Você está na página 1de 28

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kami penjatkan kehadirat Allah SWT atas


terselesaikannya penyusunan makalah ini mengenai Semen Portland. Makalah ini
membahas secara singkat mengenai sejarah penemuan semen portland,
pembuatan semen portland, sifat-sifat dan jenis-jenis semen serta pemanfaatannya.

Semen merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan untuk


membangun konstruksi beton, karena itu kita sebagai seorang engineering perlu
mengetahui tentang sifat-sifat maupun jenis-jenis semen yang ada dipasaran. Hal
inilah yang mendorong kami untuk mencoba menyusun makalah ini. Dengan segala
keterbatasan yang kami miliki khususnya dalam hal referensi sebagai pendukung
penyusunan makalah ini, kami berusaha menyelesaikan makalah sehingga tersusun
menjadi sebuah tulisan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis mengharapakan saran dan kritikan dari pembaca
khususnya dosen pengampuh mata kuliah ’Teknologi Bahan Konstruksi Jalan’
Bapak. Dr.Ir. Rudi Djamaluddin, M.Eng. yang telah memberikan tugas ini sehingga
menjadi dasar bagi kami untuk menyusun makalah ini sehingga mendapatkan
pengetahuan tambahan melalui penyusuna makalah ini. Kami juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam hal penyelesaian makalah.

Semoga makalah dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Penyusun
Daftar Isi

No. Halaman

1. Kata Pengantar
………………………………………………………………………………………………………….
1

2. Daftar Pustaka

…………………………………………………………………………………………………………
…. 2

3. BAB I Pendahuluan

A. Pendahuluan
……………………………………………………………………………………………………..
i

B. Maksud dan Tujuan


……………………………………………………………………………………………..
i

4. BAB II Pembahasan

A. Umum................
.................................................................................................... i

B. Sifat-sifat Semen Portland


...................................................................................... i

C. Pengujian Dasar
....................................................................................................... i
D. Bahan Campuran Semen
........................................................................................ i

E. Bahan Tambahan Pembuatan Semen


………………………………………………………………….. i

5. BAB III Penutup

A. Kesimpulan
............................................................................................................i

B. Saran................................................................................................................
...... i

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan di atas muka bumi ini dari hari ke hari semakin


meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang secara otomotis
membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang aktivitas kehidupan.
Untuk menyediakan prasarana yang menunjang aktifitas manusia, maka
dilakukanlah pembangunan gedung-gedung, perumahan maupun prasarana
lain. Dalam hal pembangunan ini, khususnya yang menggunakan konstruksi
beton dalam proses pembangunannya, maka ada beberapa komponen
penting yang harus disediakan untuk bias melakukan pembangunan
tersebut. Dalam pembuatan beton diperlukan pencampuran beberapa bahan,
yaitu semen, air, aggregate kasar dan halus. Dari keempat bahan yang
digunakan dalam pembuatan ini, semenlah yang memiliki nilai ekonomi
paling mahal. Fungsi semen dalam pembuatan ini sebagai pengikat antara
material. Karena dalam pembuatan akan kami jelaskan mengenai beberapa
tentang semen yang sangat penting diketahui untuk mendapatkan kualitas
beton yang baik.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah memberikan


penjelasan tentang semen portland agar kiranya dapat diketahui komposisi
maupun penggunaannya secara baik.

Sedang tujuan dari penyusunan makalah dengan mengetahui


komposisi, proses dan jenis semen maka dalam proses aplikasinya dalam
dunia konstruksi dapat menghasilkan beton dengan mutu yang baik.
BAB II

PEMBAHASAN

SEMEN PORTLAND

A. UMUM

Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (PUBI-1982)

Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak


dipakai dalam pembangunan fisik. Semen jika diaduk dengan air akan
membentuk adukan pasta semen, sedang jika diaduk dengan air kemudian
ditambah pasir menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan
kerikil/batu pecah disebut beton.

Fungsi semen ialah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi


suatu massa yang kompak/padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-
rongga diantara butiran agregat.

