Você está na página 1de 9

SIKAP PADA PEKER1AAN

http://teorionline.wordpress.com/2010/02/01/sikap-pada-pekerjaan/#more-160

Posted on February 1, 2010 by teorionline
A. Definisi Sikap
Sikap (attitude dideIinisikan oleh Robbins (2007 sebagai pernyataan evaluatiI, baik yang
menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Sementara Kreitner dan Kinicki (2005 mendeIinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon
sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek
tertentu.
Setyobroto (2004 dalam buku psikologi dasar mengutip beberapa deIinisi sikap dari berbagai
ahli, yang antara lain dinyatakan oleh
O Harvey dan Smith menegaskan bahwa sikap adalah cara bertindak tersebut cenderung
positiI dan negatiI. Sikap tidak tampak dari dan tidak dapat diamati, yang tampak adalah
perilaku atau tindakan.
O %hursone menyatakan sikap dapat diukur dari pendapat-pendapat seseorang.
O Raymont B. Cattell menyatakan bahwa sikap bukanlah suatu tindakan, atau aksi, tetapi
merupakan cara bertindak. Sesuai pendapat tersebut,
O ewcomb mengatakan bahwa sikap bukan sebagai pelaksana motiI tertentu, tetapi
merupakan kesediaan untuk bangkitnya motiI tertentu. Lebih lanjut, ewcomb
menyatakan bahwa dari sudut pandang motivasi sikap merupakan suatu keadaan
kesediaan untuk bangkitnya motiI.
Selanjutnya, Setyobroto (2004 merangkum batasan sikap dari berbagai ahli psikologi sosial
diantaranya pendapat G.W. Alport, GuilIord, Adiseshiah dan John Farry, serta Kerlinger yaitu :
O Sikap bukan pembawaan sejak lahir
O apat berubah melalui pengalaman
O erupakan organisasi keyakinan-keyakinan
O erupakan kesiapan untuk bereaksi
O RelatiI bersiIat tetap
O Hanya cocok untuk situasi tertentu
O Selalu berhubungan dengan subjek dan objek tertentu
O erupakan penilaian dari penaIsiran terhadap sesuatu
O Bervariasi dalam kualitas dan intensitas
O eliputi sejumlah kecil atau banyak item
O engandung komponen kognitiI, aIektiI dan konatiI
Sesuai dengan pendapat serta siIat-siIat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
pengertian sikap sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek kognitiI,
konatiI dan aIektiI yang merupakan kesiapan mental psikologis untuk mereaksi dan bertindak
secara positiI atau negatiI terhadap objek tertentu. ari deIinisi di atas dapat juga disimpulkan
bahwa sikap bukanlah pembawaan sejak lahir, sikap dapat berubah melalui pengalaman,
merupakan organisasi keyakinan, merupakan kesiapan untuk memberikan reaksi, relatiI tetap,
hanya cocok untuk situasi tertentu, serta merupakan penilaian dan penaIsiran terhadap sesuatu.
. Komponen Sikap dan Pekerjaan
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen itu adalah
komponen kognitiI, aIektiI dan konatiI dengan uraian sebagai berikut (Robbins, 2007 :
1. Komponen kognitiI (komponen perseptual, yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, atau persepsi pendapat, kepercayaan. Komponen ini
mengacu kepada proses berpikir, dengan penekanan pada rasionalitas dan logika. Elemen
penting dari kognisi adalah kepercayaan yang bersiIat penilaian yang dilakukan
seseorang. Kepercayaan evaluatiI yang dimaniIestasikan sebagai kesan yang baik atau
tidak baik yang dilakukan seseorang terhadap objek atau orang.
2. Komponen aIektiI (komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dengan
rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
positiI, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatiI.
3. Komponen konatiI (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.
isalnya ramah, hangat, agresiI, tidak ramah atau apatis. Beberapa tindakan dapat diukur
atau dinilai untuk memeriksa komponen perilaku sikap.
