Você está na página 1de 20

(REVISI)

ANALISIS SEBARAN IKAN DEMERSAL SEBAGAI BASIS PENGELOLAAN


SUMBERDAYA PESISIR DI KABUPATEN KENDAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA dan Lingkungan
Dosen Pengampu Drs. H. Edy Yusuf AG, MSc. Ph.D

Kelompok 6:

Sylvianingrum Firdauzi C2B008068


Teddy Adhadika C2B008069
Tezar Aldi C2B008070
Tresna Maulana C2B008071
Trulyn Aprita R. C2B008072
Vellina Tambunan C2B008073
Wahyu Hiskia C2B008074
Yopi Octavian C2B008075
Yudho Dito C2B008077

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Eksploitasi sumber daya Ikan Demersal di Kabupaten Kendal cukup tinggi.


Terlihat pada data produksi yang pada tahun 1996 sebesar 725,6 ton sedangkan pada
tahun 2003 sebesar 293,78 ton. Keadaan ini dikhawatirkan telah terjadi lebih tangkap
terhadap sumber daya Ikan Demersal di perairan sekitar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengelolaan agar potensi sumber daya Ikan Demersal di perairan sekitar
Kendal dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Ikan Demersal merupakan Sumberdaya Ikan yang cukup penting di Laut Jawa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Ilmiah Stock Assessment tahun
2001, Potensi Lestari Ikan Demersal di Indonesia diduga sebesar 1.370,10 juta ton/Tahun.
Dari potensi tersebut, sebesar 27% berada di Laut Jawa, yaitu 375,20 juta ton / Tahun.

Menurut Rijal dan B Sumiono 1989 : Laju tangkap Ikan Demersal di perairan utara
Semarang – Pekalongan mencapai 41% dibandingkan pada tahun 1978 di lokasi yang sama.
Akhir – akhir ini pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal seperti halnya kegiatan
penangkapan ikan berkembang semakin pesat. Berdasarkan data dari salah satu alat tangkap
tradisional Cantrang yang didaratkan di TPI Tawang Weleri yang menurun dari tahun ke
tahun.

1.2 PERMASALAHAN

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :

1) Bagaimana menjaga kelangsungan sumber daya ikan demersal?


2) Apa yang harus dilakukan agar penggunaan penangkap ikan yang tidak selektif dapat
dikurangi atau dihentikan?

3) Bagaimana mencegah penurunan kualitas lingkungan dan pemanfaatan Sumberdaya


Ikan Demersal yang berlebihan?

4) Penyebaran ikan demersal yang belum dipahami!

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1) Mencari tahu mengenai Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal
di Perairan Kab. Kendal.

2) Mencoba membuat Peta Sebaran Ikan Demersal di Perairan Kabupaten Kendal.

3) Mencari tahu hal-hal apa saja yang telah dilakukan pemerintah guna mengurangi
penggunaan penangkap ikan yang kurang baik.

4) Mencari tahu hal-hal apa saja yang diperlukan untuk menjaga kualitas lingkungan yang
dibutuhkan ikan demersal.

1.4 PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data melalui data-data sekunder yang telah terdahulu yang membahas
mengenai masalah yang sama (jurnal-jurnal yang mendukung).
BAB II

LANDASAN TEORI

Adanya pendapat dari masyarakat yang mengatakan bahwa “Milik semua orang itu
berarti bukan milik siapa-siapa, dan berarti pula milik setiap orang”. Menyebabkan penggunaan
sumberdaya alam secara berlebihan, atau menghabiskan sumberdaya secara cepat. Dengan
perkataan lain pernyataan di atas menyebabkan terjadi tindakan deplisi yang berlebihan.

Ada dua syarat yang mencirikan sumberdaya milik umum yaitu:

1. Tidak terbatasnya cara-cara pengambilan, dan

2. Terdapat interaksi di antara para pemakai sumberdaya itu sehingga terjadi perebutan satu
sama lain dan terjadi eksternalitas dalam biaya yang bersifat disekonomis.