1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SEMEN

Material semen telah banyak digunakan sejak zaman Yunani,


Romawi dan Mesir Kuno. Sebagian monumen dan bangunan peninggalan
sejarah yang sampai saat ini masih bisa kita saksikan, merupakan bukti
bahwa material semen telah digunakan sejak zaman dulu. Pada masa itu,
nenek moyang kita tlah mampu merekatkan batu-batu raksasa hanya
mengandalkan bahan perekat berupa gypsum, batu kapur, gamping dan
abu vulkanik atau pozzolan.
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil pencampuran batu kapur dan abu
vulkanis. Kedua bahan ini akan aktif setelah melalui proses pembakaran.
Konon, campuran tersebut pertama kali ditemukan di zaman kerajaan
Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Campuran bahan
perekat ini lantas dinamai pzzuolana. Kata semen sendiri berasal dari
bahasa latin, yaitu caementum, yang artinya ’memotong menjadi bagian-
bagian kecil yang tidak beraturan”. Meski sempat populer di zamannya,
campuran semen ini tak berumur panjang, menyusul runtuhnya Kerajaan
Romawi. Hingga abad pertengahan(1100 – 1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Kemudian pada abad ke-18, Jhon Smeaton, seorang insinyur asal


Inggris menemukan kembali ramuan kuno ini. Ia membuat adonan dengan
memanfaatkan campuran kapur tanah dan tanah liat saat membangun
menara suar eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Namun, bukan
smeaton yang akhirnya mematenkan cikal bakal semen ini melainkan
Joseph Aspdin, seorang insinyur berkebangsaan Inggris yang pertama kali
mengurus hak paten untuk ramuan semen ini pada tahun 1824. Hasil
temuannya dinamakan semen portland. Dinamakan ”semen portland”
karena hasil warna olahannya mirip dengan tanah liat yang sering
dijumpai di pulau Portland, Inggris. Sebenarnya ramuan Aspdin tidak jauh
beda dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, yaitu
batu kapur sebagai sumber kalsium karbonat dan tanah lempung yang
banyak mengandung silika, aluminium oksida (alumina), serta oksida besi.
Kemudian, pada tahun 1845 Isaac Johnson melakukan penelitian lanjutan
mengenai semen dan hasilnya sangat berperan dalam pengembangan
industri semen modern.

2. PEMBUATAN SEMEN PORTLAND

Semen portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga


sangat halus dan memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh
dengan membakar secara bersamaan suatu campuran dari calcareous
(yang mengandung kalsium karbonat atau batu gamping) dan
argillaceous (yang mengandung alumina) dengan perbandingan tertentu.
Secara mudahnya, kandungan semen portland ialah: kapur, silika dan
alumina. Ketiga bahan dasar tadi dicampur dan dibakar dengan suhu
1550oC dan menjadi klinker. Setelah itu kemudian dikeluarkan,
didinginkan dan dihaluskan sampai halus seperti bubuk. Biasanya lalu
ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2 sampai 4 persen
sebagai bahan pengontrol waktu ikatan. Bahan tambah lain kadang-
kadang ditambahkan pula untuk membentuk semen khusus, misalnya
kalsium klorida ditambahkan untuk mnejadikan semen yang cepat
mengeras. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong dengan berat tiap-
tiap kantong 50 kg.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :

• Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan
menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker
crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM.

• Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending


kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara.
Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

1. proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer


dan roller meal.

2. proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan


campuran yang homogen.

3. proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :


bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).

4. proses pendinginan terak.


5. proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena


pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut,
besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor,
dan kapur bebas.

B. SIFAT-SIFAT DARI SEMEN PORTLAND BETON

1. SIFAT-SIFAT SEMEN PORTLAND

Sifat semen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat kimia dan sifat
fisika.

a. Sifat Kimia.

Semen dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya dan kehalusan


butirnya. Perbandingan bahan-bahan utama penyusun semen
portaland adalah: kapur (CaO) sekitar 60-65%, silika (SiO2) sekitar 20-
25%, dan oksida besi serta alumunium (Fe2O3 dan Al2O3) sekitar 7-12%.
Pemeriksaan untuk mengetahui mutu semen antara lain:

• Kesegaran Semen, yaitu untuk mengetahui tingkat kelembapan,


kandungan karbon dioksida atau magnesium dalam semen
(maksimum 3,0 %).

• Sisa Bahan yang tak Larut dalam Semen, yaitu untuk


mengetahui jumlah atau sisa bahan dalam semen yang tidak habis
bereaksi atau bahan yang tidak aktif dari semen (maksimum 1,5
%).

b. Sifat Fisika.

