Você está na página 1de 25

1.2. Tujuan Percobaan Adapun tujuan percobaan praktikum pH meter adalah sebagai berikut : 1.

Untuk mengetahui prinsip kerja pH meter 2. Untuk mengetahui pH suatu larutan, apakah bersifat asam atau basa 3. Untuk membandingkan pH suatu larutan secara teoritis dan praktek.

1.3. Prinsip Kerja pH meter pH meter yang tak lain hanya voltameter yang tepat terhubung ke pH elektroda berupa elektroda ion selektif. Tegangan yang dihasilkan oleh elektroda pH adalah proporsional ke logarithm dari aktivitas H+. pH meter voltameter layer akan di skalakan sehingga yang di tampilkan adalah hanya pengukuran hasil pH.

1.4. Teori 1.4.1. Defenisi pH meter pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur cairan(meskipun mengukur pH pH (keasaman khusus padat). ataualkalinitas) dari suatu untuk terdiri

probe zat semi

terkadangdigunakan pH meter biasa

dari pengukuran khusus probe (elektrodagelas) yang terhubung ke meteranelektronik yang mengukur danmenampilkan pH

membaca. Prinsip dasar pengukuran pH dengan menggunakan pH meter adalah potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yangtelah diketahui dengan larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial

elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan denganpotential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektrodapembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak

mengukur arus tetapi hanyamengukur tegangan. Skema elektroda pH meter pH meter akan mengukur potensial listrik antara Merkuri Klorid (HgCl) padaelektroda pembanding dan potassium chloride (KCl) yang merupakan larutan di dalam gelas elektroda serta petensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubahtergantung sampelnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi denganmenggunakan larutan yang ekuivalen yang lainnya untuk menetapkan nilai pH.Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium kloride (KCl) yang merupakan elektrolit yang berinteraksi dengan HgCl diujung larutan KCl. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga

untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau bahan sejenisnya. Elektrodasemacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsur natrium.Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh dan tersambung dengangelembung kaca yang tipis. Di dalamnnya terdapat larutan KCl yang buffer pH 7.Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride (AgCl) dihubungkan kedalam larutan tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh elektrik yang tidak diinginkan,alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat di bagian dalam elektroda gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudahdilengkapi dengan thermistor temperature, yakni suatu alat untuk

mengkoreksi pengaruh temperatur. Antara elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudahdisusun dalam satu kesatuan. Kalibrasi pH Meter pH meter harus dikalibrasi sebelum dan setelah setiap pengukuran. Untuk penggunaan normal, kalibrasi harus dilakukan pada awal pemakaian denganmenggunakan standar pH atau sering disebut buffer pH. Standard pH adalah larutanyang nilai pH-nya telah diketahui pada setiap perubahan suhu. Standar

pH merupakan larutan buffer pH (penyangga pH) dimana nilainya relative konstan dantidak mudah berubah.

1.4.2. pH pH keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Sren Peder Lauritz Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif". Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.

pH pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air.[5] pH merupakan kuantitas tak berdimensi.

dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi. Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:

dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektroda standar, R tetapan gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang ditransfer. Potensial elektroda E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion hidrogen. Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektroda dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO 31-8 sebagai berikut:
[6]

Untuk suatu larutan X,

pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani elektroda referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya

Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC.[7] Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya. Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat asam,[8] memerlukan prosedure khusus. Kalibrasi elektroda pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya dihitung

menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.[9] pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. 1.4.3. Indikator Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan kanji .Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa (1,4) atau disebut bAmilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa. Indikator adalah pasangan asam basa kunjungan yang terdapat dalam kosentrasi molar kecil sehingga tidak

mempengaruhi pH larutan kesaluran. Indikator juga suatu zat petunjuk yang dapat membedakan larutan asam atau basa. Namun untuk indicator, lebih lazim digunakan larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan

adanya ion iodida. Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji. Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka akan membentuk kompleks kemerahmerahan (violet) dengan iodium, yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan bercabang dengan Mr= 50.000 1.000.000.