Analisis Komparatif Statik

Analisis ini merupakan analisis tentang terjadinya keseimbangan kompetitif dan


kesejahteraan social yang optimum tanpa memperhitungkan unsur waktu. Asumsi yang dipakai:

1. Perusahaan bebas masuk dan berkompetisi,

2. Masing-masing perusahaan mengharapkan keuntungan maksimum, dan

3. Perusahaan menghadapi produk yang sama.


Gambar 2.1

Penentuan Output Optimal untuk Sumberdaya Milik Umum

TC(x) adalah biaya total yang merupakan fungsi dari output. Pada saat TC(x) lebih besar
dari X* terjadi kenaikan tajam dalam biaya produksi yang disebabkan oleh adanya biaya
marginal yang meningkat karena menyusutnya persediaan dan tambahan biaya untuk mencari
sumberdaya alam yang baru serta eksternalitas biaya akibat berdesakan dengan perusahaan lain.

TWP(x) adalah kesediaan untuk membayar (Total Willingnes to Pay) yaitu harga
dikalikan produk output. Pada saat tingkat produksi lebih besar daripada X* terjadi kenaikan
kesediaan membayar yang semakin kecil dikarenakan berlebihnya produk.

TR1(x) adalah penerimaan total yaitu hasil kali antara harga dan jumlah produk yang
diterima oleh semua perusahaan.

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa X* merupakan tingkat produk social optimum di
mana biaya marginal sama dengan harga atau TC’(x) = TWP(x). Apabila sumberdaya alam
dimiliki secara “pribadi” maka keseimbangan kompetitif pada tingkat produk X*. Perusahaan
cenderung mempertahankan keadaan ini sebab pada tingkat produk lebih kecil daripada X* akan
diperoleh laba kecil dan pada tingkat produk lebih besar dari X* tidak diperoleh laba maksimal,
karena biaya marginal lebih besar daripada penerimaan marginal. Pada keadaan tersebut, ab
menunjukkan manfaat bersih bagi masyarakat, cb menunjukkan laba murni bagi produsen, dan
ac adalah surplus konsumen.

- Sehubungan dengan sifat sumberdaya alam milik umum, masing-masing perusahaan


ingin memperoleh laba sebesar-besarnya sehingga terjadi ekspansi produksi sampai
lebih besar daripada X*. Karena produksi meningkat maka harga turun dan
permintaan meningkat. Sehingga menggambarkan keadaan baru ditunjukkan TR2.
Selama TR > TC, ekspansi terus terjadi sampai tercapai tingkat TR = TC, yaitu pada
Xe sebagai tingkat keseimbangan kompetitif yang baru, di mana hanya diperoleh laba
normal. Pada tingkat ini:

a. Laba perusahaan sebesar nol (laba normal)

b. Surplus konsumen lebih besar

c. Manfaat bersih masyarakat lebih kecil.

- Keadaan tersebut merupakan pengelolaan sumberdaya alam dalam skala


internasional. Sekarang, pengelolaan dalam batas region dan secara grafis TWP(x)
sebenarnya adalah TR1(x). Dengan demikian ekspansi produksi dicapai pada tingkat
X3, tingkat di mana TR = TC. Keseimbangan kompetitif yang baru adalah tingkat
produksi X3.

Jadi sifat dari sumberdaya alam milik umum adalah cenderung pengelolaannya secara
deplisi di mana tingkat produksinya sebesar X3 > X*.

Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Perikanan merupakan subsektor yang penting, yaitu sebagai sumber pendapatan dan
kesempatan kerja serta menarik perhatian dalm hal efisiensi dan distribusi. Masalah efisiensi
dikaitkan dengan jumlah ikan yang terus terancam punah dan masalah distribusi berkaitan
dengan siapa yang akan memperoleh manfaat.
Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, perbaikan gizi rakyat dan peningkatan ekspor
faktor utama yang menentukan adalah “pengelolaan secara bertanggung jawab” artinya
pengelolaan harus dilakukan secara bijaksana dalam melestarikan persediaan sumberdaya ikan
sehingga dapat dinikmati secara optimal oleh generasi sekarang maupun oleh generasi yang akan
datang.

