Você está na página 1de 19

Apakah Yesus Allah Menurut Yohanes 1:1?

Sebuah Kajian Terperinci Eric H.H. Chang

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan Chang, Eric H.H. Apakah Yesus Allah Menurut Yohanes 1:1?: Sebuah Kajian Terperinci/Eric H.H. Chang; Alih bahasa, Joanna Cakra, Lewis Tak-Cham Chan; Penyunting, Chuah S.C. Cetakan 1 Semarang; Borobudur Publishing 2011 xii + 244 hlm.; 15 X 23 cm. Diterjemahkan dari The Only True God ISBN 978-602-98611-1-2 1. Yesus 2. Monoteisme I. Judul; II. Joanna Cakra III. Lewis Tak-Cham Chan; IV. Chuah S.C.

APAKAH YESUS ALLAH MENURUT YOHANES 1:1? Penulis : Eric H.H. Chang Alih-Bahasa : Joanna Cakra; Lewis Tak-Cham Chan Penyunting : Chuah S.C. Desain Sampul : Jeffry Widjaja Cetakan I: September 2011 Diterbitkan oleh Borobudur Publishing Semarang Indonesia Hak Cipta 2011 oleh Eric H.H. Chang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Dedikasi
Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tidak nampak dan yang esa!

(1Timotius 1:17)

Ucapan Terima Kasih

engan rasa penghargaan dan terima kasih yang mendalam, saya ingin mengakui kelimpahan dorongan (secara langsung atau tidak langsung) dari ratusan rekan sekerja dalam jemaat-jemaat kami di seluruh dunia. Meskipun mereka terheran-heran dan malah terkagum-kagum ketika saya mulai menguraikan Kitab-kitab Suci di dalam cahaya monoteisme Alkitabiah, mereka tetap berpandangan terbuka dan suportif, serta bertekad bulat mencari kebenaran menurut Kitab-kitab Suci. Keterbukaan pikiran yang demikian, atau apa yang dapat digambarkan sebagai keterbukaan hati, sungguh-sungguh bukan sesuatu yang boleh dianggap enteng, khususnya di antara mereka (termasuk diri saya) yang sejak semula telah diasuh dalam trinitarianisme. Keterbukaan hati di sini berarti: saya melihat di dalam diri mereka bukan hanya keterbukaan pikiran secara mental atau intelektual saja, tetapi juga suatu keterbukaan rohaniah yang lebih dalam terhadap firman Allah dan, di atas segalanya, Allah yang hidup. Bagi saya, kiranya tidak ada keterangan memadai atas sikap luar biasa ini, kecuali kenyataan bahwa anugerah satu-satunya Allah yang benar melimpah ke atas mereka dan memenuhi mereka dengan kasih supernal (dari atas) kepada Dia dan kebenaran-Nya. Saya berhutang terima kasih juga kepada Bentley Chan. Ia merupakan salah satu contoh dari orang-orang yang saya rujuk di atas. Dengan tidak tanggung-tanggung ia mencurahkan segenap tenaganya selama proses penerbitan buku saya yang terdahulu, Becoming a New Person. Sekarang, lebih dari semua itu, sekali lagi saya diberi kehormatan memperoleh partisipasinya yang cakap dan kompeten. Dengan senang hati ia menerima tugas sulit ini, yang antara lain, terdiri dari: pengoreksian bacaan, pengaturan format, pemberian saran-saran berguna, dan penyusunan Indeks Kitab Suci. Siapakah yang dapat sepenuhnya membalas dia kecuali TUHAN sendiri?

