Você está na página 1de 62

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan peringkat HDI (Human Development Index),
Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, iauh di bawah negara
ASEAN lainnya seperti Malaysia (peringkat 56), Filipina (77), Thailand
(67), apalagi bila dibandingkan dengan negara Singapura (22) serta Brunei
(25). Faktor-Iaktor yang meniadi penentu HDI yang dikembangkan oleh
UNDP (United Nations Development Program) adalah pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi. Ketiga Iaktor tersebut sangat berkaitan dengan
status gizi masyarakat (Muhilal, 2001).
Rendahnya HDI dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan
kesehatan penduduk Indonesia, yang dapat dituniukkan dengan masih
tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per seribu kelahiran hidup, dan
angka kematian balita sebesar 58 per seribu serta angka kematian ibu
sebesar 307 per seratus ribu kelahiran hidup (UNDP, 2001).
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan iumlah anak yang
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka
per 1.000 kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan peluang teriadinya
kematian pada Iase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium
Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatiI AKABA, yaitu

sangat tinggi dengan nilai ~ 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang
dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai 20. SDKI tahun 2007
mengestimasikan nilai AKABA sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan estimasi untuk periode 5 tahun sebelum survei
(2003-2007).
Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi,
diketahui bahwa provinsi dengan AKABA terendah terdapat di Provinsi
DI Yogyakarta sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa
Tengah sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup dan Kalimantan Tengah
sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 53
per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan provinsi dengan AKABA tertinggi
adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh
Maluku sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat
sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup. (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010)
Berdasarkan data diperkirakan 72.000 dari 800.000 balita di
Sulawesi Selatan mengalami gizi buruk. Selain itu, ada 272.000 anak
kurang gizi. Namun, pada Januari Oktober 2008 petugas kesehatan
hanya menemukan 94 kasus gizi buruk, tuiuh anak diantaranya meninggal
dunia. Balita yang mengalami gizi buruk itu tersebar di 23 kabupaten/
kota di Sulawesi Selatan dimana iumlah anak balita gizi buruk cukup
tinggi tetapi iumlah kasus kasus yang ditemukan sedikit yaitu 94 kasus
( Dinas Kesehatan Sulsel, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Nursaima pada tahun 2005 pada


beberapa RW di Kelurahan Pacerekang Kecamatan Biringkanaya
menuniukkanmasih banyaknya gizi kronik yang teriadi padadaerah
tersebut. Dengan menggunakan indikator BB/U didapatkan angka gizi
buruk pada balita di RW X sebanyak 6 orang ( 11) dan RW XII
sebanyak 7 orang ( 1,9). Balita yang mengalami gizi kurang di RW XI
sebanyak 11 orang ( 21) dan RW XII sebanyak 21 orang (41,2).
(Nursaimma, 2005).
Bahaya rawan gizi terhadap kualitas sumber daya manusia telah
banyak ditemukan. Anak dengan kekurangan gizi memperlihatkan
gangguan pertumbuhan, aktivitas dan kesegaran iasmaninya. Disamping
itu anak dengan kekurangan gizi ini dapat menyebabkan penurunan tingkat
kecerdasan (IQ) dan iuga produktivitasnya pada saat dewasa. Angka
keiadian dan kematian pada anakpun meningkat pada mereka yang
mengalami rawan gizi ini.
Keadaan kesehatan manusia iuga kesehatan bangsa dapat
ditingkatkan dengan ialan perbaikan gizi, tetapi iuga sangat bergantung
pada keadaan ekonomi, tingkat pendidikan dan lingkungan hidup. Gizi
bukan merupakan titik pusat dari pembangunan, tetapi merupakan bagian
penting dari pembangunan dan patut mendapat lebih banyak perhatian
(Sastraatmadia, 1991).

Keadaan gizi sangat dipengaruhi oleh beberapa Iaktor yang saling


berhubungan. Tingkat pendidikan dan pekeriaan orang tua, pemberian
ASI, morbiditas dan status ekonomi keluarga adalah beberapa Iaktor yang
dapat mempengaruhi status gizi balita. Wilayah keria Puskesmas Sudiang
Raya dengan penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagian besar
sebagai pegawai negeri dengan tingkat penghasilan yang bervariasi belum
dapat meniamin status gizi balita di wilayah ini, hal ini disebabkan karena
banyaknya Iaktor yang mempengaruhi staus gizi balita.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
kasus gizi ini. Berbagai program yang saat ini sedang diialankan mungkin
perlu untuk dievaluasi atau ditingkatkan eIektivitasnya. Salah satu kendala
yang dihadapi adalah belum semua kasus gizi kurang yang ada di
masyarakat ditemukan. Untuk itu diperlukan adanya suatu indikator agar
kasus-kasus rawan gizi dapat dideteksi secara dini. Salah satu indikator
yang umum digunakan yaitu indikator gizi dengan pengukuran
antopometrik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dicatat beberapa hal yang penting
untuk kemudian diambil sebagai masalah dalam penelitian ini.
O Bagaimana gambaran status gizi anak balita di wilayah keria
Puskesmas Sudiang Raya Kotamadya Makassar tahun 2011

O Bagaimana gambaran beberapa Iaktor yang mempengaruhi status


gizi anak balita dalam keluarga di wilaya keria Puskesmas Sudiang
Raya Kotamadya Makassar tahun 2011
. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini akan ditentukan status gizi anak balita secara
antropometrik dengan ialan melakukan pengukuran terhadap berat badan
dan tinggi badan. Indikator yang digunakan yaitu berat badan terhadap
umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB).
Selain itu iuga akan dilihat gambaran beberapa Iaktor yang turut
mempengaruhi status gizi anak balita.
D. Tujuan Penelitian
a) Tuiuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran status gizi balita dan Iaktor-Iaktor yang
mempengaruhinya di wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya
Kotamadya Makassar tahun 2011

b) Tuiuan Khusus
1. Untuk mendapatkan gambaran status gizi balita berdasarkan indeks
antopometrik berat badan terhadap umur (BB/U)

2. Untuk mendapatkan gambaran status gizi balita berdasarkan indeks


antopometrik tinggi badan terhadap umur (TB/U)
3. Untuk mendapatkan gambaran status gizi balita berdasarkan indeks
antopometrik berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB
4. Untuk mendapatkan gambaran status pendidikan orang tua
terhadap status gizi balita
5. Untuk mendapatkan gambaran Iaktor pekeriaan orang tua terhadap
status gizi balita
6. Untuk medapatkan gambaran pemberian ASI terhadap status gizi
balita
7. Untuk mendapatkan gambaran Iaktor morbiditas terhadap status
gizi balita
8. Untuk mendapatkan gambaran tingkat pendapatan orang tua
terhadap status gizi balita
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inIormasi bagi
Kanwil Depkes dan instansi terkait sebagai bahan masukan untuk
menentukan arah kebiiakan dan perencanaan program dalam
rangka penanggulan status gizi.
2. Sebagai bahan ilmiah atau bahan bacaan bagi penelitian dan lain-
lain di masa yang akan datang.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penelitian.

BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu Iaktor yang menentukan sumber
daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertuiuan
untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar teriadi perbaikan status
gizi masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002: 95). Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan
(Suhardio,dkk. 2003: 256).
Untuk memperkirakan status gizi seseorang, suatu kelompok
penduduk telah dilakukan pengukuran-pengukuran untuk menilai tingkat
kekurangan gizi. Pengukuran yang dipakai biasanya meruiuk pada indikator
yang berguna sebagai indeks untuk menuniukkan tingkat status gizi dan
kesehatan yang berbeda-beda.
Beberapa cara yang dilakukan untuk menilai status gizi, yaitu;
1. Penilaian konsumsi pangan
Penilaian konsumsi pangan dapat dipakai untuk menentukan
iumlah zat gizi yang dimakan, hal tersebut menuniukkan zat gizi yang
persediannya kurang. Metode yang digunakan untuk konsumsi pangan
ini dibagi atas dua bagian yaitu metode kuantitatiI terdiri atas recall
(mengingat) dan record (mencatat); dan kedua dietary history dan

Iood Irequency untuk memperoleh inIormasi restruktiI tentang pola


makan dalam iangka waktu lama.
2. Pemeriksaan Iisik
DeIinisi pemeriksaan Iisik yang dikemukakan oleh JelliIe
(1996) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang teriadi yang diduga sebagai akibat
kekurangan gizi yang dapat dilihat atau dirasakan pada iaringan epitel
superIisial utamanya pada kulit, mata, rambut dan mukosa buccal atau
pada organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti keleniar tiroid
dan paratiroid (Arnold, 1997)
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu teknik yang dapat
dilakukan melalui pemeriksaan darah, urine atau iaringan tubuh lain.
Hasil dari pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan nilai standar
yang ditetapkan (Roediito, 1989).
4. Pengukuran antopometri
Pengukuran antopometri adalah pengukuran dimensi Iisik
secara kasar pada beberapa tingkat umur dan tingkat gizi
(Hadiu,1999).
Untuk menilai pertumbuhan Iisik anak sering digunakan
ukuran-ukuran antopometri yang dibedakan meniadi kelompok yang
meliputi:

