Você está na página 1de 6

www.ahmadiyya.or.

id

Qadla dan Qadar


Berikut ini adalah kompilasi dari nukilan yang diambil dari Malfuzat yang berkaitan tentang takdir dan nasib manusia. Kumpulan Malfuzat terdiri dari sepuluh volume dan berisi koleksi diskursus, khutbah dan pidato Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Masih Maud dan Imam Mahdi. Penterjemah: A.Q. Khalid

Pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Dalam tahun 1891, berdasarkan wahyu Ilahi, beliau menyatakan diri sebagai AlMasih yang Dijanjikan dan Imam Mahdi yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Hazrat Muhammad Rasulullah s.a.w. serta kitab suci agama lainnya. Pernyataan beliau menjadi dasar dari keimanan Jemaat Islam Ahmadiyah.

Allah sw t memang tidak mengungkapkan rahasia dari sistem takdir dan penentuan nasib namun di dalam hal itu (melalui manifestasinya) ada berbagai pokok-pokok kebijakan. Melalui pengalamanku sendiri dapat dikatakan bahwa tidak ada orang yang mungkin mencapai makam keruhanian yang luhur semata-mata dari hasil upayanya sendiri. Ada berbagai cobaan yang harus ditanggungkan yang akan membawa seseorang mendekat kepada Tuhan. Siapa yang mampu memecut keras dirinya sendiri dengan sebuah gada? Allah sw t bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang (karena itu cobaan yang datang daripada-Nya pasti membawa ganjaran). Aku sendiri telah mengalami hal ini dimana setelah melalui sedikit kepedihan, Allah akan melimpahkan karunia dan berkat yang besar. Yang namanya akhirat itu bersifat kekal, mereka yang telah berpisah dari diri kita tidak akan kembali tetapi kita dalam waktu
- 1 -

www.ahmadiyya.or.id

YANG PERLU DISADARI IALAH ADA BEBERAPA KEHENDAK ILAHIAH YANG SIFATNYA HANYA BERTUJUAN MENANAMKAN RASA TAKUT KEPADA TUHAN SERTA MENGINGATKAN MANUSIA KEPADA KEMANJURAN DOA. MELALUI DOA, SEDEKAH DAN AMAL SALEH, BANYAK SEKALI KETAKUTAN DAN MARA BAHAYA YANG BISA DIHINDARKAN.

tidak terlalu lama malah akan bergabung dengan mereka. Dinding di dunia ini (yang memisahkannya dengan akhirat) bukanlah suatu dinding yang solid, bahkan dinding ini merupul runtuh (dengan bertambah dekatnya kita ke wilayah sana). Yang harus difikirkan ialah tidak ada sesuatu apa pun yang bisa dibawa dari dunia ini ke alam berikut, lagi pula tidak ada seorang pun yang tahu kapan ia harus berangkat. Kapan pun saatnya manusia meninggalkan dunia ini akan dianggap sebagai saat yang tidak tepat dan ia berangkat berhampa tangan karena hanya amal baik saja yang bisa menyertai seseorang. Nyatanya sering dijumpai adanya orang-orang yang sudah di ambang sakratul maut tetapi masih saja membilang dan menghitung-hitung berapa harta benda yang dimilikinya. Perhatian mereka pada saat demikian masih saja seputar benda duniawi. Banyak sekali orang yang berperilaku demikian, bahkan dalam Jemaat ini pun, dimana ibadah mereka kepada Allahsw t disertai ber- 2 -

bagai persyaratan. Ada pula beberapa orang yang menyurati aku memohon didoakan sambil mengatakan bahwa jika mereka dikaruniai sekian banyak uang atau ada keinginan lain yang terkabul maka mereka berjanji akan menjadi anggota Jemaat ini. Orang-orang bodoh ini tidak memikirkan apa untungnya bagi Allah kalau mereka baiat ke dalam Jemaat! Jemaat kita ini sepatutnya memiliki keimanan seperti yang dimiliki para sahabat Rasulullah s a w yang merelakan kepala mereka di jalan Tuhan. (Malfuzat, vol. 9, h.381-383). Dalam suatu percakapan umum ketika beberapa orang mengemukakan bahwa musibah bisa dihindari dengan cara bersedekah dan memberikan infaq, Hazrat Masih Maud a s menyatakan: Memang benar demikian. Tetapi ada pula manusia yang mempertanyakan mengapa takdir Ilahi terdiri dari dua bagian. Jawabannya adalah dengan