Akibat yang timbul dari penggalian sumber hayati perikanan tidak hanya menyangkut
aspek teknis biologis, tetapi juga aspek social, ekonomi, hukum, keamanan, dan ketertiban
masyarakat yang semuanya memerlukan pengendalian agar tercapai suatu keseimbangan dalam
pembangunan perikanan.

Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan pokok pembangunan perikanan, dilakukan


usaha sebagai berikut :

- Peningkatan produksi dan produktivitas.

- Peningkatan kesejahteraan nelayan melalui perbaikan pendapatan.

- Penyediaan lapangan kerja.

- Menjaga kelestarian sumberdaya hayati perikanan.

- Pola manajemen dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Dari keadaan tersebut di atas salah satu usaha pokok dalam mempertahankan dan
mengembangkan populasi ikan adalah dengan usaha pengelolaan yang efisien yang didasari oleh
sistem manajemen yang mantap sehingga sumberdaya ikan tidak habis dan bahkan dapat
ditingkatkan populasinya.

Hubungan Biologis Dasar


Gambar 2.2

Distribusi Jumlah Ikan Menurut Umur

Proporsi jumlah ikan berumur muda cenderung lebih tinggi dibanding jumlah ikan
berumur dewasa. Kematian ikan karena penyakit atau karena dimakan oleh ikan atau hewan lain
menekan jumlah populasi ikan serta adanya perubahan-perubahan iklim atau perubahan kondisi
lingkungan. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sumberdaya ikan menjadi kian kompleks.

Ini berarti bahwa: pertama adanya pemikiran pertumbuhan yang proporsional


sebagaimana ditunjukkan oleh ketergantungan tingkat kelahiran terhadap besarnya populasi, dan
yang kedua pemikiran tentang lingkungan seperti tersedianya pakan akan menentukan batas bagi
keseimbangan populasi ikan.

Program Penangkapan dengan Hasil yang Tetap

Pengelolaan sumberdaya alam pada umumnya di dasarkan pada konsep “hasil maksimum
yang tetap” (Maximum Suntainabel Yield = MSY). Yakni merupakan tujuan pengelolaan sumber
daya alam yang paling sederhana yang memperhitungkan fakta bahwa persediaan sumber daya
biologis, disarankan untuk tidak dimanfaatkan atau diambil terlalu berlebihan karena akan
menyebabkan hilangnya produktivitas yang optimal sumberdaya alam tersebut.
Gambar 2.3

Hasil Maksimum yang Dapat Dipertahankan

Kurva OAS menunjukkan hubungan keseimbangan antara persediaan atau populasi (s)
dan penangkapan (q). Hasil maksimum yang dapat dipertahankan (MSY) adalah pada ASo atau
Oqo. Jika penangkapan melebihi tingkat pertumbuhan maksimal (MSY), maka tidak mungkin
ada keseimbangan lagi dan persediaan akan menipis dan cenderung menjadi nol.

Pemanenan yang Selektif

Dalam setiap penangkapan ikan, pertumbuhan jumlah persediaan dapat ditingkatkan


dengan cara penangkapan yang selektif, misalnya dengan menghindari musim dan daerah di
mana ikan bertelur, atau dengan penggunaan jaring yang lobangnya besar agar ikan yang masih
kecil dapat lolos dan tetap hidup di perairan tersebut. Peningkatan pendapatan dapat dicapai
dengan mengurangi umur penangkapan dan dengan tingkat diskonto yang positif, sehingga
periode rotasi akan semakin pendek.

Nilai persediaan
Persediaan ikan juga dapat dinilai sebagai sumber keindahan atau bahan penelitian ilmiah
serta sumbangan terhadap ekosistem, misalnya sebagai pakan makhluk hidup lain. Pertimbangan
di atas akan menentang adanya deplisi dan khususnya pemunahan sumberdaya ikan.

