Você está na página 1de 5

KLONING DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM I. Pendahuluan 1.

Latar Belakang Kloning adalah kemajuan biotehnologi yang cukup mengemparkan dunia ketika lahirlah seekor domba yang diberi nama Dolly, sehingga diangan-angankan bahwa suatu saat kloning juga dapat dipakai untuk melahirkan manusia kloning , yang dihasilkan dari penggandaan gen dan menghasilkan keturunan yang sifat nya sama dengan induknya baik sifat dan hereditas maupun fisiknya. Bagaimana Islam Melihat masalah Kloning, karena Kloning adalah persoalan kontemporer yang hukumnya sendiri tidak pernah dibicarakan dalam al-Quran maupun Hadist dan ijtihad para ulama Mutaqaddimin. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menetapkan hukumnya adalah melalui ijtihad. Prestasi ilmu pengetahuan yang dicapai manusia sampai pada penemuan proses kloning, sesungguhnya telah menyingkapkan sebuah hukum alam yang ditetapkan Allah SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan, karena proses kloning telah menyingkap fakta bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan terdapat potensi menghasilkan keturunan, jika inti sel tubh tersebut ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah dihilangkan inti selnya. Jadi, sifat inti sel tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma laki-laki yang dapat membuahi sel telur perempuan. Oleh karena itu penulis memandang perlu dibuat suatu tulisan yang membicarakan tentang Kloning. 2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Kloning itu? 2. Bagaiman Perkembangan Kloning? 3. Bagaimana Kloning menurut Perspektif Hukum Agama Islam? II. Pembahasan 1.Pengertian Kloning Secara etimologi, istilah Kloning atau klonasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Klonus yang berarti ranting, stek atau cangkok. Sedangkan secara terminologi Kloning (klonasi) adalah teknik pembiakan vegetatife atau reproduksi aseksual (tanpa pertemuan sel sperma dan ovum) dengan kode genetic yang sama dengan induknya, pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Individu baru hasil kloning tersebut disebut klon. Kata klon digunakan dalam dua pengertian : (1) klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel lain yang identik sifat-sifat genetiknya, dan (2) Klon gen atau molekular, yang artinya sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang direplikasikan dari satu gen ke gen lainnya. Ditinjau dari cara kerja dan tujuannya, Kloning dapat dibedakan atas 3 macam: Kloning embriologi (embrional cloning), Kloning DNA dewasa (Adult DNA Clonning) / Kloning reproduksi (reproductive cloning) dan Kloning terapetik (therapeutic cloning). Kloning pada tumbuhan telah berlangsung sejak lama dan banyak dilakukan khususnya dibidang pertanian dengan tujuan untuk memperbanyak tanaman melalui stek atau cangkok sehingga dihasilkan sejumlah tanaman yang sama sifatnya, Sekarang teknologi Kultur jaringan. tumbuhan (In Vitro) telah berkembang dengan pesat sehingga kloning pada tumbuhan selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan kloning pada hewan. Hal ini karena sifat totipotensi sel tumbuhan, baik sel somatik maupun sel embrional pada umumnya lebih mudah untuk melakukan diferensiasi membentuk organ dan individu baru (klon) daripada sel hewan. Disamping itu dampak sosial, etika maupun moral pada kloning tumbuhan selama ini dipandang lebih ringan dibandingkan pada hewan. Sebenarnya kloning juga seringkali terjadi di alam dan umumnya dilakukan oleh organisme dalam rangka melestarikan jenisnya. Kloning alami tersebut banyak dilakukan oleh

