Você está na página 1de 18

BAB I Pendahuluan A.

Latar Belakang Masalah Menurut Soedjadi (1994:2) bahwa salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam penguasaan sains dan teknologi adalah matematika, baik aspek terapannya maupun penalarannya. Hal ini berarti bahwa sampai pada batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap warga Indonesia karena matematika mampu memberikan bekal penataan nalar dan pembentukan sikap mental. Selain itu matematika juga dapat memberikan bekal pada peserta didik untuk dapat menerapkan matematika di berbagai keperluan atau pengetahuan. Tetapi kenyataannya kondisi di sekolah sekarang ini , prestasi belajar matematika peserta didik masih sangat rendah hal ini sesuai dengan nilai rata-rata NEM matematika pada sekolah MTsN Prigen tahun 2006-2007 kurang memuaskan (5,7). Pada tingkat kelas VIII nilai matematika peserta didik juga sangat rendah (4,6). Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan matematika saat ini adalah pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah khususnya di MTsN masih berjalan secara konvensional artinya guru hanya mendominasi pembelajaran tanpa memberikan kesematan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga hanya guru yang aktif dan siswa pasif. Berkenaan dengan proses belajar mengajar yang harus dilaksanakan menurut kurikulum matematika SLTP/ MTs 2006 (Depdiknas: 2006), menegaskan bahwa :Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (Contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. 1

Dari kutipan di atas disimpulkan bahwa salah satu tugas guru dalam pembelajaran adalah memilihan menggunakan strategi atau pendekatan atau metode yang melibatkan siswa aktis dalam belajar. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas guru perlu menerapkan teori pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran matematika. Relevansi dari teori pembelajaran kognitif dalam pembelajaran matematika dijabarkan melalui teori kontruktivisme. Dalam teori kontruktivisme, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi kepada pendekatan kontruktivisme adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebuah metode pembelajaran berdasarkan pada prinsip penggunaan masalah sebagai sebuah titik awal untuk perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru. Dalam pembelajaran berbasis-masalah, peran tradisional guru dan siswa berubah. Siswa diberi kesempatan meningkatkan tanggung jawab untuk pembelajaran mereka, memberi mereka lebih banyak motivasi dan lebih banyak perasaan berhasil, penataan pola belajar bagi mereka untuk menjadi pebelajar yang berhasil seumur-hidup. Guru berperan sebagai nara sumber, tutor, and evaluator, membimbing siswa dalam upaya pemecahan masalah mereka. Persamaan garis lurus merupakan salah satu pokok bahasan matematika yang diajarkan pada siswa lelas VIII SLTP/ MTs. Sebagian besar siswa masih sulit dalam mempelajari persamaan garis lurus. Hal ini disebabkan karena dari hasil pemantauan dan wawancara antara peneliti dengan guru yang mengajarkan matematika di kelas VIII SLTP terdapat banyak siswa yang belum bisa melukis persamaan garis yangberbentuk y =mx + c, menuliskan persamaan garis yang melalui titik asal, menentukan gradien garis dan melukis dua garis sejajar dengan persamaan y=mx + c. Sehingga guru yang mendominasi pembelajaran tersebut dan gurulah yang aktif sedangkan siswa pasif. Dari temuan data di atas maka sudah saatnya proses pembelajaran matematika harus dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif agar saling berinteraksi dan bekerja sama, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah, termasuk penggunaan metode yang sesuai dengan materi matematika khususnya bahan kajian pada persamaan garis lurus yang disajikan.

Dengan dasar inilah maka penulis ini memberi judul Efektifitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MTs Negeri Prigen B. Rumusan masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran persamaan garis lurus di kelas VIII MTs Negeri Prigen ? C. Tujuan penulisan Bedasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui efektifitas model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada pokok bahasan Persamaan Garis Lurus di kelas VIII MTs Negeri Prigen ? . D. Manfaat penulisan Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan ini adalah sebagai bahan masukan bagi guru-guru dalam pengajaran matematika di MTs Negeri Prigen apabila menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. E. Batasan masalah Pada penulisan makalah ini dikhususkan pada penggunaan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada pokok bahasan Persamaan Garis Lurus di kelas VIII MTs Negeri Prigen .

