Você está na página 1de 3

Anak terlahir dalam keadaan fitrah

penjelasannya akan saya salinkan dari kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy edisi Indonesia Kitab Tauhid 1 oleh Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dijelaskan bahwa : Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia dengan fitrah mengakui tauhid serta mengetahui Rabb Sang Pencipta. Firman Allah. "Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" [Ar-Rum : 30] "Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : 'Bukanlah Aku ini Tuhanmu ?' Mereka menjawab. 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi' (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-esaan Tuhan)" [AlA'raf : 172] Jadi mengakui rububiyah Allah dan menerimanya adalah sesuatu yang fitri. Sedangkan syirik adalah unsur yang datang kemudian. Baginda Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Setiap bayi dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi" [Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim] Seandainya seorang manusia diasingkan dan dibiarkan fitrahnya, pasti ia akan mengarah kepada tauhid yang dibawa oleh para rasul, yang disebutkan oleh kitab-kitab suci dan ditunjukkan oleh alam. Akan tetapi bimbingan yang menyimpang dan lingkungan yang atheis itulah faktor penyebab yang mengubah pandangan si bayi. Dari sanalah seorang anak manusia mengikuti bapaknya dalam kesesatan dan penyimpangan. Allah Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi. "Artinya : Aku ciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus bersih, maka setanlah yang memalingkan mereka" [Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad] [Dikutip dari Kitab Tauhid 1, hal 23-24, Darul Haq] Untuk memperjelas masalah tersebut, saya tambahkan juga pembahasan yang disampaikan oleh Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam kitabnya yang berjudul Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk Yang Dinanti. SETIAP ANAK DILAHIRKAN ATAS DASAR ISLAM Inilah yang dimaksud dengan 'fitrah' dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sabda Nabi yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam dibawah ini.

"Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama yang hanif (tauhid). Fitrah (ciptaan) Allah, yang Allah telah fitrahkan (ciptakan) manusia atas dasar fitrah tersebut. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah Agama yang lurus akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" [Ar-Ruum : 30] Tafsirnya. Allah Yang Maha Tinggi berfirman. "Luruskanlah dirimu untuk ta'at kepada-Nya dan tetap di dalam Agama yang Allah telah Syari'atkan kepadamu yaitu Agama yang hanif" yang maksudnya Agama Tauhid Al-Islam yang lurus yang jauh dari syirik. Agama Islam itu ciptaan Allah yang Allah telah ciptakan manusia semuanya atas dasar Agama Islam. Berkata Imam Bukhari, "Al-Fitrah yakni Islam" [Fathul Baari no. 4775] Al-Hafidzh Ibnu Hajar mengatakan bahwa pendapat yang paling masyhur tentang arti fitrah adalah Al-Islam. Bahkan Al-Imam Ibnu Abdil Bar menegaskan bahwa lafadz "Fitrah" dengan arti AlIslam telah terkenal oleh seluruh kaum "salaf". Dan ahli ilmu telah ijma' (sepakat) bahwa yang dikehendaki dengan "Fitrah" di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas ialah Al-Islam. Kemudian Al-Imam Ibnu Qayyim memberikan kata putus " Bahwa kaum salaf tidak memahami lafadz fitrah kecuali Al-Islam" [Fathul Baari no 1385] Adapun yang dimaksud dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "La tabdiyla Likhalqillahi" Ada dua tafsiran. Pertama. "Janganlah kamu mengganti ciptaan Allah niscaya berubahlah manusia dari fitrah mereka (Al-Islam) yang Allah telah ciptakan mereka berdasarkan fitrah tersebut". Kedua. "Tidak ada perubahan bagi ciptaan Allah yakni Agama Allah. Bahwa Allah Yang Maha Tinggi telah menciptakan seluruh manusia atas dasar Agama Allah Al-Islam sehingga tidak seorangpun manusia melainkan dia lahir atas dasar agama Allah Al-fitrah yaitu Al-Islam. Ibnu Abbas, Ibarahim An-Nakhai, Said bin Jubair, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, Bukhari dan lain-lain Ulama Salaf mereka semuaya menafsirkan dirman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Likhalqillahi" Bagi ciptaan Allah dengan "Lidiynillahi" Bagi Agama Allah" [Tafsir Ibnu Katsir surat Ar-Ruum : 30] Kemudian sabda Nabi yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Dari Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata : Telah bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah (Al-Islam)". Dalam riwayat yang lain beliau bersabda. "Tidak seorang-pun anak melainkan dilahirkan atas dasar fitrah" "Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nashara atau Majusi" [Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari no. 1358, 1359, 1385, 4775

dan 6599 dan Muslim juz 8 hal, 52-54 dan lain-lain Imam ahli hadits]. Dalam salah satu riwayat Imam Muslim, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Wayusarikaanihi" [Artinya : Atau menjadikannya sebagaiamana orang musyrik] Hadits Abu Hurairah ada syahidnya dari jama'ah para Shabahat sebagaimana diterangkan oleh Imam Ibnu Katsir. [Tafsir surat Ar-Ruum : 30] Yang menarik perhatian kita ketika Abu Hurairah, rawi dari hadits ini, selesai membawakan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas beliau berkata, "Bacalah kalau kamu mau fitratallahi allati fatharan naasa 'alaiha.... [firman Allah di atas]" ini menunjukkan bahwa hadits yang mulia ini merupakan tafsir yang shahih dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas. Tepatlah kalau Ibnu Qayyim menegaskan bahwa Salaf tidak memahami tafsir dari lafadz "fitrah" selain dari Al-Islam. Wallahu a'alam!. Adapun yang berkaitan dengan apabila anak itu mati sebelum baligh tentang hukum-hukum dunia dan akhirat akan saya luaskan di fasal "Tempat Anak Yang Mati Sebelum Baligh" Insya Allah Ta'ala. Di fasal ini saya hanya membatasi keterangan tafsir Al-Fitrah di dalam surat Ar-Ruum ayat 30 dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas yaitu Al-Islam. [Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk Yang Dinanti, hal 118-121, Darul Qalam] ------------------------------------------------------------------------

Você também pode gostar