Você está na página 1de 10

G.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada percobaan penentuan orde reaksi pada laju ketengikan minyak kelapa sawit dengan metode titrasi iodometri sampel yang digunakan adalah minyak goreng Bimoli. Percobaan pertama, yaitu perlakuan sampel dilakukan dengan cara memanaskan minyak selama 15, 30, 45, 60 menit dan waktu tidak terhingga (selama 2 jam). Sampel dipanaskan di tempat terbuka. Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui angka peroksida pada minyak. Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 1 mL minyak ke dalam erlenmeyer kemudian ditambah 6 mL Asam asetat-kloroform, minyak kelapa sawit berwarna kuning jernih dan Asam asetat-kloroform tidak berwarna, kemudian digoyangkan agar larutan tercampur sempurna.

Perbandingan antara Asam asetat dan kloroform yang digunakan adalah 3:2. Asam asetat-kloroform berfungsi sebagai pelarut non polar karena minyak merupakan golongan lipid, yaitu senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar. Selanjutnya, menambahkan 2 tetes larutan KI jenuh tak berwarna. Setelah dicampurkan larutan berubah menjadi kuning jernih. Digunakan larutan kalium iodida karena larutan ini sangat stabil dan menghasilkan iod (I2) bila diolah dengan asam. Langkah selanjutnya, larutan didiamkan selama 1 menit dengan sesekali digoyang, hal ini bertujuan agar larutan larut sempurna. Kemudian larutan ditambah dengan 6 mL aquades dan terdapat dua lapisan. Selanjutnya, ditambahkan larutan amilum 1% dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1N. Fungsi larutan amilum 1% adalah sebagai indikator. Prinsip titrasi yang digunakan adalah titrasi iodometri. Untuk volume titrasi yang dihasilkan pada proses titrasi iodometri ini yaitu berubahnya warna larutan dari keruh menjadi jernih. Reaksinya adalah: IO3- + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O Setelah dititrasi, larutan membentuk dua fasa, yaitu fasa minyak dan dasa air. Minyak di bagian bawah larutan dan air berada di bagian atas larutan. Warna lapisan atas jernih tidak berwarna dan bagian bawah berwarna kuning pudar. Reaksi yang terjadi adalah: I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

Volume Na2S2O3 yang diperlukan untuk titrasi adalah 0,3; 0,6; 1; 1,3; dan 1,8 mL. Proses yang sama juga terjadi pada titrasi blanko namun yang berbeda yaitu blanko tidak mengandung sampel sehingga jumlah volume yang diperoleh lebih kecil, yaitu 0,2 mL. Hal ini disebabkan karena pada blanko tidak memiliki bilangan peroksida sehingga I2 dari KI yang dibebaskan lebih sedikit, untuk itu volume Na2S2O3 yang mengikat iod bebas menjadi lebih sedikit. Sedangkan minyak yang teroksidasi menyebabkan I2 yang dibebaskan menjadi semakin banyak sehingga Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk mengikat I2 juga semakin besar. Ketengikan minyak diukur dengan menggunakan bilangan peroksida. Semakin besar bilangan peroksida mengindikasikan bahwa minyak semakin tengik atau rusak. Dengan menggunakan rumus:

a = Volume Na2S2O3 saat titrasi per sampel b = Volume Na2S2O3 saat titrasi blanko W = gram sampel akan diperoleh bilangan peroksida pada sampel, yaitu: Lama pemanasan sampel (menit) 15 30 45 60 120 Bilangan peroksida 8,602 34,4086 68,8172 94,624 137,6344

Dari tabel diperoleh bahwa bilangan peroksida semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu karena semakin banyak ikatan rangkap yang diserang dan membentuk radikal bebas yaitu peroksida organik. Dengan demikian, laju ketengikan minyak akan semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu pemanasan karena semakin lama pemanasan maka

semakin banyak asam-asam lemak yang terpecah membentuk senyawa seperti aldehid, keton yang bersifat volatil. Untuk mengetahui laju ketengikan minyak, maka diperlukan

pengukuran Orde reaksi. Orde reaksi laju ketengikan minyak dalam percobaan ini menggunakan metode integral nongrafik dan grafik. a. Metode integral nongrafik Dengan metode ini harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral. Jika harga k yang diperoleh dari berbagai waktu adalah konstan, misalnya dari persamaan integral orde satu didapat harga k konstan maka orde reaksi adalah satu. Dari data yang diperoleh dilakukan pehitungan sebagai berikut : Orde 1

Orde 2

Orde 3 [ ]