www.ahmadiyya.or.id

melihat pengalaman kita sendiri yang menjadi saksi atas suatu kenyataan bahwa ketika seseorang menghadapi situasi yang amat mengancam dirinya, jika ia menggiatkan doa atau shalat, sedekah dan infaq, ternyata situasi demikian kemudian bisa dihindari. Karena itu sepatutnya kita meyakini takdir Ilahi yang dikenal sebagai Mu'allaq atau qadla yang tertunda nyatanya memang ada. Kalau bukan takdir jenis ini dan yang ada ialah takdir yang tidak bisa diubah atau Mubram maka doa, shalat dan sedekah tidak akan membawa pengaruh. Lalu mengapa suatu situasi yang amat berbahaya bisa dihindari melalui doa dan sedekah? Yang perlu disadari ialah ada beberapa kehendak Ilahiah yang sifatnya hanya bertujuan menanamkan rasa takut kepada Tuhan serta mengingatkan manusia kepada kemanjuran doa. Melalui doa, sedekah dan amal saleh, banyak sekali ketakutan dan mara bahaya yang bisa dihindarkan. Masalah kemakbulan doa mirip dengan hubungan antara wanita dan pria dimana akan terjadi hubungan jika dilakukan pada saat dan kondisi relatif yang tepat serta tidak ada kekurangan yang mengganggu. Hanya saja jika qadar Ilahiah itu dari jenis yang tidak bisa dihindari, maka jenis yang demikian disebut Mubram

dimana doa juga tidak akan berhasil. Bisa saja seseorang ingin berdoa tetapi tidak bisa mengkonsentrasikan fikirannya sedangkan hatinya tidak meresapi sepenuhnya emosi kepedihan dan kesedihan yang mestinya melambari suatu permohonan doa. Kekurangan konsentrasi ini juga terjadi dalam shalat yang bersangkutan. Semua hal ini lalu mengisyaratkan bahwa hasil akhir dari situasi yang dihadapi tidak akan baik jadinya dan inilah qadar yang disebut sebagai Mubram yaitu takdir yang tidak bisa dielakkan. Saat itu seseorang memberi komentar bahwa pada saat putra dari Nawab Muhammad Ali Khan sedang sakit berat, beliau (Hazrat Masih Maud) menerima wahyu yang menyatakan bahwa itu adalah takdir Mubram dimana kematian sudah ditakdirkan. Namun dengan syafaat doa Huzur maka takdir itu nyatanya bisa dihindari. Hazrat Masih Mauda s menyatakan: Sayid Abdul Qadir Al-Jaelanira pernah menulis bahwa terkadang qadar Mubram pun bisa dielakkan melalui kekuatan doa. Berkenaan dengan hal ini, seorang ulama terkenal yaitu Sheikh Abdul Haque Muhaddith Dehli mempermasalah- 3 -

www.ahmadiyya.or.id

KEBANYAKAN ORANG TIDAK MEMAHAMI FITRAT DARIPADA DOA DAN JUGA TIDAK MENGERTI MAKNA PERTALIAN ANTARA DOA DENGAN TAKDIR ILAHI. ALLAH SWT SELALU MEMBUKA JALAN BAGI DOA DAN TIDAK AKAN MENOLAK PERMOHONAN MEREKA. BAIK BAGI DOA MAU PUN TAKDIR ILAHI, ALLAHSWT TELAH MENETAPKAN KAPAN SAATNYA YANG TEPAT.

kan kalau qadar Mubram tidak bisa dielakkan, lalu apa yang dimaksud oleh Al-Jaelani? Akhirnya ia sendiri juga yang memberikan jawaban bahwa qadar Mubram juga terdiri dari dua jenis yaitu yang benarbenar Mubram sedangkan yang satunya mirip Mubram tetapi bukan. Mubram yang sesungguhnya tidak bisa dihindari dalam keadaan apa pun seperti contohnya bahwa manusia pada akhirnya akan mengalami kematian. Qadar ini tidak bisa dielakkan meski yang bersangkutan berkeinginan hidup abadi. Jenis qadar yang mirip Mubram (tetapi bukan) contohnya seperti suatu situasi berbahaya yang amat gawat dimana orang sepertinya tidak akan mungkin melepaskan diri. Keadaan demikian disebut seperti Mubram (yang sebenarnya lebih tepat disebut Muallaq yang bisa dielakkan melalui doa dan sedekah). Adapun qadar Mubram yang sesungguhnya tidak akan bisa dielakkan meski misalnya semua Nabi-nabi mendoakannya. (Malfuzat, vol. 7, h.87-88)