Sifat-sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu


pengikatan, kekuatan tekan, panas hidrasi dll.
• Kehalusan Butir (fineness)

Kehalusan butir semen akan berpengaruh pada proses


hidrasi, waktu pengikatan (setting time), makin halus butiran
semen, maka proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan
awal tinggi tetapi kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir
semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya Bleeding.
• Kepadatan (density)

Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15


Mg/m = 3,150.00 kg/m3. Berat jenis semen berpengaruh pada
3

proporsi semen dalam campuran beton. Pengujian berat jenis


semen dapat dilakukan dengan alat “Turbidimeter” dari Wagner.
• Waktu Pengikatan (setting time)

Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk


mengeras, terhitung sejak berekasinya air dan menjadi pasta
semen cukup kaku menahan tekan.
• Panas Hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen


bereaksi dengan air. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini
dapat menimbulkan retakan pada saat pendinginan.Untuk
mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendinginan melalui
perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.

2. JENIS-JENIS SEMEN

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri


semen berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian,
sehingga ditemukan berbagai jenis semen.

a. Sement Portland (OPC)

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :

1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)


Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada
tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak
dipasaran.

2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)


Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi
sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah
dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu
dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air
selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang
besar perlu ditambahkan sifat moderat“Heat of hydration”. Semen
Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti
bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya
kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
3. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan
setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan
kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan
nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan
semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai
kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen
Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen
Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan
menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari.

4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)


Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini
banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive
dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan
udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan
selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin
sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa
menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan
(strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding
semen portland tipe I.

5. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)


Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini
cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah
dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air
laut, daerah tambang, air payau dsb.

b. Blended Cement (Semen Campur)

Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus


yang tidak dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat
khusus tersebut diperlukan material lain sebagai pencampur. Jenis
semen campur :

1. Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC).

Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai


Portland Pozzolan Cement (PPC) adalah merupakan semen
hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen
Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly Ash) halus, yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan bahan
pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen
Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling
dan mencampur.

2. Portland Composite Cement (Semen Portland Campur)PCC –SPC.

Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah


Bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak
(clinker) semen portland dan gibs dengan satu atau lebih bahan
anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland
dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan anorganik
tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag),
pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan
anorganik 6 – 35 % dari massa semen portland composite. Menurut
Standard Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement atau Semen
Portland Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive
material aktif:

3. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif

4. Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif

Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland


Pozzolan) aditif yang digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland
Composite Cement ini aditif yang digunakan lebih dari 1 jenis atau
2 jenis maka semen ini dikelompokkan pada Ternary Cement.

Gambar A.6 Portland Composite Cement (PCC-SPC)

5. Portland Blast Furnace Slag Cement

Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen


Portland yang dicampur dengan kerak dapur tinggi secara
homogen dengan cara mencampur bubuk halus semen Portland
dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama antara klinker
porland dengan butiran slag. Activitas slag (Slag Activity)
bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 +
Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida
dan glass Content tersebut saling berkebalikan. Beberapa sifat slag
semen adalah sabagai berikut :

1. Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang


sama dengan semen portland.

2. Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portla

3. Mempunyai permebility yang rendah

c. Semen Masonry

Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian


berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk
bangunan umumnya menggunakan kapur padam, kemudian
meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan
kapur padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka
diperkanalkan Semen Masonry.

d. Oil Well Cement

Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur


dengan bahan retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin,
gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk
mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat
dipompakan kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800
sampai dengan 4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak
atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan pengerasan semen itu
dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan, maka semen yang
mengental dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada
pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan lagi
menjadi beberapa kelas sesuai denganAPI Spesification 10 1986,
yaitu :

Kelas A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830


meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan

Kelas B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830


meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap
sulfat sedang

Kelas C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830


meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan
tekan awal yang tinggi

Kelas D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830


sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan
yang sedang

Kelas E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050


sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan
yang tinggi

Kelas F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050


sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan
yang tinggi

Kelas G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai


dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan
penambahan accelerator atau retarder. Dapat digunakan
untuk semua range pemakaian, mulai dari kelas A sampai
kelas E

e. White Cement (Semen Putih)


Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan
konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan
baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan
mentahnya mengandung oksida besi dan oksida manganese yang
sangat rendah (dibawah 1 %).

f. Water Proofed Cement

Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara


semen Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang
kecil seperti : Calcium, Aluminium, atau logam stearat lainnya.Semen
ini banyak dipakai untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan
tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan cairan kimia.