1. Tergantung umur
a. Berat badan terhadap umur (BB/U)
b. Tinggi badan/paniang badan terhadap umur (TB/U)
c. Lingkar kepala terhadap umur (LK/U)
d. Lingkar lengan atas terhadap umur (LLA/U)
2. Tidak tergantung umur
a. Berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
b. Lingkar lengan atas terhadap tinggi badan (LLA/TB)
c. Dll
Pengukuran antopometri mempunyai keuntungan tambahan
dengan memberikan inIormasi terhadap gangguan gizi yang telah lalu,
di mana hal ini tidak dapat diperoleh dengan tingkat kepercayaan yang
sama untuk teknik pengukuran lainnya.
Indeks antopometrik yang sering digunakan dalam
menentukan status gizi adalah sebagai berikut:
1) Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitiI terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang
penyakit inIeksi, menurunnya naIsu makan atau menurunnya iumlah
makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat
gizi teriamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan


perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal (I Dewa Nyoman, 2001 : 56-57).
Menurut indikator berat badan ini, maka indeks berat badan
menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status
gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (I Dewa Nyoman,
2001 : 56-57).
Kriteria BB/U menurut standar baku WHO-NCHS adalah:
- Gizi lebih > 2 SD
- Gizi baik -2 SD sampai 2 SD
- Gizi kurang -2 SD sampai -3 SD
- Gizi buruk -3 SD

2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatiI kurang sensitiI terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh deIisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatiI lama (I
Dewa Nyoman, 2001 :57).
Kriteria TB/U menurut standar baku WHO-NCHS adalah:

- Normal -2 SD sampai 2 SD
- Pendek (stunted) -2 SD

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks
BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(I Dewa Nyoman, 2001: 58).
Dari berbagai ienis indeks tersebut, untuk
menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang
batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi. Ambang batas dapat
disaiikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan
standar deviasi unit.
Kriteria TB/U menurut standar baku WHO-NCHS adalah:
- Gemuk > 2 SD
- Normal -2 SD sampai 2 SD
- Kurus (wasted) -2 SD sampai -3 SD
- Sangat kurus -3 SD
B. Tinjauan Umum tentang Status Gizi Balita
Anak balita adalah anak-anak yang berusia di bawah lima tahun
yang menuniukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat-

zat gizi yang lebih tinggi setiap kilogram berat badannya (Hardiyansyah ,
1992).
Keadaan gizi pada anak dapat memberikan inIormasi penting
tentang keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun masa
lampau (Roediito,1989)
Di negara berkembang kelahiran bayi dianggap masih rawan
karena persentase kematian pada saat bayi-bayi dilahirkan masih mencapai
angka sekitar 80 dan Iaktor sosial ekonomi pemenuhan kebetuhan akan
perkembangan anak kurang mendapat perhatian. Masa balita adalah masa
pertumbuhan awal.
Pertumbuhan sel-sel tubuh berlangsung paling pesat dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya. Pertumbuhan sel-sel otak tumbuh optimal
sampai dengan umur dua tahun. Gizi yang buruk pada masa pertumbuhan ini
menyebabkan tidak sempurnanya perkembangan otak, sehingga
mempengaruhi tingkat kecerdasan setelah dewasa (Ensiklopedia
Nasional,1997).
Masalah gizi yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian
adalah masalah gizi kurang. Status gizi kurang biasanya disebut dengan
Kurang Energi Protein (KEP). KEP pada dasarnya teriadi karena kurangnya
konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro ( zat
tenaga, zat pembangun dan lemak).
Untuk menentukan masalah KEP ini dapat dilakukan pengukuran
antopometri yang umumnya meliputu berat badab dan tinggi badan. Di

samping itu, sering pula digunakan pengukuran lingkar lengan atas pada
anak.
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya kekurangan gizi pada
balita, akan mengalami gangguan Iisik, mental dan intelektual. Lebih laniut
lagi gizi buruk pada anak balita berdampak pada penurunan tingkat
kecerdasan atau IQ. Setiap anak gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ
10-13 poin. Lebih iauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya
keiadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang masih dapat bertahan
hidup akibat kekurangan gizi yang bersiIat permanen kualitas hidup
selaniutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki
meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi.
(Direktorat Gizi Masyarakat-Depkes RI)
Keadaan status gizi balita sangat dipengaruhi oleh pemberian ASI
sebagai sumber makanan utama. ASI (air susu ibu/ breast Ieeding) merupakan
makanan paling baik bagi bayi. ASI yang dikeluarkan pada lima hari pertama
sesudah kelahiran yang disebut colostrum sangat kaya akan komponen
makanan yang dibutuhkan oleh bayi. Pada umumnya pertumbuhan bayi-bayi
di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia adalah sama baiknya
seperti negara maiu sampai usia 4 bulan. Tapi sesudah itu pertumbuhannya
mulai berkurang oleh karena puncak produksi ASI pada 4 bulan dan
sesudahnya akan menurun selain itu bayi iustru memerlukan lebih banyak
kalori dan zat-zat lainnya bagi pertumbuhan dan perkembangan serta
keaktiIan yang lebih meningkat.

Pada saat itulah sangat penting bagi bayi untuk memperoleh


makanan tambahan, baik berupa makanan padat ( bubur susu atau nasi tim)
maupun berupa susu buatan bila ASI sangat berkurang. Bagi golongan
masyarakat mampu hal ini tidak membawa persoalan, tetapi bagi golongan
masyarakat kurang mampu kekurangan zat gizi terasa karena persoalan
ekonomi dan ketidaktahuan. Oleh sebab itulah para ibu dari golongan yang
kurang mampu dan yang tinggal di pedesaan sangat penting untuk
memberikan:
a. ASI sedini mungkin
b. ASI on demand
c. ASI sekurang-kurangnya 4 bulan paling lama 6 bulan
d. Buah, biskuit ditunda sampai 4 bulan bersama dengan dimulainya susu
e. ASI selestari mingkin (WHO; tetes terakhir, Indonesia: sampai umur 2
tahun, hamil lagi tetap berikan) (Soekirman,1994)

. Tinjauan Umum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Anak balita gizi buruk umumnya datang dari keluarga yang tergolong
berpenghasilan rendah dan keadaan gizi yang diderita hampir selalu disertai
dengan adanya inIeksi penyakit. Pendapatan yang kurang menyebabkan tidak
sanggupnya menyediakan makanan yang bergizi, hal ini akan mempengaruhi
status gizi anak. Tampaknya Iaktor ekonomi merupakan masalah teriadinya
gizi buruk, tetapi bila perbaikan ekonomi tanpa disertai dengan perbaikan
pendidikan gizi dan kesehatan, mungkin masalah pemecahan gizi sukar

dicapai. Rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi serta masih hidupnya


kepercayaan dan tabu terhadap makanan tertentu termasuk Iaktor penghambat
keberhasilan program gizi (Jamal,1996)
Pendidikan, pendapatan, pola makan dan keadaan gizi masyarakat
adalah suatu yang saling kait mengait dan saling mempengaruhi. Pendidikan
yang rendah menyebabkan pengetahuan kurang sehingga menghasilkan
pendapatan yang rendah sehingga masyarakat akan membatasi keperluan
dasarnya termasuk makanan yang bergizi akibatnya anak meniadi kurang gizi
( Bambang, 1997)
Hal lain yang berhubungan dengan tingkat pendidikan adalah bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan menambah
kemampuan berpikirnya untuk menyerap inIormasi-inIormasi dan
menggunakannya secata tepat di dalam pengambilan keputusan khususnya
yang berhubungan dengan keseiahteraan anak atau status gizi anak. Dari
hasil penelitian Yani Sodiqah didapatkan pengaruh tingkat pendidikan ibu
terhadap status gizi balita, dimana status gizi kurang dan buruk ditemukan
pada balita dengan tingkat pengetahuan ibu yang kurang masing-masing
sebanyak 42,9 dan 26,6.
Keadaan status gizi balita sangat dipengaruhi oleh pemberian ASI
sebagai sumber makanan utama. ASI yang dikeluarkan pada lima hari
pertama sesudah kelahiran yang disebut colostrum sangat kaya akan
komponen makanan yang dibutuhkan oleh bayi. Bagi golongan masyarakat
yang mampu hal ini tidak membawa persoalan, tetapi bagi golongan