BAB II KAJIAN PUSTAKA 3

A. Pendekatan Kontektual (Contextual Learning atau CL). Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Pendekatan yang diamanatkan dalam kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) adalah pendekatan kontektual (Contextual Learning atau CL). Aplikasi Contextual Learning barasal dari tradisi pembelajaran John Dewey berdasarkan pengalaman, yang telah dikembangkan di AS. Contextual Learning merupakan integrasi dari berbagai praktek pembelajaran yang baik serta berupaya memperbarui pendidikan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan manfaat fungsional dari pendidikan untuk semua siswa. Contextual Learning adalah suatu konsep pembelajaran teruji yang mengembangkan banyak penelitian mutakhir di bidang kognitif. Dalam hubungan ini Contextual Learning merupakan suatu reaksi terhadap pelaksanaan praktek pembelajaran yang berlandaskan teori behavioristik yang telah mendominasi dunia pendidikan sejak dahulu bahkan hingga saat ini. Konsep Contextual Learning mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses komplek banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metode stimulus and respons. Tema penelitian mutakhir dalam bidang kognitif berkaitan dengan : a. Menekankan pemecahan masalah malalui hand-on activiti b. Organisasi di sekitar pengalaman dunia nyata c. Pemberian kesempatan terlaksananya berbagai macam gaya belajar d. Upaya mendorong pembelajaran di luar sekolah e. Penghargaan terhadap pengalaman-pengalaman siswa dalam proses pembelajaran f. Upaya mendorong pembelajaran kooperatif g. Upaya mendorong pemechan masalah Berdasarkan Blanchard (2001), strategi pembelajaran yang berkaitan dengan Contextual Learning dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Menekankan pemecahan masalah b. Menyadari bahwa pembelajaran seyogyanya berlangsung dalam berbagai

konteks seperti rumah, masyarakat, ataupun di ligkungan kerja c. Mengajari siswa memonitor dan mengarahkan pembelajarnya sendiri sehingga para siswa tersebut berkembang menjadi pembelajar mandiri d. Mengaitkan pembelajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda e. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman termasuk belajar bersama f. Menerapkan penilaian autentik Salah satu aplikasi pendekatan kontekstual adalah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah. B. Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori Piaget. Pandangan ini, mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Ini sesuai dengan pendapat Bruner bahwa jika siswa ikut aktif dalam perolehan informasi maka pengalaman itu membuat siswa menemukan ide-ide mereka sendiri dan menurunkan makna oleh mereka sendiri. Di sini guru bertindak sebagai orang yang lebih banyak pengetahuannya pengetahuannya membantu seseorang yang lebih sedikit untuk menuntaskan suatu masalah melampaui tingkat

pengetahuannya. Teori ini disebut Scaffolding Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah metode pembelajaran berdasarkan pada prinsip penggunaan masalah sebagai sebuah titik awal untuk perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru. Pembelajaran berdasarkanmasalah merupakan sebuah strategi pendidikan untuk mengemukakan situasi-situasi dunia nyata, bermakna, dan kontekstual, dan menyediakan sumber daya, bimbingan, dan pengajaran kepada siswa ketika mereka mengembangkan pengetahuan konten dan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah (Mayo, Donnelly, Nash, & Schwartz, 1993). Kemampuan memecahkan masalah lebih dari sekedar pengumpulan pengetahuan dan aturan-aturan; ia merupakan pengembangan strategistrategi kognitif fleksibel yang membantu menganalisis situasi-situasi yang belum terdefinisi secara jelas dan menghasilkan jawaban yang jelas. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran berbasis-masalah antara lain : a) pemahaman dibangun melalui apa yang kita alami, b) makna diciptakan dari upaya menjawab pertanyaan kita sendiri dan memecahkan masalah kita sendiri, c) menggugah insting 5 tidak terantisipasi sebelumnya dan kemudian

