Você está na página 1de 24

AKNE Definisi Akne atau biasa disebut jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun

folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. Lesi akne terbentuk di folikel sebasea yang tersumbat terjadi di daerah wajah, telinga luar, punggung, dada dan lengan atas. Folikel pilosebasea terdiri atas 3 macam yaitu folikel velus, folikel sebasea, serta folikel terminal. Sedangkan akne hanya terjadi pada unit pilosebasea yang berbentuk folikel sebasea. Glandula sebasea juga terdapat pada kelopak mata dan mukosa, preputium dan serviks, tetapi sudah mengalami perubahan sehingga di daerah tersebut tidak terdapat folikel rambut. Glandula sebasea disusun oleh sel-sel holokrin yang menghasilkan trigliserid, asam lemak esler dan sterol atau sebum. Perubahan-perubahan yang mendukung terjadinya akne adalah: Peningkatan produksi sebum Perubahan lapisan keratin pada duktus sebasea yang menghasilkan black head atau komedo dari hitam. Warna tersebut dari terbentuk kotoran. Peningkatan peranan bakteri melanin, bukan

Propionibacterium acnes pada duktus. Peningkatan asam lemak bebas Adanya sebasea, oleh bakteri. Terdapat beberapa variasi yang perlu diperhatikan yang dapat inflamasi di sekitar kelenjar terjadinya

memungkinkan

pelepasan enzim-enzim yang dihasilkan

mempengaruhi perubahan-perubahan sehingga timbul akne:

1. Hormon Hormon androgen dapat meningkatkan ukuran glandula sebasea dan memperbanyak sebum pada remaja putri maupun putra. Estrogen mempunyai efek yang sebaliknya pada pre pubertas lakilaki. Pada beberapa wanita yang mempunyai akne terjadi penurunan konsentrasi hormon sex yang mengikat globulin dan konsekwensinya terjadi peningkatan konsentrasi testosteron bebas, ini mungkin juga merupakan perubahan peningkatan sensitivitas androgen. Kontrasepsi oral yang terdiri dari ethinylestradiol lebih dari 50 g dapat memperburuk akne dan kontrasepsi oral kombinasi mungkin menurunkan hormon sex yang mengikat konsentrasi globulin, ini berperan dalam peningkatan hormon testosteron bebas. Akne infantile terjadi pada awal bulan kelahiran dan mungkin bertahap sampai beberapa tahun. Sebab lain yang jarang adalah: hiperplasia adrenal atau tumor, rangsang transplasenta dari glandula adrenal diperkirakan mengakibatkan pelepasan hormon androgen adrenal tetapi tidak dapat diketahui secara jelas mengapa lesi tersebut menetap. 2. Retensi cairan Akne yang terjadi saat premenstruasi dipermudah terjadinya karena adanya retensi cairan yang menyebabkan peningkatan hidrasi dan pembengkakan duktus, kadang keringat dapat memperburuk akne, kemungkinan mempunyai mekanisme yang mirip. 3. Diet Pada beberapa penderita coklat, akne, dapat kopi diperburuk minuman dengan yang

mengkonsumsi berkarbonasi.

kacang,

serta

4. Musim Akne sering membaik dengan cahaya matahari alami dan

memburuk di musim dingin, sedangkan pengaruh cahaya ultra violet tiruan tidak dapat diramalkan. 5. Faktor eksternal

Minyak, baik minyak sayur pad kasus memasak di dapur yang panas ataupun minyak mineral pada mesin dapat menyebabkan folikulitis sebagai sebab utama timbulnya lesi mirip akne. Bahanbahan lain yang bersifat aknegenik diantaranya: tar batubara, dichopane (DDT), cutting oil, hidrokarbon halogen (polychlorin biphenol dan yang berhubungan dengan zat-zat kimia). Akne karena kosmetik tampak pada wanita dewasa yang menggunakan kosmetik yang mengandung minyak yang bersifat komedogenik setelah menggunakannya dalam beberapa tahun. 6. Iatrogenik Kortikosteroid, baik topikal maupun sistemik dapat menyebabkan peningkatan keratinisasi pada duktus pilosebasea. Hormon androgen, gonadotropin dan kortikotropin dapat memudahkan terjadinya akne pada usia remaja. Kontrasepsi oral tipe kombinasi dapat memudahkan terjadinya akne dan obat antiepileptik dianggap dapat menyebabkan akne.