Masalah Pemilikan Bersama

Dalam keadaan di mana tidak ada peraturan atau larangan, maka akan timbul hal-hal
sebagai berikut:

- Penangkapan akan berlebihan.


- Punahnya populasi ikan akan lebih pasti dibanding dengan di bawah pemilikan
perorangan.
- Dapat menjadikan biaya penangkapan mahal.

Suatu proses kehidupan yang menunjang keberadaan sumberdaya ikan di perairan yang
sekaligus merupakan sumber hayati biologis akan memberikan manfaat atau kegunaan bagi
kehidupan manusia dalam perekonomian.

Salah satu alternative dalam mempertahankan keberadaan sumberdaya ikan yaitu


bagaimana menurunkan tingkat efisiensi input jumlah unit penangkapan yang semakin besar
jumlahnya. Dari hal tersebut muncul prinsip-prinsip dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang
dikembangkan dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip pengelolaan perikanan yang statis

Dengan meningkatkan pertumbuhan populasi ikan dan menekan biaya, serta menaikkan
scarcity rent. Pada dasarnya dalam kondisi pengelolaan sumberdaya ikan secara statis tidak
menggunakan tingkat pengambilan yang secara ekonomis efisien karena kita tidak mengetahui
secara pasti mengenai kondisi-kondisi yang ada.

2. Prisip pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis

Pengelolaan sumberdaya ikan dalam hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

• Melarang penangkapan ikan pada suatu musim tertentu

• Menutup daeraha penangkapan tertentu


• Membatasi jumlah ikan yang ditangkap

Jadi pada prinsipnya pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis menunjukkan maksimisasi
nilai yang ada pada saat ini yang dapat mendorong timbulnya kepunahan, karena pengelolaan
perikanan yang bersifat dinamis ini menunjukkan dinamika keluar masuknya perusahaan yang
dikombinasikan dengan keberadaan tertentu sumberdaya ikan sehingga mendorong ke arah
industri yang tidak menguntungkan dan tidak stabil yang disebabkan oleh kepunahan populasi
ikan yang tidak disengaja.

Sehingga pengelolaan sumberdaya ikan yang optimum dapat dicapai dengan jalan melibatkan
masyarakat dan pihak pemerintah karena kondisi perikanan ini bersifat sumberdaya alam milik
umum.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Ikan Demersal

Pesisir ikan demersal ditemukan pada atau dekat dasar laut perairan pantai antara garis
pantai dan tepi landas kontinen, dimana terletak di laut dalam. Istilah demersal termasuk ikan
karang dan ikan demersal yang mendiami estuaria, lubang dan teluk. Ikan demersal pesisir
ditemukan di perairan dangkal. Mereka memiliki mata di atas kepala mereka dan mulut
menghadap ke atas. Mereka membenamkan diri di pasir dan melompat ke atas untuk menangkap
mangsa yang lewat di atas kepala mereka.

Ikan demersal merupakan jenis ikan yang sebagian besar siklus kehidupannya berada di
dekat dasar perairan. Ikan jenis ini biasanya ditangkap dengan cantrang, trawl, trammel net,
rawai dasar, dan jaring klitik.

Ikan demersal ekonomis penting yang paling umum antara lain adalah kakap merah,
bawal putih, manyung, kuniran, gulamah, layur dan peperek. Ikan demersal ekonomis seperti
layur mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.

Eksploitasi ikan demersal yang sudah berlangsung lama di Indonesia, membuat indeks
kelimpahan stok terus menurun dari tahun ke tahun. Tanpa upaya pengendalian dan perbaikan,
ikan demersal bisa punah.

3.2 Potensi Ikan Demersal

Jumlah luasan yang telah diteliti adalah sebesar 303 km2. Hasil tangkap ikan Demersal
menggunakan metode swept area diketahui hasil tangkapannya sebesar 182,90 kg, tangkapan
rata-rata per hauling sebesar 10,09 kg, total hasil tangkapan ikan Demersal 112,90 kg yang
diantaranya meliputi di daerah barat Korowelang sebesar 61,30 kg dan di timur Korowelang
sebesar 51,60.
Dari pengamatan penelitian tersebut, diketahui bahwa hasil tangkap di barat Korowelang
lebih besar dibanding dari timur Kolowerang, hal ini disebabkan di barat Korowelang terdapat
sungai-sungai yang bermuara di perairan tersebut.

