Você está na página 1de 16

MAKALAH

PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN



Disusun untuk memenuhi tugas pengantar ilmu lingkungan




KELOMPOK 16
Oleh :
Novitasari 101710201014
Siti Faridhotus S. 101710201016
IIan Fachrur rozi 101710201057




1urusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
UNIVERSITAS 1EMBER

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang 'nir-etik. Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran
etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi
umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang
peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang
seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia
modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani. Alam begitu
saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi
penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian
spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran
dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi
kehidupan sehari-hari manusia.

1.2RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang ada adalah Isu-isu kerusakan lingkungan
menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam
sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya
terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak
pertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini atau manusia sudah
kehilangan rasa cinta pada alam? Bagaimanakah sesungguhnya manusia
memahami alam dan bagaimana cara menggunakannya?



1.3TU1UAN
Adapun tujuan yang dapat di ambil adalah kita dapat mengetahui apa saja
etika lingkungan yang ada di bumi ini, sehingga manusia bisa menjaga dan
melestarikan dengan lingkungannya dengan cara menerapkan prinsip-prinsip etika
lingkungan di dalam kehidupan mereka.
1.4MANFAAT
ManIaat yang dapat di ambil adalah agar setiap mahluk hidup dapat
menerapkan prinsip-prinsip etika ligkungan di kehidupan sekarang, dan yang akan
datang. Sehingga keutuhan didalam suatu lingkungan hidup dapat terjaga dengan
baik sampai bumi ini tua nanti.