Kasifikasi Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi untuk membedakannya. Domonkos dalam buku Andrews diseases of the skin (1971) menulis bahwa akne terdiri atas akne vulgaris, akne keloidalis, perifolikulitis, akne tropikalis, akne neonatorum, rinofima, akne rosasea, perioral dermatitis. Cunliffe dalam buku Acne (1989) menyatakan bahwa akne terdiri atas: 1. Akne vulgaris yang pioderma meliputi fasial, akne akne

konglobata, negatif-gram, vaskulitis.

akne

fulminans,

folikulitis

2. Varian akne yang meliputi akne induksi obat, acne excoriee, akne infantil dan akne juvenil, akne klor, oil acne, other chemical acne, Fiddlers neck, akne nevoid, akne fisika (frictional acne dan immobility acne), akne kosmetika, akne detergent, senile (solar) comedones, familial comedones, dan akne tropikalis. Sedangkan Straus dalam buku Dermatology in General Medicine (1993) menulis akne terdiri atas: 1. Akne vulgaris 2. Miscellaneous type of acne yang terdiri atas akne neonatal, acne excoriee des jeunes filles, drug acne, akne akibat kerja, akne tropikalis, akne estivalis, akne kosmetika, pomade acne, akne detergent, akne mekanika, acne with facial edem, akne konglobata, akne fulminan, dan steatoma multipleks. Plewig dan kligman dalam buku Acne: Morphologenesis and Treatment (1975): A. Akne Vulgaris dan varietasnya: a. Akne Tropikalis b. Akne Fulminan c. Pioderma Fasiale d. Akne Mekanika B. Akne Venenata akibat kontaktan

eksternal dan varietasnya: a. Akne Kosmetika b. Pomade Acne

c. Akne Klor d. Akne Akibat Kerja e. Akne Detergent C. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya: a. Solar Comedones b. Akne Radiasi (sinar X, kobalt) Akne Vulgaris Merupakan tipe akne yang sering terjadi pada usia pubertas dan mempengaruhi timbulnya komedo di sekitar wajah, punggung dan dada. Salah satu hal yang mendukung adalah faktor keluarga. Akne vulgaris lebih sering terjadi pada remaja putra kurang lebih 30-40% dengan umur antara 18-19 tahun, sedangkan pada remaja putri terjadi antara umur 1618 tahun. Pada orang dewasa terjadinya akne bervariasi, 1% pada pria dan 5% wanita terkena ketika berumur 40 tahun. Akne keloidalis merupakan salah satu tipe akne vulgaris yang meninggalkan bekas jaringan parut yang sering tampak pada bagian leher pria. Pasien dengan akne sering mengeluhkan masalah kulit mereka yang terlalu berminyak, disertai dengan timbulnya black head yang berbintilbintil ataupun plukes. Sering juga disertai adanya papul dan pustul yang mengalami inflamasi yang menjadi bentuk kiste dan nodul yang lebih besar sehingga meninggalkan bekas inflamasi berupa makula dan jaringan parut. Jaringan parut dapat menjadi atopik, kadang-kadang berbentuk ice pick ataupun berbentuk keloid. Keloid terdiri dari jaringan parut yang hipertrofi, lebih sering terjadi di leher, punggung, bahu dan sternum. Faktor-faktor yangberkaitan dengan patogenesis penyakit: 1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan komedogenik peningkatan dan unsur inflamatogenik

penyebab terjadinya lesi akne. 3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab folikel terjadinya sebum proses dan inflamasi kekentalan dalam

sebum yang penting pada patogenesis penyakit. 4. Peningkatan berperan inflamasi jumlah pada serta proses flora acnes) folikel yang enzim

(Propionicbacterium

kemotaktik

pembentukan

lipolitik pengubah fraksi lipid sebum. 5. Terjadinya respon hospes berupa

pembentukan circulating antibodies yang memperberat akne. 6. Peningkatan anabolik, kadar hormon androgen,

kortikosteroid,

gonadotropin

serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea. 7. Terjadinya stress yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis. 8. Faktor lain: usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak langsung dapat memicu peningkatan proses patogenesis tersebut. Diagnosis Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo

ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam. Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas. Pemeriksaan mikrobiologis terdapat jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acis) meningkat karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya. Penatalaksanaan Pencegahan: 1. Menghindari terjadinya peningkatan

jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum dengan cara: a. Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun anamnesis hal ini diperdebatkan hal ini efektivitasnya, dapat dilakukan. b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan mempunyai permukaan peran kulit pada dari kotoran dan jasad renik yang etiopatologenesis akne vulgaris. namun bila pada

menunjang,

2. Menghindari

terjadinya

faktor

pemicu

terjadinya akne, misalnya: a. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stress. b. Penggunaan secukupnya, baik maupun lamanya. c. Menjauhi keras, terpacunya rokok, kelenjar lingkungan kosmetika banyaknya

minyak, misalnya minum minuman pedas, yang tidak sehat. d. Menghindari artis, yang polusi dapat debu,

pemencetan lesi yang tidak lege memperberat erupsi yang telah terjadi. 3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan ini penting dan cara maupun lama tidak pengobatannya, serta prognosisnya. Hal agar atau penderita underestimate overestimate

terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa. Pengobatan A. Pengobatan Topikal Dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan

peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas:

1. Bahan

iritan

yang kulit salisilat

dapat (peeling), (2-5%),

mengelupas (1-5%), asam

misalnya sulfur (4-8%), resorsinol peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%) dan asam azeleat bahan (15-20%). iritan Efek samping dikurangi dapat

dengan cara pemakaian berhatihati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah. 2. Antibiotika folikel misalnya (1%). 3. Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau asetonid suntikan kuat mg/cc) 10 intralesi (triamsinolon pada lesi kortikosteroid nodulo-kistik. 4. Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik. B. Pengobatan Sistemik Ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik di samping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: topikal yang dapat dalam vulgaris, (1%),

mengurangi jumlah mikroba dalam yang oksi berperan akne tetrasiklin etiopatogenesis

eritromisin (1%), klindamisin fosfat

1. Anti 250

bakteri

sistemik;

tetrasiklin (50

(250 mg-1,0 g/hari), eritromisin (4x mg/hari), doksisiklin mg/hari), mg/hari). 2. Obat hormonal untuk menekan secara reseptor mg/hari trimetoprim (3x100

produksi kompetitif misalnya

androgen

dan

menduduki estrogen (50

organ target di kelenjar sebasea, selama 21 hari dalam sebulan) atau antiandrogen siproteron asetat (2 mg/hari). Pengobatan ini ditujukan untuk dengan penderita terapi wanita yang dewasa lain. akne vulgaris beradang yang gagal Kortikosteroid sistemik diberikan

untuk menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya prednison (7,5 mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5 mg/hari) 3. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A ui/hari) digunakan sudah jarang sebagai digunakan (0,5-1 antikreatinisasi (50.000 ui-150.000 sebagai obat akne karena efek sampingnya. retinoid produksi pada Isotretinoin mg/kg BB/hari) merupakan derivat yang sebum yang akne menghambat sebagai tidak pilihan atau sembuh

nodulokistik

konglobata

dengan pengobatan lain.

4. Obat

lainnya,

misalnya

antiinflamasi non-steroid ibuprufen (600 mg/hari), dapson (2 x 100 mg/hari), seng sulfat (2 x 200 mg/hari) C. Bedah Kulit Tindakan ini kadang-kadang diperlukan terutama untuk

memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut, baik yang hipertrofik maupun yang hipotrofik. Jenis bedah kulit yang dipilih disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh. 1. Bedah skalpel dilakukan untuk

meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau yang dalam. 2. Bedah komedo atau pada listrik dilakukan tertutup nodulo-kistik isi yang pada untuk untuk dapat melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik

mempermudah pengeluaran sebum drainase cairan

mempercepat penyembuhan. 3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan jaringan parut yang berbenjol. 4. Bedah beku dengan bubur CO2 beku radang. atau N2 cair untuk mempercepat penyembuhan

5. Dermabrasi

untuk

meratakan

jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca akne yang luas. Prognosis Umumnya prognosisnya baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit.