alamiah siswa untuk menyelidiki dan mencipta, d) strategi-strategi berpusat pada siswa membangun pemikiran kritis dan keterampilan-keterampilan berfikir dan mengembangkan lebih lanjut kreativitas dan kemandirian mereka. 1. Karakteristik dan Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah Yang termasuk karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain : a) Belajar adalah berpusat pada siswa, b) Belajar terjadi pada kelompok kecil siswa, c) Guru merupakan fasilitator atau pembimbing, d) Masalah membentuk fokus pengorganisasian dan rangsangan untuk belajar, e) Masalah merupakan sebuah wahana untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah, f) Informasi baru diperoleh melalui pembelajaran yang diarahkan oleh diri-sendiri, g) Bergeser menjauh dari pelajaran singkat, terisolasi, dan berpusat pada guru, h) Menciptakan pelajaran-pelajaran lintas-disiplin, berjangka panjang, dan berpusat pada siswa, i) Mengintegrasikan isu-isu dunia nyata dan latihan-latihan, j) Mengajar siswa menerapkan apa yang telah mereka pelajari di sekolah dalam usaha dan kerja keras berjangka panjang. Sedang yang termasuk ciri-ciri khusus pembelajaran berbasis masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja-sama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Pelajaran pada pembelajaran berbasis masalah diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata autentik yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing. Penyelidikan autentik Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

Kerja sama Kerja sama siswa dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong berbagai inkuiri dan dialog serta perkembangan keterampilan sosial dan berfikir.

Berfikir merupakan ketrampilan yang herus dikembangkan kehidupan sehari-hari. Apakah keterampilan berfikir itu ? - Berfikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.

untuk

memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran maupun dalam

- Berfikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) obyek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip--prinsip esensial tentang obyek dan kejadian itu. - Berfikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang saksama. - Berfikir tingkat tinggi adalah nonalgorithmik. - Berfikir tingkat tinggi cenderung kompleks. - Berfikir tingkat tinggi seringkali menghasilkan banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugian, daripada solusi tunggal. - Berfikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interpretasi. - Berfikir tingkat tinggi melibatkan penerapan banyak kriteria, yang kadangkadang bertentangan satu dengan lainnya. - Berfikir tingkat tinggi seringkali melibatkan ketidakpastian. - Berfikir tingkat tinggi melibatkan pengaturan diri tentang proses berfikir. Kita tidak mengakui sebagai berfikir tingkat tinggi pada seseorang jika ada orang lain membantu pada setiap tahap. - Berfikir tingkat tinggi melibatkan pencarian makna, menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur. - Berfikir tingkat tinggi adalah kerja keras. Keterampilan berfikir tingkat tinggi, tidak dapat diajarkan menggunakan

pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan kongkrit.

2. Pemodelan Peranan Orang Dewasa

Pembelajaran sekolah, seperti yang dipahami secara tradisional, berbeda dalam berbagai hal penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah, yaitu : Pembelajaran di sekolah berpusat pada kinerja siswa secara individual, sementara di luar sekolah kerja mental melibatkan kerjasama dengan yang lain. Pembelajaran di sekolah terpusat pada proses berfikir tanpa bantuan, sementara aktivitas mental di luar sekolah selalu melibatkan alat-alat kognitif seperti komputer, kalkulator, dan instrumen ilmiah lainnya. - Pembelajaran di sekolah mengembangkan berfikir simbolik berkaitan dengan situasi hipotetis, sementara aktivitas mental di luar sekolah menghadapkan masing-masing individu secara langsung dengan benda dan situasi yang kongkrit dan nyata. Pembelajaran di sekolah memusatkan pada keterampilan umum (membaca, menulis, dan menghitung) dan pengetahuan umum (sejarah dunia, unsurunsur kimia), sementara berfikir situasi khusus seperti membeli atau menyewa mobil baru mendominasi aktivitas mental di luar sekolah. - Pengajaran pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan aktivitas mental di luar sekolah. - Pembelajaran berbasis masalah memiliki elemen-elemen belajar magang. Pembelajaran berbasis masalah mendorong kerjasma dan kerjasama dalam menyelesaikan tugas. - Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu.

