat dan pengalaman. "
[ edit ] Design argument [ sunting ] Argumen Desain

One of the oldest and most popular arguments for the existence of God is the design argument : that
order and "purpose" in the world bespeaks a divine origin. Salah satu yang tertua dan paling populer
argumen bagi keberadaan Allah adalah argumen desain : bahwa ketertiban dan "tujuan" di dunia
memperlihatkan, asal ilahi. Hume gave the classic criticism of the design argument in Dialogues
Concerning Natural Religion and An Enquiry concerning Human Understanding . Hume memberikan kritik
klasik dari argumen desain dalam Dialogues Concerning Natural Agama dan Sebuah Pertanyaan tentang
Human Understanding . However, Hume argued that for the design argument to be feasible, it must be
true that order and purpose are observed only when they result from design. Namun, Hume berpendapat
bahwa argumen desain layak, itu harus benar bahwa urutan dan tujuan yang diamati hanya ketika
mereka hasil dari desain. But order is often observed to result from presumably mindless processes like
the generation of snowflakes and crystals. Tapi order sering diamati hasil dari proses mungkin mindless
seperti generasi kepingan salju dan kristal. Design can account for only a tiny part of our experience of
order. Design dapat account hanya bagian kecil dari pengalaman kami pesanan. Furthermore, the design
argument is based on an incomplete analogy. Selanjutnya, argumen desain didasarkan pada analogi
tidak lengkap. Because of our experience with objects, we can recognise human-designed ones, as when
we compare a pile of stones with a constructed wall, but to deduce that the Universe is designed, we
would need to have an experience of a range of different universes. Karena pengalaman kami dengan
benda-benda, kita dapat mengenali yang dirancang manusia, seperti ketika kita membandingkan
tumpukan batu dengan dinding yang dibangun, melainkan untuk menyimpulkan bahwa alam semesta
dirancang, kita perlu memiliki pengalaman berbagai semesta yang berbeda . As we only experience one,
the analogy cannot be applied. Saat kita hanya mengalami satu, analogi tidak dapat diterapkan. We must
ask therefore if it is right to compare the world to a machine—as in Paley 's watchmaker analogy —when
perhaps it could be better described as a giant inert animal. Kita harus bertanya sehingga jika benar
untuk membandingkan dunia untuk mesin-seperti pada Paley 's pembuat jam analogi -ketika mungkin
bisa lebih digambarkan sebagai hewan inert raksasa. Even if the design argument is completely
successful, it could not (in and of itself) establish a robust theism. Bahkan jika argumen desain benar-
benar berhasil, ia tidak bisa (dalam dan dari dirinya sendiri) mendirikan teisme kuat. One could easily
reach the conclusion that the universe's configuration is the result of some morally ambiguous, possibly
unintelligent agent or agents whose method bears only a remote similarity to human design. Satu dapat
dengan mudah mencapai kesimpulan bahwa konfigurasi alam semesta adalah hasil dari beberapa agen,
secara moral ambigu mungkin bodoh atau agen yang dikenakan hanya metode kesamaan remote untuk
merancang manusia. In this way it could be asked, if the Universe is designed, is the designer God?
Dengan cara ini bisa jadi bertanya, apakah alam semesta dirancang, adalah desainer Allah? It could also
be asked, if there is a designer god, who designed the designer? Ini juga bisa bertanya, jika ada tuhan
desainer, desainer yang merancang? If a well-ordered natural world requires a special designer, then
God's mind (being so well-ordered) also requires a special designer. Jika memerintahkan alam dunia juga
membutuhkan desainer khusus, maka's pikiran Tuhan (yang begitu baik-pesanan) juga membutuhkan
seorang desainer khusus. Then this designer would need a designer, and so on ad infinitum . Kemudian
desainer ini akan membutuhkan desainer, dan seterusnya tak terhingga. Furthermore, if we could be
happy with an inexplicably self-ordered divine mind, why should we not rest content with an inexplicably
self-ordered natural world? Selanjutnya, jika kita bisa bahagia dengan pikiran ilahi misterius
memerintahkan diri, mengapa kita tidak puas dengan dunia alam misterius memerintahkan diri? Often,
what appears to be purpose, where it looks like object X has feature F in order to secure outcome O, is
better explained by a filtering process: that is, object X wouldn't be around did it not possess feature F,
and outcome O is only interesting to us as a human projection of goals onto nature. Seringkali, apa yang
tampaknya menjadi tujuan, di mana sepertinya benda X memiliki F fitur untuk mengamankan hasil O,
lebih baik dijelaskan oleh proses penyaringan: yaitu, objek X tidak akan menjadi sekitar melakukannya
tidak memiliki fitur F, dan O hasilnya hanya menarik untuk kita sebagai proyeksi manusia tujuan ke alam.
This mechanical explanation of teleology anticipated natural selection . Penjelasan mekanik teleologi
diantisipasi seleksi alam .
See also: anthropic principle and problem of evil Lihat juga: prinsip antropik dan masalah kejahatan
[ edit ] Political theory [ sunting ] Teori Politik
Part of a series on Bagian dari seri tentang
Utilitarianism Utilitarianisme
Predecessors Pendahulu [show]
Epicurus Epicurus
David Hume · William Godwin · Francis Hutcheson David Hume · William Godwin · Francis Hutcheson
People Orang [show]
Jeremy Bentham · John Stuart Mill Jeremy Bentham · John Stuart Mill
Henry Sidgwick · Richard Mervyn Hare · Peter Singer Henry Sidgwick · Richard Mervyn Hare · Peter
Singer
Types of utilitarianism Jenis utilitarianisme [show]
Preference · Rule · Act Preferensi · Peraturan · Undang-Undang
Two-level · Total · Average Dua tingkat · Total · Rata-rata
Relative · Negative · Hedonism Relatif · Negatif · Hedonisme
Enlightened self-interest Tercerahkan kepentingan diri sendiri
Key concepts Kunci konsep [show]
Pain · Suffering · Pleasure Nyeri · Penderitaan · Pleasure
Utility · Happiness · Eudaimonia Utility · Kebahagiaan · eudaimonia
Consequentialism · Felicific calculus Konsekuensialisme · Felicific kalkulus
Problems Masalah [show]
Mere addition paradox Selain Mere paradoks
Paradox of hedonism Paradoks hedonisme
Utility monster Utility rakasa
Related topics Topik terkait [show]
Rational choice theory · Game theory Pilihan rasional teori · Game teori
Social choice · Neoclassical economics Sosial pilihan · ekonomi neoklasik
Politics portal Politik portal
v·d·ev·d·e