. SIKAP UTAMA
Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi dalam kehidupan organisasi diIokuskan pada
beberapa jenis sikap yang berkaitan dengan kerja. Sikap kerja berisi evaluasi positiI atau negatiI
yang dimiliki seseorang tentang aspek-aspek lingkungan kerja mereka. alam ilmu manajemen
sumber daya manusia, sebagian besar penelitian diIokuskan pada tiga sikap yaitu kepuasan kerja,
keterlibatan pekerjaan dan komitmen organisasional. Berikut ini dijelaskan mengenai kepuasan
dan komitmen.
1) Kepuasan Kerja
Istilah kepuasan kerja (job satisIaction dapat dieIinisikan sebagai suatu perasaan positiI yang
merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Sedangkan Kreitner dan Kinicki
menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai eIektivitas atau respons emosional terhadap berbagai
aspek pekerjaan. eIinisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu
konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatiI puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya
dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.
Herzberg di dalam teorinya %o Factors %eory mengatakan bahwa kepuasan kerja dan
ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda serta kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
pekerjaan
itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinyu. Berdasarkan penelitian yang ia lakukan,
Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi
dua kelompok yaitu kelompok satisfiers dan kelompok dissatisfiers. Kelompok satisfiers atau
motivator adalah Iaktor-Iaktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja
yang terdiri dari acievement, recognition, ork it self, responsibility and advancement.
Herzberg mengatakan bahwa hadirnya Iaktor ini dapat menimbulkan kepuasan, tetapi tidak
hadirnya Iaktor ini tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Sedangkan kelompok
dissatisfiers ialah Iaktor-Iaktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari
company policy and administration, supervision tecnical, salary, interpersonal relations,
orking conditions, fob security dan status. Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan
mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena
ia bukan sumber kepuasan kerja.
Beberapa teknik dan instrumen yang digunakan dalam mengukur kepuasan kerja pun bermacam-
macam diantaranya yang paling populer adalah Skala Kepuasan BrayIield-Rothe (ukuran
umum, Index eskriptiI Pekerjaan, Skala Wajah G (ukuran umum, dan innesota
SatisIaction Quetionaire.
) Komitmen Organisasional
Sikap kerja kedua ini dideIinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak
organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam
organisasi.
Richard . Steers mendeIinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identiIikasi (kepercayaan
terhadap nilai-nilai organisasi, keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
kepentingan organisasi dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang
bersangkutan yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat
bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan,
nilai-nilai, dan sasaran organisasinya.
Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan Iormal, karena meliputi
sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi
kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan deIinisi ini, dalam komitmen
organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan
identiIikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang dalam menjalankan
tugasnya. empersoalkan komitmen sama dengan mempersoalkan tanggung jawab, dengan
demikian, ukuran komitmen seorang pimpinan yang dalam hal ini adalah kepala sekolah adalah
terkait dengan pendelegasian wewenang (empoerment. alam konsep ini pimpinan dihadapkan
pada komitmen untuk mempercayakan tugas dan tanggung jawab ke bawahan. Sebaliknya,
bawahan perlu memiliki komitmen untuk meningkatkan kompetensi diri.
owday yang dikutip Sopiah(2008 mengembangkan suatu skala yang disebut Self Report
Scales untuk mengukur komitmen individu terhadap organisasi. %iga aspek yang diukur meliputi
:
O AIIective Commitment, berkaitan dengan emosional, identiIikasi dan keterlibatan
individu kepala sekolah di dalam organisasi.
O ormative Commitment merupakan perasaan-perasaan individu kepala sekolah tentang
kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
O Contituance Commitment berarti komponen berdasarkan persepsi individu kepala
sekolah tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi.


