g. High Alumina Cement

High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan


kecepatan pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat,
asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan
api juga dibuat dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai
kecepatan pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe
III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu kapur dan bauxite,
sedangkan penggunaannya adalah antara lain :

1. Rafractory Concrette

2. Heat resistance concrete

3. Corrosion resistance concrete

h. Semen Anti Bakteri

Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara


semen Portland dengan “anti bacterial
agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan pada semen
Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri
dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya
hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti
bakteri antara lain :

1. Kamar mandi

2. Kolam-kolam

3. Lantai industri makanan

4. Keramik

5. Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri

3. STANDAR DAN JENIS SEMEN

Tingkat konsistensi mutu dan kualifikasi produk di antara para


produsen semen perlu dipertahankan. Oleh sebab itu, diperlukan standar
yang memberikan batasan terhadap beberapa parameter baik fisika
maupun kimia. Batasan-batasan tersebut mungkin berbeda antara satu
negara dengan negara lainnya, sehingga standar yang berlaku di satu
negara akan berbeda dengan negara lainnya.

a. STANDAR SEMEN

• Standar ASTM (Amerika)

Standar ASTM mengenal dua macam standar dalam


mengklasifikasikan semen, yaitu prescriptive standard yang
memberikan ketentuan terhadap isi produk dan performance
standar yang memberikan batasan terhadap performa produk. Ada
beberapa standar semen yang berlaku sebagai berikut.

1. ASTM C 150: Standard Specification for Portland Cement.


ASTM C 150 yang dikeluarkan sejak 1940 dan terbagi
menjadi lima tipe semen, sebagai berikut:
• Tipe I : untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus.
• Tipe II : untuk penggunaan yang memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang
• Tipe III : untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan
tekan awal tinggi.
• Tipe IV : untuk penggunaan yang memerlukan kalor hidrasi
rendah
• Tipe V : untuk penggunaan yang memerlukan ketahanan
tinggi terhadap sulfat.
2. ASTM C 595 : Standard Specification for Blended
Hydraulic Cements.
ASTM C 595 yang dikeluarkan sejak 1967 membagi semen
menjadi enam tipe sebagai berikut.
• Type IS : Portland blast-furnace slag cement
• Type IP : Portland-pozzolan cement
• Type P : Portland-pozzolan cement
• Type I (PM) : Pozzolan modified portland cement
• Type I (SM) : Slag-modified Portland cement
• Type S : Slag semen

3. ASTM C 1157 : Standard Performance Specification for


Belended Hydraulic Cement.
ASTM C1157 ini pertama kali diluncurkan pada tahun
1992. Sebagai standard yang masih relatif baru, ASTM C1157 ini
merefleksikan pergeseran dari prescriptive standard ke
formance standard. ASTM C1157 membagi semen menjadi enam
tipe sebagai berikut:
• Type GU :

b. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :


• semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna
abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
• semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni
dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
(finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat
dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
• oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen
khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau
gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
• mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan
Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil
sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya
dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau


membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas
yang dapat dihitung dengan rumus :

(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)

Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2


(keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas
ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan
tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.

C. PENGUJIAN DASAR

Jenis Pengujian Semen Portland dan Syarat Mutu


Jenis-jenis pengujian semen portland yang disajikan dalam modul ini
adalah pengujian kualitas semen yang dilakukan di lapangan dan pengujian
di laboratorium. Pengujian di lapangan antara lain kemasan dan kehalusan,
sedang pengujian yang dilakukan di laboratium antara lain kehalusan butir
semen, konsistensi normal, waktu pengikatan awal, berat jenis, tetap bentuk
dan kekuatan semen.

