Você está na página 1de 2

BAB 4 ANALISIS KASUS Telah dilaporkan satu kasus Ny.

L, 41 tahun, G6P5Ab0 datang ke RSUPM tanggal 23 September 2011 jam 14.50 WIB dengan keluhan utama mulas-mulas mau melahirkan. Hal ini dialami pasien tanggal 23 September 2011 pukul WIB disertai dengan keluarnya lendir darah sejak pukul. Riwayat keluar air dari kemaluan (+), sejak tanggal 23 September 2011 pukul WIB. Dari pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Abdomen membesar asimetris, TFU 3 jari bawah processus xyphoideus, bagian tegang di kiri, bagian terbawah kepala. Dari pemeriksaan dalam, didapati pembukaan cm, effacement %, selaput ketuban sudah pecah, dan adanya prolapsus tali pusat sebanyak 2 lilitan. Taksiran berat badan janin 3200 gram, Gerak (+), His 2 x 20/10. Usia kehamilan 39-40 minggu, panggul normal, kekuatan kontraksi sedang, dan sudah inpartu. Pasien melahirkan bayi laki-laki, BB 3500 gram, PB 48 cm, A/S 8/9, anus (+), pada tanggal 24 September 2011 pukul 04.30 WIB. Setelah melahirkan plasenta, dilakukan evaluasi perdarahan, dan tidak tampak perdarahan dengan kontraksi uterus yang lemah. Pasien didiagnosa dengan Post SC a/i Fetal distress + Tubectomy pomeroy. Pada pasien ini, kemungkinan terjadi atau dicurigai adanya fetal distress karena adanya lilitan tali pusat pada janin, dan tidak majunya persalinan. Akibat lilitan tali pusat terjadi gangguan pasokan plasenta, sehingga pasokan oksigen dan nutrisi ke janin berkurang. Selain itu, akibat his yang tidak adekuat menyebabkan partus lama, sehingga lama-kelamaan janin dapat menjadi asfiksia, terutama setelah selaput ketuban pecah. Risiko yang mungkin dapat terjadi pada janin akbat gawat janin/fetal distress, janin mengalami retardasi organ bahkan risiko asidosis dan kematian. Pada awal pemeriksaan, dapat terjadi peningkatan denyut jantung janin (DJJ), sebagai usaha penyampaian oksigen ke organ-organ penting seperti otak dan jantung. Namun selanjutnya malah dapat menjadi turun atau bradikardi akibat dekompensasi. Namun dengan pendiagnosaan serta penanganan dini, akan memberikan pronosa yang lebih baik bagi ibu dan janin.

Dengan kondisi pasien dan janin yang demikian, perlu penanganan segera dengan melahirkan bayi segera. Maka pilihan persalinan pada pasien ini adalah seksio cesarea. Ditambah dengan menjaga keselamatan ibu untuk berikutnya, yaitu dengan mencegah terjadinya kehamilan lagi, maka dilakukan kontrasepsi mantap, yaitu tubektomi. Permasalahan: 1. Mengapa pada pasien ini tidak dilakukan persalinan per vaginam? 2. Apa hubungan persalinan tak maju denga fetal distress pada kasus ini? 3. Apakah penanganan pada kasus ini sudah tepat?

Você também pode gostar