3. Sintak Pembelajaran Berdasarkan Masalah

T a h a p

T i n g k a h
m

l a k u

u r u
m b e b u t u d a a ip il ih

T a h a p - 1 G u r u O r i e n t a s i s i s w e an j e m k e p a d a m a sm a e l a m h o p e m e T a h a m e n s is w b e la T M p i n k p - 2 G u o r g a n di s a a u n t u ky a ja r t e r g a - 3 G i m b i n pg li d ik a n m u a l m da p o k m G c n js i d b r ns n s u

e n je l a s k a n t u j u a n p e l a s k a n l o g i s t i k y a n g d i t i v a s i s i s w a t e r l ib a t p a c a h a n m a s a la h y a n g d

la j h k k t i n y

m e m b a n t u s is w a m e n d e f in i s i i mk a e n n g o r g a n i s a s i k a n t u g a s b e la g b e r h u b u n g a n d e n g a n m a s a la e b u t d o a p o r r m k a e n o n g s i a s i y a n e k s p je la s a t u s w a u n t u n g s e s u a e r i m e n , n d a n p e a l n id k a n n

a h a p e m b e n y e d i v id e lo m

u r u m e n u lk a n i n f e l a k s a n aup pa ut k a n n a s a la h . ag ke e a u r u nk a a s nu l d g i k n a a t

k m e n i , u n t u k m m e c a h

T a h a M e n d a n h a s i

p - 4 g e m b a m e n y a l k a r y a - 5 a n a l is e v a lu s p e m m a s

m e m b a n a n d a n m i s e p e r t i n m e m b u g a s d e n m t a e r r e

s is w a d n y ia p k a la p o r a n , v a n t u m e r e g a n t e m a e u s is a l u a d a n u n a k

a m m e r e k a r y a y a e o , d a n m u n t u k b y a .

T a h a p M e n g m e n g p r o s e c a h a n

G u r u m e r a e fd l ea k n s i a al i d ii k a n s m yea- n g m e a la h

b a n t u e v e k a k a g

w a u n t u k m e l a k s i t e r h a d a p p e n p r o s e s - p r o s e s a n .

4. Tugas-tugas Perencanaan Karena hakekat interaktifnya, pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan sebanyak perencanaan, jika tidak dikatakan lebih banyak, seperti model-model yang lebih berpusat pada siswa. - Penetapan Tujuan - Merancang Situasi Masalah yang Sesuai Beberapa guru pembelajaran berdasarkan masalah suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. - Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum. - Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistik - Tugas Interaktif 9

Siswa perlu memahami bahwa tujuan pelajaran adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pebelajhar mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran pembelajaran berdasarkan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang menimbulkan misteri dan suatu keinginan untuk memecahkan masalah. - Mengorganisasikan Siswa untuk Studi - Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok - Teknik-teknik penyedilikan yang berlaku sama untuk kebanyakan proyek pembelajaran berdasarkan masalah meliputi pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan menjelaskan, dan memberikan pemecahan. - Guru Mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide itu merupakan hal penting sekali dalam tahap penyelidikan . - Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan pergaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan videotape.