1. Pengujian di Laboratorium
a. Kehalusan Butir dengan Ayakan
Pengujian kehalusan butir dilakukan dengan ayakan standar.
Kehalusan butir semen portland yang dilakukan dengan pengujian
kehalusan menggunakan ayakan yang disyaratkan seperti disajikan
pada Tabel 1. sebagai berikut:
Sisa di atas
S-325 S-400 S-475 S-550 S-S
ayakan
1,2 mm (%) Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
0,09 mm (%) 20 15 10 7 5

b. Waktu Pengikatan Awal Semen Porland


Waktu pemgikatan awal, adalah waktu dari mula-,ula semen
kena air sampai dengan terjadi pengikatan. Waktu pengikatan awal
diisyaratkan harus lebih dari 60 menit.
c. Sifat kekal Bentuk Semen Portland
Semen harus memiliki sifat kekal bentuk, baik diuji dengan cara
cepat maupun dengan cara lambat.
d. Kekuatan adukan semen Portland
Kekuatan adukan semen yang harus dipenuhi disajikan pada tabel
berikut:
Kekuatan adukan pada
S-325 S-400 S-475 S-550 S-S
umur
1) 1 Hari (kg/cm2) -- -- -- -- 225
2) 3 hari (kg/cm2) 200 250 300 350 425
3) 7 hari (kg/cm2) 275 325 375 450 525
4) 28 hari (kg/cm2) 325 400 475 550 --

2. Pengujian Semen Portland di lapangan


a. Pemeriksaan Kantong semen (pembungkus)
1) Periksalah kantong pembungkus semen, ada kerusakan dan atau
kebocoran
2) Periksalah jahitan pada kantong pembungkus rapi atau tidak,
apakah terdapat kerusakan atau tidak.
3) Perhatikan pada kantong, apakah tercantum nama pabrik, nama
negara pembuatnya dan berat bersih isi kantong?
4) Periksa kembali berat isi semen, apakah sesuai dengan berat yang
tercantum pada kantong tersebut ?

3. Pengujian/Pemeriksaan Kehalusan Semen Secara Visual


1) Bukalah jahitan kantong semen, lalu periksa semen yang ada di
dalamnya apakah dalam keadaan baik : yaitu gembur, tidak terjadi
gumpalan-gumpalan.
2) Rabalah semua bagian semen tadi, apakah semua bagian semen
terasa seperti tepung halus atau tidak.
3) Periksa warna semen pada kantong-kantong contoh, apakah
warnanya sama pada semua kantong atau tidak. Jika ada semen yang
warnanya berbeda dari warna semen kantong- kantong lain, perlu
diperiksa lebih teliti

