Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Priyekti B1J006170
FitriyaYuni B1J007121
Gito Sugeng R B1J007127
Edmunda V. E. B1J007140
Rarastyan A. W. B17008048
Kelompok :4
Rombongan :2
Asisten : Izza Dwi Khaerani
A. Pendahuluan
Indonesia sebagai salah satu negara tropis di kawasan benua asia yang
memiliki flora dan fauna yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan
tanaman Anggrek merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang patut
dipelihara. Anggrek alam (spesies) yang tumbuh di hutan kita, kita kenal dengan
anggrek spesies, mendapat ancaman alam (api dan kemarau) dan manusia
proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara
ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau
pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi benih yang siap ditanam
telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit
pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam
sensitif terhadap serangan hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki
aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari
dan serangan dari predator atau patogen. Jika perawatan dilakukan dengan baik
selama beberapa minggu awal, bibit tersebut akan beradaptasi pada kondisi baru
dan memperlihatkan ketegaran dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan bibit
B. Tujuan
jenis anggrek.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kawat U, pinset,
baskom untuk merendam bibit, batang pengaduk, autoklaf, spreyer, pot plastik, try
(tempat meletakan plastik), spidol permanen dan kertas merang. Bahan yang
digunakan adalah anggrek hibrid, steroform, bibit anggrek botol yang siap
(N) tinggi.
B. Metode
1. Siapkan pot dan tulis nama anggrek yang akan ditanam dengan spidol
permanen.
rendam media aklimatisasi yang akan digunakan dalam larutan tersebut dan
tiriskan.
4. Setelah ditiriskan masukan dalam botol bekas dan tutup dengan aluminium
5. Dinginkan media dalam baki plastik dan masukan pot apabila sudah dingin.
a. Buka tutup botol, isi dengan air yang bersih sambil dikocok pelan-
pangkal batang dan usahakan akar yang keluar terlebih dahulu agar
membalut akar seedling dengan moss. Usahakan daun dan bulbus tidak
tertutup media.
8. Benamkan seedling dalam pot yang telah diisi dengan steroform kemudian
tutup dengan media sampai pot penuh sambil ditekan agar bibit tegak.
9. Siram seedling dengan sedikit air dan usahakan daunya tidak tersiram air.
10. Letakan pot dalam rak plastik (try dari plastik) dan harus terlindungi dari
11. Setelah seedling cukup kuat pindahkan ke para-para agar tumbuh sempurna.
12. Syarat para-para harus bersih dari hama dan penyakit, dengan cara diberikan
fungisida dan insektisida secara teratur, tidak terkena hujan secara langsung
A. Hasil
B. Pembahasan
dengan baik terhadap lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya planlet
yang mati pada anggrek tersebut. Menurut Wetherell (1982), di dalam botol
nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih
kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman
juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanaman autotrop.
2007).
Menurut Empu (2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
b. Media in vitro
c. Umur bibit
d. Teknik aklimatisasi
e. Media aklimatisasi
f. Kemampuan pelaksana
yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pada
sebagai berikut:
a. Compotting
Ukuran pot yang digunakan untuk kompot berdiameter sekitar 7 cm pada pot
ini diisi bibit sekitar 30 bibit anggrek atau tergantung ukuran bibitnya.
diletakkan di dalam gelas bekas air mineral. Media yang digunakan untuk
Overpot dilakukan ketika tanaman dalam single pot memenuhi syarat untuk
pot yang lebih besar. Biasanya dilakukan setelah seedling berumur 2-3 bulan.
d. Repotting
Repotting atau pengepotan ulang adalah pemindahan tanaman dari pot yang
lama ke pot yang baru. Repotting dilakukan jika anggrek pada pot seedling
telah tumbuh besar dan memenuhi pot plastik. Pengepotan ulang dilakukan
dengan alasan media dalam pot seedling telah lapuk dan hancur sehingga ph
6. Pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah
7. Memiliki jumlah akar serabut 3-4 akar dengan panjang 1,5-2,5 cm.
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi
sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara
secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah
anggrek berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan
dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media
tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara
lain: moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit
pinus. Praktikum aklimatisasi ini menggunakan media moss. Media moss ini
mengandung 2–3% unsur N dan mempunyai daya mengikat air yang baik, serta
mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Media yang lain yang biasanya dipakai
untuk aklimatisasi adalah pakis, karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan
Phalaenopsis. Namun bila akar pakis yang tumbuh di hutan ini diambil secara
media pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan
dan bakteri. Walaupun sukar mengikat air dan miskin zat hara, tetapi arang cukup
atas tanah sisa tumbuhan mati (anggrek terestrik/anggrek tanah) dan diatas humus
bagi anggrek maka haruslah anggrek tersebut mendapatkan media tanam sesuai
dengan jenisnya masing-masing. Ada berbagai macam jenis media tanam anggrek
1. Arang
dengan sempurna dan harus berupa pecahan kecil-kecil. Sifat arang adalah
tidak mengikat air terlalu banyak, karena itu penyiraman harus lebih sering
lapuk sehingga penggantian media akan lebih lama dan arang mudah
didapatkan dengan harga yang relatif murah. Khusus untuk arang batok kelapa
sangat bagus untuk digunakan karena bersifat penawar bagi tanaman apabila
2. Pakis
Pakis yang digunakan adalah pakis yang tua. Ciri pakis tua warnanya
hitam, kering dan lebih ringan. Pakis lebih menyerap air dibandingkan dengan
terlalu sering disiram pakis cepat lapuk dan mudah mengundang cendawan.
3. Batu bata
Batu bata mudah dijumpai dan harganyapun relatif murah. Batu bata yang
dipergunakan dapat menggunakan batu bata tanah liat murni ataupun batu bata
adalah batu bata memiliki berat yang lebih dibandingkan media lain, estetika
penggunaan batu bata sebagai media tunggal kurang, batu bata tidak
kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa tua yang dicirikan dengan
warnanya yang telah coklat. Sifat sabut kelapa mudah busuk yang artinya anda
karena sifatnya yang lebih menyerap air dan dapat menyebabkan kebusukan
5. Moss Sphagnum
Moss sphagnum adalah media tanaman dari semacam lumut yang biasanya
bentuknya mirip paku selaginela, media yang kering bentuknya seperti remah
dan sangat ringan seperti kapas. Media moss sphagnum jarang ditemui dan
sphagnum lebih mengikat air dibandingkan pakis, tetapi lebih lancar dalam
6. Gabus
Sifat gabus tidak mengikat air, karena itu membutuhkan penyiraman yang
lebih sering. Keuntungan gabus adalah tanaman dan pot lebih bersih dan
cendawan jarang yang menyerang pada media gabus. Ada baiknya media
gabus dapat digunakan dengan media lainnya, misalkan dengan arang ataupun
IV. KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
Parnata, A. S. 2005. Panduan Budi Daya dan Perawatan Anggrek. Agro Media,
Jakarta.
Wetherell, W. F. 1982. Intri oduction In Vitro Propagation. Avery Publishing
Group, New Jersey.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara memperbanyak tanaman secara efisien. Agro
Media Pustaka, Jakarta.