masyarakat kurang mampu kekurangan zat gizi terasa karena persoalan


ekonomi dan ketidaktahuan. (Soekirman,1994)
Gangguan kesehatan maupun penyakit yang terkait gangguan gizi
yang terbanyak adalah diare dan inIeksi saluran napas atas (ISPA). Diare
adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan karena adanya
anoreksia pada penderita diare sehingga penderita makan lebih sedikit dari
biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan iuga berkurang, padahal
kebutuhan sari makanannya meningkat akibatinIeksi. Setiap episode diare
menyebabkan kekurangan gizi. Penyebab utama diare umumnya sangat
kompleks, berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Penyebab
utamanya sering teriadi karena bersamaan dan saling mempengaruhi antara
yang satu dengan yang lain. Berdasarkan kenyataan ini dan ditambah dengan
praktik pemebrian makanan bayi yang keliru, maka angka kematian dan
kesakitan yang disebabkan oleh diare dapat meniadi petuniuk secara tidak
langsung terhadap keadaan malnutrisi di dalam suatu masyarakat. Kaitan
penyakit inIeksi dengan keadaan gizi gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit inIeksi dapat memperburuk
keadaan gizi, dan keadaan gizi yang ielek dapat mempermudah terkena
inIeksi.
Pada tingkat pelayanan kesehatan, puskesmas memiliki peranan yang
besar di dalam menyaring dan mengatasi masalah gizi di wilayah kerianya.
Meningkatnya kasus keadaan gizi kurang yang dihadapi puskesmas dapat
meniadi petuniuk tentang insidens keadaan kekurangan gizi yang dihadapi

suatu daerah tertentu. Namun inIormasi ini masih bias, karena pasiien yang
datang adalah pasien yang merasa sakit, sehingga belum tentu
menggambarkan keadaan sesungguhnya di masyarakat. Pengalaman
membuktikan bahwa peniaringan kasus gizi kurang di lapangan relatiI sulit.
Selain masyarakat tidak mau dikatakan anaknya kurang gizi hal itu iuga
disebarkan keadaan geograIis, dalam hal ini tempat masyarakat yang
mengalami keadaan gizi buruk sulit diiangkau oleh petugas puskesmas
(Supriasa,2000)














BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat








Keterangan :
Anak balita merupakan golongan yang rentan terhadap perubahan zat gizi
sehingga perkembangan dan pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh status gizi
anak balita tersebut. Keluarga dengan kompleksitas Iaktor-Iaktor yang
dimilikinya, memungkinkan terdapatnya anak balita dengan status gizi yang
kurang. Hal ini mengakibatkan munculnya balita kurang gizi yang nantinya dapat
PENDIDIKAN
ORANG TUA
PEMBERIAN ASI
MORBIDITAS
BALITA
TINGKAT
PENDAPATAN
PEKERJAAN
ORANG TUA
STATUS
GIZI

berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balita teiursebut


pada masa yang akan datang.

3.2 Definisi Operasional
1. Umur
Umur adalah usia balita dengan batasan 6 - 59 bulan saat datang ke
posyandu/ puskesmas.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Berdasarkan iawaban responden pada kuesioner
Hasil ukur : Usia balita
2. 1enis Kelamin
Jenis kelamin adalah pembagian anak balita sesuai dengan siIat biologis
atau anatomi tubuhnya.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : berdasarkan iawaban responden pada kuesioner
Hasil ukur :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Berat Badan
Merupakan berat badan anak balita yang di ukur pada saat penelitian
O Alat Ukur : babv scale
Cara ukur :

a. Letakkan baby scale datar diatas meia


b. Periksalah kembali apakah iarum sudah berada di titik nol
c. Lapisilah timbangan tersebut dengan selembar kain tipis
d. Letakkan bayi di atas timbangan tersebut dalam posisi tidur
dengan kepala disebelah kiri pemeriksa
e. Mintalah bantuan salah seorang teman melihat iarum yang
bergerak setelah bayi diletakkan sampai berhenti saat bayi
tersebut dalam posisi diam tidak bergerak
Hasil Ukur : Dengan membaca angka yang dituniukkan iarum.
O Alat Ukur : Dacin
Cara Ukur:
a. Gantungkanlah dacin pada dahan pohon atau palang rumah
atau penyangga kaki tiga
b. Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat dengan cara
menarik batang dacin ke arah bawah dengan kuat.
c. Letakkanlah bandul geser pada angka nol sebelum dipakai.
Kaitkanlah batang dacin dengan tali pengaman
d. Pasanglah sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingatlah
untuk menggeser bandul ke angka nol
e. Seimbangkanlah dacin yang sudah dibebani dengan sarung
timbang
I. Masukkan anak ke dalam sarung timbang

g. Tentukanlah berat badan bayi atau anak dengan membaca


angka di uiung bandul geser
Hasil Ukur: Dengan membaca angka yang dituniukkan pada bandul
geser.
O Alat Ukur : platform balance scale (timbangan iniak)
Cara ukur :
a. Anak diminta untuk berdiri di atas timbangan tanpa
menggunkan alas sepatu.
b. Kemudian lihat iarum pada timbangan menuniukkan pada
angka yang menyatakan berat badan anak dalam satuan
kilogram.
Hasil Ukur : Dengan membaca angka yang dituniukkan
iarum.
4. Tinggi Badan
Tinggi badan adalah tinggi balita dengan batasan umur 6- 59 bulan yang
diukur pada saat penelitian dengan menggunakan microtoice/ infantometer
O Alat Ukur : Mikrotoice
Cara Ukur:
a. Mikrotoice ditempelkan pada dinding/tembok yang lurus datar
setinggi tepat 2 meter dengan menggunakan paku. Angka 0 (nol)
pada lantai yang rata dan datar.
b. Sepatu, kaos kaki, dan penutup kepala (topi) harus dilepaskan.

c. Anak berdiri tegak seperti sikap sempurna, kaki lurus dengan


tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel
pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke
depan.
d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas
(verteks), siku harus lurus menempel pada dinding.
Hasil Ukur : Angka pada skala dibaca yaitu yang tampak pada lubang
dalam gulungan mikrotoice. Angka ini menuniukkan tinggi badan anak
yang diukur.
O Alat Ukur : InIantometer
Cara Ukur:
a. Letakkan inIantometer di atas meia atau tempat yang datar
b. Tidurkan bayi lurus di dalam alat pengukur, kepala diletakkan
hati-hati sampai menyinggung batas atas alat pengukur
c. Geserlah bagian alat pengukur sebelah bawah kaki sehingga
tepat menyinggung telapak kaki bayi
Hasil Ukur: Nilai yang dituniukkan skala pada sisi alat pengukur.
. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan gizi balita dengan batasan umur 6 59 bulan yang
dapat dinilai dengan suatu standar.
Alat Ukur : Standar WHO-NCHS (dalam Z-score)
Cara Ukur : Z-score nilai individu subyek nilai median baku ruiukan
nilai simpang baku ruiukan

Hasil Ukur :
a. Berat Badan Menurut Umur
Gizi lebih : bila Z-score ~2 SD
Gizi baik : bila Z-score >-2 SD s/d <2 SD
Gizi kurang : bila Z-score >-3 SD s/d -2 SD
Gizi buruk : bila Z-score -3 SD
b. Tinggi Badan Menurut Umur
Normal : bila Z-score ~-2 SD
Pendek : bila Z-score >-3 SD s/d <-2 SD
Sangat pendek : bila Z-score -3 SD
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Gemuk : bila Z-score ~2 SD
Normal : bila Z-score >-2 SD s/d <2 SD
Kurus : bila Z-score >-3 SD s/d -2 SD
Sangat kurus : bila Z-score -3 SD
. Pendidikan ibu
Yaitu ieniang sekolah Iormal tertinggi yang pernah dicapai ibu balita.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Berdasarkan iawaban responden pada kuesioner
Hasil Ukur:
a. Tidak sekolah
b. Tidak tamat SD/MI
c. Tamat SD/MI

d. Tamat SLTP
e. Tamat SLTA
I. Perguruan tinggi
. Pekerjaan Orang Tua
Yaitu pekeriaan orang tua yang dilakukan untuk menaIkahi keluarganya
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Berdasarkan iawaban responden pada kuesioner
Hasil Ukur:
- PNS golongan III/IV / POLRI /ABRI
/Pensiunan/Pedagang
- PNS golongan I/II/ Pegawai/ Karyawan swasta
- Security
- Sopir Angkutan Umum
- Buruh Harian
- Tukang becak/oiek
- IRT/tidak keria
8. Pemberian ASI
Adalah pola pemberian ASI kepada anak untuk mengetahui asupan zat
gizi anak.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Berdasarkan iawaban responden pada kuesioner