D. BAHAN CAMPURAN SEMEN

E. BAHAN TAMBAHAN PEMBUATAN SEMEN

1. Ekosemen : Produksi Semen dari Sampah


Jepang, sebuah negeri penuh inovasi. Mungkin sebutan itu sangat
sesuai sebagaimana Jepang menangani masalah sampah di negaranya.
Setelah berhasil membuat sebuah airport berkelas internasional di Kobe
yang dibangun di atas lapisan sampah dan menerapkan pembuatan
pupuk dari sampah di berbagai hotel di Jepang, kini Jepang telah berhasil
mengubah sampah menjadi produk semen yang kemudian dinamakan
dengan ekosemen.
- Ekosemen
Terminologi ekosemen dibentuk dari kata “ekologi” dan
“semen”. Diawali penelitian di tahun 1992, para peneliti Jepang telah
mempelajari kemungkinan memprosesan abu hasil pembakaran
sampah dan endapan air kotor untuk dijadikan bahan pembuat semen.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa abu hasil pembakaran
sampah mengandung unsur yg sama dengan bahan dasar semen pada
umumnya. Pada tahun 1993, proyek itu dibiayai oleh Kementrian
Perdangan Internasional dan Industri Jepang. Tahun 2001, pabrik
pertama di dunia yang mengubah sampah menjadi semen resmi
beroperasi di Chiba. Pabrik tersebut mampu memproduksi ekosemen
sebanyak 110,000 ton/tahunnya. Sampah yang diubah menjadi abu
yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62,000 ton/tahun
sedangkan endapan air kotor dan residu abu industri yang diolah
mencapai 28,000 ton/tahun.
- Penggunaan Abu Insinerasi untuk semen
Penduduk Jepang membuang sampah, baik organik maupun
anorganik, dengan jumlah sekitar 50 juta ton/tahun. Dari 50 ton/tahun
tersebut, sampah yang dibakar (proses incineration) menjadi abu
(incineration ash) ialah sekitar 37 ton/tahun. Sedangkan abu yang
dihasilkan mencapai 6 ton per tahunnya. Abu inilah yang kemudian
dijadikan sebagai bahan pembuat ekosemen. Abu dan endapan air
kotor mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan dalam
pembentukan semen konvensional, yaitu senyawa-senyawa oksida
seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Karena itu, abu insinerasi dapat
difungsikan sebagai pengganti tanah liat yang digunakan pada
pembuatan semen konvensiona.
Tabel 1. Komposisi senyawa pada abu insinerasi dan semen
konvensional (ppm)
CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 SO3 Cl
Semen
62-65 20-25 3-5 3-4z 2-3 50-100
konvensional
Abu 15000
12-31 23-46 13-29 4-7 1-4
insenerasi 0
Kebutuhan kandungan CaO yang masih belum terpenuhi pada
abu insinerasi dapat dicukupi dengan penambahan batu kapur. Dalam
pembuatan ekosemen, klorin dan logam berat yang terkandung pada
abu insinerasi diekstrak menjadi artificial ore (Cu, Pb, dan lainnya)
yang kemudian di-recyle untuk digunakan kembali.
- Proses Pembuatan Ekosemen
Secara umum, produksi semen konvensional (Portland) meliputi
pengeringan, penghancuran, dan pencampuran batu kapur, tanah liat,
quartzite, serta bahan baku lainnya dan kemudian dibakar pada rotary
klin. Prinsip produksi ekosemen pada dasarnya sama dengan prinsip
pembuatan semen konvensional. Adapun perbedaannya terletak pada
proses pembakaran dan pengolahan limbah.
- Persiapan
Bahan baku (abu insenerasi, endapan air kotor rumah tangga, dan
residu abu industri) diproses terlebih dahulu melalui pengeringan,
penghancuran, dan pemisahan logam yang masih terkandung pada
bahan baku.
- Penghancuran
Setelah dikeringkan, bahan baku tersebut kemudian dihancurkan pada
raw grinder atau drying mill bersamaan dengan batu kapur.
- Pencampuran
Setelah dikeringkan dan dihancurkan, umpan dimasukkan ke dalam
homogenizing tank bersamaan dengan fly ash (abu yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik tenaga batu bara) dan blast furnace slag
(limbah yang dihasilkan industri besi). Penempatan dua homoginezing
tank yang diilustrasikan dalam diagram dimaksudkan untuk
mencampuran semua secara merata sehingga dapat menghasilkan
komposisi yang diinginkan.
- Pembakaran
Berbeda dengan produksi semen konvensional dimana bahan baku
dibakar pada suhu 900oC, pada proses pembuatan ekosemen, bahan
baku dimasukkan ke dalam rotary klin dan dibakar pada suhu diatas
1350oC. Dalam rotary kiln, dioksin dan senyawa berbahaya lainnya
yang terkandung pada abu insenerasi akan terurai menjadi air dan gas
klor sehingga aman bagi lingkungan. Gas yang keluar dari rotary klin
kemudian didinginkan secara cepat hingga suhu 200oC untuk
mencegah kembali terbentuknya dioksin. Pada proses ini, logam berat
yang masih terkandung dipisahkan dan dikumpulkan ke dalam bag
filter sebagai debu yang masih mengandung klor. Debu ini kemudian
dialirkan ke heavy metal recovery process. Klor yang masih tersisa
akan dihilangkan dan menghasilkan sebuah articial ore seperti
tembaga dan timbal yang kemurniannya mencapai 35% atau lebih.
Proses pembakaran akan menghasilkan clinker (intermediate stage
pada industri semen) yang kemudian dikirim ke clinker tank.
- Penghancuran Produk
Campuran gypsum dan clinker dihancurkan dalam finish mill dan
kemudian akan dihasilkan ekosemen.
2. SEMEN INSTANT
Bukan mie saja yang mengenal kata instan. Kini adukan semen pun
sudah tersedia yang siap saji. Bahan bangunan ini merupakan semen
kering yang siap pakai, atau dikenal di negaranegara Barat dengan
sebutan dry mortar. Disebut siap pakai, karena semen jenis ini cukup
dicampur dengan air saat akan digunakan. Persis seperti makanan instan!
Sama Seperti Adukan Semen
Material ini sebenarnya merupakan "adonan" yang kandungannya
sama seperti adukan semen untuk membuat plesteran dinding. Hanya
saja adukan ini diolah di pabrik, sehingga semua proses pencampuran
bahan-bahannya dilakukan oleh mesin.

Bahan dasar semen instan adalah sebagai berikut.


1. Semen portland
2. Pasir

Untuk mendapatkan semen instan yang baik.