Psikometrika
Pusat Pelayanan Psikologi Unline
http://psikometrika.com/sikap/
Sikap berhubungan langsung dengan perilaku atau tindakan dan hal ini secara ilmiah telah
banyak dibuktikan. Atribusi psikologi yang sering dipakai namun seringkali kita lupa makna dari
sikap tersebut. Sikap memiliki unsur nilai dan dalam ilmu ekonomi sangat populer untuk terus
dikembangkan. Situasi politik, pasar, indeks saham, kesan merk saling berpengaruh terhadap
sikap dan menentukan keberhasilan bagi pelaku ekonomi. Kesan baik, pencitraan, rasa iba dapat
digunakan di dunia politik untuk mendapatkan suara pemilih dan tentu saja tidak luput dari ilmu
tentang sikap.
Secara ilmiah diawali dari penelitian %hurstone (1928 tentang opini suka-tidak suka atau sesuai-
tidak sesuai tentang gereja dengan maksud mengajukan metode pengukuran baru tentang
kesamaan atribusi psikologis, sampai perkembangan saat ini teori sikap telah berkembang
sedemikian rupa dan telah banyak digunakan di berbagai Iungsi baik politik misal melalui opini
publik atau sikap terhadap Iigur calon (Fizbhein & Ajzen, 1975, sosial misal ketertarikan Ians
olah-raga (Funk et.al, 2000 dan ekonomi misal sikap terhadap etika bisnis (Sims & Gegez,
2004. Sikap berpengaruh terhadap persepsi individu, lingkungan Iisik dan sosial dan pada
perilaku (Albarracin et.al dalam Crano & Prislin, 2006. Sikap dapat dinyatakan sebagai
konstruk hipotesis yang menyajikan tingkat ketertarikan individu disertai dengan penilaian
evaluatiI memadukan antara reaksi kognitiI dan aIektiI (Crano & Prislin, 2006. inamika yang
terjadi antar kognisi dan aIeksi bersiIat ambigu dan bervariasi kekuatannya yang pada akhirnya
berdampak pada keyakinan atau penolakan dari konsistensi perilaku. Selanjutnya dinyatakan
bahwa sikap hampir secara pasti saling tergantung dengan cara-cara yang logis, misalkan
keterkaitan satu objek dengan objek lain akan mempengaruhi sikap yang terjadi (Oppenheim,
1992.
%eori klasik tentang sikap didasari oleh dua tema utama. Salah satu tema adalah stimulus-respon
dari teori perilaku atau behavioristik dan tema yang lain lebih pada penggabungan teori
behavioristik dengan teori konsistensi kognitiI (Collin et.al dalam Fishbein, 1975. KlasiIikasi
dua tema utama ini selanjutnya berkembang antara behavioristik dan konsistensi kognitiI ke
dalam prinsip teori kesesuaian (congruity dengan menekankan pada kecenderungan konsisten
terhadap perilaku.
%eori pembelajaran; berdasarkan penelitian mengenai keyakinan dan sikap, teori ini
mengutarakan sikap yang terjadi adalah hasil dari asosiasi atau penyamaan dari stimulus
pembelajaran (conditioned stimuli. Paradigma dasar dari teori ini menekankan pada classical
conditioning dan operant. %eori pembelajaran menjelaskan sikap adalah hasil dari belajar dan
berupa respon yang tidak tampak (implicit. Apabila individu telah mengalami ketertarikan dari
stimulus yang diberikan dengan sikap yang ditunjukkan maka berberapa perilaku selanjutnya
akan berkecenderungan dengan sikap yang sama meskipun pada situasi yang lain stimulus
tersebut tidak tampak. elalui teori pembelajaran ini mengemuka pertanyaan apabila terdapat
berbagai stimuli yang kompleks maka dengan teori ini hanya dapat mengutarakan bahwa respon
yang didapat akan bersiIat variatiI dan kurang dapat diprediksi. Prinsip kesesuaian atau
ongruity teory berupaya menjawab situasi yang terjadi apabila terdapat stimulus kompleks
tersebut. enurut teori ini apabila dua stimulus diberikan secara bersamaan maka reaksi yang
diberikan berdasarkan bobot kesesuaian dari tiap-tiap stimulus dan pengaruh sesuai proporsi dari
stimulus yang diberikan.
