Você está na página 1de 2

REVTA FARISZY 10/296546/SP/23848 Analisis KFC a.

m (breakfast menu dari KFC) Tak perlu lagi kita menanyakan tentang eksistensi dari Kentucky Fried Chicken atau KFC. KFC merupakan salah satu pemain lama di dunia restoran cepat saji. Walaupun pamornya masih kalah dengan McDonalds di tingkat internasional, namun di Indonesia KFC memiliki daya saing yang cukup tinggi hingga dapat menyamai McDonalds, bahkan lebih. Ini bisa dilihat jumlah restorannya yang lebih banyak dari para pesainnya. KFC juga masih menonjolkan promosi mereka melalui media seperti televisi dan koran. Selain itu KFC juga lebih sering membuat inovasi-inovasi baru terhadap produknya seperti KFC Coffee, Chaki dan KFC a.m. KFC a.m merupakan salah satu program utama dari KFC. Dalam program ini, KFC membuat beberapa menu pilihan untuk sarapan yang diterapkan setiap harinya pada pukul 05.00 hingga 10.00. Menu yang ditawarkan program ini adalah makanan-makanan yang tidak terlalu berat atau tidak mengandung banyak karbohidrat. Beberapa diantaranya adalah bubur, panekuk, olahan kentang, waffle, kebab dan roti. Selain itu, KFC a.m juga menawarkan beberapa minuman yang cocok untuk dinikmati di pagi hari seperti teh, kopi, jus jeruk dan susu. Harga yang ditawarkan adalah berkisar Rp.5 ribu Rp.15 ribu, namun harga dominan adalah Rp.5 ribu. Harga tersebut dapat dikatakan standar jika kita mengacu pada harga restoran cepat saji. Berpacu pada pernyataan Kotler, Bowen dan Makens (2002)1, segmentasi pasar dapat dilakukan dengan empat variabel, yakni segmentasi geografis, sengmentasi demografis, segmentasi prilaku dan segmentasi psikografis. KFC menggunakan segmentasi demografis dari segi pasarnya. Segmentasi demografis sendiri merupakan pembagian pasar berdasarkan kelompok. Dalam hal ini, KFC membagi pasarnya dalam beberapa kelompok, yakni usia, kelas dan gaya hidup. KFC memilih kawula muda atau remaja sebagai salah satu target pasarnya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh penggunaan model remaja dalam iklan komersial mereka di layar kaca. Hampir seluruh iklan KFC menampilkan remaja yang menjadi konsumen dari KFC. Iklan selain berpemeran remaja adala anak kecil, ini digunakan untuk memasarkan produk Chaki yang berorientasi pada anak-anak. Selain itu, KFC juga sering bekerja sama dengan band musik yang menjadi idola remaja dengan menjual album band tersebut satu paket dengan menu mereka. Kemudian, program KFC a.m juga secara tidak langsung menyiratkan tujuan pasar mereka yang lainnya, yaitu kelompok orang yang memiliki aktivitas di pagi hari hingga tak punya waktu banyak untuk sarapan. Begitu juga program Chaki yang bertarget konsumen anak-anak yang dapat dilihat dari menunya. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa KFC menunjukkan target pasarnya secara terselubung dengan iklan dan programnya. Kelompok kedua adalah kelas konsumen. Dari harga-harga makanan KFC secara keseluruhan, restoran ini cocok untuk masyarakat kelas menengah atas atau dengan kata lain masyarakat dengan kelas yang cukup dan tingkatan-tingkatan atasnya. Bagi mereka masyarakat yang berpenghasilan minim sangat tidak mungkin untuk makan di restoran ini. Ketiga adalah gaya hidup. KFC menunjukkan bahwa mereka merupakan restoran modern dengan embel-embel restoran cepat saji.
1

Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. (2002). Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan, (Edisi Kedua). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Maka target pasar mereka adalah masyarakat yang bergaya hidup modern, sehingga kompetisi mereka dengan restoran tradisional memiliki relevansi yang rendah dalam target pasar. Kemudian, ada kemungkinan tambahan target kelompok masyarakat jika memandang program KFC a.m, yaitu pekerjaan. Ada kemungkinan target konsumen dari program KFC a.m adalah masyarakat yang memiliki pekerjaan yang menuntut untuk kehadiran pagi, sehingga mereka memilih sarapan di restoran cepat saji untuk menghemat waktu. Pekerjaan tersebut tidak hanya pekerjaan kantoran, namun bisa jadi mahasiswa, pelajar sekolah dan lain-lain. Maka KFC memiliki empat kelompok target jika dilihat dari teknis, produk, harga dan program. Melihat segi kompetitor dari restoran ini, pasti kita akan langsung menyebut restoranrestoran cepat saji lainnya seperti McDonalds, Texas Fried Chicken dan California Fried Chicken (CFC). Ya, nama-nama tersebut merupakan pesaing utama KFC karena bergerak dalam dunia restoran cepat saji. Namun, persaingan di dunia restoran cepat saji itu hanya bersaing dalam target kelompok gaya hidup, yang mana masyarakat modern. Sementara, KFC masih harus bersaing dalam target kelompok kelas dan usia. Dari segi kelas, KFC juga harus bersaing dengan restoran yang bertarget pasar masyarakat berekonomi menegah keatas. Itu berarti tak hanya restoran cepat saji seperti Dunkin Donuts, Pizza Hut dan Hanamasa. Kemudian KFC juga harus bersaing dengan restoran yang popular di kalangan anak muda. Banyak restoran-restoran kecil yang baru yang menargetkan kaum muda atau remaja, ini juga menjadi pesaing dari KFC diluar pesaing utamanya. Dan terakhir adalah bersaing dengan restoran yang memiliki menu yang sama. KFC a.m merupakan salah satu contoh dari persaingan dalam menu. Karena KFC a.m merupakan salah satu program utama KFC, maka mereka harus bersaing dengan restoran seperti McDonalds, Pizza Hut dan Dunkin Donuts karena dua restoran tersebut juga menawarkan menu sarapan. Tentunya masing-masing restoran memiliki varian yang berbeda dalam menu sarapan mereka. McDonalds dengan burgernya, Dunkin Donuts dengan sandwitch-nya dan Pizza Hut dengan olahan canggih untuk rotinya. Namun jika kita bandingkan dari segi harga, menu KFC a.m lebih terjangkau dibandingkan restoran lainnya. Porsi makanan di KFC a.m juga tidak begitu mengenyangkan, berbeda dengan Pizza Hut yang didominasi makanan yang lebih berat. KFC a.m juga unggul dalam jumlah menu yang ditawarkan. Ada juga tidak memprogramkan menu sarapan, McDonalds contohnya. Kemudian ada satu pada menu makanan yang KFC a.m tawarkan yang dapat menjadi kelebihan dan kekurangan, yakni tidak adanya makanan berat seperti nasi dalam menunya. Hal ini tidak cocok dengan selera makan masyarakat Indonesia yang terbiasa makan-makanan berat di pagi hari. Namun disisi lain, dengan tidak adanya menu makanan berat, menunjukkan bahwa KFC adalah restoran modern yang mengadopsi kebiasaan budaya barat, yakni sarapan dengan menu minimalis dan tidak mengenyangkan. Pada akhirnya, semua usaha yang telah dilakukan oleh restoran kembali kepada konsumen, karena konsumen mempunyai selera masing-masing untuk menentukan pilihannya.

Você também pode gostar