Proses pencampuran semen dan pasir saat membuat adukan
untuk dinding batu bata, sekarang tidak perlu lagi dilakukan. Dengan
semen instan, waktu bisa dihemat.
Pasir yang digunakan harus dalam keadaan bersih, bebas dari
lumpur atau kotoran lain. Pasir putih merupakan alternatif yang sering
dipilih untuk material ini.
3. Pengisi
Bahan ini terdiri dari CaCO3 (kapur) dan limestone powder.
Guna bahan ini adalah sebagai pengisi pori-pori yang akan terbentuk
karena menyatunya semen dan pasir, sehingga adukan lebih padat.
4. Aditif
Yang disebut aditif adalah zat-zat yang ditambahkan agar
adukan memiliki sifat-sifat tertentu. Pada semen instan, ditambahkan
bahan yang membuat daya rekatnya lebih kuat serta bahan antiretak.
Air yang juga dibutuhkan sebagai bahan pembuat adukan
ditambahkan di lokasi pengerjaan saat semen instan akan digunakan.
Campuran Lebih Tepat
Pada adukan konvensional, bahan – bahan harus dibeli terpisah dan
kemudian dicampur dengan perbandingan tertentu.
"Saat mencampur, kadang-kadang takaran masingmasing Bahan
tidak tepat karena biasanya tukang hanya mengira kira,"
Ini tentunya berpengaruh pada kualitas pasangan bata, plesteran,
serta acian. Berbeda dengan semen instan yang sudah dicampur di pabrik
sehingga komposisinya sangat tepat dan campurannya konsisten, karena
dikerjakan dengan mesin yang dibantu komputer.
Untuk menjamin agar setiap semen instan yang dihasilkan mutunya
selalu sama, sebelum digunakan, bahan-bahan dasarnya harus melalui
tahapan tertentu. Pasir, misalnya, harus terlebih dahulu dikeringkan
dengan panas 120 derajat Celcius agar air yang terkandung menguap
semua. "Pasir yang basah akan bereaksi dengan semen sebelum
digunakan”.
Setelah itu, pasir pun diayak dengan ukuran saringan maksimal 3
mm, agar ukurannya seragam dan terbebas dari benda-benda asing.
Proses ini pun meniadakan pengayakan pasir di lokasi pembangunan yang
pada akhirnya menghemat tenaga tukang.
Menghemat Anggaran
Ada anggapan bahwa semen instan ini mahal. "Memang harganya
lebih mahal dibandingkan harga campuran semen dan pasir biasa; sekitar
10 – 15 persenlah, "Namun, yang bisa dihemat adalah tenaga tukang dan
waktu pengerjaan," tambahnya. Ini pun suatu bentuk penghematan,
bukan? Selain itu, dengan mengira-kira jumlah masing-masing bahan pada
adukan konvensional, anggaranpembangunan rumah juga sulit
diperkirakan di awal. Kadang pasir yang dibeli berlebih, atau semen habis
saat sedang dibutuhkan. Tentu ini tidak efisien dan akhirnya biaya pun
membengkak. Pada semen instan, daya sebar sudah tertera pada
kemasan, sehingga bisa diperkirakan berapa sak semen yang dibutuhkan
untuk membangun dinding sekian meter,misalnya.
Untuk Berbagai Keperluan
Semen instan banyak jenisnya. Ada yang khusus untuk pemasangan
batu bata atau bata ringan (misalnya hebel dan celcon block), untuk
plesteran, serta untuk acian. Ada juga semen instan yang digunakan untuk
memasang batu alam serta keramik pada dinding. Kandungan bahan
semen instan untuk masing-masing fungsi tersebut tentu berbeda-beda.
Semen instan untuk pemasangan batu alam, misalnya, harus
memiliki daya rekat yang lebih kuat karena batu alam bobotnya berat.
Untuk acian, kandungan semen instan diramu agar mampu menghasilkan
lapisan yang halus mulus serta berwarna muda. Warna abu-abu muda ini
dihasilkan dari penggunaan pasir putih, sedangkan kehalusan lapisan
acian semen instan membuat dinding tidak perlu lagi dilapisi plamur saat
akan dicat dan membuat warna cat menutup lebih cepat.
Gambar 1. Flowchart pembuatan ekosemen
Kendala
Salah satu kendala utama pengembangan ekosemen adalah proses
produksinya yang relatif mahal apabila dibandingkan dengan produksi semen
konvensional. Hal ini disebabkan oleh proses pemisahan klor pada produksi
ekosemen yang memakan banyak biaya. Keberadaan klor sendiri diakibatkan
karena adanya plastik vinil yang ikut tercampur pada sampah organik. Pada
pembuatan abu insenarasi, plastik vinil akan ikut terurai menjadi klor. Klor akan
menurunkan kekuatan konkrit ekosemen apabila tidak dipisahkan. Hal tersebut
membuat pemisahan plastik dari sampah organik secara seksama menjadi kunci
utama pada produksi ekosemen.
Kualitas Ekosemen
Hingga saat ini, terdapat dua macam tipe ekosemen (berdasarkan
penambahan alkali dan kandungan klor) yaitu tipe biasa dan tipe rapid hardening.
Ekosemen tipe biasa mempunyai kualitas sama baiknya dengan semen Portland
biasa. Tipe ekosemen ini digunakan sebagai ready mixed concrete sedangkan
ekosemen tipe fast hardening memiliki kekuatan konkrit serta pengerasan yang
lebih cepat dibanding semen Portland tipe high-early strength (lihat Fig 2).
Ekosemen tipe fast hardening digunakan pada blok arsitektur, bahan genteng,
pemecah ombak, dan lain sebagainya. Ekosemen tipe fast hardening telah melewati
standardisasi JIS (Japanese Industrial Standard).

