Você está na página 1de 12

Anggrek di Taman Nasional Komodo Anggrek merupakan kelompok tumbuhan yang unik dengan berbagai tipe bunga, daun,

dan 'gaya hidup'. Bunga anggrek sangat bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, warna, dll. Demikian juga dengan daun, bervariasi dari berdaun pensil (bulat panjang) sampai berdaun lebar. Cara hidup anggrek juga bermacammacam, ada yang epifit (menempel pada batang pohon atau tumbuhan lain), hidup di tanah (terrestrial), hidup secara amoebofit, bahkan ada yang hidup di dalam atau bawah tanah. Foto di atas adalah anggrek Vanda limbata di
Loh Liang, Pulau Komodo.

Meskipun sebagian besar daratan di Taman Nasional Komodo termasuk kering, namun kawasan ini memiliki lebih dari 30 jenis anggrek. Kebanyakan anggrek-anggrek tersebut hidup di hutan pegunungan yaitu Gunung Ara dan Gunung Satalibo di Pulau Komodo. Anggrek yang paling mudah dijumpai di hutan dataran rendah terutama di kawasan wisata (Loh Liang da Loh Buaya) adalah anggrek Vanda limbata. Bunga anggrek yang berwarna kemerahan ini mekar hampir sepanjang tahun, tidak seperti kebanyakan anggrek hutan lain yang hanya mekar satu atau dua kali dalam setahun. Anggrek lain yang dapat dijumpai di hutan monsoon kawasan wisata terutama Loh Liang, Pulau Komodo adalah 2 jenis anggrek Dendrobium dengan bunga berwarna putih dan orange. Anggrek Dendrobium putih mekar sekitar bulan Juni, sedangkan Dendrobium orange mekar sekitar bulan September, kadang dijumpai mekar juga ada bulan Januari. Foto Anggrek di bawah ini adalah Disperis javanica J.J.Sm., satu-satunya jenis anggrek
terestrial yang pernah dijumpai di kawasan TN Komodo, dijumpai di kaki Gunung Ara, Pulau Komodo (atas kiri); salah satu anggrek Nervilia sp yang berdaun lebar (atas kanan), dapat dijumpai di Loh Sebita (P. Komodo), Loh Baru dan Loh Dasami (P. Rinca); dan salah satu anggrek Dendrobium sp yang hanya dijumpai di Gunung Ara, Pulau Komodo (bawah).

Anggrek pegunungan di Gunung Ara dan Gunung Satalibo, Pulau Komodo biasanya mekar sekali dalam setahun pada bulan September atau Desember. Sebagian besar anggrekanggrek tersebut belum dapat diidentifikasi, hanya beberapa jenis saja yang telah diketahui namanya. Misalnya Dendrobium secundum dan paling tidak ada 4 Dendrobium species yang lain, Saccolabium juncifolium (Bl.) J.J.S., Thrixspermum arachnithes, Pholidota imbricata Lindl., Sarcanthus sp, dan Eria sp. Kebanyakan anggrek di hutan pegunungan ini hidup secara epifit, namun ditemukan juga paling tidak dua jenis anggrek yang bersifat amoebofit yaitu Nervilia aragoana Gaudich dan Nervilia sp, yang memiliki semacam umbi di bawah tanah, ketika musim hujan akan mengeluarkan daun tunggalnya, dan setelah dormant (tanpa aktifitas) selama beberapa minggu akan mengeluarkan bunga sekitar bulan Desember. Informasi dan penelitian tentang anggrek di Taman Nasional Komodo ini masih sangat terbatas, pihak balai (TNK) membuka kesempatan untuk bagi siapa saja untuk melakukan penelitian ini (juga penelitian yang lain), tentunya melalui prosedur yang berlaku. Foto anggrek di bawah adalah Vanda limbata (kiri atas) yang dapat dijumpai hampir di seluruh hutan monsoon di kawasan TN Komodo terutama di Pulau Komodo dan Pulau Gili Motang; anggrek Dendrobium sp berbunga putih (kanan atas) yang juga dapat dijumpai di lembah-lembah (hutan monsoon), terutama di Pulau Komodo dan Pulau Gili Motang, namun tidak sebanyak Vanda limbata; sedangkan anggrek terakhir (bawah) adalah anggrek Thrixspermum arachnithes? yang baru diketahui hanya dijumpai di Gunung Ara, Pulau Komodo.

