Você está na página 1de 6

ADSORBSI PADA LARUTAN

Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut


(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik
antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat
terlarut yang teradsorbsi.
Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent
adalah merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon,
sedangkan adsorbant adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air
buangan proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika
dan kimia yang sulit dibedakan, namun tidak akan mempengaruhi analisa pada
proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses adhesi yang terjadi pada permukaan suatu
zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya, sehingga menghasilkan
akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul – molekul. (Soedarsono dan
Benny Syahputra, 2005).
Suatu permukaan padatan yang bersentuhan dengan larutan akan
menyebabkan molekul-molekul terlarut terjerap/ adsorp pada permukaan padatan.
Adsorbsi molekul digambarkan sebagai berikut :
A + B —> A.B
Dimana :
A = adsorbant
B = adsorbent
A.B = jumlah bahan yang terjerap
Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals
menyebabkan bahan yang teradsorp berkumpul pada permukaan penjerap. Bila
reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan
karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat
pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah
selesai. (Arifin, 2008)
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorbent
antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengn fasa ruah saat
kesetimbangan pada suhu tertentu. Dibawah ini adalah beberapa contoh isotherm
yang biasa digunakan dalam adsorpsi :
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung
85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
(batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan
dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-
senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau
volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu
25- 1000% terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif
banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di
dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan
lemak, kimia dan farmasi. ( M.T. Sembiring, dkk, 2003)
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan
seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel
yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat
aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam
waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi.
Oleh karena itu biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara.
Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali,
meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi
karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu
perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002).
Menurut M.T Sembiring, dkk, 2003 bahwa karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu
karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap.
Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus,
diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk
memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak
diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu
pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas
pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan
mempunyai struktur yang lemah.
Karbon aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granula atau pellet
yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus,
digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis,
pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata
atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras.
Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan karbon aktif
untuk masing- masing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan.
Ann Limley, Et.al, 1995, menyatakan bahwa dengan proses oksidasi, karbon aktif
yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu :
L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu
300oC – 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-
AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti
Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam akan
berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan
menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan
pertukaran ion.
H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses
pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada
atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak
efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air tetapi sangat
lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan
senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-
AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral
akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia
organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan kompleks khelat
zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.
Menurut M.T. Sembiring dkk, 2003 bahwa karbon aktif yang baik
mempunyai persyaratan seperti yang tercantum pada SII No.0258 -79. Sifat
karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :
1. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
2. Temperatur/ suhu.
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada
saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa
diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang
mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas
thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat
senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi
dilakukan pada suhu kamar atau bila memungkinkan pada suhu yang lebih
kecil.
3. pH (Derajat Keasaman).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
4. Waktu Singgung
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding
terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh
dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung.
Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel
karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan
yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih
lama.

Karbon aktif disamping sebagai adsorben juga dapat dianggap sebagai zat
pemberat. Zat pemberat (weighing agent) digunakan untuk menambah partikel –
partikel untuk tumbukan pada pembentukan/ pertumbuhan flok (membantu proses
flokulasi). Penambahan zat pemberat, yang mempunyai berat jenis (specific
gravity) relatif besar, menghasilkan aksi pemberatan, dan flok mengendap dengan
cepat. (Perpamsi, 2002).

Teori Adsorpsi

Permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan cenderung untuk


menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pad a permukaannya
akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan. Adsorpsi kimia
menghasilkan pembentukan lapisan monomolekular adsorbat pada permukaan
melalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul pada permukaan.
Adsorpsi fisika diakibatkan kondensasi molekular dalam kapiler-kapiler dari
padatan.
Secara umum, unsur-unsur dengan berat molekul yang lebih besar
akan lebih mudah diadsorpsi.Terjadi pembentukan yang cepat sebuah
kesetimbangan konsentrasiantar-muka, diikutl dengan difusi lambat ke dalam
partikel-partikei karbon. Laju adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan
difusi dari molekul-molekul zat 'terlarut dalam pori-pori kapiler dari partikel
karbon. Kecepatan itu berbanding terbalik dengan kuadrat diameter partikel,
bertambah dengan kenaikan konsentrasi zat terlarut, bertambah dengan kenaikan
temperatur dan berbanding terbalik dengan kenaikan berat molekul zat terlarut.
Morris dan Weber menemukan bahwa laju adsorpsi bervariasi seiring
dengan akar pangkat dua dari waktu kontak dengan adsorben. Kecepatan ini juga
meningkat dengan menurunnya pH sebab perubahan muatan pada permukaan
karbon. Kapasitas adsorpsi dari karbon terhadap suatu zat terlarut tergantung pada
dua-duanya, karbon dan zat terlarutnya. Kebanyakan limbah cair adalah kompleks
dan bervariasi dalam hal kemampuan adsopsi dari campuran-campuran yang ada.
Struktur molekul, kelarutan, dsb, semuanya
berpengaruh terhadap kemampuan adsorpsi.
Derajat I kemungkinan adsorpsi akan terjadi dan menghasilkan
hubungan kesetimbangan berkorelasi menurut hubungan empiris dari
Freundlich, dan turunan Langmuir.

ADSORPSI KOLOID

partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat
cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait
dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki
kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya
adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu
permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti
penjernihan air.

Você também pode gostar