Gambar 2. Perbandingan kekuatan ekosemen dibandikan dengan semen Portland


Manfaat Ekosemen
Pengolahan sampah menjadi semen akan menambah metode alternatif
pengolahan sampah yang lebih bernilai ekonomis dan biaya pengolahan sampah
akan menjadi lebih murah. Sebagai contohnya, di Jepang, biaya pengolahan
sampah konvensional sebelum keberadaan teknologi ekosemen ialah sebesar
40,000 yen/ton dan sekarang turun menjadi 39,000 yen/ton.
Selain itu, teknologi ekosemen sangat ramah lingkungan. Pada proses produksi
ekosemen, sebagian CaO yang dibutuhkan dapat diperoleh dari abu insenerasi
sehingga mengurangi penggunaan batu kapur (CaCO2) yang selama ini merupakan
sumber emisi gas CO2 pada industri semen. Atas keberhasilan dalam mengurangi
emisi CO2 ini, teknologi ekosemen mendapat penghargaan dari menteri lingkungan
Jepang atas peranannya dalam mencegah pemanasan global.
Peluang di Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara yang belum bisa lepas dari masalah
sampah. Mulai dari penolakan warga masyarakat sekitar TPA akibat kepulan asap
dan bau yang ditimbulkan oleh pengolahan sampah dengan PLTSa hingga kejadian
yang tidak pernah dilupakan Tragedi Leuwigajah yang merenggut 24 nyawa tak
bersalah.
Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mencari solusi penyelesaian
masalah sampah Indonesia termasuk dengan cara mengubah sampah tersebut
menjadi sumber energi (methane). Namun, akibat kurangnya prospek dari segi
ekonomi, perkembangan proses konversi tersebut dapat dikatakan masih jalan di
tempat. Dengan berhasilnya Jepang dalam mengolah sampah menjadi semen,
muncul peluang yang besar untuk melakukan hal yang sama di Indonesia. Untuk
masalah bahan baku, di Jakarta, sampah domestik yang dihasilkan mencapai lebih
dari 6000 ton/hari. Dari segi proses, dapat dikatakan bahwa prinsip pembuatan
ekosemen hampir sama dengan pembuatan semen biasa. Apabila Pemerintah dan
pihak industri dapat bekerja sama dengan baik, masalah sampah akan teratasi dan
pihak industri meningkatkan keuntungan dengan adanya pengurangan penggunaan
limestone sebesar 26%.
Satu faktor utama yang menentukan keberhasilan proses pengolahan
sampah ialah regulasi pemerintah, khususnya pemerintah kota/daerah, dalam
mengelola sampah dengan baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh ialah melalui
penggalakkan kampanye pemisahan sampah antara sampah organik, sampah
anorganik, sampah botol, dan sampah kaleng serta kemudian menjadikannya
sebagai kebiasaan warga Indonesia secara luas. Dimulai dari hal sederhana
tersebut, peluang pemanfaatan sampah menjadi semen atau produk yang lain
dapat dilakukan pihak industri dengan lebih ekonomis.

Você também pode gostar