Você está na página 1de 17

BAB I Embriologi Kepala dan Leher Mesenkim untuk pebentukan daerah kepala berasal dari mesoderm lempeng paraksial

dan lateral, Krista neuralis, dan daerah ectoderm yang menebal yang dikenal sebagai plakoda ectoderm. Mesoderm paraksial (somit dan somitomer) membentuk lantai tengkorak dan sebagian kecil daerah oksipital, semua otot volunteer di daerah kraniofasial, dermis dan jaringan penyambung di daerah dorsal kepala, selaput otak di sebelah kaudal prosensefalon. Mesoderm lempeng lateral membentuk kartilago-kartilago laring (aritenoid dan krikoid) dan jaringan penyambung di daerah ini. Sel-sel Krista neuralis berasal dari neuroektoderm daerah otak depan, otak tengah, dan otak belakang dan bermigrasi kearah ventral menuju ke lengkung-lengkung faring kearah rostral menuju ke sekitar otak depan, dan piala mata masuk ke daerah wajah. Di tempat-tempat ini, mereka membentuk struktur-struktur tulang dengan wajah (midfasial) dan lengkung faring. Dan semua jaringan lain di daerah ini, termasuk kartilago, tulang dentin, tendo, dermis, pia, dan arakhnoid, neuron sensorikdan stroma kelenjar. Sel dari plakoda ectoderm bersamaan dengan Krista neuralis membentuk neuron ganglia sensorik cranial ke-5, 7, 9,10. Gambaran paing khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah terbentuknya lengkung brakhialis atau lengkung faring. Lengkung-lengkung ini tampak dalam perkembangan minggu ke-4 dan ke-5., serta ikut menentukan tampilan luar mudigah yang khas. Pada mulanya, lengkung-lengkung ini berupa batang jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celah-celah dalam, yang dikenal sebagai celah branchial atau celah faring. Bersamaan dengan perkembangan lengkung dan celah tersebut, sejumlah kantung yaitu kantung faring , tampak disepanjang dinding lateral faring yang merupakan bagian paling cranial dari usus primitive depan. Kantong-kantong ini menembus mesenkim sekitarnya tetapi tidak membentuk hubungan langsung dengan celah-celah luar. Oleh karena itu sekalipun perkembangannya lengkung, celah dan kantung faring mirip pembentukannya insang pada ikan dan amfibi pada mudigah manusa insang sebenarnya (brachia) tidak pernah terbentuk, oleh karena itu dipakai istilah lengkung, celah dan kantung faring untuk mudigah manusia.

Lengkung faring tidak ikut membentuk leher, tetapi memainkan peran penting dalam pembentukan kepala. Pada akhir minggu ke-4, bagian pusat wajah dibentuk oleh stomadeum, yang dikelilingi oleh pasangan pertama lengkung faring. Ketika mudigah berusia 4 minggu, dapat dikenali lima buah tonjolan mesenkim yaitu ; tonjol-tonjol mandibula (lengkung faring I) di sebelah lateral stomodeum ; dan tonjol frontonasal, suatu tonjolan yang agak membulat di sebelah kaudal stomatodeum. Perkembangan wajah selanjutnya dilengkapi dengan pembentukan tonjolan hidung. Lengkung Faring Setiap lengkung faring terdiri atas sebuah inti jaringan mesenkim, yang di sebelah luarnya dibungkus oleh ectoderm permukaan dan di sebelah dalamnya oleh epitel yang berasal dari endoderm. Selain mesenkim yang berasal dari mesoderm lempeng paraksial dan lateral, inti tiap tiap lengkung faring menerima banyak sekali sel Krista neuralis, yang bermigrasi ke dalam lengkung faring menerima banyak sekali unsure-unsur rangka pada wajah, mesoderm lengkung yang asli membentuk susunan otot di wajah dan leher. dengan demikian, setiap lengkung faring mempunyai unsur ototnya sendiri. Unsur otot pada masing-masing lengkung membawa sarafnya sendiri, dan kemampuan sel otot ini bermigrasi, sel-sel tersebut akan membawa unsur saraf kranial bersamanya. Selain itu setiap lengkung mempunyai unsure arterinya sendiri. (derivate lengkung faring dan persarfannya). Lengkung Faring Pertama Lengkung faring pertama terdiri atas satu bagian dorsal, yang dikenal sebagai prominensia maksilaris, yang meluas di bawah daerah mata, dan satu bagian ventral, prominensia mandibularis atau tulang rawan Meckel. Pada perkembangan selanjutnya, tulang rawan Meckel menghilang kecuali dua bagian kecil di ujung dorsal dan masingmasing membentuk inkus dan malleus. Mesenkim prominensia maksilaris selanjutnya membentuk premaksila, maksila, os zygomaticus dan bagian os temporalis melalui penulangan membranosa. Mandibula juga terbentuk melalui penulangan membranosa

