Você está na página 1de 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Di Ruangan Camar III

Di Susun Oleh : Nama NIM TK/SMT CI CT : Novita Erasonia : P07120110666 : I/II : Lastri Bastusi Amd.Keb. : JPV. Sondang LT, S.Kep. Hj. Rohani P, S.Pd, M.Kes.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RIAU JURUSAN KEPERAWATAN 2011

Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasangan suami istri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma disaluran tuba fallopi dan membentuk sebuah janin. Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti pendarahan, gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus. Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dilakukan bahwa sekitar 15% kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa janinnya sekitar 15-40% dari kehamilan yang terjadi. Angka sebenarnya mungkin lebih besar, karena bisa saja keguguran terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dari jumlah tersebut sekitar 60-75% angka keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Abortus bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat sampai syok dan berakhir dengan kematian. Selain itu juga akan mengakibatkan perforasi, infeksi dan tetatus serta payah ginjal akut. Untuk mengatasi masalah perdarahan dilakukan tindakan keperawatan rehidrasi cairan dan transfusi darah. Dengan adanya fenomena di atas penulis tertarik untuk mengelola klien dengan masalah abortus.

ABORTUS INKOMPLETUS
A. Definisi Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irreguler. Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi secara spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi minggu ke 8-12, lebih jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda). (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).

B. Etiologi Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah : 1). Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena: a. Faktor kromosom. y Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosorn seks. b. Faktor lingkungan endometritum. y y Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

c. Pengaruh luar y y Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu. 2). Kelainan pada plasenta a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi. b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.

c.

Hipertensi

menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga

menimbulkan keguguran. 3). Penyakit ibu Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta: a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis. b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter. c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes melitus. 4). Kelainan yang terdapat dalam rahim Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

C. Manifestasi Klinis Gejalanya dapat berupa : y y y y y y Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma). Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang di anggap corpusglium, maka uterus akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini di biarkan lama, serviks akan menutup kembali.

D. Patofisiologi Pada abortus terjadi perdarahan dalam aesidua basalls diikuti oleh terjadinya nekrosis jaringan sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan menyebabkan uterus berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim.

Sebelum minggu ke 8 biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Karena villichorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi chorialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak

dilepaskan

secara

sempurna

sehingga

timbul

banyak

perdarahan.

Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah terbentuk. Perdarahan tak banyak bila placenta terlepas secara lengkap, telur yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk : ada kalanya berupa telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan hidup. Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi mola carnosa. Mola tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan hematom-hematom antar amnion dan chorion. Janin yang mati bila masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus). Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami murnifikasi hingga menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang tidak cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena berisi cairan dan tubuh janin kemerahmerahan.

E. Klasifikasi Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan : 1. Abortus spontan Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus spontan dibagi atas : a. Abortus Kompletus (keguguran lengkap) Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong. b. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa) Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua (placenta). c. Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung) Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. d. Abortus Iminens (keguguran membakat)

Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dengan memberikan obat hormonal dan antispasmodic serta istirahat. e. Nissed abortion Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. f. Abortus habitualis Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih. g. Abortus Infeksionus dan abortus septic Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

2. Abortus provokatus (Induced Abortion) Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli). b. Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

F. Penatalaksanaaan y Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah. y Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular. y Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. y Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Ginekologi: 1. Inspeksi vulva a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak b. Adakah disertai bekuan darah c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian d. Adakah tercium bau busuk dari vulva 2. Pemeriksaan dalam speculum a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka c. Apakah tampak jaringan keluar ostium d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium. 3. Pemeriksaan dalam a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang e. Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa f. Adakah terasa tumor atau tidak g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

H. Diagnosa dan Intervensi Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah : 1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus Tujuan : kecemasan ibu berkurang Tindakan : y y y Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien Berikan informasi tentang abortus Yakinkan pasien tentang diagnose

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam Tujuan : infeksi dapat dicegah Tindakan : y Observasi perdarahan

y y y

Observasi TTV Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic Kolaborasi pemberian obat antibiotic

3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding endometrium dan jalan lahir Tujuan : nyeri berkurang Tindakan : y y y y Kaji skala nyeri Anjurkan pasien untuk bedrest total Berikan pasien posisi yang nyaman Kolaborasi pemberian obat analgetik

4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam Tujuan : syok dapat dicegah Tindakan : y y y Observasi perdarahanObservasi TTV Anjurkan pasien untuk bedrest total Kolaborasi pemberian obat anti koagulan

5. Berduka berhubungan dengan kehilangan Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan Tindakan : y y y Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog

Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC. Doengoes, M. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Mochtar. R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/12/askep-abortus-incompletus/ http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-abortus.html http://www.scribd.com/doc/53189849/ABORTUS-INKOMPLETUS http://ayurai.wordpress.com/2009/04/18/askeb-abortus-inkompletus/ http://diyoyen.blog.friendster.com/2008/12/abortus-aborsi/ http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/09/asuhan-keperawatan-abortus.html

Você também pode gostar