Atas permintaan saya, Agnes S.L. Lim dan Lee Sen Siou (dua rekan sekerja saya) dengan senang hati menerima tugas memeriksa setiap pemunculan kata Memra (Firman) dalam Targum-targum Aram dari Pentateukh (kelima kitab Musa). Atas jerih-payah mereka, saya ingin menyatakan rasa penghargaan yang sepenuh hati. Bahasa Aram merupakan bahasa yang digunakan di Tanah Suci pada masa Yesus dan jemaat awal. Oleh karena itu, penting untuk kita mengetahui bagaimana orang-orang zaman itu mengerti kata Firman supaya kata Firman yang terdapat dalam Yohanes 1:1,14 bisa dimengerti dengan lebih baik. Kedua ayat ini amat kritis untuk kajian kita ini. Namun, karena seluruh hasil penelitian itu terlalu besar untuk dicakupkan, hanya kitab Kejadian dan Keluaran saja yang dimasukkan. Itupun harus dengan mengeluarkan teks asli Aramnya. Karya mereka ditemukan dalam Lampiran 12. Bentley menyumbangkan bagian pendahuluannya yang mudah diikuti dan informatif. Adalah kealpaan jika saya tidak memaktubkan rasa terima kasih dan penghargaan atas dukungan ketabahan doa istri saya hari demi hari. Saya kira hanya di alam baka saja saya baru mengetahui seberapa besar hutang budi saya atas doa syafaat yang ia panjatkan dengan tiada putus. Tentu saja, dukungan ini diberikan dengan limpah dalam kehidupan rumah-tangga kami sehari-hari, antara lain, dalam hal menyiapkan makanan. Ketika waktunya makan, seringkali saya hanya dapat datang setelah makanannya dingin, oleh karena upaya merampungkan sebagian naskah. Namun, tidak sekali pun ia menunjukkan kejengkelan karena harus menghangatkan makanan itu kembali. Saya bersyukur karena anugerah-Nya yang diwujudkan dalam kehidupan istri saya bagi kemuliaan-Nya. Akhirnya, seluruh proses penulisan buku ini, dari awal hingga akhir, telah menjadi suatu pengalaman luar biasa akan Allah yang hidup. Hari demi hari, sesudah dianugerahi tidur yang lelap dan segera setelah terjaga (terkadang dimulai ketika saya belum sepenuhnya terjaga), saya akan diberi sesuatu yang dapat digambarkan sebagai sebuah aliran pemikiran tentang apa yang harus saya tulis pada hari itu. Selanjutnya, saya akan menghabiskan sebagian besar sisa hari itu untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Hal seperti ini tidak terjadi setiap hari, tetapi saya rasa benar terjadi 50% atau lebih selama masa penulisan yang sekitar satu tahun

lamanya ini. Di samping itu, pada beberapa kesempatan saya dituntun pada penemuan materi yang penting bagi karya ini (yang membawa sukacita besar bagi saya), materi yang tanpa saya sadari telah tersedia sebelumnya. Meskipun saya telah dianugerahi kehormatan khusus mengalami Allah berulang-kali dalam pelbagai situasi kehidupan saya, proses penulisan buku ini, meskipun seringkali melelahkan secara mental dan fisik (saya juga masih harus melaksanakan tanggung-jawab administratif selama periode itu), terutamanya telah menjadi suatu pengalaman yang sungguhsungguh unik akan Allah yang hidup. Kepada Dia, TUHAN Allah saya itu, saya di sini ingin memaktubkan pujian dan pemujaan sepenuh hati.

Teks Alkitab Terjemahan Baru (TB) LAI 1974 dan Teks Perjanjian Baru (TB) Edisi 2 LAI 1997 merupakan versi yang paling banyak dipakai dalam buku ini. Bila ada versi lain yang dipakai, versinya akan tercantum. Versi yang dipakai dalam Lampiran 12 adalah Kitab Suci Indonesian Literal Translation (ILT).

Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih ............................................................. v Prakata ............................................................................ xi Kata Pengantar ........................................................................ 1 Bab 1 Asal Usul Firman itu dalam Yohanes 1:1 dari Perjanjian Lama .................

Bab 2 Bab 3 Bab 4

Firman itu adalah Memra itu ................ 55 Melihat Lebih Dekat Yohanes 1:1 ................. 113 Yahweh turun dan diam di antara kita di dalam Kristus ........................ 165

Lampiran 1 Beberapa pengamatan tentang Targum-targum ............................................... 199 Lampiran 2 Firman Allah dalam Wahyu 19:13 ............ 201 Lampiran 3 Kesejajaran instruktif antara Firman itu adalah Allah dengan 2 Korintus 3:17 ......... 205 Lampiran 4 Targum-targum dan Rujukan Langsung kepada Allah .................................................... 208 Lampiran 5 Memra dalam Targum-targum ..................... 214 Indeks Ayat ............................................................................ 239