jaringan mesenkim yang mengelilingi tulang rawan meckel. Selain itu lengkung pertama ikut dalam pembentukan tulang telinga tengah. Susunan otot dari lengkung faring pertama dibentuk oleh otot pengnyah (m. temporalis , m. maseter, m. pterygoideus) venter anterior m. digastricus, m. mylohyoideus, m. tensor tympani, dan m. tensor veli palatini. Persarafan ke otot-otot lengkung pertama ini diberikan oleh cabang mandibula nervus trigeminus. Karena mesenkim dari lengkung pertama juga ikut membentuk dermis wajah, persarafan sensorik ke kulit wajah diberikan oleh nervus ophtalmicus, n. maxillaries dan cabang-cabang mandibula nervus maxillaris. Otot otot pada lengkung yang berbeda tidak selalu melekat ke unsure tulang atau rawan pada lengkungnya sendiri, tetapi kadang-kadang bermigrasi ke daerah di sekitarnya . Akan tetapi,asal usul otot ini selalu dapat di telusuri,karena persarafannya dating dari lengkung asalnya. Lengkung Faring Kedua Tulang rawan lengkung ke-2 atau lengkung hyoid(tulang rawan Reichert) membentuk stapes,processus styloideus ossis temporalis,ligamentum stylohyoideus, dan di ventral, membentuk cornu minus dan bagian atas corpusos hypoid. Otot- otot lengkung hyoid adalah m. stapedius, m stylohyoideus, venter posterior m. Digastricus, m. auricularis, dan otot-otot ekspresi wajah. Nervus facialis, saraf dari lengkung kedua, mempersarafi semua otot ini. Lengkung Faring Ketiga Tulang rawan lengkung faring ke-3 membentuk bagian bawah corpus dan cornu majus os hyoid. Susunan ototnya terbatas pada m. stylopharyngeus. Otot-otot ini dipersarafi oleh nervus glossopharyngeus, saraf dari lengkung ketiga.

Lengkung Faring ke empat dan ke enam Unsur rawan dari lengkung faring ke-4 dan ke-6 bersatu membentuk tulang rawan thyroidea,cricoidea,arythenoidea,corniculata dan cuneiforme dari laring. Otot-otot lengkung ke empat(m. Cricothyroideus,m. Levator veli palatini, dan mm. Constrictrores pharyngei) dipersarafi oleh ramus laryngeus superior nervus vagus,saraf dari lengkung ke-4. Akan tetapi,otot-otot instrinsik laring dipersarafi oleh ramus laryngeus recurrens nervus vagus, saraf dari lengkung ke-6. Kantung Faring Mugidah manusia mempunyai lima pasang kantung faring. Pasangan yang terakhir adalah kantung atipik dan sering dianggap sebagai bagian kantung ke-4. Karena epitel endoderm yang melapisi kantung-kantung ini menghasilkan sejumlah organ penting, nasib tiap-tiap kantung akan dibahas secara terpisah. Kantong Faring Pertama Kantong Faring pertama membentuk sebuah divertikulum yang menyerupai sebuah tangkai, yaitu recessus tubotympanicus, yang berdampingan ddengan epitel yang membatasi celah faring pertama, yang kelak menjadi meatus acusticus externus. Bagian distal di ventrikulum ini melebar menjadi bangunan yang menyerupai kantung, yaitu cavum tympani primitif atau rongga telinga tengah primitif, sedangkan bagian proksimalnya tetap sempit, membentuk tuba auditiva(eustachi). Epitel yang melapisi kavum timpani kelak membantu dalam pembentukan memnbrana tympani atau gendang telinga. Kantong Faring Kedua Lapisan epitel kantung ini berproliferasi dan membentuk tunas-tunas yang menembus kedalam mesenkim di sekelilingnya. Tunas-tunas ini kemudian di susupi oleh