Budidaya Tanaman Anggrek A. ASPEK LINGKUNGAN Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT. Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2 C dengan temperatur minimum 15 C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 6085%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer. Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit. Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp. Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
y

Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 5060%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 75 %. Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.

Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 380C, dan malam hari 18210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
y

Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis. Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.

Tips Merawat Bunga Anggrek Anggrek adalah bunga yang mempesona dengan warna yang terang dan sangat menarik. Anggrek memiliki pancaran keindahan tersendiri bagi para pecinta bunga anggrek. Keindahan dan keelokan bunga ini membuatnya sangat diminati oleh para pecinta bunga anggrek untuk dijadikan tanaman hias. Akan tetapi, tidaklah mudah untuk merawat bunga ini agar terlihat tetap cantik untuk dipandang. Perawatan yang tepat dan sesuai bisa membuat bunga anggrek terlihat tampak cantik sesuai yang diharapkan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan para pecinta bunga anggrek untuk merawat bunga yang mempesona ini.

Tips Merawat Bunga Anggrek

1.

Menyiram anggrek dengan teliti : Anggrek harus disiram secara menyeluruh ketika kering. Penyiraman yang berlebihan akan memberikan dampak buruk bagi anggrek sehingga hal tersebut perlu dihindari oleh para pecinta anggrek. 2. Mengondisikan temperatur yang cocok : Anggrek tumbuh paling baik 18-30oC dan masih dapat bertahan sekitar 10oC pada malam hari. Anggrek perlu dilindungi dari perubahan temperatur yang ekstrim dan pancaran sinar matahari langsung. 3. Memupuk pada saat yang tepat : pemberian pupuk dengan takaran yang pas harus dilakukan. Permberian pupuk yang berlebihan harus dihindari dan dosis pupuk yang diberikan perlu dijaga agar tetap rendah. Anggrek memerlukan pemupukan yang teratur selama musim panas sedangkan di musim dingin, frekuensi pemupukan dapat lebih jarang dari pada pemupukan pada musim panas. 4. Tumbuhkan pada wadah/pot yang cocok : Anggrek adalah tanaman epifit dan senang untuk memiliki akar napas. Mengubur anggrek dengan paksa di dalam tanah harus dihindari dan akar harus dapat tumbuh keluar pot.

5.

Menyediakan intensitas cahaya dan kelembapan yang tepat : Anggrek menyukai kondisi udara yang lembap untuk tumbuh. Baki/penampang yang lembab dapat digunakan untuk tujuan ini. Selaras dengan kelembapan, siklus aliran udara yang seimbang akan meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek. Anggrek memiliki kebutuhan cahaya yang bervariasi dan harus ditujukan sesuai dengan kadar cahaya yang dibutuhkan. Selama musim dingin, suplai cahaya dari lampu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggrek. 6. Pemindahan anggrek ke pot baru ketika diperlukan : ketika anggrek dikeluarkan dari pot dan dipindahkan ke pot yang lebih besar dengan pori-pori dan drainase yang baik, maka penanaman ulang harus dilakukan secara hati-hati.

