Você está na página 1de 36

BAB I KONSEP DASAR VERTIGO I.

Defenisi Vertigo adalah perasaan berputar sering kali merupakan sinonim dari sakit kepala dalam bahasa Indonesia. Istilah pusing sangat membingungkan sebab terlalu luas pemakaiannya ada istilah daerah yang lebih tepat misalnya, pusing tujuh keliling (Betawi), Oyong (Jawa), Lieur (Sunda) dapat dipakai sebagai pengganti Vertigo. Istilah pusing yang tidak berputar dipakai kata pening . Ada juga yang mengatakan Vertigo adalah situasi gerakan pada diri seseorang atau lingkungan sekelilingnya, sensasi, vertigo dapat dirasakan sebagai berputar-putar, berayun, miring dan oleng. II. Etiologi Sesuai kejadiannya vertigo ada beberapa macam yaitu vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori. Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri misalnya pada penyakit menierre oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Dalam vertigo posisi, vertigo timbul disebabkan karena perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula ranalis semi sirkulasi oleh febris atau pada kelainan servikal. III. Patofisiologi Yang mendasari Vertigo adalah selalu gangguan di alat alat keseimbangan tetapi pusing kurang tegas menunjukkan kepada gangguan alat keseimbangan. Yang sering dinyatakan sebagai pusing atau pening kepala ialah perasaan kacau dikepala. Susunan Vestibular yang terdiri dari utrikuli, ampula dan kanalis semiskularis. Di alat-alat tersebut terdapat reseptor. a. Makula utrikuli yang terangsang oleh gaya sentrifugal yang terjadi pada perubahan sikap kepala atau oleh gaya tarik bumi bila tubuh naik / turun. b. Krista ampularis dari kanalis semisirkularis yang peka terhadap gerakan endol mfa akibat akselerasi baik yang angular maupun yang rota torik. c. Otolit sekuli yang terangsang oleh gaya tarik bumi dan gaya yang melawan gaya tarik bumi. IV. Manifestasi Klinis Di dalam klinik setiap dokter sering menanggapi keluhan pusing bagi penulis pribadi, mengenal kasus organik yang terselip diantara sejumlah besar penderita yang menyajikan keluhan pusing psikogenik selalu merupakan suatu tantangan yang sangat menarik. Sebenarnya dengan sikap yang positif tidaklah sulit untuk mengadakan seleksi organik dan psikogenik. Oleh karena perbedaan kedua jenis gangguan mudah diungkapkan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnostik. V. Penatalaksanaan Pengobatan simtomatik dengan salah satu obat sedative vestibular yag jarang bermanfaat sempurna. Melakukan kembali gerakan-gerakan kembali yang memprovokasikan sempurna. Melakukan kembali gerakan-gerakan kembali yang memprovokasi vertigo akhirnya akan melelehkan respon simtomatik,

sehingga remisi dapat diperoleh dengan melakukan latihan kepala tersebut.

BAB II TINJAUAN KASUS I. Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, ktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. b. Sirkulasi Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal Pucat, wajah tampak kemerahan. c. Integritas Ego Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik) d. Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan e. Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema. f. Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah Fokus menyempit

Fokus pada diri sndiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. g. Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus) h. Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit. i. Penyuluhan / pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause. II. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan mengeluh kepalanya sakit, klien meringis dengan skala 6, k/u lemah. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah ditandai dengan klien mual muntah + 5 kali dalam sehari, turgor jelek, banyak keringat. 3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ditandai dengan klien tidak mau makan, porsi yang disediakan hanya bagian yang dihabiskan, BB menurun dari 56 kg menjadi 54 kg dalam waktu 1 minggu. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kepada ditandai dengan sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga, kepala klien nyeri bila banyak digerakkan, kekuatan otot menurun. 5. Anxietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan ditandai dengan klien selalu bertanya mengenai penyakitnya, klien gelisah dan klien cemas. III. Perencanaan 1. Gangguan nyaman berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial. Tujuan : Nyeri berkurang serta teratasi dalam waktu 2 hari. Keriteria hasil : - Klien tidak mengeluh nyeri lagi - Skala nyeri berkurang atau hilang dari 6 menjadi 0 Intervensi : - Kaji tingkat nyeri - Observasi tanda-tanda vital - Masase daerah kepala, leher dan lengan - Berikan obat sesuai indikasi misal, oral mertigo dan diazepam Rasionalisasi : - Dapat diketahui sejauh mana nyeri dirasakan oleh klien hingga tindakan dapat disesuaikan. - Untuk diketahui perkembangan tanda-tanda vital kesehatan klien - Menghilangkan ketegangan dan meningkat relaksasi otot - Dapat bermanfaat mengurangi atau menghilangka nyeri