It is difficult to categorize Hume's political affiliations. Sulit untuk mengkategorikan afiliasi politik Hume.
His thought contains elements that are, in modern terms, both conservative and liberal , as well as ones
that are both contractarian and utilitarian , though these terms are all anachronistic. Thomas Jefferson
banned Hume's History from the University of Virginia , fearing that it "has spread universal toryism over
the land". [ 72 ] Yet, Samuel Johnson thought Hume "a Tory by chance... for he has no principle. If he is
anything, he is a Hobbist ". [ 73 ] His central concern is to show the importance of the rule of law, and
stresses throughout his political Essays the importance of moderation in politics. pikir-Nya mengandung
unsur yang, dalam istilah modern, baik konservatif dan liberal , serta orang-orang yang baik contractarian
dan utilitarian , meskipun istilah ini semua anakronistis. Thomas Jefferson dilarang Sejarah Hume dari
University of Virginia , takut bahwa hal itu "telah menyebar toryism universal atas tanah ". [72] Namun,
Samuel Johnson berpikir Hume "sebuah Tory secara kebetulan ... karena ia memiliki prinsip tidak
seorang. Jika ia adalah sesuatu, dia Hobbist ". [73] pusat perhatian adalah untuk menunjukkan
pentingnya aturan hukum, dan menekankan seluruh Essays politiknya pentingnya moderasi dalam politik.
This outlook needs to be seen within the historical context of eighteenth century Scotland, where the
legacy of religious civil war, combined with the relatively recent memory of the 1715 and 1745 Jacobite
risings, fostered in a historian such as Hume a distaste for enthusiasm and factionalism that appeared to
threaten the fragile and nascent political and social stability of a country that was deeply politically and
religiously divided. Pandangan ini perlu dilihat dalam konteks historis dari Skotlandia abad ke delapan
belas, di mana warisan perang saudara agama, dikombinasikan dengan memori yang relatif baru dari
1715 dan 1745 Yakobit terbit, dipupuk di sejarawan seperti Hume suatu membenci antusiasme dan
faksionalisme yang tampaknya mengancam stabilitas politik dan sosial rapuh dan baru lahir dari sebuah
negara yang sangat politis dan agama dibagi. He thinks that society is best governed by a general and
impartial system of laws, based principally on the "artifice" of contract; he is less concerned about the
form of government that administers these laws, so long as it does so fairly (though he thought that
republics were more likely to do so than monarchies). Dia berpikir masyarakat yang paling baik diatur
oleh sistem umum dan tidak memihak hukum, berdasarkan terutama pada "kecerdasan" kontrak; ia
kurang peduli tentang bentuk pemerintahan yang menyelenggarakan hukum-hukum, selama hal itu tidak
begitu cukup (meskipun ia berpikir bahwa republik lebih mungkin untuk melakukannya dari monarki).