3.3 Potensi Lestari Stok Ikan Demersal

Dalam menganalisis potensi lestari digunakan model surplus produksi yaitu model
Scaefer, dimana dari analisis ini dapat diketahui jumlah upaya yang diperkenankan sehingga stok
dapat terjaga kelestariannya.

Gambar 3.1

Perkembangan Jumlah Alat dan Hasil Tangkap Ikan Demersal di Perairan Kendal
Tahun 1996-2003

Dari gambar di atas terlihat bahwa hasil tangkap per unit dari tahun ke tahun cenderung
menurun. Hal ini disebabkan jumlah unit alat tangkap yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat, sehingga recruitmen sangat lambat yang berarti telah terjadi lebih tangkap (over
fishing) di perairan sekitar Kabupaten Kendal.

3.3.1 Analisis Regresi


Dari hasil analisis yang dilakukan, R2 (koefisien determinasi) sebesar 96%, hal ini berarti
variable jumlah alat tangkap dapat mempengaruhi variable CPUE sebesar 96%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Berdasarkan analisa varian diketahui nilai Fhitung =
306,11 > F tabel 5% = 4,66. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara jumlah effort dengan
CPUE nya. Nilai koefisien regresi b = -1.047,42 sedangkan konstanta a yaitu 55.169,43. Taraf
signifikan 5% untuk konstanta regresi a nilai t hitung = 17,45 > t table 0,025 (6) = 2,447. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan linier antara jumlah alat tangkap dan pada CPUEnya.
Sehingga dapat diketahui bahwa variable jumlah alat tangkap dapat mempengaruhi
variable jumlah tangkapan per unit. Semakin banyak jumlah alat tangkap, maka semakin
berkurang jumlah hasil tangkap ikan demersal pada tiap satu alat tangkap.

Apabila keadaan ini dibiarkan, maka stok ikan demersal yang ada di perairan Kendal dan
sekitarnya akan semakin berkurang, atau mungkin akan kehabisan stok. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengelolaan secara konservatif terhadap sumber daya ikan demersal.

3.3.2 Maximum Sustainable Yield (MSY)

Dari analisis regresi didapat konstanta a = 55.169,43 dan koefisien regresi b = 1.047,42.
Dengan menggunakan formula model Schaefer. Jumlah alat tangkap optimal (E msy) = 26,33 ~
27 unit. Hasil tangkapan lestari (Cmsy) = 726747 kg ~ 726,7 ton.

Model persamaan Schaefer untuk komoditas Ikan Demersal di perairan sekitar Kendal
yaitu :
Hasil tangkapan/unit = 55.169,43 (jumlah alat)–1.047,42 (jumlah alat)2
Dengan :
1. Hasil tangkapan/unit dalam kg
2. Jumlah alat tangkap cantrang dalam unit
Gambar 3.2
Grafik Maximum Sustanable Yield (MSY)

Dari gambar di atas terlihat bahwa titik A merupakan titik dimana terjadi MSY. Pada
kondisi tersebut pemanfaatan maximum dengan mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan
demersal. MSY diperoleh bila jumlah alat adalah 27 unit semenjak tahun 1998, jika lebih dari 27
unit maka akan menyebabkan penurunan hasil tangkap per unit.