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan : Kekurangan volume cairan teratasi dalam waktu 1 hari. Kriteria hasil : - Klien tidak mual dan muntah - Turgor baik - Keseimbangan cairan yang kuat Intervensi : - Catat katakteristik muntah - Observasi tanda-tanda vital - Pantau masukan dan keluaran serta keseimbangan cairan dalam tubuh - Beri cairan sesuai indikasi. Rasionalisasi : - Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan - Hipotensi, takikardi dapat menunjukkan respon atau efek kehilangan cairan - Memberikan informasi tentnag status cairan, kecenderungan keseimbangan ciaran negative dapat menunjukkan terjadinya deficit - Mempertahankan cairan dalam tubuh.

3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 2 hari. Kriteria hasil : - Klien ada nafsu makan, BB kembali normal atau bertambah menjadi 56 kg. Intervensi : - Beritahukan kepada klien tentang pentingnya nutrisi bagi kesehatan - Timbang berat badan klien setiap hari - Beri nutrisi porsi kecil tapi seri9ng - Konsul pada ahli gizi. Rasionalisasi : - Diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi - Mengawasi penurunan berat badan klien - Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan. - Membantu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kepala Kriteria hasil : - Klien dapat melakukan aktivitas sendiri - Kekuatan otot kembali normal Interveensi : - Kaji skala kekuatan otot - Bantu klien dalam melakukan aktivitas

- Penuhi kebutuhan klien - Dekatkan peralatan yang diperlukan pasien. Rasionalisasi : - Dengan mengkaji skala kekuatan otot dapat menentukan perkembangan kekuatan otot klien - Dengan membantu klien diharapkan klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. - Dengan memenuhi kebutuhan klien diharapkan klien tidak terlalu lelah dalam memenuhi kebutuhannya - Dengan mendekatkan peralatan yang diperlukan pasien diharapkan klien dapat mudak memperolehnya tanpa harus banyak bergerak. 5. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan. Tujuan : Ansietas teratasi dalam waktu 3 hari Kriteria hasil : - Klien tidak gelisah - Klien tidak cemas - Klien dapat mengerti tentang penyakinya Inervensi : - Kaji stauts mental dan tingkat ansietas dari klien dan keluarga - Berikan penjelasan sehubungan dengan penyakitnya - Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya. - Libatkan pasien atau keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari. Rasionalisasi : - Derajat ansietas akan dipengaruhik bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu. - Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas - Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat dihilangkan - Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian. BAB III PENUTUP I. Kesimpulan Sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya. Ada istilah daerah yang lebih tepat misalnya, pusing tujuh keliling (Betawi). Pusing dan puyeng adalah istilah awam yang seringkali merupakan sinonim dari sakit kepala. Istilah awam lain ialah pening. Kalau yang dimaksud itu suatu sensasi seolaholah badan bergoyang, melayang atau sempoyongan, maka keadaan demikian bukanlah suatu gangguan perasa protopatik, melainkan gangguan perasa propioseptif. II. Saran Bagi perawatan, pada saat melakukan pengkajian hendaknya perawat mampu mengindetifikasi seberapa hebat pusing yang dirasakan pasien. Pada saat melakukan pengkajian data-data yang diperoleh harus lengkap sehingga mudah membuat intervensi dan sesuai dengan yang dirasakan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan, 1999 : Edisi 3 : Jakarta EGC. Buku Ajaran Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran UI. Buku THT, Kepala dan Leher. Dr. H. Efiaty Aisyad Soepardi, sp. THT, Prof. Dr. H. Nurbaiti Iskandar, sp. THT. Jakarta 2001. Buku Kapita Selekta. Edisi 2 Jilid Pertama. Priguna Sidharita M. D, ph, D. dengan Buku Neurologi Klinis dalam Praktek Umum.

ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO


A. Pengertian Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com). B. Etiologi Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu : 1. Lesi vestibular : o Fisiologik o Labirinitis o Menire o Obat ; misalnya quinine, salisilat. o Otitis media o Motion sickness o Benign post-traumatic positional vertigo

2. Lesi saraf vestibularis o Neuroma akustik o Obat ; misalnya streptomycin o Neuronitis o vestibular 3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal o Infark atau perdarahan pons o Insufisiensi vertebro-basilar o Migraine arteri basilaris o Sklerosi diseminata o Tumor o Siringobulbia o Epilepsy lobus temporal Menurut (http://www.kalbefarma.com) 1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer : o Telinga bagian luar : serumen, benda asing. o Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan. o Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural. o Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor. o Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks. 2. Penyakit SSP : o ipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung. o Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues. o Trauma kepala/ labirin. o Tumor. o Migren. o Epilepsi. 3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause. 4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia. 5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik. 6. Intoksikasi.

C. Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau

keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (http://www.kalbefarma.com). D. Klasifikasi Vertigo Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi : o Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen. o Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de Lenfance), Labirin picu (trigger labyrinth). o Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi : Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. 2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi: o Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.

Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin. o Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis. 3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi : o Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis. o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
o

Ada pula yang membagi vertigo menjadi : 1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler. 2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

D. Manifestasi klinik Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. E. Pemerikasaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisik : o Pemeriksaan mata o Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh o Pemeriksaan neurologik o Pemeriksaan otologik o Pemeriksaan fisik umum. 2. Pemeriksaan khusus : o ENG o Audiometri dan BAEP o Psikiatrik 3. Pemeriksaan tambahan : o Laboratorium o Radiologik dan Imaging o EEG, EMG, dan EKG.

F. Penatalaksanaan Medis

Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari : 1. Terapi kausal 2. Terapi simtomatik 3. Terapi rehabilitatif.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO A. Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat o Letih, lemah, malaise o Keterbatasan gerak o Ketegangan mata, kesulitan membaca o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. 2. Sirkulasi o Riwayat hypertensi o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. o Pucat, wajah tampak kemerahan. 3. Integritas Ego o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik). 4. Makanan dan cairan o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) o Penurunan berat badan 5. Neurosensoris o Pening, disorientasi (selama sakit kepala) o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore o Perubahan pada pola bicara/pola pikir o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. o Penurunan refleks tendon dalam o Papiledema. 6. Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. o Fokus menyempit o Fokus pada diri sendiri o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. 7. Keamanan o Riwayat alergi atau reaksi alergi o Demam (sakit kepala) o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus). 8. Interaksi sosial o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit. 9. Penyuluhan / pembelajaran o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
o

B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021) 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. 2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. 3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.

C. Intervensi Diagnosa Keperawatan 1. : Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil :
y y y

Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang Tanda-tanda vital normal pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi :
y y y

y y

Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri. Atur posisi pasien senyaman mungkin Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman. Kolaborasi untuk pemberian analgetik. Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

Diagnosa Keperawatan 2. : Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat Kriteria Hasil :
y y y y

Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki. Mengkaji situasi saat ini yang akurat Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.

Intervensi :
y

Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan. Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan. Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

Diagnosa Keperawatan 3. : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil :
y y

Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi :
y

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktorfaktor yang berhubungan. Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.

C. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28) Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah : 1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi. 2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan. 3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.

ASKEP VERTIGO

>> Kamis, 10 Juli 2008


Pengertian Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).

Etiologi Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu : a) Lesi vestibular FisiologikZ LabirinitisZ MenireZ Obat ; misalnya quinine, salisilat.Z Otitis mediaZ Motion sicknessZ Benign post-traumatic positional vertigoZ b) Lesi saraf vestibularis Neuroma akustikZ Obat ; misalnya streptomycinZ Neuronitis vestibularZ c) Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal Infark atau perdarahan ponsZ Insufisiensi vertebro-basilarZ Migraine arteri basilarisZ Sklerosi diseminataZ TumorZ SiringobulbiaZ Epilepsy lobus temporalZ Menurut(http://www.kalbefarma.com)