Hume expressed suspicion of attempts to reform society in ways that departed from long-established
custom, and he counselled peoples not to resist their governments except in cases of the most egregious
tyranny . [ 74 ] However, he resisted aligning himself with either of Britain's two political parties, the Whigs
and the Tories . Hume menyatakan kecurigaan dari upaya untuk mereformasi masyarakat dengan cara
yang berangkat dari mapan custom panjang, dan dia menasihati masyarakat untuk tidak melawan
pemerintah mereka kecuali dalam kasus-kasus yang paling mengerikan tirani . [74] Namun, ia menolak
menyelaraskan dirinya dengan salah satu dari Inggris dua partai politik, para Whig dan Tories . Hume
writes Hume menulis

My views of things are more conformable to Whig principles; my representations of persons to Tory
prejudices. [ 75 ] pandangan saya tentang hal-hal yang lebih Selaras untuk Whig prinsip; representasi
orang untuk Tory. prasangka saya [75]

McArthur says that Hume believed that we should try to balance our demands for liberty with the need for
strong authority, without sacrificing either. McArthur mengatakan bahwa Hume percaya bahwa kita harus
berusaha untuk menyeimbangkan tuntutan kami untuk kebebasan dengan kebutuhan untuk otoritas yang
kuat, tanpa mengorbankan baik. McArthur characterizes Hume as a 'precautionary conservative': whose
actions would have been "determined by prudential concerns about the consequences of change, which
often demand we ignore our own principles about what is ideal or even legitimate", [ 76 ] He supported
liberty of the press , and was sympathetic to democracy , when suitably constrained. Douglass Adair has
argued that Hume was a major inspiration for James Madison 's writings, and the Federalist No. 10 in
particular. [ 77 ] Hume was also, in general, an optimist about social progress, believing that, thanks to the
economic development that comes with the expansion of trade, societies progress from a state of
"barbarism" to one of "civilisation". McArthur ciri Hume sebagai 'konservatif pencegahan': tindakan yang
akan "ditentukan oleh kekhawatiran kehati-hatian tentang konsekuensi perubahan, yang sering menuntut
kita mengabaikan prinsip kita sendiri tentang apa yang ideal atau bahkan yang sah", [76] Ia mendukung
kebebasan pers , dan bersimpati kepada demokrasi , ketika sesuai dibatasi. Douglass Adair telah
berpendapat bahwa Hume merupakan inspirasi utama bagi James Madison tulisan ', dan No Federalis 10
pada khususnya. [77] Hume juga, pada umumnya, sebuah optimis tentang kemajuan sosial, percaya
bahwa, berkat pembangunan ekonomi yang datang dengan ekspansi perdagangan, kemajuan
masyarakat dari keadaan "barbar" ke salah satu dari "peradaban". Civilised societies are open, peaceful
and sociable, and their citizens are as a result much happier. Civilised masyarakat terbuka, damai dan
ramah, dan mereka warga negara adalah sebagai akibat jauh lebih bahagia. It is therefore not fair to
characterise him, as Leslie Stephen did, as favouring "...that stagnation which is the natural ideal of a
skeptic ." [ 78 ] Oleh karena itu tidak adil untuk mencirikan kepadanya, seperti Leslie Stephen lakukan,
sebagai mendukung "... bahwa stagnasi yang merupakan ideal alami dari sebuah skeptis . " [78]