3.3.3 Tingkat Pemanfaatan

Tingkat pemanfaatan potensi sumber daya ikan demersal dapat diketahui dari data time
series (dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003) yang dibandingkan dengan jumlah hasil
tangkapan lestarinya (Cmsy).
Gambar 3.3
Grafik Tingkat Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Ikan Demersal Berdasarkan
Hasil Tangkapan

Semenjak tahun 1996 pemanfaatan telah mencapai tangkapan lestarinya, jadi pengelolaan
perlu dilakukan melalui pembatasan jumlah hasil tangkapan, sehingga tidak terjadi penurunan
CPUE (jumlah hasil tangkap ikan demersal pada tiap satu alat tangkap). Pemanfaatan yang tidak
dikendalikan menyebabkan semakin menurunnya persedian sumber daya ikan demersal pada
tahun 2002 yang hanya 275.533 kg sementara alat tangkapnya bertambah menjadi 48 unit.

Gambar 3.4
Grafik Tingkat Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Ikan Demersal Berdasarkan
Alat Tangkap

Pengelolaan perlu dilakukan dengan pembatasan jumlah alat tangkap ikan demersal
hingga pada jumlah 27 unit, yang perlu dilakukan untuk mengembalikan kelestarian sumber daya
ikan demersal di Kabupaten Kendal.

3.4 Sebaran penangkapan ikan demersal


Penangkapan ikan demersal bagi armada cantrang dan arad meliputi lokasi utara Weleri,
Sendang Sekucing, Kendal, Korowelang hingga Ngebum. Beroperasinya kapal dengan
mengetahui kapal lain yang telah berhasil sehingga sering terjadi pemusatan pengoperasian alat
tangkap ikan demersal pada satu titik daerah penangkapan sehingga sering terjadinya kegagalan
dalam operasi penangkapan kapal.
3.5 Faktor yang mempengaruhi sebaran ikan demersal:

3.5.1 Kedalaman dan Dasar Perairan

Perairan Kendal merupakan suatu komunitas yang didukung dengan perilaku ikan
demersal yang mempunyai aktivitas gerak rendah dan beruaya tidak terlalu jauh dari garis pantai
dengan kedalaman yang tidak jauh berbeda.

Hasil sampling penelitian menunjukkan perolehan sampel Ikan Demersal mencapai 44


famili dan 99 spesies dengan berat total 31.830 gr jumlah individu 5.869 ekor. Berdasarkan
sampling Ikan Demersal yang diperoleh, hasil terbesar pada kedalaman ≥ 10 m, sebanyak 4.590
individu. Sedangkan paling sedikit pada kedalaman < 10 m sebanyak 1.279 individu, dari
karakter perairan, pada kedalaman tersebut kondisinya sangat labil, antara lain tanahnya sangat
mudah teraduk–aduk oleh gelombang dan arus air relatip kecil yang berakibat perairan menjadi
keruh. Ikan Demersal muda tidak bisa bertahan pada lingkungan yang demikian. Akibatnya Ikan
Demersal muda atau juvenile berupaya secepat mungkin menyebar ke dasar perairan tersebut.