Hasil Ukur :
a. Ya : Balita memperoleh ASI
b. Tidak : Balita tidak memperoleh ASI
. Morbiditas
Adalah kondisi kesehatan anak balita sekarang
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Berdasarkan iawaban responden pada kuesioner
Hasil Ukur:
a. Sehat : apabila balita sakit 4 kali dalam 6 bulan terakhir
b. Sakit : apabila balita sakit ~ 4 kali dalam enam bulan
terakhir
11. Tingkat pendapatan
Adalah iumlah pendapatan keluarga selama 1 bulan berdasarkan upah
minimum regional kota Makassar.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Berdasarkan iawaban responden pada kuesioner
Hasil Ukur :
a. Cukup : Jumlah pendapatan ~ Rp
1.100.000,-/bulan
b. Kurang : :Jumlah pendapatan Rp 1.100.000,-
/ bulan

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 1enis dan Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penilitian survei deskriptiI yang
bertuiuan untuk membuat penilaian keadaan status gizi anak balita di wilayah
keria Puskesmas Sudiang Raya Kotamadya Makassar.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sudiang Raya, Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar dan berlangsung dari tanggal 12 Maret 2011- 19
Maret 2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh balita (usia 6-59
bulan) pada keluarga di wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya Kotamadya
Makassar dengan populasi sebanyak 2000 balita.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah balita-balita yang berkuniung di
posyandu wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya Kotamadya Makassar.
Berikut cara penghitungan sampel :
Keterangan :

N: Ukuran Populasi
n: Ukuran Sampel
d: Tingkat Kepercayaan yaitu 0,1/10

n > N
1 N (d)
2
n > 2000
1 2000 (0,1)
2
n > 2000
1 20
n > 95 sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling,
yaitu semua subiek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dalam penelitian sampai iumlah subiek yang diperlukan terpenuhi.

4.4 Metode Pengambilan Data
Data dikumpulkan dari lapangan dengan melakukan pengukuran
antropometri dan wawancara.
Pengukuran berat badan anak dilakukan dengan menggunakan timbangan
iniak, dacin dan baby scale diaman penggunaan alat ukur ini disesuaikan dengan
umur dan alat yang disediakan di tempat penimbangan. Pengukuran paniang/
tinggi badan dilakukan dengan menggunakan mikrotoice dan inIantometer dengan
ukuran terkecil 0,1 cm. Pada anak dibawah 2 tahun dilakukan pengukuran

paniang badan anak dengan menggunakan inIantometeri. Anak di atas 2 tahun


tinggi badan di ukur dalam posisi berdiri tanpa sepatu/ sandal, tumit kaki
berdekatan, tangan tergantung bebas dan pungung bersandar pada dinding.
Data lainnya diperoleh dengan wawancara menggunakan kuisioner yang
telah terstandarisasi. Data yang diperoleh melalui kuisioner meliputi pemberian
ASI, morbiditas, iumlah anggota keluarga, pendidikan dan pekeriaan orang tua.
4.. Analisis Data
Pengelolaan data dilakukan secara elektronik yaitu komputer dengan
menggunakan program SPSS.
Penyaiian dilakukan dalam bentuk tabel distribusi Irekuensi yang disertai
dengan penielasan.











BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografi
Puskesmas Sudiang Raya merupakan salah satu Puskesmas dalam
wilayah keria Dinas Kesehatan Kota Makassar. Tepatnya berada di Kompleks
Bumi Sudiang Permai (BSP) Jalan Perumnas Raya Nomor 05 Kelurahan
Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Puskesmas Sudiang
Raya dibangun pada awal tahun 2003 atas bantuan Rotary Club OI Leiden
yang diresmikan pada tanggal 9 Desember 2003 oleh Walikota Makassar dan
Pihak Donatur. Puskesmas ini berada dalam wilayah Pemerintahan Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar dengan luas wilayah keria 22,39 km2 yang
membawahi 3 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Daya : 9 RW
2. Kelurahan Paccerakkang : 21 RW
3. Kelurahan Sudiang Raya . : 24 RW

Adapun batas wilayah keria Puskesmas Sudian Raya adalah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sudiang / Pai
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mandai / Maros
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tamalanrea
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bira

B. Demografi
Pada tahun 2009 iumlah penduduk untuk ketiga kelurahan di atas
beriumlah 102.135 iiwa dan pada tahun 2010 iumlah penduduk meningkat
meniadi 102.341 iiwa dengan rincian pada tabel berikut :




Tabel. 1 . Data Luas Wilayah, Jumlah RW/RT/KK/Penduduk Per Kelurahan
Di Wilayah Keria Puskesmas Sudiang Raya Tahun 2010






. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Pendidikan
Dari data sekunder yang diperoleh, sarana pendidikan yang paling
banyak di wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya adalah Taman Kanak -
Kanak ( TK ) yaitu sebesar 52,7 atau sebanyak 58 buah dan yang paling
sedikit adalah Perguruan Tinggi yang hanya sebesar 5,4 atau sebanyak
6 buah. Untuk lebih ielasnya dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel. 2. Distribusi Sarana Pendidikan di Wilayah Keria Puskesmas Sudiang Raya 2010
No
Nama Sarana Pendidikan Berdasarkan Tingkatan
1umlah Kelurahan TK SD SLTP SLTA P. Tinggi

1 Daya 6 5 1 1 2 15
2 Paccerakkang 22 12 2 1 4 41
3 Sudiang Raya 30 14 5 5 - 54

T o t a l 31 110

52.7 28.2 7.3 6.4 5.4 100
$umber . Data $ekunder 2010

NO
NAMA
KELURAHAN
LUAS
WIL.
(Ha) RW RT KK
1UMLAH
PENDUDUK
1 Daya 581 9 31 13.113
2 Paccerakkang 780 21 198 13.113 42.952
3 Sudiang Raya 878 22 119 16.408 46.276
1 U M L A H 2.23 2 34 102.341

D. Gambaran Umum Puskesmas Sudiang Raya


Puskesmas Sudiang Raya dibangun pada awal tahun 2003 atas
bantuan Rotary Club oI Leiden yang diresmikan pada tanggal 9 Desember
2003 oleh Walikota Makassar dengan pihak donatur. Dan pada saat itu pula
Puskesmas ini berIungsi secara deIinitiI sebagai salah satu Puskesmas yang
bertanggung iawab secara langsung kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Gedung Puskesmas Sudiang Raya mempunyai luas 1.300 m2 yang
berdiri pada areal 3.600 m2 . Bangunan seluas 1.300 m2 tersebut terdiri
dari :
- Ruang Kartu - Ruang Perawat
- Ruang UGD - Kamar Toilet untuk StaI
- Ruang Periksa - Dapur
- Ruang KIA / KB - Gudang
- Ruang Polik Gigi - Aula / Ruang Rapat
- Ruang Farmasi - Ruang Kepala Puskesmas
- Ruang Laboratorium - Ruang Administrasi
- Kamar Toilet Pasien - Ruang Konsulen.
- Ruang Gizi
E. Data Sarana Fisik
Sampai dengan tahun 2010, sarana kesehatan yang ada di wilayah keria
Puskesmas Sudiang Raya adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit : 2 buah
2. Puskesmas Pembantu : 5 buah

3. Dokter Praktek : 25 buah


4. Bidan Praktek : 16 buah
5. Klinik / BP : 5 buah
6. Rumah Bersalin : 2 buah
7. Apotik : 21 buah
8. Toko Obat : 11 buah
9. Optikal : 1 buah
F. Data Ketenagaan
Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
baik yang siIatnya di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas
Sudiang Raya, tenaga yang ada beriumlah 50 orang terdiri dari 31 orang
berstatus PNS, 2 orang berstatus CPNS serta 17 orang tenaga magang. Dari
iumlah tenaga tersebut dengan kriteria pendidikan sebagai berikut :
- Dokter Umum : 3 orang
- Dokter Gigi : 2 orang
- S1 Keperawatan : 2 orang
- SKM : 6 orang
- Apoteker : 1 orang
- Sariana Lainnya : 1 orang
- D3 Keperawatan : 4 orang
- D3 Analisis Kesehatan : 1 orang
- Ahli Madya Gizi : 1 orang

- Ahli Madya Gigi : 1 orang


- Bidan : 2 orang
- SPRG : 1 orang
- SPK : 6 orang
Sedangkan untuk Tenaga Magang adalah sebagai berikut :
- SKM : 4 orang SPRG : 2 orang
- S. Farm : 1 orang SMF : 1 orang
- D3 Keperawatan : 3 orang SMA : 3 orang
- SPK : 1 orang SMP : 2 orang









BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya,
Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar dan berlangsung dari tanggal 12 Maret
2011- 19 Maret 2011.
Setelah data primer terkumpul lalu disusun dalam bentuk tabel induk yang
kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS. Selengkapnya hasil
penelitian tersebut disaiikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Tabel 1. Karakteristik status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Karakteristik Status Gizi Balita n ()
1. Umur
6-24 bulan
85 56,3
24-42 bulan
43 28,5
43-59 bulan 23 15,2
2. 1enis kelamin
Laki-laki 84 55,6
Perempuan 67 44,4
3. Pemberian ASI
Ya 137 90,7
Tidak 14 9,3
4. Morbiditas
Sehat 125 82,8
Sakit 26 17,2
. Pendidikan Ibu
Tidak Tamat SD 7 4,6
Tamat SD 17 11,3
Tamat SLTP 34 22,5
Tamat SLTA 80 53
Perguruan Tinggi 13 8,6
. Pekerjaan Ayah
PNS gol.III/IV/ POLRI/ ABRI/ 1 0,7
pensiunan/ Pedagang
PNS gol.I/II/ Pegawai/ Karyawa swasta 71 47
Security 16 1,6
Sopir Angkutan Umum 5 3,3
Buruh Harian 22 14,6
Tukang becak/ oiek 30 19,9
IRT/ Tidak keria 6 4
. Tingkat Pendapatan
Cukup 72 47,7
Kurang 79 52,3
Data Primer

Tabel diatas menuniukkan karakteristik anak balita yang diteliti yang


berada di wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya. Dari 151 anak balita terdapat
55,6 anak balita yang berienis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 84 anak dan
44,4 anak perempuan yaitu sebanyak 67 anak. Dalam hal pemberian ASI 90,7
anak balita pernah memperoleh ASI. Dari 151 anak balita terdapat 82,8 anak
balita yang pernah sakit dalam 6 bulan terakhir.
Pendidikan ibu yang paling banyak yaitu tamat SLTA yaitu sebanyak
53 (80 orang). Pekeriaan orang tua ( suami) yang paling banyak yaitu PNS
golongan I/II/ Pegawai/ Karyawan swasta yaitu sebanyak 47 ( 71 orang). Dari
151 keluarga terdapat 47,7 keluarga dengan tingkat pendapatan cukup dan
52,3 dengan tingkat pendapatan kurang.
1. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur
(BB/U)
Tabel 2. Distribusi status gizi anak balita berdasarkan berat badan/umur di wilayah kerja Puskesmas
Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011.
Status Gizi 1umlah

n
Gizi Lebih 3 2
Gizi Baik 103 68,2
Gizi Kurang 31 20,5
Gizi Buruk 14 9,3
Jumlah 151 100
Data Primer

Tabel diatas menggambarkan bahwa dari 151 anak balita terdapat 3 balita
(2) dengan gizi lebih, 103 anak balita ( 68,2) dengan gizi baik, 33 balita
(20,5) gizi kurang dan 14 anak balita (9,3) dengan gizi buruk
Tabel 3. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/umur terhadap umur di wilayah
kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi
Umur
Balita
Gizi
Lebih
Gizi
Baik Gizi Kurang
Gizi
Buruk Total
(bulan) n n n n n
6-24 2 2,4 58 68,2 15 17,6 10 11,8 85 100
25-42 1 2,3 26 60,5 13 30,2 3 7 43 100
43-59 0 0 19 82,6 3 13,1 1 4,3 23 100
Jumlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100
Data Primer
Berdasarkan data yang diperoleh gizi lebih berdasarkan indikator berat
badan/umur tidak ditemukan pada balita berusia 43-59 bulan. Pada Gizi Baik
terdapat 58 anak dengan kategori umur 6- 24 bulan, 28 anak dengan kategori 25-
42 bulan dan 19 anak dengan kategori 43-59 bulan
Tabel 4. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/umur
terhadap jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011

Status
Gizi
Jenis
Kelamin
Gizi
Lebih
Gizi
Baik GiziKurang
Gizi
Buruk Total

n n n n n
Laki- laki 2 2,4 57 67,9 19 22,6 6 7,1 84 100
Perempuan 1 1,5 46 68,7 12 17,9 8 11,9 67 100
1umlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100
Data Primer

Dari tabel diatas menuniukkan status gizi dengan kategori gizi baik lebih
banyak terdapat pada anak laki-laki yaitu 57 balita. Sedangkan status gizi buruk
lebih banyak terdapat pada anak perempuan yaitu sebanyak 8 balita.
Tabel . Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/umur terhadap pekerjaan orang
tua (ibu) di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret
2011

Status Gizi
Tingkat pendidikan Ibu Gizi Lebih Gizi Baik
Gizi
Kurang GiziBuruk Total

n n n n n
Tidak tamat SD 0 0 7 100 0 0 0 0 7 100
Tamat SD 0 0 8 47 7 41,2 2 11,8 17 100
Tamat SLTP 2 5,9 23 67,6 6 17,6 3 8,9 34 100
Tamat SLTA 0 0 56 70 16 20 8 10 80 100
Perguruan Tinggi 1 7,7 9 69,2 2 15,4 1 7,7 13 100
Jumlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100
Data Primer
Dari tabel diatas dapat dilihat ibu yang tamat SLTA memiliki iumlah
balita yang paling banyak dengan status gizi normal (56 balita). Ibu dengan
tingkat pendidikan tidak tamat SD iuga memiliki anak dengan status gizi baik (7
balita).
Tabel . Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/umur terhadap pekerjaan orang
tua (ayah) di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret
2011
Status Gizi
Pekeriaan Orang Tua Gizi Lebih Gizi Baik
Gizi
Kurang GiziBuruk Total

N n n n n
PNS gol.III/IV/POLRI/ 0 0 1 0 0 0 0 0 1 100
ABRI/Pensiunan/Pedagang
PNS gol I/II/Pegawai/ swasta 1 1,4 53 74,6 10 14,1 7 9,9 71 100
Security 0 0 12 75 3 18,8 1 6,2 16 100
Sopir Angkutan Umum 0 0 4 80 1 4 0 0 5 100
Buruh Harian 0 0 14 63,6 6 27,3 2 9,1 22 100
Tukang becak/ oiek 2 6,7 16 53,3 9 30 3 10 30 100
IRT/ Tidak keria 0 0 3 50 2 33,3 1 17 6 100
Jumlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100

Status gizi dengan kategori baik, kurang dan buruk berturut-turut banyak
didapatkan pada ayah dengan pekeriaan sebagai PNS golongan I/II/ Pegawai/
Karyawan swasta dengan iumlah 53orang, 10 orang dan 7 orang. Sedangkan
status gizi balita pada tukang becak/oiek menempati tempat kedua tertinggi
dengan kategori lebih (2orang), baik( 16 orang), kurang ( 9 orang) dan buruk (3
orang).
Tabel . Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan umur terhadap pemberian ASI di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi
Pemberian ASI
Gizi
Lebih
Gizi
Baik Gizi Kurang GiziBuruk Total

n N n n n
Ya 3 2,2 93 67,9 28 20,4 13 9,5 137 100
Tidak 0 0 10 71,4 3 21,4 1 7,2 14 100
Jumlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100
Data Primer
Status gizi dengan kategori lebih, normal, kurang dan buruk didapatkan
pada balita yang memiliki riwayat pemberian ASI yaitu sebanyak 3 balita, 93
balita, 28 balita dan 13 balita.

Tabel . Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan umur terhadap morbiditas di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi
Morbiditas
Gizi
Lebih
Gizi
Baik Gizi Kurang GiziBuruk Total

n n n n n
Sehat 3 2,4 85 68 26 21 11 8,6 125 100
Sakit 0 0 18 69,2 5 19,2 3 11,6 26 100
Jumlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100
Data Primer

Distribusi balita dengan status gizi baik memiliki 85 anak dengan kategori
sehat dan 18 anak dengan kategori sakit. Sedangkan pada status gizi lebih tidak
ditemukan balita dengan kategori sakit
Tabel . Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan umur terhadap tingkat
pendapatan di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Maret 2011
Status Gizi
Tingkat
Pendapatan
Gizi
Lebih
Gizi
Baik Gizi Kurang GiziBuruk Total

n n n n n
Cukup 1 1,4 54 75 10 13,9 7 9,7 72 100
Kurang 2 2,5 49 62 21 26,6 7 8,9 79 100
Jumlah 3 2 103 68,2 31 20,5 14 9,3 151 100
Data Primer
Berdasarkan hasil penellitian diperoleh balita dengan status gizi baik
memiliki keluarga dengan tingkat pendapatan cukup. Sedangkan balita dengan
statusgizi lebih, kurang dan buruk pada umumnya berasal dari keluarga dengan
tingkat pendapatan kurang.