Dari perhitungan (terlampir) pada orde 1menunjukkan bahwa k yang dihasilkan cenderung sama, sehingga dapat disimpulkan laju ketengikan pada minyak berorde satu.

b. Metoda integral grafik Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data eksperimen. Data yang diperoleh dimasukkan ke grafik integral dengan absis dan ordinat sebagai berikut: Orde 1: Grafik t vs ln (a-x) Orde 2: Grafik t vs 1/(a-x) Orde 3: Grafik t vs 1/(a-x)2 Menurut teori, fungsi garis lurus adalah y = ax + b. Jika diperoleh garis lurus maka akan diketahui orde reaksi. Dari grafik yang diperoleh

(terlampir) menunjukkan bahwa R2 pada orde satu mendekati nilai 1, yaitu 0,9627. Jadi, laju ketengikan minyak kelapa sawit berorde satu.

H. KESIMPULAN 1. Bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit adalah: Lama pemanasan sampel (menit) 15 30 45 60 120 Bilangan peroksida 8,602 34,4086 68,8172 94,624 137,6344

2. Ketengikan minyak kelapa sawit dapat diukur dengan menggunakan bilangan peroksida. Semakin besar bilangan peroksida mengindikasikan bahwa minyak semakin tengik. 3. Orde reaksi pada proses ketengikan minyak kelapa sawit adalah 1.

I.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Penentuan Orde Reaksi pada Laju. Online.

(http://ustadzkimia.blogspot.com/2009/, diakses 14 November 2011). Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. 1st ed. Jakarta: Universitas Indonesia. Suyono dan Bertha, Yonata. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa.

LAMPIRAN Perhitungan Bilangan Proksida dan Orde Reaksi

1. Bilangan Peroksida Diketahui: Sampel yang dipanaskan (menit) 15 30 45 60 120 [Na2S2O3] = 0,1 N Volume Na2S2O3 (mL) 0,3 0,6 1 1,3 1,8

Sampel minyak = 1 mL minyak = 0,93 g/mL

Titrasi blanko = 0,2 mL

Ditanya:

bilangan peroksida

Jawab: m minyak = x Volume

= 0,93 g/mL x 1 mL = 0,93 gram a. Pemanasan 15 menit

b. Pemanasan 30 menit

c. Pemanasan 45 menit

d. Pemanasan 60 menit

e. Pemanasan 120 menit

2. Orde Reaksi a. Metode integral nongrafik Orde 1 a 1,8 1,8 1,8 1,8 (a-x) 0,3 0,6 1 1,3 1,7917 1,0986 0,5878 0,3254 t 900 1800 2700 3600 k 0,00199 0,00061 0,00022 0,00009

Orde 2 a 1,8 1,8 1,8 1,8 (a-x) 0,3 0,6 1 1,3 x 1,6 1,2 0,8 0,5 a(a-x) 0,54 1,08 1,8 2,34 2,963 1,111 0,444 0,214 t 900 1800 2700 3600 k 0,0033 0,0006 0,00016 0,000059

Orde 3 a 1,8 1,8 1,8 1,8 a-2 0,30864 0,30864 0,30864 0,30864 (a-x) 0,3 0,6 1 1,3

[ (a-x)-2 11,111 2,778 1 0,5917

] (a)-2 - (a-x)-2 -10,80236 -2,46936 -0,69136 -0,28306 [(a)-2 - (a-x)-2] 5,40118 1,23468 0,34568 0,14153 t 900 1800 2700 3600 k 0,006 0,006 0,00013 0,00004

b. Metode integral grafik Orde 1

Orde Reaksi 1
0.6 0.4 0.2 0 -0.2 0 ln(a-x) -0.4 -0.6 -0.8 -1 -1.2 -1.4 1000 2000 3000 4000 y = 0.0005x - 1.5905 R = 0.9627

Orde 2

3.5 3 2.5 2 1/(a-x) 1.5 1 0.5 0 0

Orde Reaksi 2

y = -0.0009x + 3.782 R = 0.8681 1000 2000 3000 4000

Orde 3

Orde Reaksi 3
12 10 8 6 1/(a-x)2 4 2 0 -2 0 1000 2000 3000 4000

y = -0.0037x + 12.203 R = 0.7654

LAMPIRAN FOTO

Titrasi sampel dengan pemanasan 15 menit

Titrasi sampel dengan pemanasan 30 menit

Titrasi sampel dengan pemanasan 45 menit

Titrasi sampel dengan pemanasan 60 menit

Titrasi sampel dengan pemanasan 120 menit

Titrasi blanko

Você também pode gostar