Akne Infantile Letak lesi akne sering terjadi di wajah, timbul beberapa bulan setelah kelahiran, menghilang secara spontan tetapi kadang menetap sampai beberapa tahun. Pada keadaan ini tendensi untuk menderita akne ketika dewasa muda meningkat. Akne Konglobata Jenis ini lebih berat dari akne biasa dan lebih sering terjadi pada remaja putra pada daerah beriklim tropik. Lokasi biasanya luas terdapat di tubuh, wajah dan lengan. Pada akne fulminan dapat disertai gejala penyakit berupa malaise, demam dan nyeri sendi. Timbulnya akne merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap Propionibacterium acnes. Bentuk lain berupa pioderma pada wajah, yang menimbulkan eritema dan lesi nekrotik yang sering terjadi pada wanita dewasa. Folikulitis gram negatif Terjadi katena proliferasi dari organisme seperti klebsiella, proteus, pseudomonas dan Escherichia coli.

Rosasea Merupakan erupsi menetap yang terjadi pada dahi dan pipi, lebih sering pada wanita daripada pria. Terdapat eritema dengan pembuluh darah yang menonjol, juga pustula, papula dan edema. Rhinophyma merupakan

salah satu variasi dimana terdapat kulit hidung erythematous yang menebal disertai dengan folikel yang membesar, dapat juga dihubungkan dengan terjadinya konjungtivitis dan blefaritis yang biasanya memburuk dengan paparan sinar matahari. Rosasea harus dibedakan dari: 1. Akne Terdapat black head dengan distribusi luas dan membaik dengan cahaya matahari. Akne dapat terjadi bersamaan dengan rosasea, lebih dikenal dengan akne rosasea. 2. Eksim seboroik Tidak terdapat pustula dan terjadi perubahan eksematous 3. Lupus eritematosus Menunjukkan kepekaan terhadap cahaya, erythema dan jaringan parut tetapi tanpa pustula. 4. Dermatitis perioral Terdapat pada wanita dengan adanya pustula dan erythema disekitar mulut dan dagu. Biasanya kambuh menjelang premenstruasi. Penanganan dengan pemberian tetracycline oral. Penanganan Penanganan rosasea adalah dengan oxytetracyclin jangka panjang, dapat diberikan berulang. Pengobatan topikal seperti pada akne juga dapat membantu. Steroid topikal sebaiknya tidak digunakan karena efeknya minimal dan menyebabkan timbulnya erythema berat yang sulit hilang. Menghindari makanan yang panas d an padas dapat membantu.

Bentuk-bentuk klinis jerawat Akne dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu akne endogen, akne eksogen dan erupsi akneiformis.

1. Akne endogen Yaitu jenis jerawat yang banyak dipengaruhi faktor di dalam diri manusia yaitu faktor keturunan, faktor hormonal. 3 bantuk akne endogen: Akne vulgaris atau akne pubertas

Merupakan bentuk jerawat yang paling umum, timbul pada usia remaja. Timbulnya simetris terbatas pada muka, bahu, lengan atas, dan dada bagian atas. Berdasarkan ujud kelainan kulitnya dibedakan menjadi: Akne komedonal ( komedo baik terbuka) Akne papulopustulosa (telah terjadi ditandai dan pustula) Akne nodulokistika adanya besar baik (telah yang terasa peradangan, yang dengan tertutup maupun

meningkatnya jumlah papula

dijumpai benjolan nanah nyeri) Akne konglobata

benjolan-

padat maupun yang berisi yang dapat

Jenis ini kebanyakan menyerang pria, menyeluruh seluruh dada, punggung, bahu, pantat dan lengan, sedangkan muka relatif bebas. Ujud kelainan kulitnya mirip dengan akne nodulokistika hanya lebih berat yaitu sampai terjadi saluransaluran di bawah kulit, dan bersifat kronis atau menahun, yaitu kelainan yang baru timbul dapat berlangsung bertahun-

tahun meninggalkan bekas parut yang berlubang-lubang maupun yang menonjol bahkan keloid. Akne hormonal. Jerawat jenis ini sering tidak didahului dengan timbulnya komedo tetapi mendadak dijumpai benjolan di dagu dan mungkin di tepi pipi yang terasa nyeri. Pada saat yang sama penderita sering mengeluh rambutnya tambah berminyak atau rontok. kadar Timbulnya yang hormon jerawat ini estrogen dan (misalnya diperkirakan naiknya pada karena kadar premenstrual) turunnya mendadak dengan keterlibatan

androgen yang berperan dalam terjadinya jerawat. 2. Akne eksogen Yaitu jerawat yang timbulnya memerlukan faktor luar seperti pemakaian minyak-minyak pada kulit. Akne venenata