Though it has been suggested Hume had no positive vision of the best society, he in fact produced an
essay titled Idea of a Perfect Commonwealth , [ 79 ] which lays out what he thought was the best form of
government. Meskipun telah diusulkan Hume tidak memiliki visi positif dari masyarakat terbaik, ia
sebenarnya menghasilkan sebuah esai berjudul Ide Commonwealth Sempurna , [79] yang menguraikan
apa yang dia pikir adalah bentuk terbaik pemerintahan. His pragmatism shone through, however, in his
caveat that we should only seek to implement such a system should an opportunity present itself, which
would not upset established structures. pragmatisme bersinar Nya melalui, namun, dalam peringatan
bahwa kita hanya harus berusaha untuk menerapkan sistem seperti itu harus kesempatan hadir sendiri,
yang tidak akan marah struktur didirikan. He defended a strict separation of powers , decentralisation ,
extending the franchise to anyone who held property of value and limiting the power of the clergy . Dia
membela ketat pemisahan kekuasaan , desentralisasi , memperluas waralaba kepada siapa pun yang
memegang milik nilai dan membatasi kekuasaan ulama . The Swiss militia system was proposed as the
best form of protection. The Swiss milisi sistem yang diusulkan sebagai bentuk perlindungan terbaik.
Elections were to take place on an annual basis and representatives were to be unpaid. Pemilihan yang
berlangsung secara tahunan dan wakil itu harus dibayar. It is also important to note that the ideal
commonwealth laid out by Hume was held to be ideal only for the British Isles in the 18th century. Hal ini
juga penting untuk dicatat bahwa persemakmuran ideal ditentukan oleh Hume adalah dianggap ideal
hanya untuk Kepulauan Inggris di abad ke-18. Hume was a relativist, and realized that such a form of
government would not be ideal for all cultures, nor would it necessarily be permanent as historical
conditions change. [ citation needed ] Hume adalah seorang relativis, dan menyadari bahwa seperti
bentuk pemerintahan tidak akan ideal untuk semua budaya, tidak akan hal itu tentu permanen sebagai
perubahan kondisi sejarah. [ rujukan? ]
[ edit ] Contributions to economic thought [ sunting ] Kontribusi pemikiran ekonomi
Statues of David Hume and Adam Smith by David Watson Stevenson on the Scottish National Portrait
Gallery in Edinburgh Patung David Hume dan Adam Smith oleh David Watson Stevenson pada Portrait
Galeri Nasional Skotlandia di Edinburgh

Through his discussions on politics, Hume developed many ideas that are prevalent in the field of
economics . Melalui diskusi tentang politik, Hume mengembangkan banyak ide yang lazim dalam bidang
ekonomi . This includes ideas on private property, inflation, and foreign trade. [ 80 ] Ini termasuk gagasan
tentang milik pribadi, inflasi, dan perdagangan luar negeri. [80]

Hume does not believe, as Locke does, that private property is a natural right, but he argues that it is
justified since resources are limited. Hume tidak percaya, seperti Locke tidak, itu hak milik pribadi adalah
hak alamiah, tetapi dia berpendapat bahwa itu dibenarkan karena sumber daya terbatas. If all goods were
unlimited and available freely, then private property would not be justified, but instead becomes an "idle
ceremonial". Jika semua barang terbatas dan tersedia bebas, maka milik pribadi tidak akan dibenarkan,
tetapi malah menjadi sebuah "seremonial idle". Hume also believed in unequal distribution of property,
because perfect equality would destroy the ideas of thrift and industry. Hume juga percaya pada
ketimpangan distribusi harta, karena kesetaraan yang sempurna akan menghancurkan ide-ide
penghematan dan industri. Perfect equality would thus lead to impoverishment. [ 81 ] Sempurna
kesetaraan dengan demikian akan mengakibatkan pemiskinan. [81]

Hume did not believe that foreign trade produced specie, but considered trade a stimulus for a country's
economic growth. Hume tidak percaya bahwa perdagangan luar negeri yang dihasilkan logam, tetapi
dianggap perdagangan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. He did not consider the
volume of world trade as fixed because countries can feed off their neighbors' wealth, being part of a
"prosperous community". Dia tidak mempertimbangkan volume perdagangan dunia sebagai tetap karena
negara dapat makan dari kekayaan tetangga mereka, menjadi bagian dari sebuah "komunitas makmur".
The fall in foreign demand is not that fatal, because in the long run, a country cannot preserve a leading
trading position. Penurunan permintaan asing tidak itu fatal, karena dalam jangka panjang, negara tidak
dapat mempertahankan posisi trading terkemuka.