Kitab Al-Quran telah menetapkan beberapa hal sebagai pengukuhan prinsip agung bahwa Allah yang Maha Kuasa itu adalah yang Maha Esa dan menjadi sumber serta tujuan dari segala hal. Tetapi hal ini lalu ditafsirkan beberapa kritikus bodoh sebagai akidah pemaksaan. Allah adalah wujud kausa utama dari segala hal dan Pemelihara semuanya. Ini juga yang mendasari mengapa Allah yang Maha Kuasa dalam AlQuran menyebut Diri-Nya sebagai Kausa dari segala kausa tanpa ada apa pun yang menjadi sarana antara. Namun Al-Quran ada juga mengungkapkan terdapatnya media antara yang harus diperhatikan manusia. Selain itu Al-Quran juga mengemukakan penghukuman atas kejahatan dan menetapkan hukumannya. Kalau sistem qada dan qadar Ilahi sama sekali tidak bisa diubah, dimana manusia harus mengikuti paksaan nasib yang bersifat absolut, lalu apa gunanya ditetapkan adanya pengganjaran dan penghukuman? Yang patut diingat ialah Al-Quran

- 4 -

www.ahmadiyya.or.id

tidak membatasi segalanya dalam cakupan sistem kausa phisikal, tetapi lebih pada menuntun umat manusia kepada ketauhidan Ilahi yang hakiki. Kebanyakan orang tidak memahami fitrat daripada doa dan juga tidak mengerti makna pertalian antara doa dengan takdir Ilahi. Allah sw t selalu membuka jalan bagi doa dan tidak akan menolak permohonan mereka. Baik bagi doa mau pun takdir Ilahi, Allah sw t telah menetapkan kapan saatnya yang tepat. Melalui doa, salah satu fitrat Maha Pemelihara telah dianugrahkan Allah sw t kepada mereka yang menyembah-Nya sebagaimana dinyatakan dalam AlQuran:

logika atau nalar semata. Sia-sia saja kalian mencoba memahami rahasia Ilahiah. Lagi pula tidak patut rasanya. Sebagaimana juga dinyatakan oleh Hazrat Rasulullah s a w Perilaku seorang pencari kebenaran adalah penghormatan semata. Qada dan qadar Ilahi memiliki kedekatan yang sangat dengan doa. Doa bisa mengelakkan berlakunya takdir yang bersifat sementara atau takdir Muallaq. Doa adalah sarana paling efektif guna menghindari bahaya dan kesulitan. Mereka yang meragukan keunggulan doa sesungguhnya keliru. Al-Quran mengemukakan dua aspek daripada doa. Aspek pertama, Allah sw t akan memaksakan kehendak-Nya, sedangkan pada aspek yang lain, Dia mengabulkan doa seorang hamba. Dalam ayat:

...Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu. . . (S.40 Al-Mumin:61) Karena itulah aku selalu menyatakan bahwa Tuhan umat Muslim selalu mendengar permohonan mereka, sedangkan tuhan yang tidak pernah mencipta senoktah apa pun atau dikatakan telah mati karena aniaya bangsa Yahudi, bagaimana mungkin ia bisa mengabulkan? Tidaklah bijak mencari kesepakatan di antara kondisi pilihan bebas dengan paksaan hanya berdasarkan ...akan Kami beri kamu cobaan dengan sedikit ketakutan dan kelaparan... (S.2 Al-Baqarah:156) Allah sw t meminta kepatuhan atas kehendak-Nya. Maksudnya, tanggapan manusia terhadap takdir Ilahi yang bersifat mutlak ialah:

- 5 -

www.ahmadiyya.or.id

...Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kep ada-Nya kami akan kembali... (S.2 Al-Baqarah:157) Adapun saat kapan tiba gelombang rahmat dan berkat dari Allahsw t diindikasikan dalam Al-Quran: Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu. (S.40 AlMumin:61) Seo r a n g m uk m i n i n h aruslah memahami kedua aspek tersebut. Kaum Sufi menyatakan bahwa ketergantungan seseorang kepada Tuhannya belum akan sempurna sampai yang bersangkutan mampu membedakan saat dan tempat yang sesuai dalam mengajukan permohonan doa. Dikatakan bahwa seorang Sufi tidak akan berdoa sampai ia tahu telah tiba saat yang tepat untuk berdoa. Sayid Abdul Qadir Al-Jaelanir a menyatakan bahwa doa bisa men-

jadikan seorang yang kasar hatinya menjadi seorang yang lembut. Ia bahkan menyatakan kalau mara bahaya gawat yang sepertinya merupakan takdir mutlak, nyatanya dapat dihindari. Singkat kata, yang harus selalu diingat berkenaan dengan doa ialah terkadang Allah sw t mengharuskan kepatuhan hamba kepada kehendakNya dan pada saat lain Dia mengabulkan permohonan hamba-Nya. Dengan kata lain, Dia memperlakukan hamba-Nya laiknya seorang sahabat. Doa-doa dari Hazrat Rasulullahsaw dikabulkan dalam skala besar dan karena itulah maka beliau menduduki posisi tertinggi dalam ketakwaan kepada kehendak Allahsw t serta menerimanya dengan hati gembira. (Malfuzat, vol. 3, h.224226)

- 6 -

Você também pode gostar