Bahan kimia yang merupakan pencetus timbulnya jerawat jenis ini adalah jenis hidrokarbon organik dan lipid atau lemak. Bahan ini dapat dijumpai pada kosmetika yang pada penggunaan lama menimbulkan komedo tertutup yang merupakan gejala khas dari akne kosmetika. Akne kosmetika ini juga timbul karena penggunaan minyak rambut (pomade acne), dan sabun-sabun pembersih muka yang digunakan berlebihan (akne detergikan). Jerawat jenis ini juga dapat timbul pada pekerja yang banyak berhubungan dengan minyak, oli, tir, yaitu teknisi yang mengoperasikan mesinmesin, pekerja pembuat jalan raya (occupational acne).

Akne klor

Klorin di dalam bentuk chlorinated aromatic hirdocarbon dapat mencetuskan timbulnya jerawat melalui proses kontak

langsung dengan kulit atau dihirup lewat saluran pernafasan. Bahan ini dapat dijumpai pada produk sisa pada industri herbisida dan insektisida, misalnya tetrachlordibenzo-p-dioxin (TCDD). Akne fisik

Jerawat ini timbul akibat pengaruh lingkungan fisik baik sinar matahari maupun sinar X. Komedo senilis yang timbul pada orang tua merupakan akibat iritasi kronis dari sinar matahari. Akne aestivale adalah jerawat yang timbul setelah terpajan matahari, biasanya muncul pada bahu, lengan, leher dan dada berupa erupsi papuler monomorf yang mirip akne steroid. Akne komedonal dapat timbul setelah penyinaran dengan sinar X. Jerawat juga dapat timbul mendadak pada orang yang belum mengalami aklimatisasi yang pergi ke daerah tropis dengan suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Jerawat jenis ini yang disebut akne tropikal, bentuknya mirip dengan akne konglobata dan sering mengalami infeksi sekunder. Pengaruh gesekam, tekanan pada kulit orang yang sudah mempunyai bakat jerawat dapat menimbulkan jerawat pula. 3. Erupsi aneiformis Erupsi akneiformis atau kelainan kulit mirip jerawat merupakan satu dari sekian banyak efek samping obat sistemik maupun topikal. Khas ditandai dengan timbul secara mendadak dan cepat dan gambarannya sama atau monomorf berupa bintil merah, permukaannya halus, timbul pada daerah khas jerawat. Komedo biasanya tidak dijumpai dan tidak ada kista. Obat yang dapat menimbulkan penyakit ini antara lain Jod, Brom, INH, kinine, vitamin B6 dan B12, minyak ikan, barbiturat, trimetadion, disulfiram, difenilhidantoin, tiourasil, tiourea, litium, kloralhidrat,dan hormon glukokortikoid. Obat topikalpun ternyata dapat menimbulkan efek samping ini teruama apabila digunakan pada daerah yang luas sehingga diserap secara sistemis, misalnya kortikosteroid.

Diagnosis Banding Penatalaksanaan 1. Pencegahan terhadap kumatnya kembali, dengan menghindari faktor-faktor yang memicu timbulnya jerawat, misalnya: a. Makanan Menghindari makanan yang merangsang timbulnya jerawat seperti: lemak, coklat, kacang dan makanan-makanan lain yang mengandung lemak. b. Kejiwaan Ketegangan, berpengaruh. c. Musim Kadang perubahan musim berpengaruh, meskipun tidak sama bagi tiap individu. d. Bahan-bahan kimia, kosmetik e. Mekanis Kebiasaan meraba-raba atau menggosok jerawat akan kecemasan, kurang tidur dapat pula Rosasea Dermatitis perioral Nevus komedonikus Adenoma sebasea Siringoma Folikulitis

menimbulkan parahnya jerawat, sehingga perlu dihindari.

