Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Gambaran Umum
Setelah APBD ditetapkan dalam Peraturan Daerah, PPKD bersama Kepala SKPD menyusun rancangan DPA-SKPD yang merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana serta pendapatan yang diperkirakan. Permendagri 13/2006 (pasal 123 dan 124) menjadikan DPA-SKPD sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran setelah disahkan oleh PPKD DPA-SKPD adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran. Rancangan DPA-SKPD adalah rancangan yang berisi: sasaran yang hendak dicapai program dan kegiatan anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan
DPA-SKPD terdiri dari: 1. DPA-SKPD 1 Digunakan untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan. 2. DPA-SKPD 2.1 Digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan. 3. DPA-SKPD 2.2.1 Digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan. 4. DPA-SKPD 2.2 Merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan SKPD yang dikutip dari setiap formulir DPA-SKPD 2.2.1 (rincian anggaran belanja langsung menurut program dan per kegiatan SKPD). 5. DPA-SKPD 3.1
Digunakan untuk merencanakan penerimaan pembiayaan dalam tahun anggaran yang direncanakan. 6. DPA-SKPD 3.2 Digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang direncanakan. 7. Ringkasan DPA-SKPD Merupakan kompilasi dari seluruh DPASKPD
Pihak Terkait 1. PPKD Dalam kegiatan ini, PPKD memiliki tugas sebagai berikut : Membuat Surat Pemberitahuan pembuatan rancangan DPA-SKPD
berdasarkan Perda APBD dan Per KDH Penjabaran APBD. Menyerahkan Surat Pemberitahuan pada SKPD. Mengotorisasi Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas. Mengesahkan Rancangan DPA-SKPD yang telah disetujui oleh SEKDA menjadi DPA-SKPD. Memberikan tembusan DPA-SKPD kepada SKPD, Satuan Kerja Pengawasan Daerah, dan BPK. 2. SKPD Dalam kegiatan ini, SKPD memiliki tugas sebagai berikut : Menyusun Rancangan DPA-SKPD. Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD pada PPKD dalam batas waktu yang telah ditetapkan. 3. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Dalam kegiatan ini, TAPD memiliki tugas sebagai berikut : Melakukan verifikasi Rancangan DPA-SKPD bersama Kepala SKPD. Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD yang telah lolos verifikasi kepada SEKDA. 4. SEKDA Dalam kegiatan ini, SEKDA memiliki tugas untuk : Menyetujui Rancangan DPA-SKPD.
2. Definisi
Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut: Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut: Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. Kedua peraturan yang mengatur penatusahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan dimaksud semata-mata karena ada hal lain yang ingin dicakup dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang mencakup mengenai perencanaan, penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pertanggungjawaban. Sebagai instrumen penganggaran, beberapa informasi diperlukan, di antaranya informasi pengendalian yang dikaitkan dengan konsep anggaran berbasis kinerja. Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output/ hasil dari suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan, input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program ataupun kegiatan. Oleh karena itu untuk tujuan dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat pengelompokan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan; sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan. Selanjutnya, untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Permendagri No. 13 Tahun 2006 telah mengamanatkan bahwa penyajian laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