JENIS BEBERAPA TANAMAN ANGGREK Coelogyne Celebensis Anggrek ini memiliki nama ilmiah Coelogyne celebensis. Kata celebensis diambil dari nama Celebes atau Sulawesi. Dari namanya, kita tahu jika tanaman ini memiliki habitat asal di Sulawesi. Morfologi tanamannya sekilas nampak serupa dengan kerabat dekatnya Coleogyne speciosa. Bahkan tipe bunga nya pun tampak tak ada beda. Namun bagi yang jeli, perbedaan yang cukup mencolok dapat dikenali lewat bentuk labellum serta tonjolan-tonjolan yang berada diatas labellum tersebut. Bunga ini mampu merekah sempurna selama 5-7 hari, setelah itu bunga akan layu dan segera digantikan dengan tunas bunga selanjutnya. Tandan bunganya berukuran kecil dan panjang, sehingga tidak proporsional jika dibandingkan dengan ukuran bunganya yang cukup besar. Itulah sebabnya, saat bunga nya mekar, maka tandannya akan terkulai kebawah, sehingga bunganya tampak menunduk. Anggrek ini memiliki daun yang lebar, berbentuk bulat telur, dan permukaannya bergelombang. Seperti kebanyakan anggrek lainnya, tanaman ini juga memiliki bulb/umbi semu yg menggembung untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Anggrek ini termasuk anggrek dataran rendah yang rajin berbunga dan cepat beradaptasi. Coelogyne Speciosa Sosoknya bunganya anggun layaknya seorang putri yang bersembunyi di balik rimbunnya semak belukar. Sang putri yang elok dan menawan ini memiliki nama Coelogyne speciosa. Meskipun persebarannya sangat luas, bukanlah alasan untuk menelantarkannya. Hampir banyak pedagang tidak terlalu memperdulikannya dengan alasan harganya yang kurang bersaing. Sikap yang sama sering datang dari para pembeli yang sering mencibir saat melihat sosoknya teronggok di stand pameran, bahkan diantaranya berkomentar walahanggrek kaya gitu kan dah sering liat..dimana-mana juga ada, heranhari gini masih ada yang ngejual. Demikian pilu kisah sang putri hutan. Keberadaannya di alam memang tidak selangka teman-temannya, namun hal ini semata-mata akibat upaya si anggrek. Kemampuan adaptasinya yang luas, tingkat pertumbuhan yang cepat, rajin berbunga, serta kemampuannya melakukan selfing secara alami merupakan kelihaian khusus yang menyebabkan keberadaannya akan terus langgeng di alamdan juga dirumah kita. Tidak mau kalah dengan temannya terdahulu, sang putri juga menyampaikan harapannya kepada siapapun agar dirinya dapat dikembangbiakkan yang kemudian disisihkan sebagian sebagai hiasan alam. Siapapun dia, sang putri akan berterima kasih dan tersenyum bahagia kepada sang pahlawan. Coelogyne Pandurata Dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau Black Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas.

