Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Presensi : 24
Depresi
A. Definisi Depresi adalah gangguan depresif yang merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri. B. Gejala Depresi Gejala-gejala depresi antara lain: Merasa sedih Lekas marah atau frustasi walaupun pada hal yang kecil Hilang ketertarikan atau kesenangan pada aktifitas normal Mengurangi aktifitas hubungan intim Insomnia ataupun terlalu banyak tidur Berubahnya selera makan seringkali kasus depresi mengurangi selera makan dan menyebabkan hilangnya berat badan, tapi pada beberapa orang depresi menyebabkan meningkatnya selera makan dan bertambahnya berat badan. Rasa bergejolak atau gelisah Lambat dalam berpikir, berbicara, atau bergerak Ketidaktegasan, mudah teralihkan, dan berkurangnya konsentrasi Lelah dan hilang energi bahkan tugas kecil membutuhkan usaha yang lebih Perasaan tidak berharga atau bersalah dan terpaku pada kesalahan masa lalu atau menyalahkan diri sendiri ketika sesuatu berjalan tidak benar
Bermasalah dalam berpikir, berkonsentrasi, membuat keputusan dan mengingat sesuatu Sering berpikir kematian, penderitaan atau kejatuhan Menangis untuk alasan yang tidak jelas Memiliki masalah fisik yang tidak terjelaskan seperti sakit punggung atau sakit kepala Pada beberapa orang gejala depresi sering merasa sedih atau tidak bahagia tanpa benar-benar tahu mengapa. Akibat depresi pada setiap orang bervariasi satu sama lain. Garis keturunan, usia, gender dan latar belakang kultur semuanya memiliki peran bagaimana depresi menimpa anda. Gejala depresi pada anak dan remaja Biasanya gejala depresi pada anak dan remaja berbeda dengan gejala depresi pada orang dewasa. Pada anak yang lebih muda, gejala depresi berupa kesedihan, lekas marah, keputusasaan dan rasa khawatir. Gejala pada remaja dan usia belasan adalah gelisah, perasaan marah dan menghindari interaksi sosial. Perubahan pikiran adalah tanda depresi yang biasa terjadi pada remaja dan orang dewasa, tapi tidak biasa pada anak yang lebih muda. Pada anak dan usia belasan depresi sering terjadi seiring masalah perilaku dan kondisi kesehatan mental lain seperti kegelisahan atau ADHD. Gejala depresi pada orang dewasa Ada orang dewasa yang lebih tua depresi dapat tidak terdiagnosis karena gejalanya. contohnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, kesulitan tidur atau hilang ketertarikan pada hubungan intim dapat berarti disebabkan oleh penyakit lain. Orang tua dengan depresi mengatakan mereka tidak puas dengan hidup yang biasa, membosankan, tidak berdaya atau tidak berguna. Mereka selalu ingin berdiam dirumah, daripada pergi bersosialisasi atau mencoba sesuatu yang baru. Pikiran atau perasaan ingin bunuh diri pada orang dewasa menjadi tanda serius dari depresi yang tidak dapat diambil tindakan ringan khususnya pada laki-laki. Pada
semua orang dengan depresi, tetapi laki-laki dewasa memiliki risiko tinggi untuk bunuh diri.
C. Penyebab dan Faktor Risiko Penyebab Tidak diketahui apa yang menyebabkan depresi. Seperti halnya banyak penyakit mental, ini muncul karena banyak faktor antara lain: Perbedaan biologis. Orang dengan depresi akan muncul perubahan aktifitas Neurotransmitter. Secara alami muncul hubungan secara kimiawi pada Harmon. Berubahnya keseimbangan hormon tubuh menjadi pemicu depresi.