jaringan mesoderm, sehingga membentuk primordiom tonsilla platina. Selama bulan ke-3 hingga bulan ke-5,tonsil berangsur-angsur diinfiltrasi oleh jaringan getah bening. Sebagian dari kantung ini merasa tersisa dan pada orang dewasa ditemukan sebagai fossa tonsillaris. Kantung Faring Ke tiga Tanda khas kantung ke-3 dan k3-4 ialah sayap dorsal dan sayap ventral pada ujung distalnya. Dalam minggu ke-5,epitel sayap dorsal kantung ketiga berdiferensiasi menjadi glandula parathyroidea inferior, sedangkan sayap ventralnya membentuk timus. Kedua primordium kelenjar ini terputus hubungannya dari dinding faring,dan timus kemudian bermigrasi ke arah kaudal dan medial, sambil menarik glandula parathyroidea bersamanya. Walaupun bagian utama timus bergerak dengan cepat menuju ke kedudukan akhirnya di dalam rongga dada( untuk bersatu dengan pasangan dari sisi yang lain). Ekornya kadang-kadang menetap atau menempel pada kelenjar tiroid atau sebagai sarang-sarang timus yang terpisah. Pertumbuhan dan perkembangan timus berlanjut terus setelah lahir hingga masa pubertas. Pada anak yang masih kecil, kelenjar ini menempati banyak sekali ruang dada dan terletak dibelakang sternum dan didepan perikardium serta pembuluh-pembuluh besar. Pada orang dewasa, kelemjar ini sulit dikenali karena menganlami atrofi dan digantikan oleh jaringan lemak. Jaringan paratiroid dari kantung ketiga pada akhirnya terletak di permukaan dorsal kelenjar tiroid dan membentuk glandula parathyroidea inferior. Kantung faring ke empat Epitel sayap dorsal kantung ini membentuk glandula parathyroidea superior. Ketika kelenjar paratiroid tidak lagi berhubungan dengan dinding faring, kelenjar ini menempelkan diri ke kelenjar tiroid yang bermigrasi ke kaudal dan,akhirnya, terletak pada permukaan dorsal kelenjar ini sebagai kelenjar paratiroid superior.

Kantung Faring kelima Kantung faringke-5 adalah kantung faring terakhir yang berkembang dan biasanya dianggap sebagai bagian dari kantung ke 4. Kantung ini menghasilkan corpus ultimobranchiale,yang kelak menyatu ke dalam glandula thyroidea. Pada orang dewasa, sel-sel corpus ultimobranchiale menghasilkan sel parafollicular atau sel C dari glandula thyroidea. Sel-sel ini mensekresi kalsitonin,yaitu suatu hormon yang terlibat dalam pengaturan kadar kalsium darah. Celah Faring Mudigah yang berusia 5 minggu ditandai oleh adanya empat celah faring,