Cymbidium Finlaysonianum Di Kalimantan Barat anggrek ini dinamakan sakat lidah ular tedung atau lau pandan. Orang sumatera mengenalnya dengan nama anggrek pandan, karena perawakannya memang sekilas menyerupai pandan. Untuk membedakannya dengan anggrek lainnya yang perawakannya mirip pandan seperti Vanda tricolor, anggrek ini diberi nama anggrek lidah ular. Tumbuhan ini hidup menumpang pada pohon-pohon besar. Tumbuhnya merumpun karena tunas-tunas yang keluar disekitar tumbuhan induk. Batangnya sangat pendek dan tertutup rapat oleh pelepah daun. Daunnya berbentuk pita, tebal dan kaku, ujungnya membelah dua. Lebar daun antara 2-3 cm, terkadang pada kondisi subur, daunnya dapat mencapai satu meter panjangnya. Memiliki akar lekat dan akar udara. Akar lekatnya berdiameter lebih besar dan agak memipih dengan penebalan jaringan meristem ganda berwarna keputihan. Bunganya tersusun dalam tandan yang panjangnya dapat mencapai 1 meter lebih, menjuntai kebawah menyerupai lidah ular. Dalam satu rumpun dapat muncul beberapa tandan bunga sekaligus. Terdapat 15-30 kuntum bunga pada setiap tandannya. Masing-masing bunga bergaris tengah 6 cm. Sepalnya berbentuk lanset, membentuk bintang. Warnanya kuning semburat kemerahan. Lidahnya berwarna merah marun dengan corak putih yang mencolok. Anggrek ini dijumpai tumbuh liar di tempat-tempat yang sedikit terbuka, di hutan jati dan hutan campuran. Tumbuh pada ketinggian antara 5-300 m dpl. Di tempat-tempat tersebut anggrek ini berbunga sepanjang tahun. Setiap kuntum bunga dapat bertahan mekar selama 12 hari. Penyebaran anggrek ini sangat luas, Indonesia, Filipina, Burma, Laos, Kamboja, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Karena anggrek ini sangat mudah dipelihara maka sekarang jenis ini banyak dibudidayakan orang. Dendrobium Singkawangense Dendrobium endemik borneo yang tumbuh pada dataran tinggi sekitar 800 m dpl atau lebih. Sosok perawakannya tidak terlalu tinggi, sekitar 20-35 cm. Pada permukaan daun dan batangnya banyak ditumbuhi bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk elips memanjang dengan ukuran yang tidak terlalu besar (panjang: 4-5 cm, lebar: 2-3 cm). Vanda Metusalae Pada bulan Januari 2008 telah dipublikasikan sebuah anggrek Vanda spesies baru dari Indonesia. Anggrek ini dideskripsikan oleh Peter OBryrne dan Jaap Vermeulen di Jurnal The Orchid Review 116 (1279): 9-11 (2008) Sosok tanamannya tidak terlalu besar, batangnya dapat mencapai 50 cm, dengan diameter 1,2-1,5 cm. Daunnya cukup sempit, lebar daunnya 2-2,3 cm, panjang daun 30-45 cm, berujung belah dua (bilobed) dan berujung tajam-bergigi. Tangkai pembungaan termasuk pendek bila dibanding dengan keluarga Vanda lainnya, yaitu sekitar 5-6 cm, yang membawa 3-7 kuntum bunga. Bunga Vanda metusalae berukuran tidak terlalu besar yaitu 3,2 cm x 3,5 cm, berwarna dasar kuning terang dengan pola bercak merah kecoklatan pada tepi kelopak (sepal-petal) dan membentuk pola garis-garis longitudinal searah pembuluh. Pada bagian labellumnya berbelah 3 ruang (trilobed), dengan ujung midlobe yang lebar dan tepi bergelombang berwarna kuning cerah pada pangkal dan manjadi semburat kecoklatan kearah ujung. Vanda ini memiliki kekerabatan yang dekat dengan Vanda devoogtii, Vanda merrillii, Vanda sumatrana dan Vanda hindsii. Sayangnya bunga anggrek ini tidak bertahan lama, keindahan bunganya hanya bertahan sekitar 7-10 hari. Vanda metusalae termasuk anggrek yang memiliki tingkat kesulitan budidaya yang tinggi bila dibandingkan dengan kerabat Vanda