pada otak. suasana hati yang memiliki peran pada depresi. Perubahan hormon dapat dihasilkan pada tiroid yang bermasalah, menopause dan beberapa kondisi lain. Garis keturunan. Depresi muncul pada orang yang memiliki anggota keluarga yang juga mengalami kondisi tersebut. Ilmuan sedang mencoba untuk menemukan gen apa yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi. orang. Trauma masa kecil. Kejadian traumatis pada saat anak-anak, bisa dapat menyebabkan perubahan permanent pada otak yang membuat anda lebih rentan depresi. Faktor risiko Depresi secara khusus terjadi pada akhir usia 20an akan tetapi sebenarnya dapat terjadi pada semua usia. Meskipun penyebab tepat depresi tidak diketahui, ilmuan telah mengidentifikasi faktor tertentu yang meningkatkan risiko berkembangnya atau memicu munculnya depresi, yaitu: Kejadian hidup. Kejadian seperti kematian atau kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan dan stress tinggi dapat memicu depresi pada beberapa
Memiliki hubungan biologis dengan orang yang memiliki depresi Wanita Memiliki kejadian traumatis saat anak-anak Memiliki hubungan biologis dengan catatan pecandu alcohol Memiliki anggota keluarga yang mengalami kejatuhan Memiliki pengalaman kejadian hidup yang memberikan tekanan, seperti Memiliki banyak teman atau hubungan personal Memiliki suasana hati depresi ketika kecil Memiliki penyakit serius, seperti kanker, serangan jantung, Alzheimers atau Memiliki sifat tertentu, seperti rendahnya kepercayaan diri dan ketergantungan Penyalahguanan alkohol, nikotin atau obat-obatan terlarang Mengambil pengobatan medis atas tekanan darah tinggi yang dimiliki, berhenti menjalani pengobatan medis tertentu yang anda pikir
meminum obat tidur atau pengobatan medis tertentu lainnya (bicara pada dokter anda sebelum mengakibatkan berubahnya suasana hati anda)
D. Jenis-jenis Depresi 1. Major Depression Merupakan depresi biasa dengan periode yang pendek tetapi berulang 2. Dysthymic Disorder Gejalanya mirip seperti Major Depression, akan tetapi waktunya lebih lama (2-3 tahun). 3. Psychotic Depression Depresi yang masuk ke halusinasi dan ilusi. Contoh scizoprenia. 4. Post Partum Depression
Depresi pada ibu yang baru melahirkan karena tidak siap menerima kelahiran bayinya. 5. Seasonal Affective Disorder (SAD) Depresi yang muncul pada musim dingin. 6. Bipolar Depression Merupakan kelainan jiwa dengan munculnya episode depresi dengan gejala seperti Major Depression dan episode mania secara bergantian.
E. Patofisiologi Depresi Dari beberapa observasi teori monoamin tentang depresi dan mania telah ditemukan bahwa:
Depresi berkaitan dengan penurunan monoamin atau penurunan sensitivitas reseptor monoamin pada tempat-tempat tertentu di otak. Mania berkaitan dengan kelebihan monoamine atau kenaikan sensitivitas reseptor terhadap monoamine tersebut.
Fakta-fakta menunjukkan indikasi bahwa Bipolar Depression berhubungan dengan kenaikan aktifitas dopamine, mania dengan kenaikan aktifitas dopamine (kehabisan GABA) dan Unipolar Depresion dengan penurunan aktifitas noradrenalin atau serotonin atau keduanya. F. Cara Pengobatan Depresi dapat diberi obat-obat golongan Tricyclic Antidepressants, SSRIs, Serotonin Receptor Blokers, MAOi Bipolar Depression dan Mania dapat diberi Lithium, Benzodiazepines, Carbamazepin dan Valproate Beberapa kelas antidepresan:
MAOIs
: Menghambat penghancuran neurotransmitter monoamin. Contohnya: Phenelzine (Nardil), Isocarboxazid (Marplan), Tranylcypromine (Parnate).
TCAs
: Lebih efektif daripada MAOIs dan efek sampingnya lebih kecil. Contohnya: Imipramine (Tofranil), Nortriptyline, Desiprane (Norpramin).