Hume was among the first to develop automatic price-specie flow , an idea that contrasts with the
mercantile system . Hume merupakan salah satu pertama yang mengembangkan otomatis -specie flow
harga , sebuah ide yang kontras dengan sistem niaga . Simply put, when a country increases its in-flow of
gold, this in-flow of gold will result in price inflation, and then price inflation will force out countries from
trading that would have traded before the inflation. Secara sederhana, saat suatu negara meningkat
dalam Surat-aliran emas, aliran-dalam emas akan mengakibatkan inflasi harga, dan kemudian inflasi
harga akan memaksa keluar negara dari perdagangan yang akan diperdagangkan sebelum inflasi. This
results in a decrease of the in-flow of gold in the long run. Hal ini menyebabkan penurunan aliran-di emas
dalam jangka panjang.

Hume also proposed a theory of beneficial inflation. Hume juga mengusulkan teori inflasi
menguntungkan. He believed that increasing the money supply would raise production in the short run.
Dia percaya bahwa peningkatan jumlah uang beredar akan menaikkan produksi dalam jangka pendek.
This phenomenon would be caused by a gap between the increase in the money supply and that of the
price level. Fenomena ini akan disebabkan oleh kesenjangan antara kenaikan jumlah uang beredar dan
tingkat harga. The result is that prices will not rise at first and may not rise at all. Hasilnya adalah bahwa
harga tidak akan naik pada awalnya dan mungkin tidak naik sama sekali. This theory was later developed
by John Maynard Keynes . Teori ini kemudian dikembangkan oleh John Maynard Keynes .
[ edit ] As historian of England [ sunting ] Sebagai sejarawan dari Inggris
Between Hume's death and 1894, there were at least 50 editions of his 6-volume History of England , a
work of immense sweep. Antara kematian Hume dan 1894, setidaknya ada 50 edisi nya 6-volume
Sejarah Inggris , sebuah karya besar menyapu. The subtitle tells us as much, "From the Invasion of Julius
Caesar to the Revolution in 1688". subjudul memberitahu kita sebagai banyak, "Dari Invasi Julius Caesar
untuk Revolusi tahun 1688".

There was also an often-reprinted abridgement, The Student's Hume (1859). Ada juga sebuah-dicetak
ulang Ringkasan sering, The Student's Hume (1859).

Another remarkable feature of the series was that it widened the focus of history, away from merely Kings,
Parliaments, and armies, including literature and science as well. Fitur lain yang luar biasa dari seri
adalah bahwa memperluas fokus sejarah, jauh dari sekedar Kings, Parlemen, dan tentara, termasuk
sastra dan sains juga.
[ edit ] Works [ sunting ] Pekerjaan