BAB 2
TIN1AUAN PUSTAKA
Secara teoritis, terdapat tiga model teori etika lingkungan, yaitu yang
dikenal sebagai Shallow Environmental Ethics, Intermediate Environmental
Ethics, dan Deep Environmental Ethics. Ketiga teori ini juga dikenal sebagai
antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.(Sony KeraI: 2002).
Etika lingkungan yang bercorak antroposentrisme merupakan sebuah
kesalahan cara pandang Barat, yang bermula dari Aristoteles hingga IilsuI-IilsuI
modern, di mana perhatian utamanya menganggap bahwa etika hanya berlaku
bagi komunitas manusia. Maksudnya, dalam etika lingkungan, manusialah yang
dijadikan satu-satunya pusat pertimbangan, dan yang dianggap relevan dalam
pertimbangan moral, yang dilihat dalam istilah Frankena--sebagai satu-satunya
moral patient (William K. Frankena:1979). Akibatnya, secara teleologis,
diupayakan agar dihasilkan akibat baik sebanyak mungkin bagi spesies manusia
dan dihindari akibat buruk sebanyak mungkin bagi spesies itu. Etika
antroposentrisme ini dalam pandangan Arne Naess dikategorikan sebagai Shallow
Ecology (kepedulian lingkungan yang dangkal).
Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik secara tajam oleh etika
biosentrisme dan ekosentrisme. Bagi biosentrisme dan ekosentrisme, manusia
tidak hanya dipandang sebagai makhluk sosial. Manusia pertama-tama harus
dipahami sebagai makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai
kumpulan objek-objek yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan Ienomena yang
saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara Iundamental.
Etika ini mengakui nilai intrinsik semua makhluk hidup dan "memandang
manusia tak lebih dari satu untaian dalam jaringan kehidupan".(FritjoI
Capra:1997)
Etika diartikan sebagai kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi lain. Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan
aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik sebagai manusia. Etika
merupakan ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik buruknya
perilaku manusia (KeraI, 2006).
Kaidah, norma dan aturan tersebut sesungguhnya ingin mengungkapkan,
menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan
penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan
pegangan dalam menuntun perilaku. Secara luas, etika dipahami sebagai pedoman
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sebagai orang baik. Etika memberi
petunjuk, orientasi, dan arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia.
Mengacu pada pemahaman tersebut maka etika lingkungan hidup pada
hakekatnya membicarakan mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur
perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam, serta nilai dan prinsip moral
yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut (KeraI,
2006).
Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap
alam dan juga relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara
manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara
manusia dengan makhluk hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan,
termasuk di dalamnya kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak
langsung atau tidak langsung terhadap alam (KeraI, 2006).
Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga
masa yang akan datang, secara eksplisit menunjukkan bahwa perjuangan manusia
untuk menyelamatkan lingkungan hidup harus dilakukan secara
berkesinambungan, dengan jaminan estaIet antar generasi yang dapat
dipertanggungjawabkan (Kurniawan, 2004).
Etika Lingkungan Hidup tidak hanya berbicara mengenai prilaku manusia
terhadap alam. Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi diantara
semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang
mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain
atau dengan alam secara keseluruhan. Termasuk didalamnya berbagai kebijakan
politik dan ekonomiyang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung
dengan alam (Kurniawan, 2004).
Penanaman pondasi pendidikan lingkungan sejak dini menjadi solusi
utama yang harus dilakukan, agar generasi muda memiliki bekal pemahaman
tentang lingkungan hidup yang kokoh. Pendidikan Lingkungan diharapkan
mampu menjembatani dan mendidik manusia agar berperilaku bijak
(Kuswahyudi, 2008).
Penyelenggaraan paket pendidikan ini dapat bersiIat outdoor education
(pendidikan di luar kelas), yang dilakukan dengan mengajak siswa untuk menyatu
dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya
perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran,
pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku (Kuswahyudi,
2008).
Outdoor tidak berarti sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas,
melainkan lebih pada pemanIaatan potensi lingkungan yang ada sebagai obyek
dalam materi yang disampaikan. Aktivitas yang disampaikan berupa permainan,
cerita (dongeng), olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus
lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan
jelajah lingkungan. Dalam kegiatan ini siswa dibimbing untuk menemukan sendiri
maksud yang terkandung di dalamnya, sehingga transIer materi bisa lebih
mengena dan lebih mudah diingat siswa (Kuswahyudi, 2008).
Pendidikan Konservasi adalah sebuah program yang dikemas dengan
tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar lebih sadar dan
lebih perhatian mengenai lingkungan dan permasalahan serta hubungan timbal
baliknya. Tingkat pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi untuk bekerja dan
memecahkan masalah saat itu dan mencegah timbulnya permasalahan yang baru
(KeraI, 2006).
Program Pendidikan Lingkungan menyangkut skala yang sangat luas,
sehingga perlu partisipasi dan kerjasama berbagai pihak, agar hasilnya optimal
dan bebas konIlik. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak
terhadap lingkungan melalui kegiatan teori dan praktek dalam bentuk teori,
diskusi, permainan, serta observasi lapangan dan menanamkan nilai-nilai
konservasi alam dan lingkungan sedini mungkin pada siswa dan meningkatkan
kepedulian siswa terhadap konservasi alam dan lingkungan sejak dini (KeraI,
2006).
Prinsip-prinsip Etika Lingkungan
Sebagai pegangan dan tuntunan bagi prilaku kita dalam berhadapan dengan
alam , terdapat beberapa prinsip etika lingkungan yaitu :
1. Sikap Hormat terhadap Alam
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai
bagian dari alam semesta seluruhnya.
2. Prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab ini bukan saja bersiIat individu melainkan juga kolektiI yang
menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan
bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan isinya.
3. Prinsip Solidaritas
Yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan sepenanggungan
dengan alam dan dengan makluk hidup lainnya sehigga mendorong manusia
untuk menyelamatkan lingkungan.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian
Prinsip satu arah , menuju yang lain tanpa mengaharapkan balasan, tidak
didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-mata untuk alam.
5. Prinsip 'No Harm
Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai kewajiban
moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan mau
merugikan alam secara tidak perlu
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Ini berarti , pola konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi.
Prinsip ini muncul didasari karena selama ini alam hanya sebagai obyek
eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia
7. Prinsip Keadilan
Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya
alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati manIaat sumber daya alam
secara lestari.