%eori konsep Iormasi berupaya menjelaskan prinsip kesuaian dengan model pembelajaran. %eori
ini berupaya menjelaskan bahwa respon yang diberikan berkembang sesuai dengan kompleksitas
stimulus dan pada tahap proses membuat respon terdapat Iase evaluatiI (menilai dari stimulus
yang ada dan dengan pengalman yang didapat dan bersiIat implicit. Pada akhirnya respon yang
diberikan belum tentu sama seperti pertama kali berbagai stimulus diberikan namun dapat
menghasilkan tahapan respon selanjutnya dengan lebih berkembang. odel pembelajaran seperti
diterangkan di atas belum dapat menyajikan keterlibatan prinsip kepastian penggabungan (exact
combinatorial dari stimulus yang ada. Fishbein (1975 mengusulkan model bagaimana
menentukan proses evaluatiI respon tergabung dan menghasilkan keseluruhan sikap. odel ini
diistilahkan sebagai Beliefs and Attitudes Model. engan model ini stimulus yang diberikan
bereaksi secara beragam sesuai dengan karakteristik, atribut dan kualitas dari stimulus. Hal ini
menjadikan asosiasi stimulus-respon adalah hasil pembelajaran melalui proses terkondisi
(conditioning.
%eori nilai harapan; atau Expectancy value teory didasarkan dari model SEU atau subfective
expected utility berupa teori pengambilan keputusan seperti diterangkan di atas pada sub bab
pengambilan keputusan. %eori ini memaparkan bahwa individu akan menentukan pilihan (secara
perilaku berdasarkan nilai tertinggi dari SEU semisal alternatiI yang paling menarik bagi
individu. Rosenberg (dalam Fishbein, 1975 mendeIinisikan sikap sebagai sesuatu yang
cenderung stabil mempengaruhi respon terhadap objek (stimulus. Sikap tersebut dipengaruhi
oleh struktur kognisi yang menghasilkan keyakinan mengenai potensi dari objek; menguatkan
atau melemahkan sikap sesuai dengan nilai yang dihasilkan.
%eori keseimbangan; Heider (dalam Fishbein, 1975 memiliki perhatian terhadap Iaktor-Iaktor
yang mempengaruhi sebab akibat dari atribusi terhadap individu. Heider mengutarakan bahwa
keseimbangan akan muncul jika sikap terhadap bagian dari unit yang saling berhubungan adalah
mirip. Keseimbangan akan muncul jika dua entitas atau unit memiliki karakter dinamis yang
sama. isalkan terdapat entitas terdiri dari unit A dan B (A dan B saling berhubungan dimana
individu tertarik dengan unit A dan unit B. Pada kondisi ini maka terjadi keseimbangan individu
tertahap entitas (A dan B. Sebaliknya individu tidak tertarik dengan unit A dan B maka juga
akan terjadi keseimbangan. Ketidakseimbangan akan muncul jika individu tertarik dengan unit A
tapi tidak tertarik dengan unit B atau sebaliknya. Keseimbangan juga akan muncul jika entitas A
dan B tidak saling berhubungan dimana individu tertarik atau tidak tertarik terhadap salah satu
unitnya.
%eori ognitive Dissonance; Festinger (dalam Fishbein, 1975 mengawali teori ini dengan
menyajikan pertimbangan terhadap dua unit kognitiI yang saling berhubungan. Sikap atau
keyakinan individu dapat berupa kesesuaian (consonant, bertentangan (dissonance atau tidak
berhubungan satu sama lain. Jika terjadi ketidaksesuaian atau dissonance maka individu akan
mengalami ketidaknyamanan psikologis. Adanya dissonance memicu individu untuk mengubah
sikap menjadi keadaan yang sesuai atau consonant. Perubahan sikap bisa didasari dari perubahan
keyakinan atau perubahan perilaku terhadap objek atau stimulusnya. Empat situasi dasar yang
dapat memunculkan cognitive dissonance adalah: (1. pengambilan keputusan, (2. aturan atau
persetujuan yang dipaksakan, (3. sengaja atau tidak sengaja munculnya inIormasi yang tidak
berkenan dan (4. ketidaksetujuan dengan orang lain.
