Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Kelompok XI
1
“LOW BACK PAIN”
A. DEFINISI
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan
timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP
diklasifikasikan kedalam 2 kelompok, yaitu kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu
kurang dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk
dalam faktor resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor indeks massa tubuh yang meliputi
berat badan, tinggi badan, pekerjaan, dan aktivitas / olahraga.
B. ETIOLOGI
Etiologi Low Back Pain dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, stenosis spinalis, osteoartritis. Perubahan
degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan
prosessus artikularis serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang
satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini
dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang anulus fibrosis diskus
intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang
akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering
dilanda proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.
2. Penyakit Inflamasi
LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu artritis rematoid yang sering timbul sebagai penyakit
akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa
hari/minggu, dan yang kedua adalah pada spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit
punggung dan sakit pinggang yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu
dan ngilu dirasakan.
2
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan
oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.
4. Kelainan Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebrae
lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak selamanya benar.
Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan
variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu
adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.
5. Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan dapat
menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah trombosis aorta
terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya
disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai
kedua sisi.
6. Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma,meningioma. Atau tumor ganas yang primer seperti mieloma multipel
maupun sekunder seperti macam-macam metastasis.
7. Toksik
8. Infeksi
Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan kronik contohnya
pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
3
9. Problem Psikoneurotik
Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang tidak mempunyai
dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis.
a. Gangguan ginjal
Gangguan ginjal yang sering dihubungkan dengan nyeri pinggang antara lain infeksi ginjal,
batu ginjal, dan perdarahan pada ginjal akibat trauma. Diagnosa ditegakan berdasarkan
pemeriksaan kencing, dan pemeriksaan radiologi.
b. Kehamilan
Wanita hamil sering mengalami nyeri pinggang sebagai akibat dari tekanan mekanis pada
tulang pinggang dan pengaruh dari posisi bayi dalam kandungan.
Beberapa masalah pada organ peranakan perempuan yang dapat menimbulkan nyeri
pinggang antara lain kista ovarium, tumor jinak rahim dan endometriosis.
C. PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang tersusun atas banyak
unit rigid (vertebrae) dan unit refleksibel (diskus intervertabralis) yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertabralis.
Kontruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara di sisi lain
tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakan.
4
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertabralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia
akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenarasi diskus merupakan penyebab
nyeri punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenarasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus)
atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia
nucleus pulposus.
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing seperti beberapa
contoh dibawah ini :
Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak enak
namun lokasi tidak jelas.
Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal,
namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi
dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
Lordosis yang menonjol
Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
5
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak,
sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau bersin.
Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit
difleksikan.
Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri
sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis.
Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis
kanal lumbal.
Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat malam,
demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila istirahat.
Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus (akibat
abses dingin)
Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis)
Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis yang
lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan refleks Babinsky
bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra.
6
Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul terutama
gangguan motorik.
E. PENGKAJIAN
• Lokasi nyeri, berat, durasi, sifat, penjalaran, dan kelemahan tungkai yg berhubungan.
• Observasi thd postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan
• Kaji lengkungan tulang belakang, krista iliaca, dan simestrisan bahu.
• Kaji adanya spasme dan adanya nyeri tekan pd otot paraspinal.
F. DIAGNOSA
7
G. INTERVENSI
• Meredakan nyeri dgn mendorong pasien u/ mematuhi tirah baring dan pengubahan posisi
yg ditentukan u/ memperbaiki fleksi lumbal.
• Pernapasan diafragma dan relaksasi dpt membantu mengurangi ketegangan otot yg
berperan pd punggung bawah.
• Masase jaringan lunak dgn lembut u/ mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran
darah, mengurangi pembendungan, dan mengurangi nyeri
• Memperbaiki mobilitas fisik dgn mendorong pasien u/ berganti-ganti aktivitas baring,
duduk, dan berjalan serta dianjurkan u/ tdk duduk, berdiri
• Meningkatkan mekanika tubuh yg tepat dgn mengajarkan bagaimana berdiri, duduk,
berbaring, dan mengangkat barang dgn benar.
• Mengubah nutrisi u/ penurunan berat badan melalui penyesuaian cara makan.
H. PEMERIKSAAN
1. Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjalaran nyeri, posisi tubuh
yang menimbulkan atau memperberat nyeri, trauma, ligitasi (medikolegal), obat-obat
penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang dibutuhkan, kemungkinan keganasan.
2. Pemeriksaan fisis, dengan perhatian khusus pada tanda-tanda infeksi sistemis, tanda-
tanda keganasan yang tersembunyi, nyeri tekan lokal atau pada insisura iskiatika, spasme
otot, ruang lingkup gerakan, tes angkat tungkai lurus (Laseque), dan pemeriksan rektum
(tonus sfingter dan prostat).
3. Pemeriksaan neurologis, dengan perhatian khusus pada afek dan alam perasaan,
kelemahan otot, atrofi, atau fasikulasi, defisit sensorik termasuk perineum, refleks
(tendon dalam, abdominal, anal, kremaster).
8
4. Pemeriksaan laboratorium yaitu foto rontgen polos (posterior, lateral, oblik) hitung darah
lengkap dan laju endap darah, serum : kreatinin, kalsium, fosfat, alkali fosfatase, asam
urat, fosfatase asam (pria), gula darah puasa.
5. Pemeriksaan khusus (misalnya sken tulang, gula darah 2-jam postprandial, sken magnetik
resonan, sken tomografik, mielografi) bergantung pada hasil pemeriksaan rutin di atas.
I. PENATALAKSANAAN
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan modalitas.
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu pendek
disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan
penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan. Namun pada pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk
pengobatan simptomatis lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas
keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Modalitas dapat berupa
kompres es, semprotan etil klorida, dan fluorimetan.
Tidak semua nyeri dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan tindakan
injeksi anestetik atau antiinflamasi steroid pada tempat-tempat seperti pada faset, radiks saraf,
epidural, intradural. Bahkan untuk beberapa kasus LBP dibutuhkan pembedahan.
J. EVALUASI
9
Mengalami peredaan nyeri melalui penggunaan modalitas fisik, teknik
psikologis, dan meditasi.
Menghindari ketergantungan obat.
Perbaiki postur
Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress pada punggung
Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
Berpartisipasi dalam program latihan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Idyan, Zamna., 2007. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan Low Back
Pain. In : http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=130
Mansjoer, Arif, et all., 2007. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran,
edisi III, jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59
Nuarta, Bagus., 1989. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. In :
http://www.kalbe.co.id
Sidharta, Priguna., 2004. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III,
cetakan kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
Smeltzer C. Suzanne, dan Bare G. Brenda. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.3, edisi 8,
cetakan pertama. Jakarta: EGC. 2321-2327
11