8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman sehingga
prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan didalam
menentukan baik-buruknya, tusak-tidaknya, suatu sumber daya alam.


9. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku moral
yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan publik
yang terkait dengan sumber daya alam (KeraI, 2006).

















BAB 3
PEMBAHASAN
Hampir semua IilsuI moral yang berpandangan antroposentris melihat
etika lingkungan hidup sebagi sebuah disiplin IilsaIat yang berbicara mengenai
hubungan moral antara manusia dengan lingkungan atau alam semesta, dan
bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan. Jadi, yang
terutama menjadi Iokus perhatian etika lingkungan adalah bagaimana manusia
harus bertindak atau bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap
lingkungan hidup.
Etika lingkungan hidup tidak hanya dipahami dalam pengertian yang sama
dengan pengertian moralitas sebagaimana telah dijelaskan. Etika lingkungan
hidup dipahami sebagai sebuah kritik atas etika yang selama ini dianut oleh
manusia, yang dibatasi oleh komunitas sosial manusia. Etika lingkungan hidup
menuntut agar etika dan moralitas tersebut diberlakukan juga bagi komunitas
biotis atau komunitas ekologis. Etika lingkungan hidup juga dipahami sebagai
reIleksi kritis atas norma-norma dan prinsip nilai atau nilai moral yang selama ini
dikenal dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam
komunitas biotis atau komunitas ekologis. Selain itu etika lingkungan hidup juga
dipahami sebagai reIleksi kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam
menghadapi pilihan-pilihanmoral yang terkait dengan isu lingkungan hidup.
Ini berarti, etika lingkungan hidup tidak hanya berbicara mengenai prilaku
manusia terhadap alam. Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi
diantara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia
yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan mahluk hidup
lain atau dengan alam secara keseluruhan. Termasuk didalamnya, berbagai
kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampaklangsung atau tidak
langsung terhadap alam.