lainnya, pertumbuhan vegetatifnya tergolong sangat lambat, kemampuan adaptasinya rendah sehingga tanaman baru sangat mudah stress, lingkungan tumbuhnya sangat spesifik sehingga membutuhkan kelembaban, suhu, aerasi, dan intensitas cahaya yang benar-benar sesuai. Bila lingkungan tumbuhnya ada yang sedikit saja berubah, jangankan tumbuh, tanaman ini akan stagnan bahkan banyak diantaranya yang mati kekeringan (karena tidak ada pertumbuhan akar yang optimal) bahkan banyak pula yang mengalami busuk akar karena kondisi yang terlalu lembab. Tanaman ini agaknya tidak dianjurkan bagi para pemula. Langkah prioritas yang sangat mendesak untuk dilakukan adalah melakukan perbanyakan khususnya melalui kultur biji maupun kultur jaringan agar spesies ini tidak menghilang dari habitatnya seperti beberapa kerabat Vanda spesies dari Indonesia lainnya. Vanda Limbata Nama : Vanda limbata Blume, Rumphia 4:49 (1849) Sinonim: (belum ada catatan lain) Nama Indonesia : Asal : Jawa Timur Habitat : Habitat alaminya di hutan dataran rendah di Jawa Timur, Madura, Bali hingga Kepulauan Nusa Tenggara Timur bahkan ada laporan spesies ini juga ditemukan di Filipina. Adaptif pada pola vegetasi hutan terbuka dengan aerasi lancar serta intensitas cahaya 60-85 dengan suhu 26-32C. Info bunga : Dalam satu pohon bias mengeluarkan 1-2 tandan bunga dengan jumlah kuntum antara 3-10 per tandan. Diameter bunga sekitar 3-4 cm, sepal petal berwarna dasar kuning dengan pola bercak krem kecoklatan. Sangat variatif dalam warna, mulai kuning pucat hingga kuning kecoklatan (specimen asal Jawa dan Madura) dan coklat tua kemerahan hingga jingga tua kemerahan (specimen asal Nusa Tenggara). Begitu pula dengan warna labellumnya dari merah muda pucat hingga merah keunguan, bahkan pada beberapa kuntum bisa ditemukan warna labellum putih kekuningan. Selain bentuk labellumnya, ciri khas spesifik lain yang membedakan dengan kerabat Vanda yang lainnya adalah tonjolan kecil pada bagian tengah pangkal belakang dari labellumnya. Bunganya mengeluarkan aroma harum semerbak, terutama pada pagi hari pukul 07.00-11.00. Keterangan : Sangat adaptif dan mudah untuk dipelihara. Laju pertumbuhan akar sangat cepat. Mudah ditumbuhkan baik dengan media tanam maupun tanpa media tanam. Biasanya berbunga pada pergantian musim, terutama pada saat-saat terkering antara musim kemarau masuk ke musim hujan.

Vanda Tricolor Var Suavis Awalnya, Pada tahun 1847, John Lindley, seorang botanis handal berkebangsaan inggris telah mendeskripsikan sebuah anggrek yang diberinya nama Vanda tricolor. Setahun kemudian, yaitu pada 1849, Lindley kembali mendeskripsikan sebuah anggrek Vanda yang dianggapnya berbeda dengan Vanda tricolor. Vanda ini kemudian dideskripsikan oleh Lindley sebagai Vanda suavis. Beberapa ahli mengangap Vanda putih bertotol ungu kemerahan ini