2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (TB/U)
Tabel 10. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan tinggi badan menurut umur di wilayah kerja Puskesmas
Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi Jumlah

n
Normal 103 68,2
Pendek 48 31,8
Total 151 100
Data Primer

Anak balita dengan tinggi badan yang normal lebih banyak ditemukan
dengan iumlah 103 balita (68,2) sedangkan dengan status pendek didapatkan
pada 48 balita (31,8)
Tabel 11. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap umur di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi
Umur Balita Normal Pendek Total
(bulan) n n n
6-24 62 72,9 23 27,1 85 100
25-42 28 65,1 15 34,9 43 100
43-59 13 56,5 10 43,5 23 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Dari tabel di atas dapat dilihat presentase tertinggi pada status gizi dengan
perawakan normal terdapat pada usia balita dengan rentang umur 6-24 bulan yaitu
sebanyak 62 balita (72,9).
Tabel 12. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap jenis
kelamin di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi

Jenis Kelamin Normal Pendek Total

n n n
Laki- laki 60 71,4 24 28,6 84 100
Perempuan 43 64,2 24 35,8 67 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Tabel diatas menuniukkan anak laki-laki lebih banyak dengan perawakan
normal (71,4 ), sedangkan perawakan pendek ditemukan berimbang antara
balita laki-laki dan perempuan.


Tabel 13. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap
tingkat pendidikan ibu wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret
2011
Status Gizi
Tingkat pendidikan Ibu Normal Pendek Total

n n n
Tidak tamat SD 5 71,4 2 28,6 7 100
Tamat SD 9 52,9 8 47,1 17 100
Tamat SLTP 25 73,5 9 26,5 34 100
Tamat SLTA 54 67,5 26 32,5 80 100
Perguruan Tinggi 10 76,9 3 23,1 13 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Ibu dengan pendidikan tamat SLTA memiliki iumlah tertinggi untuk
masing-masing status gizi berdasarkan TB/U, dengan perawakan normal 54 balita
dan perawakan pendek 25 balita.
Tabel 14. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap pekerjaan orang
tua (ayah) di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Maret 2011.
Status Gizi
Pekeriaan Orang Tua Normal Pendek Total

n n n
PNS gol.III/IV/POLRI/ABRI/Pensiunan/Pedagang 1 100 0 0 1 100
PNS gol I/II/Pegawai/ karyawan swasta 52 73,2 19 26,8 71 100
Security 10 62,5 6 37,5 16 100
Sopir Angkutan Umum 3 60 2 40 5 100
Buruh Harian 15 68,2 7 31,8 22 100
Tukang becak/ oiek 19 68,3 11 36,7 30 100
IRT/ Tidak keria 3 50 3 50 6 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Tabel diatas menuniukkan tingginya persentase balita dengan perawakan
normal dibandingkan perawakan pendek pada masing-masing ienis pekeriaan
yang dimiliki ayah. Anak dengan perawakan pendek lebih banyak didapatkan

pada balita dengan pekeriaan ayah PNS golongan I/II/ Pegawai/ Karyawan swasta
yaitu sebanyak 19 orang.
Tabel 1. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap Pemberian ASI
di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi
Pemberian ASI Normal Pendek Total

N n n
Ya 93 67,4 44 32,1 137 100
Tidak 10 71,4 4 28,6 14 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Tabel diatas menuniukkan anak balita yang memperoleh ASI lebih
banyak dengan perawakan normal (93 balita), sedangkan perawakan pendek
beriumlah 44 balita
Tabel 1. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap morbiditas di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi
Morbiditas Normal Pendek Total

N n n
Sehat 82 65,6 43 34,4 125 100
Sakit 21 80,8 5 19,2 26 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Balita yang pernah sakit kurang dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir
memiliki iumlah perawakan normal terbanyak ( 82 balita) dibandingkan dengan
perawakan pendek ( 43 balita).


Tabel 1. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator tinggi badan/umur terhadap tingkat
pendapatan di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Maret 2011
Status Gizi
Tingkat Pendapatan Normal Pendek Total

n n n
Cukup 53 73,6 19 26,4 72 100
Kurang 50 63,3 29 36,7 79 100
Jumlah 103 68,2 48 31,8 151 100
Data Primer
Tabel diatas menuniukkan distribusi balita dengan perawakan normal lebih
banyak didapatkan pada keluarga dengan tingkat pendapatan cukup (73,6),
sedangkan balita dengan perawakan pendek lebih banyak didapatkan pada
keluarga dengan tingkat pendapatan kurang.
3. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB)
Tabel 1. Distribusi status gizi anak balita berdasarkan barat badan menurut tinggi badan di wilayah
kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret 2011
Status Gizi Jumlah

n
Gemuk 8 5,3
Normal 118 78,1
Kurus 17 11,3
Sangat Kurus 8 5,3
Total 151 100
Data Primer

Dari tabel diatas dapat dilihat iumlah anak balita dengan status gizi gemuk
sebanyak 8 anak, satus gizi normal sebanyak 118 anak, sedangkan balita dengan
status gizi kurus dan sangat kurus berturut-turut ada 17 anak dan 8 anak.
Tabel 1. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap jenis
kelamin di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret
2011.
Status Gizi
Umur
Balita Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total
(bulan) n n n n n
6-24 4 4,7 67 78,8 10 11,8 4 4,7 85 100
25-42 3 7 32 74,4 4 9,3 4 9,3 43 100
43-59 1 4,3 19 82,6 3 13,1 0 0 23 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100
Data Primer
Tabel diatas menggambarkan balita dengan kelompok umur 6- 24 bulan
memilki presentase status gizi normal (78,8) dan kurus (11,8). Balita dengan
status gizi sangat kurus tidak ditemukan pada rentang usia 43-59 bulan.
Tabel 20. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap jenis
kelamin di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Maret
2011.
Status Gizi
Jenis
Kelamin Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total

n N n n n
Laki- laki 1 1,2 73 86,9 7 8,3 3 3,6 84 100
Perempuan 7 10,4 45 67,2 10 14,9 5 7,5 67 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100
Data Primer
Anak balita dengan status gizi normal lebih banyak ditemukan pada anak
laki-laki (73 balita) dibandingkan anak perempuan (45 balita). Status gizi balita

gemuk, kurus dan sangat kurus lebih banyak ditemukan pada balita perempuan
berturut-turut sebanyak 7 balita, 10 balita dan 5 balita.

Tabel 21. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap tingkat
pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Maret 2011
Status Gizi
Tingkat
pendidikan Ibu Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total

n N n n n
Tidak tamat SD 1 14,3 6 85,7 0 0 0 0 7 100
Tamat SD 0 0 13 76,5 3 17,6 1 5,9 17 100
Tamat SLTP 3 8,8 24 70,6 4 11,8 3 8,8 34 100
Tamat SLTA 3 3,8 65 81,3 9 11,3 3 3,8 80 100
Perguruan Tinggi 1 7,7 10 76,9 1 7,7 1 7,7 13 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100
Data Primer
Ibu dengan tingkat pendidikan tamat SLTP dan SLTA masing-masing
memiliki 3 balita dengan status gizi gemuk dan sangat kurus. Sedangkan status
gizi normal dan kurus lebih banyak didapatkan pada ibu dengan status pendidikan
tamat SLTA yaitu sebanyak 65 balita dan 9 balita.
Tabel 22. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap pekerjaan
orang tua (ayah) di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Maret 2011

Status
Gizi
Pekeriaan Orang Tua Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total

n n n n n
PNSgol.III/IV/
POLRI/ABRI//Pedagang 1 100 0 0 0 0 0 0 1 100
PNS gol I/II/Pegawai/
swasta 4 5,6 54 76,1 9 12,7 4 5,6 71 100
Security 0 0 14 87,4 1 6,3 1 6,3 16 100
Sopir Angkutan Umum 0 0 5 100 0 0 0 0 5 100
Buruh Harian 0 0 20 90,8 1 4,6 1 4,6 22 100
Tukang becak/ oiek 3 10 20 66,7 5 16,7 2 6,6 30 100
IRT/ Tidak keria 0 0 5 83,3 1 16,7 0 0 6 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100
Data Primer

Balita dengan status gizi gemuk, normal, kurus dan sangat kurus lebih
banyak ditemukan pada ayah yang memiliki pekeriaan sebagai PNS golongan I/II/
Pegawai/ Karyawan swasta masing-masing 4 balita, 54 balita, 9 balita dan 4
balita.

Tabel 23. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap
pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar. Maret 2011
Data Primer
Status gizi dengan kategori gemuk, normal, kurus dan sangat kurus
didapatkan pada balita yang memiliki riwayat pemberian ASI yaitu sebanyak 6
balita, 108 balita, 15 balita dan 8 balita.