f. Bakteri Adanya bakteri terutama Propionibacterium Acne dalam folikel pilosebasea mempunyai peran yang penting dalam hal terbentuknya asam lemak bebas yang akan merangsang timbulnya jerawat. Sehingga dapat dikendalikan dengan pemberian antibiotik topikal maupun sistemik. g. Kebersihan kulit Keadaan kulit yang kotor, tertutup lemak, sisa-sisa kosmetika dan sebagainya dapat mempermudah timbulnya jerawat. Oleh karena itu perlu perawatan kulit. Dapat dilakukan dengan air hangat yang dapat melarutkan lemak dan melancarkan peredaran darah. Dapat pula digunakan sabun biasa, hingga kulit bersih dari kotoran dan minyak yang menutup pori-pori. 2. Pengobatan Perlu diperhatikan penyebab, mekanisme terjadinya dan tandatanda klinis yang ada, sehingga apa yang kita lakukan tertuju pada berbagai hal yang berhubungan dengan kasus, misalnya: Mengurangi sekresi sebum Mengurangi Acne I. Mengurangi keratinisasi Mengubah komposisi lemak Mengurangi peradangan Menghilangkan komedo dan kista Obat-obat topikal a. Bahan-bahan keratolitik aktivitas bakteri p.

Yang sering digunakan yaitu asam salisilat, sulfur, resorsinol. dan Obat-obat tersebut komedo merangsang serta dapat kulit pula hingga menimbulkan pengelupasan kulit (peeling) menghancurkan mempercepat kesembuhan peradangan. b. Asam vitamin A Obat ini mempunyai pada indikasi yang luas, dapat

digunakan

macam-macam

bentuk

jerawat,

tetapi memerlukan perhatian khusus yaitu berupa pengertian, kesabaran, ketekunan baik dari penderita sendiri maupun dokter yang merawatnya. Bila tidak, bukan hanya pengobatannya tidak berhasil, bahkan akan menjadi jera dan tidak percaya lagi akan pengobatan ini. Hasilnya baru kelihatan setelah kirakira satu bulan, bahkan mungkin lebih. Sedangkan pada permulaannya justru kelihatan menjadi lebih parah, oleh karena terjadi peradangan, dan mungkin timbul pustul kecil-kecil. Hal ini masih dianggap wajar, dan bila pengobatan diteruskan gejala-gejala tadi makin berkurang dan kemudian hilang dan terjadi penyembuhan. c. Benzoil peroksida Efek bakteriostatik dari benzoil peroksida dapat

menekan perkembangan P. Acnes dan selanjutnya proses terjadinya jerawat dapat dihambat. Karena mempunyai sifat keratolitik, terjadinya sumbatan pada saluran pilosebasea dapat dihambat pula. Obat ini dapat dipakai pada jerawat yang meradang. d. Antibiotik Tidak semua antibiotik dapat obat dipakai harus dalam pada dapat folikel

pengobatan yaitu dapat

jerawat,

karena

menembus kulit dan dapat mencapai sasarannya, membunuh P.acnes

pilosebasea. Obat-obat yang dapat memenuhi syarat ini terutama tetrasiklin (dalam konsentrasi rendah), eritromisin (dalam bentuk eritromisina base 2%) dan klindamisin (dalam bentuk klindamisin fosfat 1%). II. Obat-obat sistemik

Untuk jerawat yang meradang, lebih-lebih yang mengalami infeksi memerlukan pengobatan sistemik untuk menunjang pengobatan topikal agar dapat dicapai hasil yang sebaikbaiknya dan secepat-cepatnya. a. Antibiotik i. Tetrasiklin Dosis hingga permulaan gejala biasanya mereda sesuai dosis dosis

pengobatan (4 kali sehari 1 kapsul @250 mg) kemudian diturunkan menjadi sekali sehari 1 kapsul sampai sembuh. Kontra indikasi : wanita hamil, menyusui dan anak-anak. ii. Eritromisin Dapat dipakai pula dengan cara seperti

tetrasiklin. iii. klindamisin b. Hormon Kenaikan menjelang kadar datang hormon bulan,dsb). androgen Pada dapat keadaan

menimbulkan jerawat (misalnya pada remaja, wanita semacam ini lebih tepat penggunaan obat untuk mengatasi kenaikkan hormon, misalnya estrogen. c. Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid hanya pada kasus yang sangat memerlukan saja (misalnya jerawat dengan peradangan yang berat) mengingat efek samping yang mungkin timbul, dan pemakaiannya seperlunya saja. Setelah hasil pengobatan terlihat segera dosis diturunkan pelan-pelan (tapering off) kemudian dihentikan. Pada penggunaan yang lama justru dapat menimbulkan jerawat baru, yaitu jerawat steroid. d. Vitamin A Yang digunakan adalah derivatnya, yaitu isotretinoin, oleh karena jika yang digunakan vitamin A yang murni diperlukan dosis tinggi, mendekati dosis toksis. Obat ini dapat digunakan pada jerawat yang berat, yaitu bentuk kista dan akne konglobata. III. Tindakan