1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer : a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing. b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan. c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural. d. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor. e. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks. 2. Penyakit SSP : a. Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung. b. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues. c. Trauma kepala/ labirin. d. Tumor. e. Migren. f. Epilepsi. 3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause. 4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia. 5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik. 6. Intoksikasi. Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya

(http://www.kalbefarma.com). Klasifikasi Vertigo Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi : 1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen. 2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth). 3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. 2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi: 1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin. 2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin. 3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis. 3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi : 1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis. 2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior. Ada pula yang membagi vertigo menjadi : 1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler. 2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual. Manifestasi klinik Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. Pemerikasaan Penunjang 1) Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan mata Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

Pemeriksaan neurologik Pemeriksaan otologik Pemeriksaan fisik umum. 2) Pemeriksaan khusus : ENG Audiometri dan BAEP Psikiatrik 3) Pemeriksaan tambahan : Laboratorium Radiologik dan Imaging EEG, EMG, dan EKG. Penatalaksanaan medis. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari : 1. Terapi kausal 2. Terapi simtomatik 3. Terapi rehabilitatif Manajemen Keperawatan 1. Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. b. Sirkulasi Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal Pucat, wajah tampak kemerahan. c. Integritas Ego Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik) d. Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan e. Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema. f. Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah Fokus menyempit Fokus pada diri sndiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. g. Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus) h. Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit. i. Penyuluhan / pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause. 2. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021) 1) Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. 2) Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. 3) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi. 3. Intervensi Keperawatan a) Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang - tanda-tanda vital normal - pasien tampak tenang dan rileks Intervensi/Implementasi Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

Anjurkan klien istirahat ditempat tidur Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri Atur posisi pasien senyaman mungkin Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman Kolaborasi untuk pemberian analgetik. Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman. b) Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat Kriteria Hasil : - mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif - mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki - megkaji situasi saat ini yang akurat - menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat. Intervensi/Implementasi Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan. Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan. Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai. a) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. Intervensi / Implementasi : Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan. 4. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28) Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah : a. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi. b. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan. c. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA 1. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999. 2. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999. 3. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415TerapiAkupunkturuntukVertigo.pdf/144_15Ter apiAkupunkturuntukVertigo.html 4. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.

Sumber : http://stikep.blogspot.com Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIDRONEFROSIS DISUSUN OLEH: D E F A A R I S A N D I, A.Md.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2008 Sumber : http://stikep.blogspot.com Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep Pengertian yHidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002). yHidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995). yApabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Etiologi yJaringan parut ginjal/ureter. yBatu yNeoplasma/tomur yHipertrofi prostat yKelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra yPenyempitan uretra yPembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002). PatofiSIologi

Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002). Manifestasi Klinis yPasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: yHipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). yGagal jantung kongestif. yPerikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). yPruritis (gatal kulit). yButiran uremik (kristal urea pada kulit). Sumber : http://stikep.blogspot.com Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep yAnoreksia, mual, muntah, cegukan. yPenurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang. yAmenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002) Penatalaksanaan Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002). Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1). Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan. Tujuan: Volume cairan seimbang Kriteria hasil: yRR dan TTV normal/stabil yTurgor baik, mukosa lembab yIntake dan output seimbang Intervensi: yTimbang BB tiap tiga hari. yObservasi TTV yBeri posisi trendelenberg yPantau intake dan output ykolaborasi pemberian diuresis

yCek laboratorium darah lengkap/rutin

2). Resti infeksi berhubungan dengan akses haemodialise Tujuan: Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: yTidak ada tanda-tanda infeksi yTidak ada sepsis dan pus Tindakan: yCuci tangan sebelum dan sesudah tindakan yTutup luka dengan teknik aseptik Sumber : http://stikep.blogspot.com Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep yMonitor jika ada peradangan yMonitor TTV yKolaborasi pemberian antibiotik 3). Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut. Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang Kriteria hasil: yPasien tampak rileks yPasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang Intervensi: yKaji tingkat nyeri yBeri penjelasan penyebab nyeri yAjarkan relaksasi dan distraksi yKolaborasi pemberian analgetik 4). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi Kriteria hasil: yMeningkatkan kemampuan mobilitas yMelaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas Intervensi: yKaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo yMeningkatkan aktivitas klien secara bertahap yKolaborasi dengan ahli fisioterapi 5). Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah Tujuan: Nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: yMasukan per oral meningkat yBerat badan dalam rentang normal Intervensi yJelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. yBerikan porsi makan kecil tapi sering yCiptakan suasanya yang menyenangkan yDukung klien untuk makan bersama anggota keluarga Daftar Pustaka Sumber : http://stikep.blogspot.com Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep

1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. 2. Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi edisi keempat. Jakatya: EGC. 3. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku aajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta: EGC. Sumber : http://stikep.blogspot.com Design by Defa Arisandi, A.Md.Kep

KUNJUNGI BERBAGAI ARTIKEL MENARIK SEPUTAR KEHIDUPAN ANDA


Konsultasi Via Email Defa Arisandi : defa_arisandi@yahoo.com Fahru Rizal : wahyu_cerianet@yahoo.com Fadlie Ismail : bangfad@yahoo.com
Khasiat Tanaman Disekitar Kita http://www.apotik-online.blogspot.com Kumpulan Asuhan Keperawatan http://www.stikep.blogspot.com Jenis Penyakit dan Penanganannya http://www.info-medis.blogspot.com Khasanah Sejarah Khatulistiwa http://www.pontianak.web.id Website dengan Harga Murah http://design.pontianak.web.id Kumpulan Sastra Nusantara http://www.bangfad.com Hanya Sebatas Coretan http://www.fadlie.web.id Budidaya Tanaman http://www.cerianet-agricultur.blogspot.com Kehidupan Kaum Adam http://warkop.wordpress.com Kehidupan Kaum Hawa http://fadlie.blogdetik.com
Silakan Menyalin atau Mengcopy Isi dalam Situs Diatas untuk keperluan pendidikan dengan Mencantumkan Sumbernya, Copyright hanya milik ALLAH SWT

Kegiatan yang dilakukan : 1. Menetapkan masalah kesehatan keluarga

2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang akan dipecahkan, dengan mempertimbangkan : a. Sifat masalah b. Kemungkinan masalah dapat diatasi c. Potensi pencegahannya d. Persepsi keluarga terhadap masalah 3. Menetapkan diagnosis keperawatan

Di dalam menganalisis data, terdapat 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga, yaitu : 1. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi : a. Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial dari anggota keluarga b. Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga c. Keadaan gizi anggota keluarga d. Status imunisasi anggota keluarga e. Kehamilan dan keluarga berencana (KB) 2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :

a. Rumah : ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga, dsb b. Sumber air minum c. Jamban keluarga d. Tempat pembuangan air limbah e. Pemanfaatan pekarangan yang ada, dsb.

3.

Karakteristik keluarga : a. Sifat-sifat keluarga b. Dinamika dalam keluarga c. Komunikasi dalam keluarga d. Interaksi antar anggota keluarga e. Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga f. Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.

PERUMUSAN MASALAH
Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, dan kultur yang dianut oleh keluarga tersebut. Perumusan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan kepada analisiskonsep, teori, prinsip dan standart yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisis, sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Disamping itu, keputusan dapat diambil setelah perawat dan keluarga, atau antar perawat itu sendiri melakukan diskusi-diskusi untuk mengambil keputusan dengan mempertimbangkan situasi dan sumber daya yang ada pada keluarga. Dalam menetapkan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan, serta berbagai alasan dari ketidamampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

Tipologi Masalah Kesehatan dan Keperawatan Keluarga

Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga, terdapat 3 kelompok masalah besar, yaitu :

1. Ancaman kesehatan Merupakan keadaan-keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk di dalamnya adalah : a. Penyakit keturunan (asthma bronchiale, DM, dll) b. Keluarga atau anggota keluarga yang menderita penyakit menular (TBC, GO, Hepatitis, dll), berikut bahaya penularannya c. Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga (penghasilan yang kecil untuk mencukupi anggota keluarga yang besar/banyak) d. Resiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga (rumah berdekatan dengan jalan, kolam atau tebing, kebiasaan meletakkan senjata tajam sembarangan, lantai licin, obat-obatan atau racun yang tidak tersimpan dengan baik, bahaya kebakaran, dll) e. Kekurangan atau kelebihan gizi pada masing-masing anggota keluarga : - Makanan kurang dalam hal kualitas maupun kuantitas - Mengkonsumsi bahan makanan/gizi secara berlebihan - Kebiasaan makan yang buruk/jelek f. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress atau tekanan, antara lain : - Hubungan keluarga yang kurang harmonis - Hubungan orang tua dan anak tegang - Hubungan suami istri yang tegang - Orangtua yang tidak dewasa g. Sanitasi lingkungan buruk : - Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik - Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat - Tempat pembuangan tinja yang berdekatan dengan sumber air minum sehingga mencemari sumber air minum