sebagai salah satu varietas dari Vanda tricolor dengan namaVanda tricolor var suavis, tetapi adapula yang memisahkannya menjadi jenis tersendiri yaitu Vanda suavis. Nama suavis berarti manis atau menyenangkan. Nama tersebut diberikan karena bunganya yang memiliki bentuk, warna dan keharuman khas yang manis. Meskipun demikian, untuk saat ini nama Vanda tricolor var suavis akhirnya menjadi nama resmi yang tercatat di Kew Garden. Persamaan bentuk tubuhnya dengan Vanda tricolor varietas lainnya memang tidak diragukan lagi. Perbedaannya hanya tampak pada warna serta beberapa bentuk detail organ bunganya. Batangnya berbentuk bundar, panjang dan kokoh, tingginya dapat mencapai 2 m. Daunnya berbentuk pita agak melengkung dengan ujung daun berbentuk rompang bersudut tajam. Tandan bunga yang panjangnya 25-40 cm menyangga 12-15 kuntum bunga yang muncul dari ketiak daun. Masing-masing bunganya dapat mencapai garis tengah 9 cm. Dibandingkan dengan varietas tricolor, var suavis ini memiliki tandan bunga lebih panjang sehingga bunganya juga lebih banyak. Dasar bunganya putih keunguan dengan bercak-bercak ungu kemerahan dan beraroma harum. Aroma harum ini nampaknya dipengaruhi pula oleh ketinggian dimana anggrek ini dipelihara. Didataran rendah 200-300 m dpl, aroma harumnya tidak terasa kuat, berbeda dengan didataran tinggi yang aromanya dapat tercium kuat. Dari pengamatan yang dilakukan, ternyata pada kondisi yang optimum, Vanda ini dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun dengan masa mekar yang cukup lama yaitu 20-24 hari. Untuk perawatannya anggrek ini tergolong mudah dan cukup bandel. Penamanannya bisa mengunakan media bonggol pakis, arang, atau sebongkah kayu. Bahkan seringpula cukup dengan melekatkannya pada batang pohon yang besar. Kuncinya pada kontrol supaya daerah perakarannya cukup lembab serta aliran aerasi yang lancar. Intensitas cahaya yang disukai antara 50-75 %. Intensitas cahaya diatas 80 % dapat menyebabkan permukaan daunnya menjadi kekuningan bahkan gosong dan pertumbuhan daunnya menjadi lebih pendek, akan tetapi jumlah tandan bunga yang dikeluarkan umumnya lebih banyak dan lebih sering berbunga. Pemupukan baik lewat akar maupun daun sangat dianjurkan, baik menggunakan pupuk cair alami seperti air seni sapi yang telah terfermentasi dengan baik maupun dengan pupuk kimia. Sama halnya dengan anggrek Vanda tricolor varietas lainnya, si totol ini umumnya tumbuh baik pada ketinggian 800-1700 m dpl, pada hutan-hutan yang agak terbuka. Namun ternyata anggrek ini juga mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah 200-300 m dpl, dan dapat berbunga dengan sempurna. Tanaman ini berasal dari Jawa Barat hingga Bali, bahkan ada laporan bahwa spesies ini juga ditemukan di Laos. Pembudidayaanya tidak asing lagi di pulau Jawa terlebih diluar negeri. Vanda ini sering dijadikan induk silangan untuk menghasilkan form spot-spot ungu, warna ungu kemerahan pada labellum, aroma harum, tandan bunga yang panjang serta jumlah kuntum yang banyak pada hybrid keturunannya. Upaya persilangan baik dengan jenis lain dalam satu genus maupun dengan genus lain telah banyak dilakukan. Misalnya dengan Phalaenopsis dan Renanthera. Tak elak lagi, bahwa anggrek ini tetap menjadi primadona incaran para hobiis dan kolektor anggrek spesies. Oleh karena itu, upaya pembudidayaannya baik secara generatif maupun vegetatif sangat penting dalam fungsinya untuk mengendalikan perburuan liar anggrek ini di habitatnya yang sudah semakin langka. Bahkan di lereng selatan Gunung Merapi (di luar area relokasi), anggrek ini jumlahnya tidak lebih dari hitungan jari saja. Bila tidak ada action nyata, kepunahan anggrek ini di habitatnya hanya tinggal menunggu waktu saja.