organisme uniseluler dengan cara membelah diri (reproduksi aseksual) seperti pada Bakteri, Amoeba, Paramaecium, dan Protozoa lainnya pada kondisi lingkungan yang sesuai, sedangkan pada organisme multiseluler (hewan tingkat rendah) dapat kita lihat pada cacing Planaria sp. serta pada hewan-hewan partenogenetik lainnya seperti pada lebah dan beberapa jenis serangga. Kloning alami pada tumbuhan dapat dengan jelas kita amati pada tanaman Cocor Bebek. Meskipun reproduksi aseksual (kloning) dapat berlangsung dengan cepat, tetapi tidak selamanya menguntungkan bagi kelestarian jenisnya. Hal ini karena individu yang sama sifatnya umumnya mempunyai kemampuan untuk menanggulangi perubahan lingkungan yang sama pula, sehingga apabila terjadi perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan (drastis), maka besar kemungkinan organisme tersebut akan mati serta musnah jenisnya dari alam. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kloning telah terjadi sejak lama di alam dan merupakan sistem alami yang telah tertata dengan rapi sehingga terjadi keseimbangan ekosistem. Pada akhirnya pengetahuan tentang kloning tesrsebut dimanfaatkan manusia untuk memperoleh jenis-jenis tanaman dan hewan unggul, serta diupayakan juga untuk melestarikan tumbuhan maupun hewan langka dari kepunahan. 2. Perkembangan Teknologi Kloning Hanya terpaut beberapa bulan setelah keberhasilan kloning domba Dolly disusul domba Polly yang telah disisipi materi genetik manusia, dunia ilmu pengetahuan kembali digemparkan oleh keberhasilan kloning sapi jantan yang diberi nama Gene hasil rekayasa perusahaan ABS Global Inc. yang bergerak di bidang Teknologi Reproduksi Hewan Ternak yang bermarkas di DeForest, Wisconsin, Amerika Serikat. Meskipun sapi Gene tidak dihasilkan dari sel sapi dewasa tetapi teknologi kloning tersebut memungkinkan dihasilkan sapi dari sel sapi dewasa seperti halnya pada kloning domba Dolly. Kloning pada hewan dimulai ketika para pakar Biologi Reproduksi Amerika pada tahun 1952 berhasil membuat klon katak melalui teknik TGM (Transplanting Genetic Material) dari suatu sel embrional katak ke dalam sel telur katak yang telah diambil intinya, kemudian Mintz (1967) berhasil melakukan transplantasi sel somatik embrional pada stadium blastula dan morula ke dalam rahim seekor tikus sehingga dihasilkan klon tikus, sedangkan Gurdon (1973) melakukan transplantasi nukleus sel usus katak (somatik) yang telah mengalami diferensiasi ke dalam sel telur katak yang telah diambil intinya. Sel telur yang berinti sel intestinum tersebut kemudian berkembang menjadi klon katak. Tahun-tahun berikutnya ditandai oleh sejumlah keberhasilan klon beberapa jenis hewan antara lain babi, kelinci, domba, kera dan sapi yang berasal dari klon sel embrio yang umumnya lebih mudah berhasil dibandingkan mengklon dari sel hewan dewasa (somatik). Bagi kita mungkin bukan keberhasilan kloning Dolly, Polly maupun Gene yang menjadi fokus utama melainkai sebuah pertanyaan besar yang memanti dihadapan kita yaitu Apakah Perlu Kloning Pada Manusia ?. Secara teknologis pembuatan klon manusia bukan merupakan masalah yang utama lagi dan diramalkan akan tercipta dalam kurun waktu 25 tahun mendatang, meskipun dengan biaya yang cukup mahal karena kemungkinan tingkat keberhasilan teknologi tersebut masih rendah. Sebagaimana hal ini terjadi pada percobaan yang dilakukan oleh ilmuwan Ian Wilmut yaitu dari 277 percobaan yang dilakukan pada percobaan kloning tersebut, hanya 29 yang berhasil menjadi embrio domba yang dapat ditransplantasikan ke dalam rahim domba, dan hanya satu saja yang berhasil dilahirkan menjadi domba yang normal. Keberhasilan tim dokter di Rumah Sakit Van Helmont, Belgia yang dipimpin oleh Dr. Martine Nijs dalam mengklon bayi kembar 4 tahun yang lalu adalah salah satu bukti bahwa kloning pada manusia dapat dilakukan. Keberhasilan ini berawal dari ketidaksengajaan Dr. Nijs menggosok permukaan sel telur beku yang telah dibuahi dengan sebatang kaca sehingga