Prakata

uku ini ditulis bagi pembaca umum. Oleh sebab itu, istilahistilah teologis teknis sedapat mungkin dihindari. Tujuan karangan ini adalah untuk mengkaji monoteisme dalam Alkitab, dengan perhatian spesifik kepada ayat-ayat atau teks-teks yang dipergunakan untuk menyangga doktrin trinitaris, guna melihat apa yang sesungguhnya dikatakan oleh teks-teks ini bila tidak memasukkan gagasan-gagasan ataupun memaksakan doktrindoktrin kedalamnya. Untuk mengerjakannya dengan baik, biasanya kita perlu mengkaji Kitab Suci dalam bahasa-bahasa aslinya, dan bukan hanya melalui berbagai terjemahan saja, karena terjemahanterjemahan sangat jarang dapat sepenuhnya mengeluarkan makna dan nuansa teks asli. Ketika membahas bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani dan Yunani, setiap upaya akan dilakukan untuk menolong para pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa tersebut supaya dapat memahami alur pembahasannya. Kata-kata Ibrani dan Yunani akan ditransliterasikan (kecuali jika kata-kata itu ada dalam teks karya referensi yang dikutip dalam buku ini) sehingga sang pembaca mempunyai sedikit gambaran tentang pelafalannya. Namun, eksegesis yang bersifat teknis sejauh mungkin akan dihindari bila hal itu dipandang sulit diikuti oleh pembaca umum. Namun, hal ini tidak selalu dapat dihindari karena para pakar, dan orang lain yang lebih memahami Kitab-kitab Suci, juga memerlukan materi yang relevan untuk melihat keabsahan eksegesis yang disajikan. Sebagian dari materi ini barangkali terlalu teknis bagi pembaca biasa, yang mungkin mau melompati bagian-bagian ini dan membaca bagian selanjutnya. Catatan kaki akan dibuat seminimal mungkin. Untuk mereka yang memiliki wawasan kajian Alkitabiah lebih luas, mungkin berguna jika saya menyatakan bahwa pada umumnya saya sependapat dengan karangan Prof. James D.G. Dunn dari

Durham, Inggris. Komitmennya kepada akurasi dalam eksegesis, bersama dengan penolakannya untuk membiarkan dogma menguasai eksegesis, adalah komitmen saya juga. Oleh sebab itu, tidak heran jika kesimpulan saya sering kali tidak jauh berbeda dari kesimpulannya. Meskipun saya belum membaca seluruh karangannya yang prolifik, materi yang relevan untuk buku ini terutamanya dapat ditemukan dalam karangannya Christology in the Making dan The Theology of Paul the Apostle. Akan tetapi, pernyataan di atas semata-mata menyangkut metodologi, dan sama sekali tidak bermaksud menyiratkan persetujuan total dalam intisarinya. Prof. Dunn tidak melihat naskah ini sebelum diterbitkan. Dalam pemberian frekuensi statistik kata-kata kunci tertentu, statistik-statistik ini selalu berdasarkan bahasa Ibrani atau Yunani dari teks-teks aslinya, bukan berdasarkan terjemahan-terjemahan Inggrisnya. Akhirnya, penulis ini menganggap kajian ini sebuah kajian Alkitab sebagai Firman Allah, bukan kajian Alkitab sebagai kajian akan gagasan dan pendapat dari para pengarang keagamaan zaman purba semata-mata. Oleh sebab itu, keyakinannya adalah: Allah berbicara kepada umat manusia melalui orang-orang yang dipilihNya, yang dengan setia menyampaikan pesan-Nya, kebenaran-Nya. Dan hal ini bersandar pada keyakinan (yang berakar dari pengalaman personal) bahwa Allah itu riil, dan bahwa Ia terlibat secara pribadi, dan aktif secara kuat dalam segalanya yang diciptakan oleh-Nya. Keterlibatan dan kegiatan-Nya yang personal terungkapkan dengan sepenuhnya dan secara unik di dalam Yesus Kristus, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Kata Pengantar

Bagian I: Sebuah Kebangunan Teologis

ebuah keterbukaan baru pada firman Allah sedang menyapu dunia Kristen dalam cara yang belum pernah terlihat sebelumnya. Ia bergerak dengan kekuatan yang revolusioner, melanggar segala pembatas agamawi dan denominasi.