diantaranya hanya ada satu yang ikut mempengaruhi bentuk definitif mudigah. Bagian dorsal celah pertama menembus mesenkim di bawahnya dan menghasilkan meatus acusticus externus. Laisan epitel dasar liang ini ikut berperan dalam pembentukan gendang telinga. Proliferasi aktif jaringan mesenkim di dalam lengkung ke 2 menyebabkan lengkung ke 2 menyebabkan lengkung ke 2 ini menutupi lengkung ke 3 dan 4. Akhirnya, lengkung ke-2 ini bersatu dengan rigi epikardium di bagian bawah leher dan celah ke 2, ke 3 dan ke 4 terputus hubungannya dengan dunia luar. Untuk sementara, celah-celah ini membentuk sebuah rongga yang dilapisi epitel ektoderm, sinus cervicalis, tetapi pada perkembangan selanjutnya sinus ini menghilang. Lidah Lidah mulai tampak pada udigah berumur sekitar 4 minggu dalam bentuk dua tonjolan lidah lateral dan satu tonjolan medial, yaitu tuberculum impar. Ketiga tonjolan ini berasal dari lengkung faring pertama. Sebuah tonjolan medial kedua, yaitu copula atau eminentia hypobrachialis, dibentuk oleh mesoderm lengkung ke 2, ke 3 dan ke 4. akhirnya sebuah tonjolan medial ketiga, yang dibentuk oleh bagian posterior lengkung ke 4, menandakan perkembangan epiglotis. Tepat di belakang tonjolan ini adalah aditis laryngis yang diapit oleh tonjolan tonjolan aritenoid. Karena ukuran tonjol onjol lidah

lateral membesar, tonjol-tonjol ini tumbuh melampaui tuberculum impar dan keduanya menyatu sehingga membentuk dua pertiga bagian depan lidah atau corpus linguae. Oleh karena selaput lendir yang membungkus corpus linguae itu berasal dari lengkung faring pertama, maka persarafan sensorisnya berasal dari lengkung faring pertama, maka persarafannya berasal dari ramus mandibularis nervus trigeminus. Dua pertiga depan atau badan lidah tersebut dipisahkan dari sepertiga bagian belakang lidah oleh suatu alur berbentuk huruf v , yaitu sulcus terminalis. Bagian belakang atau akar lidah berasal dari lengkung faring ke 2, ke 3 dan sebagian ke 4. persarafan sensoris bagian ini dilayani oleh nervus glossopharyngeus, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan jaringn lengkung ke 3 melebihi pertumbuhan jaringan lengkung ke 2. Epiglotis dan bagian paling belakang lidah dipersarafi oleh nervus laryngeus superior, yang menandakan bahwa organ-organ ini berkembang dari lengkung ke 4. beberapa otot lidah mungkin berdiferensiasi in situ, tetapi kebanyakan berasal dari mioblas yang berasal dari somit-somit oksipital. Dengan demikian, susunan otot lidah dipersarafi oleh nervus hypoglossus. Persarafan sensoris umum lidah mudah dimengerti. Dua pertiga bagian depan lidah dipersarafi oleh nervus trigeminus, saraf dari lengkung pertama; sepertiga bagian belakang lidah dipersarafi oleh nervus glossopharyngeus dan nervus vagus, yang masingmasing merupakan saraf dari lengkung ke 3 dan 4. Persarafan sensorik khusus/perasa untuk dua pertiga bagian depan lidah dipersarafi oleh cabang chorda thympani nervus facialis. Glandula thyroidea Glandula thyroidea tampak sebagai suatu proliferasi epitel di dasar faring, antara tuberkulum impar dan copula, pada suatu titik yang kelak ditandai oleh foramoid en cecum. Selanjutnya thyroid turun di depan usus faringeal sebagai divertikulum yang berlobus dua. Selama migrasinya ini kelanjar tersebut tetap dihubungkan dengan lidah oleh sebuah saluran sempit yaitu ductus thyroglossus. Saluran ini kelak menjadi padat dan akhirnya menghilang.

Pada perkembangan selanjutnya kelenjar tiroid bergerak turun depan tulang hioid dan tulang rawan laring. Tiroid mencapai kedudukan tetapnya di depan trakea pada minggu ke 7. Pada saat itu glandula thyroidea sudah berupa ishtmus kecil di tengah dan dua lobus lateral. Kelenjar thyroid mulai berfungsi kurang lebih pada akhir bulan ke 3, pada saat itu mulai tampak folikel-folikel pertama yang mengandung koloid. Sel-sel folikuler menghasilkan koloid yang menjadi sumber tiroksin dan triidiotironin. Sel parafolikuler atau sel C berasal dari corpus ultimobranciale yang menjadi sumber calcitonin.