Contoh-contoh Reaksi pada Titrasi Iodimetri Zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam akan membebaskan I2 dari KI : 2Fe3+ + 2I- 2Fe2+ + I2

Kemudian iod yang terbentuk dititar dengan natrium tiosulfat : I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 Zat-zat yang bersifat pereduksi langsung dititar dengan iod : H2SO4 + I2 + H2O H2SO4

Potensial reduksi normal dari system reversible : I2 (solid) + 2e- 2I1 Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa, atau netral. Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada trayek PH tertentu, kegunaan indikator ini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira PH suatu larutan. Disamping itu juga digunakan untuk

mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapa analisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa anorganik. 2. Indikator asam-basa adalah asam lemah, yang asam tak bertanya (HLn) mempunyai warna yang berbeda [warna (1)] dengan warna anionnya [warna (2)]. Jika sedikit indicator dimasukkan dalam larutan. Larutan akan berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2), tegantung pada apakah keseimbangan bergeser kearah bentuk asam atau anion. Arah pergeseran ketimbangan tergantung pada pH. HLn + H2O H3O+ + Lnwarna (1) warna (2) indikator asam basa biasanya di buat dalam bentuk larutan (dalam air, etanol, atau pelarut lain). kertas lakmus, misalnya kertas lakmus biru menjadi merah dan kertas lakmus merah tetap maka larutan itu mempunyai sifat asam. 1.4.4. Asam dan Basa 1.3.4.1. Larutan Asam Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat

(ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan. Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Sure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brnsted-Lowry, dan Lewis.

Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu

zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.

Brnsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah proton kepada basa. Asam pasangan secara dan basa

pemberi

bersangkutan konjugat.

disebut

sebagai dan

asam-basa terpisah

Brnsted

Lowry

mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).

Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima

pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat

dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara

umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan. Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brnsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi. Sistem asam/basa berbeda dengan reaksi redoks; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam-basa. Sifat-sifat Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air. Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh,

terutama bila asamnya asam kuat.

Kereaktifan:

asam

bereaksi

hebat

dengan

kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.

Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik,

merupakan elektrolit.

Sifat kimia Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang berperan sebagai basa, HA + H2O A- + H3O+ Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air:

Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di kanan, terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai). Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl) adalah 107. Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A- terdapat bersamasama dalam larutan; sejumlah kecil H3O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat adalah 1,8 10-5. Asam kuat mencakup asam halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam fluorida, HF, relatif lemah.) Asamasam okso, yang umumnya mengandung atom pusat berbilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan asam lemah. Larutan asam lemah dan garam dari basa

konjugatnya membentuk larutan penyangga.

Penggunaan asam Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut "pengawetasaman" (pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah, seperti asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam lambung untuk membantu

memecah protein dan polisakarida maupun mengubah proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam proses alkilasi pada pembuatan bensin.

1.3.4.2. Larutan Basa Basa kalu menurut Arrhenius ialah senyawa yang terlarut dalam air yang sudah menghasilkan ion hidroksida (OH). Semakin banyaknya jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat lah sifat basanya. Basa juga dapat menetralisasikan asam (H+) dan menghasilkan air (H20).

1.4.5. Larutan Penyangga Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat

yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari: 1. Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini

campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam. 2.

menghasilkan larutan bersifat basa. 3. Komponen larutan penyangga terbagi menjadi: 1. Larutan penyangga yang bersifat asam Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. 2. Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Cara kerja larutan penyangga Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga: 1. Larutan penyangga asam Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COOyang mengalami

kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut: Pada penambahan asam Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH. CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat

dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang

ditambahkan

tersebut

bereaksi

dengan

asam

CH3COOH

membentuk ion CH3COO- dan air. CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l) 2. Larutan penyangga basa Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut: Pada penambahan asam Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+. NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq) Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+ ), membentuk komponen basa (NH3) dan air. NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l) [sunting] Perhitungan pH Larutan Penyangga 1. Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut: [H+] = Ka x a/g atau pH = p Ka - log a/g dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah a = jumlah mol asam lemah g = jumlah mol basa konjugasi 2. Larutan penyangga basa Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut: [OH-] = Kb x b/g atau pH = p Kb - log b/g dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah b = jumlah mol basa lemah g = jumlah mol asam konjugasi Fungsi Larutan Penyangga Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama

dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.