Kebangunan ini dapat disimpulkan dengan satu kata, kebebasan, khususnya kebebasan untuk mempelajari firman Allah dalam segala kemurniannya tanpa digoyangkan, dipengaruhi atau dikendalikan oleh tradisi dan institusi manusia. Akhirnya, setelah dua ribu tahun, kebebasan itu telah tiba, berkat Internet dan teknologi-teknologi publikasi yang lain. Namun bukankah kebebasan semacam itu sudah ada selama 2000 tahun terakhir? Untuk beberapa orang, jawabannya barangkali ya. Namun untuk sebagian besar orang yang hidup di dunia ini, bahkan dalam dunia Kristen, jawabannya tidak. Ini disebabkan oleh hambatan-hambatan yang besar dan dahsyat yang menghalangi mereka yang lapar dan haus akan firman Allah yang murni. Hambatan-hambatan ini harus dikalahkan satu per satu, sehingga yang terakhir berhasil dikalahkan di abad ke-21. Hambatan yang pertama adalah penyebaran Alkitab yang terbatas. Distribusi Alkitab secara global terjadi baru-baru ini saja. Hari ini lebih banyak Alkitab diproduksi dalam satu bulan dibandingkan dengan dalam 1500 tahun pertama sejarah gereja digabungkan.

Apakah Yesus Allah Menurut Yohanes 1:1?

Hambatan kedua adalah kebutahurufan global. Bahkan sampai abad ke-16, tingkat keaksaraan berada di bawah 5%. Namun situasinya berbeda hari ini. Kebanyakan negara mempunyai tingkat keaksaraan kira-kira antara 85% dan 99% (Indonesia 92%, menurut The United Nations Development Programme Report 2009). Hari ini kita tidak terlalu menghargai kemampuan kita untuk membaca Alkitab, yang dianggap suatu ketrampilan istimewa hanya 600 tahun lalu. Hambatan yang ketiga, yang diatasi hanya dalam beberapa waktu terakhir, adalah kurangnya akses kepada bahasa-bahasa asli Kitab Suci bagi orang awam. Ungkapan yang terkenal lost in translation mengingatkan kita bahwa salah terjemahan terjadi dengan mudahnya antar-bahasa. Risiko salah menterjemahkan menjadi jauh lebih serius sehubungan dengan Alkitab modern, bukan hanya karena Alkitab diterjemahkan dari bahasa-bahasa kuno (Ibrani, Aram, Yunani), tetapi karena kemiringan doktrinal dalam terjemahan adalah bahaya nyata. Namun hari ini kita dapat mempelajari Kitab Suci dalam bahasa-bahasa aslinya sebagai satu perlindungan terhadap kemiringan doktrinal. Yang dibutuhkan adalah investasi waktu dan usaha, dan kira-kira US$200 untuk bukubuku bahasa dan CD. Yang keempat dan terakhir, yang teratasi hanya dalam dekade terakhir, adalah pengendalian doktrin. Karena saya tidak ingin memojokkan gereja atau institusi tertentu, saya hanya akan memberikan satu contoh kecil di luar gereja yang menggambarkan persoalannya yang lebih besar dalam gereja. Ketika saya tinggal di Kanada pada tahun 1970an dan 1980an, satusatunya tempat di mana saya dapat membeli buku-buku Kristen adalah toko-toko buku Kristen yang terletak di kota-kota utama di Kanada. Masalahnya ialah seleksi buku dalam toko-toko buku ini (dan penerbit-penerbit buku) ditentukan oleh kecondongan doktrinal toko-toko buku tersebut. Itu adalah suatu bentuk penyensuran yang halus sekalipun tidak dilakukan secara total karena mereka masih menyediakan satu seleksi kecil buku-buku yang liberal, ateistik atau anti-Kristen. Tetapi bahkan demikian, mereka jarang sekali menyediakan buku Kristen yang mereka pandang telah melewati