BAB II Anatomi Colli Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan linea nuchae superior (diatas), dan incsura jugularis dan tepi superior clavicula (di bawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Ke dorsal fasia colli media membungkus a.carotis communis , v.jugularisinterna dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli lateral. Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis (dilindungi oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus, setinggi cornu superior cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna dan a.carotis externa), a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria interna). Pembuluh darah vena antara lain v.jugularis externa dan v.jugularis interna. Vasa lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan sepanjang v.jugularis externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang v.jugularis interna). Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan n.vagus. Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfe rangkaian jugularis interna yang terbentang antara klavicula sampai dasar tengkorak, dimana rangkaian ini terbagi menjadi kelompok superior, media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, submandibula, servicalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus anterior dan supraclavicula.

Daerah kelenjar limfe leher, menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classification dibagi dalam 5 daerah penyebaran kelompok kelenjar yaitu daerah: I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfe jugular superior, kelenjar digastik dan kelenjar servikal posterior superior III. Kelenjar limfe jugularis diantara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid. IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraclavicula V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal

BAB III Tumor Colli Definisi Tumor colli adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan pada leher berasal dari tiroid, 40% benjolan pada leher disebabkan oleh keganasan, 10 % berasal dari peradangan atau kelainan kongenital. Patologi Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan: 1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista dermoid 2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis infeksiosa. 3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,

glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primernya terdapat ditempat lain di dalam tubuh. Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line mediana : 1. Benjolan di lateral a. Aneurisma subclavia b. Iga servikal c. Tumor badan karotis d. Tumor clavikularis e. Neurofibroma f. Hygroma kistik g. Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis h. Kista branchiogenik i. Tumor otot j. Tumor strnomastoideus k. Kantung faringeal l. Kelenjar ludah-inflamasi, tumor. Sindroma sjorgen m. Lipoma subcutan, dan subfascia n. Kista sebasea o. Laringokel 2. Benjolan di Linea mediana a. Lipoma b. Kista sebasea c. Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis d. Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter

e. Kista duktus thyroglossus f. Dermoid sublingual g. Bursa subhyoid

Pembengkakan

pada

tiroid

dapat

berupa

kista,

struma

maupun

neoplasma.

Pembengkakan akibat neoplasma misalnya Ca.metastasis, limfoma primer, tumor kelenjar saliva, tumor sternomastoid, tumor badan carotis. Pembengkakan akibat peradangan meliputi adenopati infektif akut, abses leher, parotitis. Sedangkan kelainan kongenital meliputi hygroma kistik, kista ductus tiroglosus, kista dermoid, dan tortikolis. Kelainan vascular meliputi aneurisma subclavia maupun ektasi subclavia. Pada anak-anak, banyak disebabkan karena kelainan kongenital dan peradangan meliputi hygroma kistik, kista dermoid, tortikolis, kista brankial, limfadenitis, adenitis virus/bakteri, neoplasma maligna jarang pada anak (misalnya Limfoma). Pada dewasa muda banyak disebabkan oleh karena adanya peradangan dan keganasan tiroid misalnya adenitis/limfadenitis virus/bakteri, limfadenopati dan kanker tiroid. Pada usia diatas 40 tahun, dianggap sebagai suatu keganasan meliputi limfadenopati metastatik, limfadenopati primer, neoplasma primer tiroid.

BAB IV Kista duktus Tyroglosus Definisi Duktus tiroglosus kista (TDC) hasil dari kegagalan dalam saluran embriogenik diproduksi melenyapkan tiroid selama migrasi dan itu merupakan yang paling umum jenis kista perkembangan ditemui di daerah leher. Embriologis Pada minggu ketujuh atau kedelapan pembangunan, tiroid minggu kehidupan janin, TDC biasanya mencapai posisi