No. PP No. 24 tahun 2005 1 Belanja Operasi - Belanja pegawai - Belanja barang - Bunga - Subsidi - Hibah - Bantuan sosial
Permendagri No. 13 tahun 2006 Belanja Tidak Langsung - Belanja pegawai - Belanja bunga - Belanja subsidi - Belanja hibah - Belanja bantuan sosial - Belanja bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa - Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Belanja modal - Belanja tanah - Belanja peralatan dan mesin - Belanja gedung dan bangunan - Belanja jalan, irigasi, dan jaringan - Belanja aset tetap lainnya - Belanja aset lainnya
- Pemerintah Desa Belanja tidak terduga Belanja Langsung - Belanja pegawai - Belanja barang dan jasa - Belanja modal
Kewenangan Satker dalam transaksi belanja meliputi: a. Belanja Tidak Langsung, yaitu: belanja pegawai. b. Belanja Langsung, yaitu: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
3. Pelaksanaan Belanja
Pelaksanaan belanja merupakan tahap dimana PPTK menggunakan anggaran dalam melaksanakan kegiatan yang dianggarkan. Dalam proses ini, PPTK harus menggunakan anggaran sesuai dengan peruntukan yang telah dicantumkan dalam DPA SKPD yang terkait. Permendagri 13/2006 (pasal 220 sampai 227) memberikan panduan pelaksanaan penyusunan dokumen SPJ yang merupakan proses lanjutan dari pelaksanaan belanja
Pelaksanaan belanja yang dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan wajib dipertanggungjawabkan oleh PPTK secara tepat waktu. Dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan belanja tersebut, PPTK harus melampirkan dokumen-dokumen pendukung penggunaan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan yang terkait. Dokumen penggunaan
anggaran diberikan kepada Bendahara Pengeluaran sebagai dasar bagi Bendahara Pengeluaran untuk membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ). Bendahara Pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK, mencatat pelaksanaan belanja dalam: a. Buku Kas Umum pengeluaran. b. Buku pembantu pengeluaran per rincian obyek. c. Buku pembantu kas tunai. d. Buku pembantu simpanan/bank. e. Buku pembantu panjar. f. Buku pembantu pajak.
Pihak Terkait 1. Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan Dalam kegiatan ini, Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan memiliki tugas sebagai berikut: Memberikan data-data penggunaan dana untuk melaksanakan suatu kegiatan. Memberikan data-data sebagai dasar pengeluaran dana untuk melaksanakan kegiatan. 2. Bendahara Pengeluaran Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran memiliki tugas sebagai berikut : Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban. Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP/GU/TU, dan LS pada dokumen Buku pengeluaran, Buku Pembantu Simpanan/Bank, Buku pembantu Pajak, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Pembantu Pengeluaran per objek. Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ yang akan diserahkan ke Pengguna Anggaran (melalui PPK SKPD) untuk disahkan. 3. PPK-SKPD Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD memiliki tugas sebagai berikut : Menguji SPJ pengeluaran beserta kelengkapannya. Meregister SPJ pengeluaran yang disampaikan oleh Bendahara pengeluaran dalam buku register penerimaan SPJ pengeluaran. Meregister SPJ pengeluaran yang telah disahkan oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku register pengesahan SPJ pengeluaran. Meregister SPJ pengeluaran yang telah ditolak oleh Pengguna Anggaran ke dalam buku
4. Pengguna Anggaran Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran memiliki tugas : Menyetujui atau menolak SPJ pengeluaran yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran.