Tindakan ditujukan terutama bila tidak dapat atau terlalu lama bila ditangani dengan obat-obatan. a. Ekstraksi Komedo Pengeluaran komedo diperlukan, disamping untuk menghilangkan mencegah penampilan yang lebih kurang lanjut. menyenangkan dalam waktu singkat, juga untuk terjadinya peradangan Pekerjaan ini dilakukan pada komedo yang tidak meradang. Untuk ini digunakan alat khusus, yaitu comedo extractor, semacam sendok kecil yang berlobang di tengahnya. b. Elektrodesikasi. Dengan alat listrik frekuensi tinggi (misalnya jerawat

Hyfrecator)

dilakukan

pengeringan

pada

bentuk papul yang tidak meradang. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan jaringan

parut. Oleh karena rasanya agak sakit, maka hanya dikerjakan pada kasus tertentu saja. c. Insisi dan aspirasi Pengirisan dan pengambilan isinya ditujukan pada akne kistik. Perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya jaringan parut. Bila memungkinkan hanya dilakukan penyedotan isi dari kistanya. d. Suntikan intralesi Untuk mengurangi peradangan pada akne nodulokistik dapat disuntikkan larutan triamsinolon asetonida ke dalam kista. 3. Rehabilitasi terhadap cacat a. Hiperpigmentasi Merupakan cacat sementara, berupa kehitaman akibat

pemencetan. Hal ini dapat dibiarkan saja, lama-kelamaan dapat hilang dengan sendirinya. Untuk mempercepat dapat dengan cara mengompresnya tiap hari dengan air hangat. b. Atrofi Untuk cacat atrofi berupa kecil,

cekungan-cekungan dilakukan (seperti

banyak tetapi dangkal dapat dermabrasi diampelas). Kalau

tidak begitu banyak, tepinya tajam, bagian tepi cekungan dapat dikikis dengan cara elektrodesikasi cekungan sehingga hingga tepi tadi menjadi cekungan landai,

tampaknya tidak mencolok.

Bila cacat cukup dalam, agak luas dan hanya sedikit dapat dilakukan: o Pencangkokan (skin grafting) o Eksisi : cacat dengan kembali (dijahit). bagian yang dihilangkan pisau, kulit

kemudian luka ditutup

Bila cacat agak luas dan cekung dapat diisikan silikon ke dalamnya untuk mengurangi kedalaman dari cekungan

c. Hipertrofi Cacat seperti keloid dapat disuntikkan larutan triamsinolon asetonida ke dalam jaringan tersebut (intralesi), 2-3 minggu sekali hingga lesi tersebut mengecil. Jika hipertrofinya kecilkecil dapat dilakukan elektrodesikasi.

Daftar Pustaka Etnawati,K.,1989, Bentuk-Bentuk Klinis Jerawat dalam Soedarmadi dan Wiraguna,A(eds)Jerawat Kumpulan Makalah dan Simposium, Penanggulangannya, Laboratorium/Unit

Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUGM/RSUP Dr.Sardjito, Yogyakarta:18-26 Rikyanto, 2003, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUMY, Yogyakarta:100-105 Siregar,R,S., 2003, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Penerbit Buku Kedokteran: EGC, Jakarta: 178-185 Suyoto,1989, Pengobatan Jerawat secara Medis dalam Soedarmadi dan Wiraguna,A(eds)Jerawat dan Penanggulangannya, Kumpulan Makalah Simposium, Laboratorium/Unit Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUGM/RSUP Dr.Sardjito, Yogyakarta:27-37 Wasitaatmadja,S,M., 2005, Akne, Erupsi akneiformis, Rosasea,

Rinofima, dalam Djuanda,A., Hamzah,M., dan Aisah,S., (eds) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI, Jakarta:235245 Widjaja,E,S., 2000, Rosasea dan Akne Vulgaris dalam Harahap.M,Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta:31-45

Você também pode gostar