Kata Pengantar

batas doktrinal tertentu. Buku tersebut mungkin sangat kuat dalam eksegesis dan menjunjung tinggi ineransi Alkitab, namun diperlakukan sebagai anathema (kutukan) hanya karena tesisnya tidak sesuai dengan kredo atau pernyataan iman yang telah mapan. Penerimaan atau penolakan buku berdasarkan doktrin berpengaruh untuk membentuk pembacaan dan penafsiran orang akan Alkitab. Dan persoalan ini hanya puncak gunung es dalam dunia Kristen.

amun dengan kehadiran jaringan Internet di mana-mana dan teknologi-teknologi publikasi yang lain, hambatan yang terakhir itu telah diatasi dengan cara yang nyata, bukan dalam arti dilenyapkan namun telah dikalahkan bagi mereka yang mengejar kebenaran. Bagi mereka yang berpikiran mulia ini, satu saluran telah dibuka untuk mereka pada firman Allah yang kekal yang tidak terbebani oleh tradisi manusia dan pengendalian doktrinal. Tentu saja, Internet adalah pedang bermata dua yang dapat dipakai demi kebaikan atau demi kejahatan, untuk menyebarluaskan kebenaran atau untuk menyiarkan pengajaran palsu; tetapi dengan pertolongan Allah (Yohanes 7:17; Yakobus 1:5), orang yang mencari kebenaran dengan tulus niscaya dapat membedakan kebenaran dari kepalsuan. Kembali ke contoh yang saya sebutkan tadi: Hari ini Anda dapat membeli buku-buku Kristen dari segala kepercayaan teologis (termasuk buku-buku penulis buku ini) dari toko-toko online seperti Amazon.com atau Barnes & Noble, yang menjadikannya mustahil untuk siapapun atau organisasi apapun untuk membungkamkan suara seorang penulis yang memberitakan kebenaran Allah. Dan dari perspektifnya, penulis sekarang memiliki satu saluran distribusi untuk buku-bukunya untuk menjangkau audiensi dari setiap penjuru dunia. Hari ini Anda dapat menggunakan Google, Yahoo! atau Bing untuk mencari materi Kristen yang menawarkan wawasan yang mendalam akan firman Allah. Ini termasuk bahan Kristen yang alkitabiah yang barangkali akan ditekan oleh kekuatan-kekuatan yang condong kepada doktrin tertentu. Sebagai contoh, dengan bergulirnya waktu, semakin banyak situs baru yang bermunculan yang menegakkan

Apakah Yesus Allah Menurut Yohanes 1:1?

monoteisme alkitabiah, yang berlawanan dengan monoteisme trinitarian. Dalam semangat kebebasan yang baru akan keterbukaan pada firman Allah, saya ingin merekomendasikan buku ini kepada dunia Kristian.

Bagian II: Mengapa Buku ini Penting

uku ini, Apakah Yesus Allah Berdasarkan Yohanes 1:1Sebuah Kajian Terperinci, oleh Eric H.H. Chang, diambil dari bagian kedua dari karyanya yang lebih besar, The Only True God Sebuah Kajian Monoteisme Alkitabiah (Versi Lengkap). 1 Namun karya yang lebih singkat ini tetap komplit, independen, kohesif dan mandiri, dengan perhatian khusus pada isu yang paling panas diperdebatkan dalam Trinitarianisme: keilahian Yesus Kristus. Judul buku ini memperlihatkan kenyataan tak terbantahkan bahwa persoalan tentang keilahian Yesus hanya dapat diselesaikan melalui analisis yang terperinci dan tajam atas Yohanes 1:1, karena ayat inilah yang, dalam konteks lebih luas dari Prolog Yohanes, merupakan dasar dan landasan utama bagi doktrin Trinitarian: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Berikut adalah lima alasan mengapa saya percaya buku ini sangat penting untuk kajian atas Yohanes 1:1. Pertama, karya ini adalah analisis yang paling terperinci dan tajam atas Yohanes 1:1 yang pernah saya baca, dari segi eksegesis hermeneutika.