* A Kind of History of My Life (1734) Mss 23159 National Library of Scotland . Sebuah Jenis Sejarah
Hidupku (1734) 23159 Mss Perpustakaan Nasional Skotlandia . A letter to an unnamed physician, asking
for advice about "the Disease of the Learned" that then afflicted him. Sebuah surat untuk seorang dokter
yang tidak disebutkan namanya, meminta nasihat tentang "Penyakit para ulama" yang kemudian
melukainya. Here he reports that at the age of eighteen "there seem'd to be open'd up to me a new Scene
of Thought..." Di sini ia melaporkan bahwa pada usia delapan belas "ada seem'd akan open'd sampai
saya Scene baru Pemikiran ..." that made him "throw up every other Pleasure or Business" and turned
him to scholarship. [ citation needed ] yang membuatnya "muntah setiap Pleasure lain atau Usaha" dan
berbalik dia untuk beasiswa. [ rujukan? ]
* A Treatise of Human Nature : Being an Attempt to introduce the experimental Method of Reasoning
into Moral Subjects . A Treatise of Human Nature : Menjadi Upaya untuk memperkenalkan Metode
eksperimental Moral reasoning ke Subjek. (1739–40) Hume intended to see whether the Treatise of
Human Nature met with success, and if so to complete it with books devoted to Politics and Criticism.
(1739-1740) Hume dimaksudkan untuk melihat apakah Treatise of Human Nature bertemu dengan
sukses, dan jika demikian untuk melengkapinya dengan buku-buku yang ditujukan untuk Politik dan Kritik.
However, it did not meet with success. Namun, tidak bertemu dengan sukses. As Hume himself said, "It
fell dead-born from the press , without reaching such distinction as even to excite a murmur among the
zealots" [ 10 ] and so was not completed. Seperti Hume sendiri berkata, "Ini jatuh mati-lahir dari pers,
tanpa mencapai perbedaan seperti bahkan untuk merangsang murmur di antara para fanatik" [10] dan
sebagainya belum selesai.
* An Abstract of a Book lately Published: Entitled A Treatise of Human Nature etc . (1740) Anonymously
published, but almost certainly written by Hume [ 82 ] in an attempt to popularise his Treatise . Sebuah
Abstrak Buku akhir-akhir ini Diterbitkan di: Berhak A Treatise dll Alam Manusia Hume. (1740) anonim
diterbitkan, namun hampir pasti ditulis oleh [82] dalam upaya untuk mempopulerkan Risalah-nya. Of
considerable philosophical interest, because it spells out what he considered "The Chief Argument" of the
Treatise , in a way that seems to anticipate the structure of the Enquiry concerning Human Understanding
. Yang menarik filosofis yang cukup besar, karena mantra keluar apa yang dianggap "Argumen Kepala"
dari Risalah, dengan cara yang tampaknya mengantisipasi struktur Enquiry tentang Human
Understanding.
* Essays Moral and Political (first ed. 1741–2) A collection of pieces written and published over many
years, though most were collected together in 1753–4. Esai Moral dan Politik (pertama ed. 1741-2)
Koleksi potongan ditulis dan diterbitkan selama bertahun-tahun, meskipun sebagian besar dikumpulkan
bersama di 1753-4. Many of the essays are focused on topics in politics and economics, though they also
range over questions of aesthetic judgement, love, marriage and polygamy, and the demographics of
ancient Greece and Rome, to name just a few of the topics considered. Banyak esai terfokus pada topik
dalam politik dan ekonomi, meskipun mereka juga berbagai pertanyaan atas penghakiman estetika, cinta,
perkawinan dan poligami, dan demografi Yunani kuno dan Roma, untuk menyebutkan beberapa topik
dipertimbangkan. The Essays show some influence from Addison 's Tatler and The Spectator , which
Hume read avidly in his youth. The Essays menunjukkan beberapa pengaruh dari Addison 's Tatler dan
The Spectator , yang Hume rajin membaca di masa mudanya.
 * A Letter from a Gentleman to His Friend in Edinburgh: Containing Some Observations on a Specimen
of the Principles concerning Religion and Morality, said to be maintain'd in a Book lately publish'd, intituled
A Treatise of Human Nature etc . Edinburgh (1745). Sebuah Surat dari Gentleman Nya Teman di
Edinburgh: Mengandung Beberapa Pengamatan pada Spesimen dari Prinsip-prinsip mengenai Agama
dan Moralitas, dikatakan maintain'd dalam sebuah Buku publish'd akhir-akhir ini, intituled A Treatise dll
Alam Manusia 1745. Edinburgh ( ). Contains a letter written by Hume to defend himself against charges
of atheism and scepticism, while applying for a Chair at Edinburgh University. Berisi surat yang ditulis
oleh Hume untuk membela diri terhadap tuduhan ateisme dan skeptisisme, sambil menerapkan untuk
Ketua di Edinburgh University.
* An Enquiry concerning Human Understanding (1748) Contains reworking of the main points of the
Treatise , Book 1, with the addition of material on free will (adapted from Book 2), miracles, the Design
Argument, and mitigated scepticism. Of Miracles , section X of the Enquiry , was often published