3.5.2 Penangkapan

Ukuran Ikan Demersal yang tertangkap umumnya berukuran kecil atau usia muda
(juvenile) hal ini mungkin perairan Kendal merupakan kawasan muara dari banyak sungai, hal
ini ditandai dengan salinitas rendah, dan banyaknya sungai besar / kecil yang bermuara di
perairan tersebut sehingga lebih bersifat nursery ground bagi organisme perairan yang ditandai
dengan tertangkapnya ikan berukuran kecil pada segala kedalaman.
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian beberapa hal
dapat dijadikan kesimpulan,yaitu :
Potensi Ikan Demersal di perairan sekitar Kendal pada saat penelitian adalah 683,40 ton
pada luasan 303 km2 atau 2,25 per km2, terdiri dari 44 famili dan 99 spesies, dengan famili paling
dominan adalah famili Apogonidae.
Dari 44 Famili terdapat Lima Famili Dominan yang terdiri dari: Apogonidae (Srinding),
Leiognathidae (Petek), Nemipteridae (Kurisi), Synodontidae (Beloso) dan Tetraodontidae
(IkanBuntal).
Dari hasil sampling selama penelitian kelimpahan dari berbagai ukuran ikan demersal
terkonsentrasi pada kedalaman 10 – 15 m. Persebaran penangkapan ikan demersal bagi armada
cantrang dan arad meliputi lokasi utara Weleri, Sendang Sekucing, Kendal, Korowelang hingga
Ngebum.
Semenjak tahun 1996 pemanfaatan telah mencapai tangkapan lestarinya, jadi pengelolaan
perlu dilakukan melalui pembatasan jumlah hasil tangkapan, sehingga tidak terjadi penurunan
CPUE. Dengan menggunakan formula model Schaefer. Jumlah alat tangkap optimal (E msy)
adalah sebanyak 27 unit. Sedangkan hasil tangkapan lestarinya (Cmsy) adalah sebanyak 726,7
ton. Pada tahun 2002 jumlah alat tangkap yang ada telah melebihi jumlah optimalnya sebanyak
48 unit dan hasil tangkapan ikan demersal hanya sebanyak 275.533 kg
Sehingga yang terjadi pada saat ini adalah eksploitasi terhadap sumber daya Ikan
Demersal diperairan sekitar Kendal telah terjadi lebih tangkap (over fishing), hal ini dapat
diketahui dengan menurunnya jumlah hasil tangkapan per unit alat tangkap (CPUE). Jika hal ini
dibiarkan terus menerus maka yang akan terjadi penghabisan sumberdaya ikan secara cepat dan
mungkin dapat menghancurkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Untuk itu dalam
mengatasi permasalahan ini berbagai pihak termasuk pemerintah melibatkan diri dlam
penanggulangan pemulihan sumberdaya ikan demersal. Oleh karena itu pelaksanaan
pembangunan perikanan harus berwawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai
keseimbangan pemenuhan kebutuhan bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Pengelolaan sumberdaya ikan dalam hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
antara lain yang pertama adalah dengan menghindari musim dan daerah di mana ikan bertelur,
atau dengan penggunaan jaring yang lobangnya besar agar ikan yang masih kecil dapat lolos dan
tetap hidup di perairan tersebut, yang kedua menutup daerah penangkapan tertentu dan yang
ketiga membatasi jumlah ikan yang ditangkap.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan untuk menjaga keberadaan ikan demersial adalah
dengan cara mencegah pengerusakan terumbu karang, hal ini dimaksudkan karena kebanyakan
dari ikan demersal berada di dasar laut yang berpasir sehingga perlu sekali untuk menjaga
kelestarian terumbu karang bawah laut.

SARAN

Sesuai dengan kondisi di atas maka kami menyarankan bagi pengelola sumber daya ikan
demersal adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembatasan jumlah alat tangkap ikan demersal hingga mencapai jumlah
optimal. Pembatasan tersebut dapat dilakukan melalui pembatasan pemberian ijin usaha
perikanan oleh Pemda Kab. Kendal.

2. Meneruskan pendataan produksi dan jumlah alat tangkap ikan demersal sebagai upaya
control terhadap perkembagan persediaan sumber daya ikan demersal.

3. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan terutama kepada nelayan akan pentingnya


menjaga kelestarian sumber daya yang ada di wilayah pantai khususnya di perairan
sekitar Kendal karena kondisi perikanan ini bersifat sumberdaya alam milik umum.

4. Melakukan pelestarian terumbu karang sebagai habitat alami dari ikan demersal.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Teori dan Aplikasi).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Suparmoko. 1997. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (suatu pendekatan teoritis).
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pemberdayaan%20Pembudidaya%20Ikan%20dan
%20Nelayan%20Berbasis%20Kampus&&nomorurut_artikel=409

http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Demersal_fish&ei=GY6gTPZOgaK-
A9anyf4M&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CCgQ7gEwAQ&prev=/search
%3Fq%3Ddemersal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DOYD%26rls
%3Dorg.mozilla:en-US:official

http://io.ppijepang.org/article.php?id=136

http://seputarberita.blogspot.com/2009/06/jenis-ikan-damersal-dan-potensinya-di.html

http://www.p2sdkpkendari.com/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=600

Você também pode gostar