Tabel 24. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap
morbiditas di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Maret 2011
Status Gizi
Morbiditas Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total

n N n n n
Sehat 7 5,6 99 79,2 13 10,4 6 4,8 125 100
Sakit 1 3,8 19 73,1 4 15,4 2 7,7 26 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100
Data Primer
Status Gizi
Pemberian ASI Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total

n n n n n
Ya 6 4,4 108 78,8 15 10,9 8 5,9 137 100
Tidak 2 14,3 10 71,4 2 14,3 0 0 14 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100

Anak balita yang pernah sakit kurang dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir
memiliki status gizi gemuk ( 7 balita), normal (99 balita), kurus ( 13 balita) dan
sangat kurus (6 balita). Sedangkan balita yang pernah sakit lebih dari 4 kali
dalam 6 bulan terakhir memiliki status gizi gemuk (1 balita), normal (19 balita),
kurus (4 balita) dan sangat kurus (2 balita).
Tabel 2. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan indikator berat badan/ tinggi badan terhadap tingkat
pendapatan di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Maret 2011

Status Gizi
Tingkat Pendapatan Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Total

n n n n n
Cukup 5 6,9 54 75 9 12,5 4 5,6 72 100
Kurang 3 3,8 64 81 8 10,1 4 5,1 79 100
Jumlah 8 5,3 118 78,1 17 11,3 8 5,3 151 100
Data Primer
Tabel diatas menuniukkan bahwa terdapat 9 balita dari keluarga dengan
tingkat pendapatan cukup yang proporsi badannya kurus dan 4 balita dengan
proporsi badan sangat kurus. Sedangkan dari keluarga dengan tingkat pendapatan
kurang memiliki 9 balita dengan proporsi badan kurus dan 4 balita dengan
proporsi badan sangat kurus.
B. Pembahasan
1. Status gizi berdasarkan BB/U
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penilaian
status gizi berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) cukup baik untuk

mengukur suatu status gizi akut maupun kronik dan sangat sensitiI terhadap
perubahan-perubahan kecil.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan indikator BB/U dapat
dilihat iumlah balita dengan kategori status gizi lebih, baik, kurang dan buruk
berturut-turut beriumlah 3 balita, 103 balita, 33 balita dan 14 balita. Laki-laki
memiliki kecenderungan memiliki status gizi lebih ( 2 balita) sedangkan
perempuan lebih banyak yang memiliki status gizi buruk ( 8 balita).
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan data ini tidak sesuai dengan
teori, dimana umumnya anak perempuan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih baik terhadap proses patologis termasuk gangguan gizi iika
dibandingkan dengan anak laki-laki, selain itu aktiIitas anak laki-laki lebih
tinggi dari perempuan sehingga anak laki-laki lebih rentan terhadap gangguan
gizi ( Satriono, 1985).
Tingginya tingkat pendidikan ibu dan ienis pekeriaan orang tua
mempengaruhi status gizi seorang anak balita, karena hal tersebut akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pendapatan orang tua dalam
penyedian makanan bergizi (Bambang, 1997). Dari tabel terlihat gambaran
status gizi baik terdapat pada ibu dengan pendidikan terakhir tamat SLTA dan
pekeriaan ayah sebagai PNS golongan I/II/ Pegawai/ Karyawan swasta.
Namun ternyata hal tersebut tidak selamanya dapat diiadikan sebagai
patokan, sebab berdasarkan dari data yang diperoleh saat penelitian, balita
dengan status gizi baikpun memiliki ibu dengan tingkat pendidikan tidak
tamat SD ( 7 balita).

Keadaan status gizi balita sangat dipengaruhi oleh pemberian ASI


sebagai makanan utama. ASI ( air susu ibu/ breast Ieeding) merupakan
makanan paling baik bagi bayi. Pada tabel 9, dapat dilihat anak balita dengan
status gizi baik memiliki latar belakang memperoleh ASI (67,9).
Anak balita dengan status gizi lebih, baik, kurang dan buruk yang
pernah sakit lebih dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir ada 26 balita, sedangkan
yang pernah sakit kurang dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir ada 125 balita.

2. Status gizi berdasarkan TB/U
Tinggi badan merupakan antopometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti
berat badan, relatiI kurang sensitiI terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh deIisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatiI lama.
Tingginya tingkat balita yang memiliki perawakan tinggi badan yang
normal (103 balita) menuniukkan gambaran tumbuh kembang yang baik pada
anak balita di wilayah keria Puskesmas Sudiang Raya . Jumlah balita laki-laki
dengan tinggi badan yang normal ( 60 balita) lebih banyak dibandingkan
dengan balita perempuan dengan tinggi badan normal ( 43 balita).

Tingginya tingkat pendidikan ibu dan ienis pekeriaan orang tua


mempengaruhi status gizi seorang anak balita. Dari tabel terlihat gambaran
anak dengan perawakan normal terdapat pada ibu dengan tingkat pendidikan
terakhir tamat SLTA , perkeriaan ayah sebagai PNS gol I/II/
Pegawai/Karyawan swasta dan pekeriaan ibu sebagai ibu rumah tangga/ tidak
bekeria.
Pemberian ASI pada balita sangat penting untuk perkembangan dan
pertumbuhan anak selaniutnya. Dari tabel dapat dilihat perawakan normal
sebanyak 93 balita yang memperoleh ASI.
Anak yang pernah sakit kurang dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir
memiliki iumlah balita yang lebih banyak ( 82 balita) dibandingkan dengan
perawakan pendek ( 21 balita)
Dari hasil penelitian didapatkan anak balita yang terdapat dalam tingkat
pendapatan kurang ( 50 balita) berperawakan normal, sedangkan anak balita
dari keluarga cukup ( 53 balita) yang iuga berperawakan pendek.
3. Status gizi berdasarkan BB/TB
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat kini (sekarang) dan dapat membedakan proporsi badan, hanya saia tidak
dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup pendek, cukup tinggi
badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena Iaktor umur tidak
dipertimbangkan.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa balita dengan status gizi gemuk,
normal, kurus dan sangat kurus berturut-turut sebanyak 8 balita, 118 balita, 17
balita dan 8 balita. Balita dengan status gizi normal lebih banyak ditemukan
pada balita dengan ienis kelamin laki-laki ( 73 balita) dibandingkan perempuan
( 45 balita).
Dari tabel terlihat gambaran anak dengan status gizi sangat kurus
terdapat pada ibu dengan tingkat pendidikan tamat SLTP dan tamat SLTA dan
pekeriaan ayah sebagai PNS gol I/II/ Pegawai/ Karyawan swasta dan pekeriaan
ibu sebagai ibu rumah tangga/ tidak bekeria. Besarnya peranan pengetahuan
dalamperbaikan status gizi anak harus mendapatkan dukungan dari kekuatan
ekonomi keluarga yang dapat dilihat dari ienis pekeriaan yang digeluti orang
tua.
Dari tabel 24 dapat dilihat anak balita yang memiliki status gizi normal
sebanyak 108 balita yang memperoleh ASI.
Anak yang pernah sakit kurang dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir
memiliki iumlah balita yang lebih banyak ( 99 balita) dibandingkan dengan
anak balita yang pernah sakit lebih dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir ( 19
balita)
Dari hasil penelitian didapatkan anak balita yang terdapat dalam tingkat
pendapatan kurang ( 64 balita) normal, sedangkan anak balita dari keluarga
cukup (54 balita) yang iuga berperawakan pendek.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dengan menggunakan indikator BB/U terdapat 9,3 balita dengan status
gizi buruk dan 20,5 balita dengan status gizi kurang.
2. Dengan menggunakan indikator TB/U terdapat 31,8 balita dengan
perawakan pendek.
3. Dengan menggunakan indikator BB/TB terdapat 11,3 balita dengan status
gizi kurus dan 5,3 balita dengan status gizi sangat kurus.
4. Ditiniau dari tingkat pendidikan ibu, pekeriaan orang tua, pemberian ASI,
morbiditas balita serta tingkat pendapatan keluarga diperoleh kesimpulan
bahwa masing-masing Iaktor tersebut tidak terdapat perbedaan proporsi
yang bermakna terhadap status gizi balita.
B. Saran
1. Melihat anak balita dengan angka status gizi kurang dan perawakan pendek
yang cukup tinggi, maka perlu dilakukan program-program intervensi gizi
yang sesuai dengan wilayah desa tersebut.
2. Perlu diberikan sosialisasi tentang status gizi pada orang tua yang
pengetahuannya masih kurang.
3. Mengingat kemungkinan teriadinya kesalahan pengukuran tinggi badan dan
berat badan serta inIormasi umur yang kurang akurat, maka perlu diadakan
penelitian lebih laniut terntang status gizi anak balita di wilayah tersebut

.
PROGRAM PEMBERIAN BAHAN PANGAN DALAM SITUASI
DARURAT MENURUT UNITED NATIONS HIGH OMMISSIONER
FOR REFUGEES / WORD FOOD PROGRAMME


Upaya penyediaan bahan pangan terdiri dari 2 cara, yaitu:

1. Distribusi Bahan Pangan Secara Umum yaitu penyediakan bahan


pangan standar terhadap populasi yang kekurangan bahan pangan dengan
tuiuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi.