separately, Sebuah Pertanyaan tentang Human Understanding (1748) Berisi ulang dari titik-titik utama,
dan dimitigasi skeptisisme. Risalah, Buku 1, dengan penambahan material pada bebas akan (diadaptasi
dari Book 2,) mukjizat, Desain Argumen Dari Mujizat bagian, X dari Enquiry, sering diterbitkan secara
terpisah,
* An Enquiry Concerning the Principles of Morals (1751) A reworking of material from Book 3 of the
Treatise , on morality, but with a significantly different emphasis. Sebuah Pertanyaan Mengenai Prinsip
Morals (1751) Sebuah pengerjaan ulang bahan dari Buku 3 dari Risalah, pada moralitas, tetapi dengan
penekanan yang berbeda secara signifikan. Hume regarded this as the best of all his philosophical works
[ citation needed ] , both in its philosophical ideas and in its literary style. Hume menganggap hal ini
sebagai yang terbaik dari semua karya filosofisnya [ rujukan? ], baik dalam ide-ide filosofis dan dalam
gaya sastra.
* Political Discourses , (part II of Essays, Moral, Political, and Literary within vol. 1 of the larger Essays
and Treatises on Several Subjects ) Edinburgh (1752). Wacana politik, (bagian II dari Essays, Moral,
Politik, dan Sastra dalam vol. 1 dari Essays lebih besar dan Risalah pada Subjek Beberapa) Edinburgh
(1752). Included in Essays and Treatises on Several Subjects (1753–6) reprinted 1758–77. Termasuk
dalam Esai dan Risalah pada Beberapa Mata Ajaran (1753-6) 1758-1777 dicetak ulang.
* Political Discourses / Discours politiques (1752–1758), My ovn life (1776), Of Essay writing , 1742.
Wacana Politik / politiques Discours (1752-1758), kehidupan ovn saya (1776), Dari menulis Essay, 1742.
Bilingual English-French (translated by Fabien Grandjean). Dua bahasa Inggris-Perancis (diterjemahkan
oleh Fabien Grandjean). Mauvezin, France, Trans-Europ-Repress, 1993, 22 cm, V-260 p. Mauvezin,
Perancis, Trans-Europ-menekan, 1993, 22 cm, V-260 hal Bibliographic notes, index. Catatan bibliografi,
indeks.
* Four Dissertations London (1757). Empat Disertasi London (1757). Included in reprints of Essays and
Treatises on Several Subjects (above). Termasuk dalam cetak ulang dari Esai dan Risalah pada Subjek
Beberapa (di atas).
* The History of England (Sometimes referred to as The History of Great Britain ) (1754–62) Freely
available in six vols. Sejarah Inggris (Kadang-kadang disebut sebagai Sejarah Britania Raya ) (1754-
1762) Bebas tersedia dalam enam jilid. from the On Line Library of Liberty. [ 83 ] More a category of
books than a single work, Hume's history spanned "from the invasion of Julius Caesar to the Revolution
of 1688" and went through over 100 editions. dari On Line Library of Liberty. [83] Lebih kategori buku dari
satu karya tunggal, sejarah Hume membentang "dari invasi Julius Caesar ke Revolusi dari 1688" dan
pergi melalui lebih dari 100 edisi. Many considered it the standard history of England until Thomas
Macaulay 's History of England . Banyak menganggap sejarah standar Inggris sampai Thomas Macaulay
Sejarah s 'dari Inggris.
* The Natural History of Religion (1757) Natural History Agama (1757)
* "My Own Life" (1776) Penned in April, shortly before his death, this autobiography was intended for
inclusion in a new edition of "Essays and Treatises on Several Subjects". "Life My Own" (1776) Ditulis
pada April, tak lama sebelum kematiannya, otobiografi ini dimaksudkan untuk dimasukkan dalam edisi
baru "Esai dan Risalah pada Subjek Beberapa". It was first published by Adam Smith who claimed that by
doing so he had incurred "ten times more abuse than the very violent attack I had made upon the whole
commercial system of Great Britain". [ citation needed ] ( Ernest Campbell Mossner , The Life of David
Hume) Ia pertama kali diterbitkan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa dengan melakukan hal itu ia
telah terjadi "beberapa kali pelecehan sepuluh dari kekerasan serangan yang sangat saya telah membuat
pada sistem komersial seluruh Inggris" [. kutipan diperlukan ] ( Ernest Campbell Mossner , The Life David
Hume)
* Dialogues Concerning Natural Religion (1779) Published posthumously by his nephew, David Hume
the Younger. Dialog Concerning Natural Religion (1779) Ditampilkan anumerta oleh keponakannya, David
Hume Muda. Being a discussion among three fictional characters concerning the nature of God, and is an
important portrayal of the argument from design. Menjadi diskusi antara tiga tokoh fiksi tentang sifat Allah,
dan merupakan gambaran penting dari argumen dari desain. Despite some controversy, most scholars
agree that the view of Philo, the most sceptical of the three, comes closest to Hume's own. [ 84 ]
Meskipun kontroversi beberapa, kebanyakan ahli sepakat bahwa pandangan Philo, yang paling skeptis
dari tiga, paling mendekati Hume sendiri. [84]