Prinsip etika lingkungan hidup ada 9, antara lain :
1. Prinsip sikap hormat terhadap alam
2. Prinsip tanggung jawab
3. Prinsip solidaritas kosmis
4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
5. Prinsip tidak merugikan alam
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
7. Prinsip keadilan
8. Prinsip demokrasi
9. Prinsip integritas moral
Prinsip-prinsip etika lingkungan hidup di atas telah dbahas di tinjauan pustaka.
Namun pada kelompok kami, yaitu kelompok 16 di tugasi untuk lebih
menjabarkan atau membahas lebih jauh tentang Prinsip Keadilan.
Prinsip keadilan sendiri adalah bagaimana manusia itu berprilaku satu
terhadap yang lain, ini dalam kaitan dengan alam semesta, dan bagaimana agar
sistem sosial yang ada di masyarakat dapat berdampak positiI terhadap kelestarian
lingkungan hidup. Dalam hal ini, prinsip keadilan juga berbicara mengenai
bagaimana semua anggota kelompok masyarakat dapat menentukan kebijakan
pengelolaan sumber daya alam yang dapat melestarikan alam. Sehingga alam
dapat terjaga dengan baik, meskipun manusia memanIaatkan sumber daya alam
terus-menerus. Di sini, pemerintah juga berperan penting untuk membuka peluang
dan akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut
menentukan kebijakan khususnya dalam menetukan dibidang lingkungan dan
pemanIaatan alam ini bagi kepentingan vital manusia. Sehingga semua kelompok
dan anggota masyarakat harus bertindak secara proposional untuk menanggung
beban yang disebabkan oleh rusaknya alam semesta.
Keberhasilan etika lingkungan melestarikan Iungsi lingkungan hidup dan
sumber daya yang terkandung di dalamnya tidak cukup bergantung pada
perubahan perilaku individu, tetapi juga harus ada pengaturan sistem sosial dan
politik yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, KeraI mencoba
merumuskan sembilan prinsip etika lingkungan sebagai dasar pengembangan
lebih lanjut dalam kaitannya kehidupan berbangsa dan bernegara serta hubungan
antarbangsa (globalisasi).
Pertama, sikap hormat terhadap alam. Manusia sebagai anggota komunitas
ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam
komunitas ekologis tersebut. Perwujudan nyatanya, manusia perlu memelihara,
merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya.
Kedua, prinsip tanggung jawab. Manusia dituntut untuk mengambil prakarsa,
usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta
dengan segala isinya. Berarti, kelestarian dan kerusakan alam merupakan
tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.
Ketiga, solidaritas kosmis. Prinsip ini membangkitkan rasa
sepenanggungan dan mendorong manusia untuk tidak merusak dan mencemari
alam, seperti halnya tidak akan merusak kehidupannya sendiri. Prinsip ini
berIungsi mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan kosmis.
Keempat, prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Prinsip ini
menghapus siIat diskriminasi dan dominasi manusia terhadap makhluk lainnya.
Kasih sayang dan kepedulian menyadarkan bahwa semua makhluk hidup di alam
ini mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
Kelima, prinsip No Harm. Prinsip ini menjadi dasar perilaku manusia untuk
tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk
hidup lain, sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral untuk melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan sesama manusia.
Keenam, prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam. Prinsip ini
melandasi pola hidup baru, menggantikan pola hidup yang materialistis,
konsumtiI, dan eksploitatiI. Ketujuh, prinsip keadilan. Prinsip ini memasuki
wilayah politik ekologi, di mana pemerintah dituntut untuk membuka peluang dan
akses yang sama bagi semua kelompok masyarakat dalam ikut menentukan
kebijakan publik lingkungan hidup dan dalam memanIaatkan sumber daya alam
serta jasa lingkungan.
Kedelapan, prinsip demokrasi. Prinsip ini selaras dengan hakikat alam,
yaitu keanekaragaman dan pluralitas. Paradigma pembangunan berkelanjutan
hanya mungkin diterima kalau pembangunan dipahami sebagai berdimensi plural.
Kesembilan, prinsip integritas moral. Prinsip ini sangat berkaitan dengan
integritas moral pejabat publik. Selama pejabat publik tidak mau bertanggung
jawab atas kebijakan dan tindakannya yang merugikan lingkungan hidup,
lingkungan hidup akan tetap dirugikan.













BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun beberapa keimpulan yang dapat di ambil dari penjelasan d atas adalah :
1. Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.
3. Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi.
4. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
5. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika
lingkungan sebagai berikut :
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga
perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk
emnjaga terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan
energy.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk
makhluk hidup yang lain.

4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Etika lingkungan akan dapat terjaga dengan baik, jika manusia terus
menerapkan prinsip-prinsip etika lingkungan di dalam kehidupan ini.
Sehingga di harapkan manusia terus menjaga etika mereka agar
lingkungan dapat terjaga dengan baik.
2. Prinsip keadilan sendiri harus dapat di terapkan dalam kehidupan, karena
prinsip keadilan tidak hanya membahas tentang etika manusia, namun
prinsip kaeadilan juga membahas tentang bagaimana caranya untuk
mengakses pekerjaan yang sama untuk semua manusia dalam membentuk
suatu pekerjaan yang dapat melestarikan lingkungan dan alam.

















DAFTAR PUSTAKA
KeraI, A. 2006. Etika Lingkungan. Jakarta : Kompas.
Kuswahyudi. 2008. Etika Kita Untuk Lingkungan Hidup. Jakarta : Erlangga.
Kurniawan. 2004. Panduan Mendaki Gunung Dalam InIograIis. Jakarta : PT
Tunas Bola.
William, K. 1979. Sejarah Etika Lingkungan. Jakarta : 1989.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12968598.pdI

Você também pode gostar