Pada penelitian lebih lanjut, perhatian terhadap sikap berkembang dengan berupaya
mengklasiIikasikan sikap, pengaruh ingatan dan fudgment terhadap sikap dan eIek inIormasi
sebagai pengaruh terhadap perubahan sikap. Pada proses evaluasi terhadap objek, sikap mengacu
pada hubungan antara objek dan kategori pilihan misal baik-buruk, suka-tidak suka. Sikap terdiri
dari ingatan (memory dan penilaian (fudgment. Ingatan terdapat pada sikap yang ada dan
ditempatkan pada ingatan permanen melalui proses kognisi sedangkan fudgment terjadi pada saat
terjadinya proses berpikir terhadap objek pada waktu dan tempat tertentu. Struktur sikap terdiri
dari dua jenis, yaitu sikap tampak (explicit attitude dan sikap tidak tampak (implicit attitude.
Greenwald dan Banaji (Albarracin et.al 2006 mendeIinisikan sikap tidak tampak sebagai
gambaran yang tidak akurat terhadap pengalaman masa lalu yang mempengaruhi perasaan
tertarik-tidak tertarik, pikiran atau tindakan terhadap suatu objek. Sikap tampak mencerminkan
proses evaluasi yang disadari terhadap objek, sedangkan sikap tidak tampak mencerminkan
evaluasi yang tidak disadari dan bukan peran utama ketika terjadinya proses penilaian terhadap
objek baik bersiIat pribadi maupun sosial. Sikap dihadirkan dari ingatan sebagai kesimpulan dari
penilaian yang berhubungan dengan objek (Albarracin et.al 2006.
Social judgment theory; perubahan sikap adalah hasil dari proses perseptual. Ketika komunikasi
berlangsung berdekatan dengan penerima sikap, individu menjadi dekat dengan penyampai
pesan melalui proses penyesuaian sikap yang dimiliki dengan penyampai pesan. elalui situasi
terbalik dimana secara subyektiI berjauhan antara penyampai pesan dan penerima pesan, maka
persepsi awal yang muncul adalah eIek kontras atau persepsi yang diterima berbeda dengan
penyampai pesan. apat dikatakan apabila objek memiliki jarak dengan penerima sikap maka
intepretasi awal yang muncul adalah negasi meskipun pada saat evaluasi dari inIormasi secara
kognitiI dapat saja berubah tergantung dari atribut lain yang terkait, misalkan belief terhadap
objek tersebut yang begitu kuat.
InIormation integration theory; Anderson (dalam Albarracin et.al. , 2006 termasuk peneliti awal
yang membuat model statistik tentang pengaruh sikap dengan inIormasi baru yang diterima.
%eori ini mengasumsikan bahwa inIormasi baru yang diterima melebur dengan inIormasi-
inIormasi lama dengan bobot rata-rata, bukan ditambahkan. Kondisi dimana inIormasi lama dan
inIormasi baru ditambahkan tergantung secara ekstrim bahwa inIormasi baru dan inIormasi lama
memiliki bobot nilai eIek yang sama Ajzen (1975 sedangkan proses rata-rata terhadap inIormasi
terjadi apabila inIormasi baru memiliki sumbangan moderat terhadap sikap (Albarracin et. al. ,
2006.
odel aktivasi dan perbandingan; diusulkan oleh Arbaccin et.al (dalam Arbaccin 2006 yang
berupaya membuat konsep peran ingatan dan inIormasi baru dalam memproses penilaian
evaluatiI. Usulan dari model ini menyatakan bahwa sikap dapat berubah tergantung tiga proses,
yaitu: (1. mengaktiIkan kembali sikap sebelumnya didasarkan dari ingatan, (2. mengaktiIkan
inIormasi-inIormasi lama yang dapat diambil dari ingatan atau Iaktor eksternal dan (3.
perbandingan sikap sebelumnya dengan inIormasi yang relevan.