- Selokan atau tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat - Tempat-tempat yang memungkinkan berkembang-biaknya serangga dan binatang2 mengerat - Sumber air minum yang tidak memenuhi syarat - Kebisingan - Polusi udara/sungai, air, tanah - Luas rumah tidak mencukupi syarat kesehatan - Barang-barang pribadi dan peralatan rumah kurang mencukupi - Hygiene personal kurang - Cara-cara menyiapkan makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan i. Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah j. Riwayat persalinan sulit k. Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya karena salah satu anggota keluarga meninggal l. Imunisasi anak tidak lengkap m. Kebiasaan-kebiasaan buruk : - Terlalu banyak minum-minuman keras - Terlalu banyak merokok - Tidak memakai alas kaki - Makan ikan/daging mentah - Minum obat tanpa resep n. Suasana dalam keluarga yang tidak harmonis : - Suka mementingkan diri sendiri - Percekcokan antar anggota keluarga yang belum terselesaikan

- Ketidakcocokan yang cukup berat

2. Kurang/tidak sehat Adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk di dalamnya adalah : a. Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum didiagnosis b. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal

3. Situasi krisis Adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri, termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk di dalamnya adalah : a. Perkawinan b. Kehamilan c. Persalinan d. Masa nifas e. Menjadi orang tua f. Penambahan anggota keluarga g. Abortus h. Anak masuk sekolah i. Anak remaja j. Kehilangan pekerjaan k. Kematian anggota keluarga l. Pindah rumah m. Kelahiran di luar perkawinan yang sah

Ketidakmampuan Keluarga Dalam Melaksanakan Tugas-tugas Kesehatan dan Keperawatan :

1. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga. Bisa disebabkan karena : a. Kurang pengetahuan b. Rasa takut akan akibat-akibat bila masalah diketahui : - Sosial : takut dicap oleh masyarakat, berkurang/hilangnya penghargaan - Ekonomi : beban biaya, kemampuan finansial - Fisik dan psikologis c. Sikap dan falsafah hidup

2. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat. Bisa disebabkan karena : a. Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah b. Masalah kesehatan tidak begitu menonjol c. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga d. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan e. Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga f. Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada g. Takut dari akibat tindakan, baik secara sosial, ekonomi, maupun secara fisik-psikologis h. Sikap negatif (sikap yang membuat keluarga tidak sanggup menggunakan akal untuk mengambil keputusan) terhadap masalah kesehatan i. Fasilitas kesehatan tidak terjangkau, dalam hal fisik (lokasi) dan biaya

j. Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan k. Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.

3. Ketidakmamapuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Bisa disebabkan karena : a. Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya, serta pertumbuhan dan perkembangan anak b. Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan c. Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan d. Tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga. Misalnya : keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik (ruangan) untuk perawatan si sakit. e. Sikap negatif terhadap yang sakit f. Konflik individu dalam keluarga g. Sikap dan pandangan hidup h. Perilaku yang mementingkan diri sendiri.

4. Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga. Dapat disebabkan oleh : a. Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat (isi rumah tidak teratur, berjejal atau sempit) b. Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah c. Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan d. Konflik personal dalam keluarga : - Krisis identitas : ketidaktepatan peranan - Rasa iri - Merasa bersalah atau tersiksa

e. Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit f. Sikap dan pandangan hidup g. Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah.

5. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan. Dapat disebabkan karena : a. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada b. Tidak memahami keuntungan yang diperoleh c. Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan d. Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan e. Rasa takut pada akibat dari tindakan (pencegahan, diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi ), dari segi fisik, psikologis, keuangan, maupun sosial (hilangnya perhargaan dari kawan, orang lain atau lingkungan sekitarnya) f. Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan (jarak atau biaya) g. Tidak adanya fasilitas yang diperlukan h. Rasa asing dan tidak adanya dukungan dari masyarakat i. Sikap dan falsafah hidup. j. Kurang atau tidak adanya sumber daya keluarga : - Tenaga : siapa nanti yang akan menjaga anak - Keuangan : ongkos berobat

Proses dalam menganalisis data untuk menetapkan masalah dalam keluarga hendaknya melibatkan keluarga, agar dapat menyadari sepenuhnya masalah keluarga yang sedang dihadapi. Dengan kesadaran akan adanya masalah tersebut, lebih mudah menggerakkan keluarga untuk mengatasi masalah (kesehatan) dalam keluarganya.

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


Sebagaimana pada asuhan keperawatan individu, asuhan keperawatan pada tingkat keluarga dinyatakan dalam bentuk rumusan : 1. Problem Etiologi - Sign/Symptom (PES), atau : 2. Problem Etiologi (PE)

Penjabarannya adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan masalah (Problem atau P) Caranya sama seperti pada kasus individu. Kelompokkan data yang relevan, sehingga didapatkan beberapa kelompok data yang akan dapat digunakan untuk menentukan kesenjangan kesehatan yang dialami oleh sasaran dengan cara membandingkan gambaran kondisi klien dengan keadaan normal. Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dapat dipakai sebagai salah satu acuan. Data dapat dikelompokkan antara lain dalam aspek biologis, atau fisik, psikologis, sosio-kultural dan spiritual, sehingga klien dapat dipandang secara seutuhnya dari berbagai aspek kehidupan. Data yang telah dikelompokkan sebelumnya, harus dibandingkan dengan ukuran atau standart yang disepakati atau yang dinyatakan sebagai ukuran normal. Penyimpangan atau kesenjangan yang didapatkan dinyatakan sebagai masalah (Problem/P). Masalah akan dirumuskan sedemikian rupa dan diungkapkan dalam bentuk Pernyataan yang menggambarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya, berupa gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Masalah tersebut memungkinkan tenaga keperawatan dapat membantu penyelesaiannya. Apabila hal tersebut tidak dapat diselesaikan dengan tindakan lanjutan keperawatannya, maka kemungkinan besar diagnosis keperawatan tersebut belum benar, dan perlu diteliti kembali perumusannya.

2. Menetapkan Etiologi (E atau penyebab masalah) Untuk menetapkan etiologi, perlu dilakukan analisis guna mencari penyebab terjadinya masalah. Ketepatan dan keberhasilan menentukan penyebab masalah sangat tergantung pada kemampuan

perawat dalam melakukan analisis masalah yang dilandasi dengan penguasaan ilmu pengetahuan dasar : biologi, fisiologi, psikologi, sosial budaya serta ilmu keperawatan.

3. Mengenal tanda-tanda atau gejala (Sign & Symptom atau S) Untuk melengkapi rumusan diagnosis keperawatan, sebaiknya disebutkan tanda-tanda atau gejala-gejala. Sign & Symptom menggambarkan tanda atau gejala yang ditampilkan sebagai respon klien terhadap masalah atau akibat yang timbul. Respon klien dapat tampil secara objektif maupun subjektif. Tanda atau gejala tersebut akan dapat dikenal apabila perawat mampu melakukan pengamatan secara cermat pada klien yang bersangkutan.

Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :

1. Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Contoh : - Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada balita (anak N) keluarga Bpk. X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan mobilisasi - Keterbatasan aktivitas / pergerakan pada lanjut usia (Ibu W) keluarga Bpk. X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak akibat rematik - Perubahan peran dalam keluarga Bpk. X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami

2. Resiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang tetapi belum terjadi gangguan. Misalnya : lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang anak yang tidak adekuat. Contoh : - Resiko terjadi konflik pada keluarga Bpk. Z berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi - Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak N) keluarga Bpk. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal stimulasi yang tepat bagi perkembangan balita - Resiko gangguan pergerakan pada lansia (Ibu Q) keluarga Bpk. L berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak

3. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh : - Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu G) keluarga Bpk. J - Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga Bpk. H - Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga Bpk. F

Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk diagnosis keperawatan potensial (sejahtera atau wellness) bisa menggunakan atau tidak menggunakan etiologi.

Você também pode gostar