sel telur tersebut terbelah menjadi dua dalam rahim si ibu dan kemudian berkembang menjadi janin, disusul dengan lahirnya dua anak kembar. Teknik penggosokan tersebut merupakan salah satu teknik yang sering dilakukan pada kloning hewan percobaan sejak tahun 1980-an. Keberhasilan demi keberhasilan semakin mendekati kenyataan terciptanya klon manusia, tetapi dampak yang menghawatirkan justru akan menimpa moralitas kemanusiaan. Tidak heran kalau gagasan untuk membuat klon manusia ini mendapat tanggapan keras dari kaum moralis serta menjadi bahan perdebatan diantara para pakar yuridis, politikus, agamawan dan dikalangan para pakar bioteknologi sendiri. Sebagian orang berpendapat bahwa kloning penting untuk mengatasi permasalahan kemanusiaan dan penelitian-penelitian tentang kloning jangan sampai dihentikan. Mereka memandang bahwa teknologi kloning dapat digunakan untuk memproduksi organ-organ tubuh pengganti seperti ginjal, darah, hati , jantung serta organ lainnya yang biasa diperoleh dari donor, sehingga akan membantu setiap penderita yang sangat memerlukannya untuk ditransplantasikan pada tubuhnya. Tetapi sayangnya teknologi ini juga dapat digunakan untuk menggandakan orang-orang jahat. Satu hal yang paling esensi untuk setiap karya cipta, apalagi menyangkut manusia adalah apapun bentuk teknologinya, maka manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari dampak yang ditimbulkannya. Hal ini penting karena dampak yang ditimbulkan dari kloning manusia menyangkut banyak aspek dengan tingkat permasalahan yang sangat kompleks. Sebagai contoh kekerabatan menjadi semakin rumit dan bias, ikatan anak dengan ibu atau anak dengan bapak menjadi lemah. Kemungkinan akan timbul permasalahan seputar kepemilikan organ tubuh maupun anak dari hasil klon. Apakah yang mempunyai hak kepemilikan anak hasil klon itu adalah orang tua penyumbang inti sel (nukleus) ataukah orang tua penyumbang sel embrio yang telah dihilangkan nukleusnya ataukah orang yang mengandung serta melahirkanya? Demikian juga status kepemilikan klon organ tubuh manusia menjadi semakin ruwet. Apakah pemilik klon organ tubuh tersebut adalah orang yang menyumbangkan sel organnya untuk diklon (donor sel), ataukah organ tersebut milik ilmuwan yang mengklon, atau milik klinik, laboratorium, rumah sakit tempat dia mengklonkan organ tubuhnya atau milik lembaga yang membiayai usaha klon tersebut? Belum lagi dengan aspek yuridis yang berkaitan dengan perkawinan dan pewarisan manusia klon, serta masalah-masalah lain yang mungkin akan muncul seiring dengan dilaksanakanya teknologi kloning pada manusia. 3. Hukum Kloning Dalam Perspektif Agama Islam Professor Abdul Aziz Sachedina of the University of Virginia, merujuk pada ayat Alquran surat Al-Mukminun 12-14, bahwa ilmuwan yang mengadakan cloning tidak mempercayai Allah sebagai pencipta yang paling sempurna terhadap mahluknya. Usaha mengkloning adalah usaha mengingkari kesempurnaan Allah. Firman Allah dalam QS, al Muminun 1214: . . . Artinya : Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Adapun pendapat Ulama tentang kloning terbagi menjadi 3, yaitu : a) Kloning tumbuhan dan hewan dengan tujuan memperbaiki kualitas dan produktifitas menurut hokum syara adalah mubah. Memanfaatkan tanaman dan hewan melalui proses kloning untuk mendapatkan obat hukunya sunnah, sebab berobat hukumnya sunnah. b) Kloning embrio yang terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri atas pertemuan sel sperma suami dengan sel telur istri, kemudian sel embrio itu diperbanyak hingga berpotensi untuk membuahi dan berkembang, setelah dipisahkan sel embrio itu selanjutnya dapat ditanamkan dalam rahim perempuan lain (bukan istri), kalau ini yang terjadi maka hukumnya haram, akan tetapi jika sel-sel itu ditanamkan ke dalam rahim pemilik sel telur, maka hukumnya mubah. c) Kloning manusia walaupun dengan alasan untuk memperbaiki keturunan (biar lebih cerdas, lebih rupawan, lebih sehat, lebih kuat dll) hukumnya adalah haram, dalil keharamannya adalah sebagai berikut : 1. Proses kloning tidak alami, berdasarkan Firman Alloh dalam QS, an Najm 45-46 : . Artinya : Dan bahwasanya Dialah yang telah menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani yang dipancarkan. 2. Produk kloning tidak mempunyai ayah, berdasarkan firman Allah dalam QS, al Hujurat 13: Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan QS, al Ahzab 5 : Artinya : Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil di sisi Allah. 3. Kloning manusia menghilangkan nasab (garis keturunan), sementara Islam mewajibkan pemeliharaan nasab, diriwayatkan oleh ibn Abas RA dalam HR. ibnu Majah : Artinya : Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (budak) bertuan kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. 4. Kloning mencegah pelaksanaan hukum syara : hukum perkawinan, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, hak waris, hubungan mahram dll, kloning juga menyalahi fitrah. Hasil konferensi tahun 1997 oleh Islamic fiqh mengemukakan pandangan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta, seminar ini menyimpulkan bahwa Kloning manusia itu haram dan Kloning terhadap hewan itu halal, karena Kloning terhadap manusia itu akan menimbulkan masalah yang kompleks tentang sosial dan moral. Fatwah terakhir, tentang larangan mengkloning manusia dikeluarkan jawatan Kuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Malaysia melalui keputusan mudzakarah yang ke 51 pada tanggal 11 maret 2002, menetapkan bahwa : 1. Kloning manusia untuk tujuan apapun adalah haram, karena bertentangan dengan fitrah kejadian manusia, sebagaimana yang ditentukan oleh Allah SWT. 2. Penggunaan stem cell dengan tujuan medis sejauh tidak bertentangan dengan hukum syara diperbolehkan. Ali Yafie dengan tegas menyatakan bahwa bayi kloning merupakan bayi bermasalah dalam bentuk hukum islam karena bersangkutan dengan: 1. bayi kloning akan dipertanyakan siapa ibu dan bapak syahnya. 2. Dalam proses kloning terdapat 3 pihak: 1. Perempuan yang diambil sel telurnya, 2. donor pemberi selnya (inti selnya akan mengganti inti sel pertama yang sudah dihancurkan, 3. Ibu