BAB II PROSEDUR KERJA 2.1. Alat dan Bahan a. Alat yang digunakan 1. 2. 3. 4. pH meter Labu semprot Beaker glass Tisue

b. Bahan yang digunakan 1. Aquqdest 2. Larutan H2SO4 0,001 M 3. Larutan H2SO4 0,002 M 4. Larutan KOH 0,001 M 5. Larutan KOH 0,002 M 2.2. Prosedur Kerja 1. Hidupkan alat pH meter, pasanglah elektroda pH meter dan celupkan elektroda ini kedalam larutan standart pH 6,86, aturlah skala sampai 6,86, biarkan stabil selama satu menit. 2. Matikan alat pH meter, angkat elektroda dan sempritkan aquadest samapai bersih, keringkan elektroda dengan kertas tissue. 3. Selanjutnya elektroda dicelupkan keadalm larutan standart pH 4,01, atur skala 4,01, biarkan stabil selama satu menit. 4. Matikan alat pH meter, angkat elektroda dan sempritkan aquadest samapai bersih, keringkan elektroda dengan kertas tissue.

5. Setelah standartisasi selesai, alat siap digunakan untuk pengukuran pH, selanjutnya dengan cara yang sama seperti diatas, sample dapat di uji berapa pH nya dan catat hasil yang di dapat.

BAB III GAMBAR RANGKAIAN 3.1. Gambar Peralatan

3.2. Gambar Rangkaian

BAB IV DATA PENGAMATAN NO 1 2 3 4 SAMPEL Larutan H2SO4 0,001 M Larutan H2SO4 0,002 M Larutan KOH 0,001 M Larutan KOH 0,002 M pH 1,4 1,9 12,54 12,89 SUHU 30,1 28 51 29,9

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Basa adalah zat yang jika dilarutkan didalam air akan menghasilkan ion OHContoh : NaOH, KOH, Mg (OH)2, dan Al (OH)3 2. Asam adalah zat yang dapat menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air (H2O) Contoh : HCl, HBr, CH3COOH, H3PO4, dan H2SO4 3. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sample maka semakin rendah nilai pH nya.

6.2. Saran Dalam melakukan percobaan ini hendaknya memerlukan ketelitian yang sangat tinggi karena pH juga sangat berpengaruh terhadap suhu.

DAFTAR PUSTAKA

"The Measurement of pH - Definition, Standards and Procedures Report of the Working Party on pH, IUPAC Provisional Recommendation"]. http://www.carlsberggroup.com/Company/Research/Pages/pHValue.aspx University of Waterloo - The pH Scale, http://www.science.uwaterloo.ca/~cchieh/cact/c123/ph.html Nrby, Jens. 2000. The origin and the meaning of the little p in pH. Trends in The Biochemical Sciences 25:36-37 "pH". IUPAC Goldbook. http://goldbook.iupac.org/P04524.html. Quantities and units Part 8: Physical chemistry and molecular physics, Annex C (normative): pH. International Organization for Standardization, 1992. Definitions of pH scales, standard reference values, measurement of pH, and related terminology. Pure Appl. Chem. (1985), 57, pp 531542. Nordstrom, DK et al. (2000) Negative pH and extremely acidic mine waters from Iron Mountain California. Environ Sci Technol,34, 254-258. Zemaitis, J.F. (17 Maret 1986). Handbook of Aqueous Electrolyte Thermodynamics: Theory & Application. Wiley. ISBN 978-0-8169-0350-4. Chapter 4 Rossotti, F.J.C. (1965). "Potentiometric titrations using Gran plots: A textbook omission". J. Chem. Ed. 42: 375378.

Mendham, J.; Denney, R. C.; Barnes, J. D.; Thomas, M.J.K.; Denney, R. C.; Thomas, M. J. K. (2000), Vogel's Quantitative Chemical Analysis (edisi ke6th), New York: Prentice Hall, ISBN 0-582-22628-7 Section 13.23, "Determination of pH"

Você também pode gostar