BAB III PEMBAHASAN 10

Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan Persamaan Garis Lurus di kelas VIII MTs Negeri Prigen dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Setting penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah MTs Negeri Prigen dengan mengambil sampel pada kelas VIII yang berjumlah 40 siswa dengan materi Persamaan Garis Lurus. Dengan asumsi bahwa kemampuan akademik rata-rata dan daya saing antar individu sama. 2. Persiapan Pada tahap ini guru membuat perangkat pembelajaran, silabus, dan evaluasi yang dikemas dalam skenario pembelajaran sebagai berikut : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar . Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian gradien garis lurus b. Siswa dapat menentukan gradien garis lurus dari gambar garis lurus pada bidang Cartesius. c. Siswa dapat menentukan gradien garis lurus jika diketahui koordinat dua buah titik. d. Siswa dapat menentukan gradien garis lurus bila diketahui persamaan garis lurusnya dalam berbagai bentuk. e. Siswa dapat menentukan persamaan garis lurus jika diketahui dua buah titik yang dilaluinya. f. Siswa dapat menentukan persamaan garis lurus jika diketahui gradien dan sebuah titik yang dilalui garis tersebut. Alokasi waktu : 4 x 40 menit (2 pertemuan) Metode dan Model Pembelajaran Model Pembelajaran : Pembelajaran berdasarkan masalah Metode : Tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama: Tahap I : Orientasi siswa pada masalah: a. Mengingatkan kembali cara menggambar titik pada koordinat Cartesius jika diketahui koordinatnya demikian pula sebaliknya. b. Menyampaikan tujuan pembelajaran. c. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus : Menentukan gradien, persamaan dan grafik

11

Tahap II : Mengorganisasi kan siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap III : Membimbing penyelesain individu atau kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai. Berdiskusi dengan kelompoknya untuk mendapatkan jawaban yang benar. Tahap IV : Mengembangkan dan menyajikan hasil kelompok Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai dengan hasil kerja kelompok diskusinya Tahap V : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian masalahnya. Pertemuan kedua Tahap I : Orientasi siswa pada masalah: a. Mengingatkan kembali b. Menyampaikan tujuan pembelajaran. c. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Tahap II : Mengorganisasi kan siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap III : Membimbing penyelesain individu atau kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai. Berdiskusi dengan kelompoknya untuk mendapatkan jawaban yang benar. Tahap IV : Mengembangkan dan menyajika hasil kelompok Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai dengan hasil kerja kelompoknya diskusinya, Tahap V : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian masalahnya. Alat dan Sumber Belajar Buku teks, papan tulis dan buku berpetak, penggaris. Penilaian Jenis tagihan Bentuk Tagihan : tes formatif dan hasil kerja kelompok : tes uraian dan presentasi

12

1. Apa yang dimaksud gradien garis lurus (lisan) 2. Tentukanlah gradien garis disamping

3. Tentukan gradien garis yang melalui titik O dan titik ( 6) 8, 4. Tentukan gradien garis yang melalui titik (2, 3) dan ( 0) 1, 5. Tentukan gradien dari persamaan garis berikut ini : a. y = 2x 4 c. 5x 3y + 9 = 0 b. 3x + 5y = 15 d. x = 2y + 4 6. Diketahui titik P(2, 5) dan Q( 2). Tentukanlah persamaan garis yang melalui 1, kedua titik tersebut. 1 7. Tentukan persamaan garis yang bergradien dan melalui titik O 4 8. Tentukan persamaan garis yang bergradien dan melalui titik (0, 8) 1 9. Tentukan persamaan garis bergradien 3 dan melalui titik ( 2) 1, Pembahasan dan analisis Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan persiapan yang cukup memadai bagi guru. Diantaranya kesiapan guru dalam memberikan masalahmasalah matematika yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan berkontek dengan kehidupanya. Sebagai indikator hasil pmbelajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasakan masalah sebagai berikut : 1. Peran aktif siswa dalam menyelesaikan masalah sangat tinggi 2. Persaingan kerja kelompok semakin nampak 3. Keberanian berpendapat hampir pada semua siswa 4. Hasil belajar dengan soal penalaran tinggi sangat memuaskan Peran aktif siswa tinnggi terjadi karena masalah yang diberikan oleh guru sangat dekat dengan kehidupanya. Akibatnya motivasi siswa meningkat dalam keingintahuan dalam menjawab masalahnya. Karena motivasi meningkat maka ego dirinya juga meningkat, sehinngga persaingan antar siswa meningkat pula, yang pada akhirnya hasil belajar meningkat.