pengganti yang rahimnya dipakai untuk menanam embrio yang berasal dari donor, sampai dapat menyelesaikan perkembangannya dan melahirkannya, ketiga pihak itu dipertanyakan status dan hubungannya dalam unit keluarga. 3. Proses kloning menggambarkan lahirnya manusia akan mendapat nasab dari mana. 4. Pihak manakah yang bertanggung jawab atas kelanjutan hidup bayi Kloning. 5. Apa Maslahat dan kemudaratan dari kloning manusia. Kloning berdasarkan Undang-undang perkawinan No. ! tahun 1974 juga bertentangan, karena anak yang syah adalah anak yang lahir dari dalam atau sebagai akibat perkawinan yang syah. III. Kesimpulan / Penutup 1. Kloning (klonasi) adalah teknik pembiakan vegetatife atau reproduksi aseksual (tanpa pertemuan sel sperma dan ovum) dengan kode genetic yang sama dengan induknya, pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. 2. Hanya terpaut beberapa bulan setelah keberhasilan kloning domba Dolly disusul domba Polly yang telah disisipi materi genetik manusia, dunia ilmu pengetahuan kembali digemparkan oleh keberhasilan kloning sapi jantan yang diberi nama Gene. 3. Hasil konferensi tahun 1997 oleh Islamic fiqh mengemukakan pandangan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta, seminar ini menyimpulkan bahwa Kloning manusia itu haram dan Kloning terhadap hewan itu halal, karena Kloning terhadap manusia itu akan menimbulkan masalah yang kompleks tentang sosial dan moral.

DAFTAR PUSTAKA Majalah Time, tanggal 10 Maret 1997, 30-43. Majalah Ummat, No.20. Thn II. 31 Maret 1997/22 Zulkaidah 1417 H. Abdul Qadim Zallum. Hukmu Asy Syari fi Al Istinsakh, Naqlul Adlaa, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul Inasy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut, Beirut: Darul Ummah, cetakan I, (1997): 48

Você também pode gostar