Si Kupu-Kupu Rawa Papilionanthe hookeriana Rchb.f. (1915) adalah salah satu jenis anggrek spesies kebanggaan bangsa Indonesia karena bunganya yang menawan. Bahkan anggrek simbol negeri Singapura yaitu Papilionanthe Miss Joaquim merupakan keturunan dari hasil persilangan antara Papilionanthe hookeriana dengan Papilionanthe teres. Nama hookeriana diberikan sebagai penghormatan kepada Sir William Jackson Hooker, seorang gurubesar botani pada abad ke-18 yang pernah menjabat sebagai direktur Kebun Raya Kew, Inggris. Anggrek ini termasuk anggrek rawa karena umumnya tumbuh di daerah rawa. Bila dilihat dari sosok perawakannya, anggrek sangat mirip dengan kerabat dekatnya yaitu Papilionanthe teres, sehingga seringkalo orang tidak dapat membedakan kedua jenis anggrek ini bila hanya melihat dari tanamannya saja. Di habitat aslinya tanaman ini dapat mencapai tinggi 2,5 m. Batangnya bulat-silindris, beruas-ruas dan tertutup seludang tipis. Diamater batang antara 0,5-1,2 cm. Daunnya juga berbentuk silindris dengan ujung meruncing dan berposisi tegak. Permukaan batang dan daun halus berwarna hijau. Akar-akarnya muncul di sepanjang buku pada batangnya. Sifat inilah yang menjadikan anggrek ini mudah untuk dikembangbiakan melalui teknik stek batang. Karena bentuk batang dan daunnya yang silindris menyerupai pinsil, anggrek ini sering juga disebut sebagai anggrek pinsil. Namun bila dilihat dari sisi botanisnyabentuk anggrek tersebut merupakan adaptasi terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi, karena bentuk batang dan daun silindris serta posisi daun yang tegak akan mengurangi bidang penguapan (transpirasi) air yang berlebihan. Oleh karena itu, tanaman ini sangat adaptif di dataran rendah dari 0-700 m dpl juga sebagai tanaman outdor yang tahan paparan sinar matahari langsung, dengan catatan media perakarannya cukup lembab. Ukuran bunganya termasuk besar, berdiameter 5-6 cm. Bunga ini tersusun dalam tandan yang panjangnya 15-25 cm dan muncul dari ketiak daun. Setiap tandan dapat memunculkan 2-15 kuntum sekaligus dengan pola mekar yang tidak serempak. Dari pengamatan yang dilakukan, setiap kuntum bunga memiliki masa mekar antara 20-22 hari. Bunganya berwarna dasar ungu muda hingga ungu keputihan. Anggrek yang sering pula dijuluki sebagai anggrek rawa ini memiliki distribusi yang cukup luas yaitu di Semenanjung Malaya, Sumatera, Bangka hingga Kalimantan. Mengingat bunganya yang indah, berukuran besar, tahan lama dan sifatnya yang dapat berbunga sepanjang tahun, maka anggrek ini memiliki potensi besar untuk dijadikan induk silangan. Paphiopedilum Liemianum Anggrek ini akrab disebut sebagai anggrek kantong, karena labellumnya yang menyerupai kantung kecil. Sosok tanaman anggrek ini cukup pendek (tinggi tanaman sekitar 57 cm) dengan posisi daun yang berselang seling. Daunnya melebar dengan ujung membulat. Lebar daun sekitar 3-6 cm dengan panjang daun bervariasi antara 15-20 cm. Tanaman ini termasuk anggrek terestrial, artinya anggrek ini memiliki habitat tumbuh di tanah, dengan mengandalkan organ akarnya sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara. Anggrek ini senang dengan kondisi media yang cukup lembab, akan tetapi jika terlalu lembab bisa menyebabkan pembusukan pada pangkal batangnya. Anggrek yang dahulu diisukan sebagai anggrek yang sulit dipelihara ini, ternyata justru memiliki kelebihan lain, yaitu toleran terhadap kekeringan dan toleran dengan rentang suhu yang lebar. Selain itu, dalam satu tandan bunga bisa memunculkan lebih dari 3 kali bunga. Bunganya yang unik muncul bergantian satu per satu dengan masa mekar tiap kuntum bunga lebih dari 1 minggu. Pemeliharaan anggrek ini cukup mudah, hanya dengan menjaga kelembaban media dan melakukan pemberian pupuk organik