normal, area di bawah kartilago tiroid, turun melalui tiroglosus duktus (TDC). Selama 10 dihapuskan. Kegagalan obliterasi dapat mengakibatkan pengembangan dilatasi kistik di setiap saat dalam kehidupan. Tubuh tulang hyoid kemudian berkembang di mesoderm bergabung dengan ujung ventral lengkungan branchial kedua dan ketiga dan dapat menggabungkan saluran tiroglosus ke dalam substansi. TDCs terlokalisasi terhadap garis tengah, antara pangkal lidah dan lobus piramidal dari kelenjar tiroid. Epidemiologi TDCs hadir di sekitar 7% dari populasi umum; hingga 62% dari ini mungkin berisi jaringan tiroid ektopik dan fungsional, sehingga memungkinkan pengembangan tiroid terkait tumor. 70% yang didiagnosis di masa kecil dan 7% adalah didiagnosis di masa dewasa. Neoplasma ganas jarang muncul dalam kista tiroglosus, dalam waktu kurang dari 1% kasus . Mereka biasanya mengambil bentuk baik karsinoma papiler dari tiroid asal (Yang timbul dari sisa-sisa thyroembrionic di saluran atau kista: 85-95% dari kasus), karsinoma skuamosa (timbul dari sel-sel yang melapisi metaplastic kolumnar saluran: 5% dari kasus), atau anaplastik, dan karsinoma sel Hurthle.

Kriteria untuk diagnosis karsinoma papiler utama yang timbul dalam TMA setelah Widstrom adalah: 1) histologis identifikasi TDC menunjukkan bahwa kista atau saluran memiliki lapisan epitel dengan yang normal tiroid folikel dalam dinding kista, 2) ada tiroid jaringan normal yang berdekatan dengan tumor; dan 3) pemeriksaan histopatologi dari kelenjar tiroid menunjukkan tidak ada tanda-tanda histopatologi ujian - Karsinoma papiler di TDC (hematoxilin-eosine ob 10x.) Onset Sebagai TDCs yang paling sering didiagnosis pada kelompok usia anak, hanya sebagian kecil kasus dengan TDCs, dioperasikan pada pada usia dewasa.

Gejala Klinis Tanda klinis yang paling umum adalah tidak nyeri tekan, massa leher mobile, yang menyakitkan menelan di garis tengah leher anterior, biasanya di dekat tulang hyoid. Kurang sering, TDCs mungkin menunjukkan tanda-tanda dan gejala infeksi sekunder atau menyajikan bukti fistula. Massa kistik terletak anterior terhadap garis tengah leher, yang bergerak dengan lidah tonjolan dan bisa transilluminated. Dalam kasus yang jarang kista terletak lateral. Pemeriksaan Penunjang Evaluasi pra operasi kista duktus tiroglosus meliputi: leher dan dada radiografi, USG, skintigrafi dengan 131I dan tes fungsi tiroid. Sebuah ujian USG berguna dalam keganasan dengan menunjukkan nodul mural, kalsifikasi metastasis kelenjar getah bening atau. Computerized tomography juga telah digunakan dalam kasus keganasan dan kista

ektopik. Konfirmasi klinis jaringan tiroid menyimpang terbukti

dengan suatu scan

yodium radioaktif. USG-dipandu aspirasi jarum halus (FNA) adalah hanya cukup sensitif untuk evaluasi preoperatif TDCs. Cytomorphologic fitur tidak selalu spesifik, tetapi dikaitkan dengan tanda-tanda klinis dan radiologis, mereka mungkin bermanfaat untuk diagnosis yang akurat. Epitel tiroid jarang diidentifikasi Diagnosis diferensial Kista dermoid, kista epidermoid, branchial sumbing kista, kelenjar getah bening, lymphangioma, tiroid patologi. Pemeriksaan kista duktus tiroglossus Penderita disuruh membuka mulut terlebih dahulu, kemudian kita fiksasi tumor tersebut dengan ibujari dan telunjuk setelah itu penderita kita suruh menjulurkan lidah maksimal sambil kita rasakan apakah tumor tersebut terlepas dari fiksasi kita.

Bila

terlepas

maka

kista

tersebut

adalah

kista

duktustiroglossus

Tindakan Operasi eksisi kista duktus tiroglossus

( Sistrunk prosedur) sayatan colar diatas tumor diperdalam, mengikuti tract duktus tiroglossus sampai membelah kartilago hyoid lakukan ligasi rawat perdarahantutup lapis demi lapis pasang redon drain

Você também pode gostar