[ edit ] Hume's influence [ sunting ]'s pengaruh Hume

Attention to Hume's philosophical works grew after the German philosopher Immanuel Kant credited
Hume with awakening him from "dogmatic slumbers" ( circa 1770). [ 85 ] Perhatian terhadap filsafat
karya's Hume tumbuh setelah filsuf Jerman Immanuel Kant dikreditkan Hume dengan kebangkitan dia
dari "terlelap dogmatis" (sekitar tahun 1770). [85]

According to Schopenhauer , "there is more to be learned from each page of David Hume than from the
collected philosophical works of Hegel , Herbart and Schleiermacher taken together". [ 86 ] Menurut
Schopenhauer , "ada lebih banyak yang harus dipelajari dari setiap halaman David Hume daripada karya-
karya filosofis dikumpulkan dari Hegel , Herbart dan Schleiermacher secara bersama-sama ". [86]

AJ Ayer (1936), introducing his classic exposition of logical positivism, claimed: "The views which are put
forward in this treatise derive from the logical outcome of the empiricism of Berkeley and Hume." [ 87 ]
Albert Einstein (1915) wrote that he was inspired by Hume's positivism when formulating his Special
Theory of Relativity . [ 88 ] Hume was called "the prophet of the Wittgensteinian revolution" by N.
Phillipson, referring to his view that mathematics and logic are closed systems, disguised tautologies, and
have no relation to the world of experience. [ 89 ] David Fate Norton (1993) asserted that Hume was "the
first post-sceptical philosopher of the early modern period". [ 90 ] AJ Ayer (1936), memperkenalkan
eksposisi klasik positivisme logis, menyatakan: "Pandangan yang dikemukakan dalam risalah ini berasal
dari hasil logis dari empirisme Berkeley dan Hume. " [87] Albert Einstein (1915) menulis bahwa ia
terinspirasi oleh Teman-positivisme Hume ketika merumuskan nya Teori Relativitas Khusus . [88] Hume
disebut "nabi Wittgensteinian revolusi "oleh N. Phillipson, mengacu pada pandangannya bahwa
matematika dan logika sistem tertutup, tautologies menyamar, dan memiliki tidak ada hubungannya
dengan dunia pengalaman. [89] David Fate Norton (1993) menegaskan bahwa Hume adalah "filsuf
pasca-skeptis pertama periode modern awal". [90]

Hume's Problem of Induction was also of fundamental importance to the philosophy of Karl Popper .
Hume Masalah Induksi juga penting mendasar pada filsafat Karl Popper . In his autobiography, Unended
Quest , [ 91 ] he wrote: "'Knowledge' ... is objective ; and it is hypothetical or conjectural. This way of
looking at the problem made it possible for me to reformulate Hume's problem of induction ". Dalam
otobiografinya, Unended Quest, [91] ia menulis: "'Pengetahuan' ... adalah objektif, dan itu adalah
hipotesis atau dugaan induksi. ini cara untuk melihat pada masalah memungkinkan bagi saya untuk
Hume merumuskan masalah". This insight resulted in Popper's major work The Logic of Scientific
Discovery . [ 92 ] In his Conjectures and Refutations , p 55, he writes: Pandangan ini mengakibatkan
besar karya tersebut Popper Logika Ilmiah Discovery . [92] Dalam karyanya dugaan dan refutations p, 55,
ia menulis:

"I approached the problem of induction through Hume. Hume, I felt, was perfectly right in pointing out
that induction cannot be logically justified". "Aku mendekati masalah induksi melalui Hume. Hume, aku
merasa, adalah sangat tepat di menunjukkan induksi yang tidak dapat dibenarkan secara logis".