pada media tanamnya. Oh iyasatu hal yang cukup penting yaitu tempatkan anggrek ini pada tempat yang ternaungi, misal dibawah paranet 50 % atau di bawah tajuk pepohonan. Meskipun bunganya unik dan indah, sayangnya pertumbuhan anggrek ini termasuk sangat lambat. Media tumbuh anggrek ini dapat berupa campuran tanah (usahakan yang kadar lempungnya rendah) dan pupuk organik. Atau media kombinasi seperti cacahan pakis/arang/kerikil + potongan sabut, pupuk organik + sedikit moss. Grammatophyllium Stapeliaeflorum Kerabat jenis anggrek ini jumlahnya agak terbatas. Berdasarkan catatan sementara, di Indonesia hanya ditemukan 3 jenis, yaitu anggrek tebu (G. speciosum), anggrek macan (G. scriptum) dan Anggrek sendu (G. stapeliaeflorum). Anggrek ini biasa disebut anggrek sendu karena warnanya yang kusam dan bentuk bunga yang menggantung seperti cucuran air mata. Bulbnya menyerupai bulb anggrek macan (G. scriptum) hanya saja kulit permukaan luarnya tampak lebih mengkilat dan kaku seperti dilapisi plastic, berbuku tunggal dengan panjang kira-kira 14 cm, lebar 6 cm, agak memipih dengan 2-3 daun pada puncaknya. Daun berukuran cukup lebar, panjang kira-kira 35 cm yang makin menyempit kearah pangkalnya. Bunganya muncul dari dasar bulb dengan tandan bunga yang merunduk dan menggantung ke bawah. Panjang tandan bunga sekitar 30 cm. Pada tandan tersebut tumbuh sebanyak 12 kuntum bunga. Bunga berwarna coklat kelabu keunguan dengan totol-totol ungu tua, berbau tidak sedap. Jenis ini ditemukan di hutan-hutan di Sumatera, Jawa sampai dengan Sulawesi. Tumbuh secara epifit pada pohon-pohon di hutan-hutan yang agak terbuka. Berdasarkan catatan sementara tanaman ini berbunga pada bulan-bulan Januari, Februari, Juni, Juli. Apakah waktu berbunga tersebut sama dengan berbunganya di alam masih perlu diteliti. Masa mekar bunganya antara 13-15 hari. Buah berbentuk jorong. Tanaman ini sudah mulai dibudidayakan, tapi sayang peminatnya masih sedikit karena masih kalah populer dibanding dua kerabatnya yang lain, anggrek tebu dan anggrek macan. Umumnya dipelihara di pot besar atau pot gantung besar dengan media tumbuh cacahan akar pakis dan sedikit sabut kelapa. Penyiraman diperlukan tetapi tidak setiap hari. Mudah dikembangbiakkan dengan anakan. Meskipun penampakan bunganya yang kurang menarik, namun anggrek ini merupakan satu-satunya anggota keluarga Grammatophyllum yang memiliki morfologi tandan dengan posisi menggantung. Keunikan inilah yang membuat anggrek species ini mulai dilirik banyak para kolektor. Grammatophyllium Speciosum Berkembang biak di sela-sela pohon besar, anggrek ini bisa mencapai panjang 15 ft; Satu rumpun tanaman pernah tercatat memiliki berat 2 ton. Berada di lingkungan panas, hutan tropis yang lembab di kawasan Malaysia, Sumatra, and New Guinea, anggrek ini dikenal karena penampilannya yang luar biasa pada saat berbunga, walupun cuma berbunga sekali dalam 2 sampai 4 tahun. Bunga anggrek harimau, juga dikenal anggrek tebu, sangat tahan lama dan dapat bertahan sampai 2 bulan. Bunganya dapat mencapai 6 in berwana kuning krim denga bintik

coklat atau merah tua. Stem bunga dapat mencapai 6-9 in dengan 60-100 kuntum per tangkai.

Grammatophyllium Scriptum Berukuran besar, tumbuh secara epifit di daerah panas. Berasal dari Asia Tenggara, Papua dan New Guinea, diketemukan pada ketinggian sampai 100 meter dari permukaan laut dan selalu dekat dengan laut, kadang terdapat di sela-sela tangkai daun kelapa.

Você também pode gostar