No. Transaksi 1 Penerimaan SP2D UP/GU/TU oleh bendahara pengeluaran di Satker 2 Pelaksanaan Belanja dengan menggunakan uang persediaan yang sebelumnya dicairkan 3 Pelaksanaan belanja dengan melalui SP2D UP/GU/TU menggunakan SP2D LS
Standar Jurnal Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ......... xx Cr. RK-PPKD .... xx Dr. Belanja ........................ xx Cr. Kas di Bend. Pengeluaran .............. xx Dr. Belanja ........................ xx Cr. RK-PPKD ....................................... xx
Belanja modal yang 5 menggunakan uang persediaan Belanja modal dengan menggunakan SP2D LS Pengakuan aset tetap dari belanja modal Satker
Dr. Belanja modal ................. xx Cr. Kas di Bend.. Pengeluaran ............. xx Dr. Belanja modal .... xx Cr. RK-PPKD ...................................... xx Dr. Aset tetap ........................ xx Cr. Ekuitas Dana Investasiinvestasikan dalam Aset tetap ... xx
Dalam hal terjadi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU dari Satker ke BUD, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: 4 Pengembalian kas SP2D UP/TU di Satker Dr. RK-PPKD ........................................ xx Cr. Kas di Bend. Pengeluaran ................ xx
Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga mengakui penambahan aset (sesuai dengan jenis asetnya) dengan menjurnal:
Keterangan: Pengakuan aset pada butir No. 7 disesuaikan dengan kebijakan akuntansi tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap. Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu mencatat potongan tersebut karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam subsistem Akuntansi PPKD. Standar jurnalnya adalah sebagai berikut: 8 Belanja LS Gaji di Satker Dr. Belanja Gaji dan Tunjangan ..................... Dr. Tunjangan Keluarga ................................. Dr. Tunjangan Fungsional Umum .................. Cr. RK-PPKD .................................................... xx xx xx xx
Dalam kasus Belanja Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan pajak),
namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-Satker kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Utang, dengan jurnal sebagai berikut: 9 Penerimaan Potongan Pajak di Satker 10 Pelunasan Pajak Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ......................... xx Cr. Utang Pajak ................................................. xx Dr. Utang Pajak .............................................. xx Cr. Kas di Bend. Pengeluaran ........................... xx
Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dicatat sebagai pengurang belanja. PPK-Satker mencatat transaksi pengembalian belanja tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
11
Pengembalian Kelebihan Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ........................ xx Belanja Cr. Belanja ........................................................ xx
Jika terjadi pengembalian belanja atas transaksi belanja yang terjadi pada tahun sebelumnya, maka Satker mencatat jurnal sebagai berikut: 12 Pengembalian kelebihan Belanja, diterima pada periode berikutnya Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ........................ Cr. Pendapatan lain-lain .................................. xx xx
1. Definisi Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah mendefinisikan Aset sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/ atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset terbagi ke dalam dua kelompok, yakni: a. Aset Lancar (Current Asset) Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu dua belas (12) bulan sejak tanggal pelaporan atau berupa kas atau setara kas. Aset Lancar pada pemda meliputi kas setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan persediaan. Investasi jangka pendek disini terdiri dari deposito berjangka 3-12 bula, surat berharga yang mudah diperjualbelikan.piutang disini terdiri dari piutang pajak, retribusi, denda,, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkpan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan yaitu barang habis pakai dan barang tak habis pakai. Elemen aset lancar yakni investasi tidak dilaporkan dalam neraca SKPD, karena kewenangan untuk melakukan investasi berada pada PPKD.
b.
Aset Tidak Lancar (Non-Current Asset) Aset nonlancar yang dilaporkan di dalam neraca Pemda adalah aset yang bersifat jangka
panjang dan aset tak berwujud yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakt umum. Pos ini terdiri atas Investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya. Pada neraca SKPD tidak dilaporkan adanya investasi jangka panjang dan dana
cadangan, karena hal tersebut berada di bawah kewenangan PPKD. Selain itu, aset warisan sejarah tidak dilaporkan di dalam neraca, hanya diungkapkan di dalam CaLK, kecuali aset
tersebut digunkan dalam operaional pemerintah dan diperlakukan seperti aset tetap pad umunya. Aset Tetap disini terdiri atas : a) Tanah; b) Peralatan dan mesin; c) Gedung dan bangunan; d) Jalan, irigasi, dan jaringan; e) Aset tetap lainnya; dan f) Konstruksi dalam pengerjaan. Mengenai Pengakuan aset, aset diakui berdasarkan basis akrual, yang berarti bahwa aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depa diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Diakuinya aset adalah saat kepemiikannya berpindah. Pengukuran aset adalah sebagai berikut: 1) Kas dicatat sebesar nilai nominal; 2) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan; 3) Piutang dicatat sebesar nilai nominal; 4) Persediaan dicatat sebesar: (a) Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; (b) Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; (c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan 5) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. 6) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset menggunakan biaya perolehan tidak tetap dengan memungkinkan
maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. 7) Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah, menggunakan kurs tengah bank setral ada tanggal neraca. 2. Prosedur Pencatatan Aset di Satker Prosedur pencatatan aset pada Satker meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan Satker. Berdasarkan bukti transaksi yang ada, yaitu : 1. Berita acara penerimaan barang, dan atau 2. Berita acara serah terima barang, dan atau
3. Berita acara penyelesaian pekerjaan fungsi akuntansi Satker yaitu PPK-SKPD membuat bukti memorial yang sedikitnya memuat informasi sebagai berikut: 1. Tanggal Transaksi 2. Jenis/nama aset 3. Kode rekening terkait 4. Klasifikasi aset tetap 5. Nilai aset tetap
3.