%eori-teori tentang sikap telah diutarakan di atas beserta proses dan Iaktor-Iaktor yang
mempengaruhi. apat disimpulkan sikap dapat bersiIat tidak konsisten tergantung dari aspek-
aspek yang mempengaruhi (inIormasi dan dinamika dari tiap-tiap objek stimulus terhadap
entitas baru dari respon yang diambil oleh individu. Sementara proses yang terjadi dapat berupa
aspek kognitiI dan behavioristik yang saling berpengaruh didasarkan dari ingatan dan reIerensi
evaluatiI respon melalui fudgment.
Referensi.
O Albarricin, ., Johnson B. %. & Zanna, .%., (2005. %he Handbook oI Attitudes,
Lawrence Elbraum Associate Publishers, ahwah ew Jersey
O Albarricin, ., Wang, W., Li, Hong & oguchi, K., (2006. Structure oI Attitude;
Judgment, emory and Implications oI Change dalam Attitudes & Attitude ange,
Crano, W. . & Prislin, R., Psychology Press: %aylor & Francis, ew York
O Crano, W. . & Prislin, R,.(2006, Attitudes & Attitude Change, Psychology Press:
%aylor & Francis, ew York
O Fisbhein, & Azjen, I. (1975, BelieI, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction
to %heory and Research, Addison-Wiley Publishing Company, assachusetts.
O Oppenheim, A. ., (1992, Questionnaire esign, Interviewing and Attitude
easurement; ew Edition, Continuum, London
O Sims, R. L. & Gegez, A. E.,(2004. Attitudes towards Business Ethics: A Five ation
Comparative Study; ournal of Business Etics, 50(3: 253-265


!urnal
hLLp//dlglllbpeLraacld/vlewerphp?page1submlLx0submlLy0qualhlghfname/[lunkpe/s1/
eman/2009/[lunkpenss120093140420311981woodchapLer2pdf

buku
hLLp//booksgooglecom/books/abouL/enganLar_1eorl_komunlkasl_2hLml?ldPPwd9uukf3gC




KONSEP PENTING TEORI SIKAP
Posted on May 1 by ahmadrimba abmadrimba
http://ahmadrimba.wordpress.com/2010/05/20/konsep-penting-teori-sikap/

1. SIKAP
konsep utama dari teori ini, sikap (standpoint, adalah lokasi yang dimiliki bersama oleh
kelompok yang mengalami status sebagai orang luar, di dalam sebuah struktur sosial, yang
memberikan sejenis pemahaman bagi pengalaman orang yang telah dijalani. selain itu dari
perspektiI Hartstock , sikap bukan sekedar posisi yang diminati (diinterpretasikan sebagai bias
tetapi diminati dalam artian dilibatkan (1998, hal. 107. konsep keterlibatan (engagement
diperbesar oleh para peneliti yang membedakan antara sikap dan perspektiI (Hirschmann, 1997;
O`brien Hallstein, 2000.
2. PEGE%AHUA %ERSI%UASI
onna Haraway (1988 memberikan kontribusi istilah pengetahuan tersituasi, yang berarti
bahwa pengetahuan setiap orang didasarkan pada konteks dan keadaan. konsep Haraway
menyiratkan bahwa pengetahuan bersiIat ganda dan tersituasi di dalam pengalaman.
3. PEBAGIA PEKERJAA BERASARKA JEIS KELAI
teori sikap Ieminis hartsock yang terinspirasi oleh marxisme berpijak pada pemikiran bahwa pria
dan wanita terlibat di dalam pekerjaan yang berbeda berdasarkan jenis kelamin mereka, yang
berakibat pada pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin (sexual division oI labor.
pembagian ini tidak hanya menempatkan orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda
berdasarkan jenis kelamin, tetapi hal ini juga mengeksploitasi wanita dengan menuntut kerja
tanpa memberikan upah sekaligus membuat wanita bertanggung jawab dalam pemeliharaan
yang tidak digaji dan dalam reproduksi dari tenaga kerja di masa kini dan masa depan ( ChaIetz,
1997, hal 104.

Você também pode gostar