SSRIs SNRIs
: Fluoxetine (Prozac), Paroxetine (Paxil), Citalopram (Celexa, Cipramil), Sertraline (Zoloft). : Venlafaxine. Reboxetine (Edronax).
Epilepsi
A. Definisi Epilepsi adalah gangguan neurologik yang relativ sering terjadi, ditandai oleh aktifitas serangan yang berulang. Serangan tersebut tidak terkontrol tetapi tidak berlangsung lama serta timbul secara episodik. Serangan berkaitan dengn pengeluaran impuls oleh neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal.
B. Etiologi Epilepsi 1. 2. Idiopatik; sebagian besar epilepsy pada anak Factor herediter; ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
3. 4. 5. 6.
Factor genetic; pada kejang demem dan breath holding spells Kelainan congenital otak; atropi, porensefali, agenesis korpus kalosum Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia Infeksi; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,toxoplasmosis Trauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
9.
10. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen 11. Keracunan; timbale (Pb), kapur barus, fenotiazin,air 12. Lain-lain; penyakit darah,gangguan keseimbangan hormone,degenerasi serebral 13. lain-lain C. Patogenesis Epilepsi 1. Pada keadaan patologik, tumor, infeksi dan gangguan otak seperti lesi pada mesensefalon, thalamus, kortek serebral kemungkinan besar neuron bersifat epileptogenik. Pada tingkat membrane sel, neuron epileptogenik mengalami perubahan antara lain: a. Ketidakstabilan membrane sel saraf sehingga sel lebih mudah diaktifkan. b. Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun sehingga mudah teraktifasi secara berlebihan. c. Terjadi polarisasi yang abnormal. d. Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia neuron. 2. Pada epilepsi idiopatik: jumlah GABA tidak memadai sehingga neuron kortikalnya mudah sekali terganggu dan bereaksi dengan melepaskan muatan listriknya secara menyeluruh.
1. Epilepsi Parsial Jika dimulai dari daerah tertentu dari otak. Epilepsi parsial dibagi menjadi dua, yaitu: a. Epilepsi Parsial Sederhana
Pasien tidak kehilangan kesadaran Terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh
2. Epilepsi Umum Jika aktivasi terjadi pada kedua hemisfere otak secara bersama-sama. Epilepsi Umum meliputi: a. Tonik Klonik atau Grand Mal merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur
bisa terjadi sianosis, buang air kecil, atau menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur
b. Absence atau Petit Mal jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
c. Mioklonik biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
recovered
E. Terapi Epilepsi Strategi Terapi Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter. Prinsip Umum Terapi Epilepsi
Monoterapi
lebih
baik
dengan
mengurangi
potensi
adverse
effect,
meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi dan biasanya kurang efektif karena interaksi antar obat justru akan mengganggu efektivitasnya dan akumulasi efek samping dg politerapi
Hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif Jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau politerapi
Berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya Memperhatikan risk-benefit ratio terapi Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat mungkin dalam jangka waktu pendek
Mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dengan kondisi klinis pasien
Ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi sehingga perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis
Jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan maka pemakaian obat pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jangan politerapi)
Lakukan monitoring kadar obat dalam darah. Jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien
Terapi epilepsi dapat menggunakan: Phenytoin Carbamazepine Valproate Ethosuximide Phenobarbital Benzodiazepines New antiepileptic drugs : vigabatrin, lamotrigine, gabapentin, topiramate.
Daftar Pustaka
Saraf/epilepsi.pdf
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2134406-pengertian-depresi/ http://www.scribd.com/doc/42564037/Etiologi-Dan-Patofisiologi-Depresi Clark Dl, Boutros NN, Mendez MF. 2005. The Brain and Behavior: an Introduction to
Behavioral Neuroanatomy. Cambridge University Press. Cambridge. Chapter 3. Thorp CM, 2008, Pharmacology for The Health Care Professions, Wiley-Blackwell,
Chapter 11.