Analisis SWOT

13

Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pembelajaran matematika kelas VIII berikut : Strengths (kekuatan ) a. Pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan pendekatan Contextual Learning pada kurikulum KTSP 2007 b. Pada dasarnya aplikasi matematika dalam kehidupan adalah pemecahan masalah masalah terpadu yang melibatkan matematika. c. Guru tidak terbiasa menunjukkan teori saja tetapi makna matematika dalam kehidupan. d. Penggunaan model ini melatih siswa berfikir tingkat tinggi (high order tingking) Weaknesses (kelemahan) a. guru belum terlatih mencari aplikasi matematikan dalam kehidupan sehari-hari sehinnga masalah yang diberikan hanya itu itu saja. b. Kurang meratanya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran c. Waktu yang disediakan tidak sesuai dengan waktu pelaksanannya d. Kemampuan siswa yang pas-pasan kurang mendukung pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Opportunities (peluang) a. Siswa yang terlatih dengan model pembelajaran ini lebih siap hidup di masyarakat. b. Siswa yang terlatih dengan model pembelajaran ini lebih mudah bersaing jika belajar di luar negeri Threats (hambatan) a. Sebagian guru masih terlena dengan gaya mengajar konvensional b. Waktu yang diporsikan oleh kurikulum terlalu sedikit sehingga tarjed kuikulum belum tercapai MTs Negeri Prigen dapat dirumuskan dalam analisis SWOT sebagai

BAB IV 14

PENUTUP A.Simpulan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi persamaan garis lurus di kelas VIII MTs Negeri Prigen yang ditandai dengan : peran aktif siswa dalam menyelesaikan masalah sangat tinggi, persaingan kerja kelompok semakin nampak, keberanian berpendapat hampir pada semua siswa, dan hasil belajar dengan soal penalaran tinggi sangat memuaskan. B. Saran Supaya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran sama maka diharapkan kepala sekolah memberikan porsi latihan pada guru lewat Lesson Study atau MGMP.

DAFTAR PUSTAKA

15

Marpaung, Y ( 1999 ). Mengejar Ketertinggalan Kita Dalam Pendidikan Matematika. Makalah. Disampaikan dalam Upacara Pembukaan Program S3 Pendidikan Muslimin, dkk.(2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Buku Ajar Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Surabaya. Slavin, R.E (1995).. Problem Based Learning Theory Research and Practice. Second Edition. Bostom : Allyn and Bacon. Soedjadi, R (1990). Matematika untuk Pendidikan Dasar 9 tahun (Suatu Analisis Global Menyonsong Era Tingal Landas) dalam Media Pendidikan Matematika IKIP Surabaya. Surabaya.

KATA PENGANTAR 16

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Efektifitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MTs Negeri Prigen. Adapun tujuan pembuatan makalah ini di samping untuk memenuhi tugas mata kuliah juga sebagai wahana memperkaya khazana aplikasi pembelajaran. Mudahmudahan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bapak ibu guru dalam rangka menerapkan strategi model pembelajaran. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Sutomo Djokosoejoso, selaku dosen pembimbing mata kuliah Kapita Selekta Teknologi Pendidikan 2. Bapak Anas Suprapto M.Ag, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri Prigen 3. Bapak Rahmat Hariadi S.Pd sebagai teman kolaborasi dalam pembelajaran 4. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini Sebagai manusia kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu kami harapkan kritik dan saran bapak ibu pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i DAFTAR ISI

17

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . i DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . ii BAB I : PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1 A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. 1 B. Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . .3 C. Tujuan Penlisan . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3 D. Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 3 E. Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 BAB II : KAJIAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 A. Pendekatan Kontekstual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4 B. Pembelajaran Berbasis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5 1. Karakteristik dan Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah. . . . . . . . 6 2. Pemodelan Peranan Orang Dewasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 3. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 4. Tugas-tugas Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 BAB III: PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11 BAB IV: PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 A. Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15 DAFTAR PUSTAKA

ii

18

Você também pode gostar