2. Program Pemberian Makanan Secara Selektif
a. Program Pemberian Suplemen Makanan( SFPs) ; yaitu suatu program
penyediaaan makanan tambahan yang bernutrisi dimana program ini
bertuiuan untuk merehabilitasi orang-orang yang mengalami kekurangan
gizi / untuk mencegah status gizi yang buruk, terutama diperuntukkan
untuk anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Program pemberian
makanan ini merupakan program iangka pendek. Tuiuan dari program
pemberian makanan ini harus realistis dan harus dicapai dalam iangka
waktu yang ditentukan. Program ini terbagi meniadi dua macam, yaitu:
O Targeted SFPs
Tujuan:
Untuk mencegah teriadinya kondisi malnutrisi yang lebih
berat dan untuk merehabilitasi orang-orang yang terkena malnutrisi
tersebut, menurunkan resiko mortalitas dan morbiditas anak-anak
dibawah 5 tahun, menyediakan makanan suplemen pada ibu hamil
dan ibu menyusui, dan orang-orang lain yang beresiko.


Target SFPs seharusnya dilakukan saat:


Terdapat kasus malnutrisi dalam iumlah yang besar dimana
prevalensi malnutrisi akut sekitar 10- 14
Terdapat banyak anak yang diprediksikan akan meniadi
malnutrisi akibat Iaktor-Iaktor seperti makanan yang
kurang aman dikonsumsi dan beresiko tinggi sehingga
dapat menimbulkan penyakit dimana prevalensinya teriadi
sebesar 5-9

Kriteria Pelaksanaan:
Malnutrisi sedang pada anak-anak dibawah 5 tahun
4 Median BB/TB diantara 70-80, atau
4 Z-score BB/TB antara -2 SD 3 SD

Malnutrisi ( berdasarkan BB/TB, BMI, LLA atau tanda klinis)
4 Anak-anak ( 5 tahun dan 10 tahun)
4 Remaia
4 Dewasa dan orang tua
4 Ruiukan medis
4 Ruiukan dari terapi program pemberian makanan
4 Ibu hamil dan ibu menyusi ( 6 bulan setelah melahirkan)

Penghentian Program SPFs


Pendistribusian makanan secara umum telah sesuai ( adekuat)
Prevalensi malnutrisi akut dibawah 10 tanpa adanya Iaktor yang
memberatkan
Penyakit inIeksi yang telah terkontrol secara eIektiI
Status gizi buruk yang tidak terantisipasi
Pada beberapa situasi dimana prevalensi dari malnutrisi akut
teriadi dibawah 5 ( disertai dengan Iactor-Iaktor yang
memberatkan) atau 10 ( tanpa adanya Iactor yang
memberatkan).
O Blanket SFPs
Tujuan:
untuk mencegah lebih luasnya penyebaran status
malnutrisi dan untuk menurunkan mortalitas dengan menyediakan
suplemen makanan/ mikronutrien kepada tiap-tiap kelompok,
misalnya anak-anak dibawah usia 5 tahun, ibu hamil dan ibu
menyusui.

Blanket SFPs seharusnya dilakukan saat :
Terdapat masalah dalam pendistribusian makanan
Prevalensi dari malnutrisi akut >15
Prevalensi dari malnutrisi akut 10-14 disertai dengan
Iaktor-Iaktor yang memberatkan

Teriadinya peningkatan kondisi malnutrisi (epidemi)


Sebagai upaya untuk menyediakan makanan yang kaya
mikronutrien terhadap populasi target pada kasus deIisiensi
mikronutrien
Kriteria Pelaksanaan:
Semua anak-anak dibawah 3 atau 5 tahun ( 5 tahun 110
cm; 3 tahun 90 cm)
Ibu hamil dimulai seiak awal kehamilan dan ibu menyusui
maksimal 6 bulan setelah melahirkan
Kelompok resiko lain ( orang yang sakit dan laniut usia)
Penghentian Program
Distribusi makanan secara umum telah memadai (adekuat)
Prevalensi malnutrisi akut diabah 15 tanpa Iaktor-Iaktor
yang memberatkan
Prevalensi malnutrisi akut diabawah 10 dengan adanya
Iaktor-Iaktor yang memberatkan
Upaya pengontrolan penyakit pada orang laniut usia yang
eIektiI

b. %erapeutic Feeding Programmes;


Tujuan :
Memberikan penanganan terhadap orang-orang dengan malnutrisi
yang berat yaitu dengan menurunkan resiko mortalitas dan morbiditas.
Therapeutic Feeding ini terdiri dari perawatan intensiI medis dan nutrisi.
Program ini dimulai saat :
Terdapat seiumlah individu dengan malnutisi berat yang tidak
tertangani secara adekuat. Ketersediaan staI anggota yang terlatih
merupakan prasyarat dalam pembentukan TFPs.
Kriteria Pelaksanaan:
Anak-anak dibawah 5 tahun (atau dengan tinggi kurang dari 110
cm ) dengan malnutrisi berat ( BB/TB -3 Z score atau 70
dari BB/TB) Dan atau anak-anak dengan udem.
Anak-anak dibawah 5 tahun dengan malnutrisi berat , remaia dan
dewasa dapat dinilai berdasarkan standar BB/TB atau adanya
udem.
BBLR
Anak yatim yang kurang dari 2 tahun ( dilakukan hanya pada saat
perawatan tradisional yang tidak memadai)
Ibu-ibu yang gagal memberikan ASI kepada anaknya yang
berusia kurang dari 1 tahun ( hal ini dikecualikan bagi ibu-ibu
yang telah gagal diberikan konseling sebelumnya mengenai
pemberian asi dan iuga pemberian makanan alternative)


Penghentian program apabila:
Telah tercapainya target SFPs saat :
Median BB/TB > 75 atau >-2,5 Z-score selama 2 minggu
berturut-turut
Menuniukkan naIsu makan yang baik dan bebas penyakit


DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2001.
Andarwati Dewi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita
Pada Keluarga Petani di Desa Purwoiati Kecamatan Kertek Kabupaten
Wonosobo, Fakultas Ilmu Keolahragaan Iakultas Kesehatan Masyarakat,
Semarang. 2007.
Anggraini Septanti. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Makanan Bergizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-3 Tahun Di Desa
Lencoh Wilayah Keria Puskesmas Selo Boyolali. Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008.
DaItar Gaii PNS Setiap Golongan, Accessed on February 28
th,
, 2011 available
Irom: http//akudansekitar.blogspot.com.
Hasnawati, Sitohang V, Brahim R. ProIil Kesehatan Indonesia 2009.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 2010.
Kasim A.R. Tiniauan Pustaka Keadaan Gizi Balita di Sulawesi Selatan dan
Iaktor-Iaktor yang Mempengaruhinya. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin dalam Skripsi Sariana tidak diterbitkan.
Muhilal. Permasalahan Gizi di Indonesia. Accessed on March 3
th
, 2011.
Available Irom: Iile:///E:/status20gizi/384-permasalahan-gizi-di-
indonesia.html

Program Awal Sehat Untuk Hidup Sehat. Satu-satunya Cairan Yang dibutuhkan
Bayi Usia Dini. USAID, 2009.
Supriasa I Dewa, Bachyar Bakri, Ibnu Iaiar. Penilaian Status Gizi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2001.
Status Gizi Balita di Sulawesi Selatan, Accessed on February 26
th
, 2011
available Irom: http://dinkes-sulsel.go.id/new.
Soekirman. 2002. Perlu Parradigma Baru untuk Menaggulangi Masalah Gizi
Makro di Indonesia, Accessed on March 3
th
, 2011. Available Irom
http://www. gizinet/makalah/download/proh.sooekirman.pdI.
Susilowati. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani .Cimahi, 2008.
Upah Minimum Regional-Propinsi 2010 se-Indonesia, available Irom: http//.
www. chabelita.biz/component/content/article/15-did-u-know/194.
UNHCR. UNHCR/WFP Guidelines Io Selective Feeding Programmes in
Emergancy Situations. 2009

Você também pode gostar

  • Kontrasepsi Non Hormonal
    Kontrasepsi Non Hormonal
    Documento3 páginas
    Kontrasepsi Non Hormonal
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações
  • Infeksi Neonatus
    Infeksi Neonatus
    Documento20 páginas
    Infeksi Neonatus
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações
  • Referat Top
    Referat Top
    Documento23 páginas
    Referat Top
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1
    Bab 1
    Documento33 páginas
    Bab 1
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações
  • Referat Top
    Referat Top
    Documento23 páginas
    Referat Top
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações
  • Tumor Cavum Oral
    Tumor Cavum Oral
    Documento19 páginas
    Tumor Cavum Oral
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações
  • Lap. Kasus+Refferat Sari
    Lap. Kasus+Refferat Sari
    Documento20 páginas
    Lap. Kasus+Refferat Sari
    Paskalin Yohansyah
    Ainda não há avaliações