The Only True GodSebuah Kajian Monoteisme Alkitabiah (Versi Lengkap), Eric H.H. Chang, hak cipta 2011 oleh penulis, diterbitkan oleh Borobudur Publishing, ISBN 978-979-25-2709-4, 704 hlm.
1

Kata Pengantar

Kedua, buku ini ditulis untuk para sarjana dan juga orang awam. Penulis berhasil dalam hal ini karena beliau mengikuti nasehat Albert Einstein: Jadikan segalanya sesederhana yang mungkin, namun tidak lebih sederhana 2 yaitu, sederhana dan komplit, tanpa terlalu menyederhanakan. Sebagai contoh, detail gramatikal dalam buku ini dapat dihargai oleh orang awam karena semuanya dijelaskan dengan teliti dalam konteks konsep-konsep gramatikal yang berarti secara universal bagi semua bahasa manusia. Ketiga, penafsiran atas Yohanes 1:1 dalam buku ini berakar dalam Kitab Suci Yunani dan Ibrani, dalam pola pikir Yahudi Yohanes, dan dalam lingkungan Aram-Ibrani para pembacanyadan bukan dalam filsafat Yunani, yang asing dalam pandangan dunia Yohanes. Keempat, penafsiran yang berarti atas Yohanes 1:1 haruslah memecahkan, seperti halnya buku ini, satu kontradiksi menyolok dalam Injil Yohanes (sebetulnya, hanya tampak bertentangan, karena sama sekali bukan pertentangan dari perspektif monoteisme alkitabiah), yaitu, konflik antara Yohanes 1:1 dan Yohanes 17:3, di mana dalam ayat terakhir Yesus tampaknya mengesampingkan dirinya sebagai Allah yang benar: Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau utus. 3 Kelima, penekanan buku ini bukan hanya eksegetis tapi juga devosional, karena ia membawa kita untuk mengapresiasi dengan
Pernyataan aslinya adalah: It can scarcely be denied that the supreme goal of all theory is to make the irreducible basic elements as simple and as few as possible without having to surrender the adequate representation of a single datum of experience (On the Method of Theoretical Physics). 3 Dalam memanggil Bapanya sebagai the only true God, Yesus sedang mengesampingkan pribadi yang lain, bahkan yang disebut allah atau Allah, sebagai Allah yang benar (Allah yang absolut, yang eksklusif, yang satu-satunya), dan ini diperkuat oleh penggunaan artikel takrif the dan kata only, yang keduanya, khususnya ketika digabungkan, menyatakan pengecualian ketat. Penekanan rangkap tiga ini (the + only + true) jelas mengesampingkan adanya wujud ilahi lain di samping Allah Bapa.
2

Apakah Yesus Allah Menurut Yohanes 1:1?

takzim Allah sebagaimana Dia diungkapkan di dalam Kitab Suci. Ketika kita melihat karakter Allah, keesaan pribadi Allah, kasih dan tujuan Allah bagi kita dalam Yesus Kristus, dan nilai kita di mata Allah, kita memberikan kemuliaan kepada Bapa surgawi kita, Allah dan Bapanya Tuhan kita Yesus Kristus. Buku ini ditulis dengan hati seorang gembala oleh seorang manusia Allah. Meskipun dididik di berbagai institusi pendidikan (Bible Training Institute, London Bible College, University of London), Pastor Eric bukanlah teolog menara gading tetapi seorang manusia Allah yang, dapat saya saksikan, mengikuti Allah dengan segenap jiwa raganya, dan bahkan telah mengalami mukjizat-mukjizat apostolik, sebagaimana dikisahkan dalam buku kesaksiannya, Bagaimana Aku Mengenal Allah. Doa saya menyertai Anda, pembaca yang budiman, agar Anda diberkati oleh buku ini, dan kemuliaan Allah Yahweh akan bersinar melalui Anda dalam Yesus sang Mesias, membawa kehidupan dan cahaya kepada orang-orang di sekeliling Anda.

Pastor Bentley Chan Montreal, Kanada 20 Juli, 2011

Buku Tercetak

nda dapat membeli buku, Apakah Yesus Allah menurut Yohanes 1:1Sebuah Kajian Terperinci, dengan menghubungi cpm@cahayapengharapan.org atau sms ke 0813-8285-1058.

Harga: Rp 65,000 * Dimensi: 15 x 24 cm Tebal: 256 hlm. *(belum termasuk biaya kirim)

Você também pode gostar