Jurnal standar aset (non kas) terdiri dari: 1) Jurnal standar saldo awal neraca 2) Jurnal transaksi piutang 3) Jurnal transaksi persediaan 4) Jurnal transaksi aset tetap 5) Jurnal transaksi aset lainnya Berikut ini penjelasan untuk masing-masing jurnal standar : Jurnal Standar Saldo Awal Neraca Jurnal ini dibuat hanya bila proses akuntansi dilakukan secara manual tujuan dari
jurnal ini adalah untuk memposting saldo awal akun neraca ke buku besar. Apabila proses penjurnalan telah menggunkan software maka proses ini tidak perlu dibuatkan lagi. Dalam Neraca awal SKPD harusnya tidak terdapat Kas di Bendahara penerimaan dan Kas di Bendahara Pengeluaran karena pada dasarnya, semua uang pendapatan ataupun saldo Uang Persediaan (UP) harus disetor setiap harinya untuk pendapatan dan setiap akhir tahun untuk UP. Contoh jurnal : Piutang Cadangan piutang xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
Jika terdapat saldo UP di Bendahara Pengeluaran yang belum disetor, maka akan dicatat sebagai berikut : Kas di Bendahara Pengeluaran R/K PPKD xxx xxx
Jika terdapat saldo kas di Bendahara Penerimaan yang belum disetor ke RKUD maka neraca awal dicatat sebagai berikut : Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan yang Ditangguhkan Jurnal transaksi piutang
Piutang merupakan hak tagih pemerintah kepada pihak lain pembayarannya. memungut yang belum Pemda pihak diterima untuk lain. Hak tagih tersebut bisa berasal dari kewenangan karena memberikan pinjaman kepada
xxx xxx
maupun
Piutang di SKPD umumnya berupa piutang PAD. Untuk jurnal pengakuan piutang adalah sebagai berikut : Piutang Cadangan piutang xxx xxx
Dan jika piutnag telah dilunasi, maka dicatat : Cadangan Piutang Piutang xxx xxx
Jurnal transaksi aset tetap Pengakuan aset tetap Dr. Aset Tetap Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
Pelepasan aset tetap Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap Cr. Aset Tetap xxx xxx
Standar jurnal untuk Konstruksi dalam Pengerjaan Pengakuan Konstruksi dalam Pengerjaan Dr. Konstruksi dalam Pengerjaan Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
Jika Konstruksi sudah selesai dilakukan Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap Cr. Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
Pengakuan Aset Tetap yang sudah jadi (contoh: gedung) Dr. Gedung Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
Standar jurnal untuk Penyusutan (depresiasi) Pengakuan depresiasi atas aset tetap Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap Cr. Akumulasi Depresiasi
xxx xxx
Standar jurnal untuk Pemberian Hibah/Donasi dalam bentuk Aset Tetap Pengakuan aset tetap (sesuai jenisnya)
xxx xxx
e. Standar jurnal untuk aset lainnya Pengakuan aset lainnya Dr. Aset Lainnya Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
Pelepasan aset lainnya Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Cr. Aset Lainnya xxx xxx
Jurnal transaksi aset lainnya Aset lainnya merupakan Aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset lancar maupun aset tetap. Contoh dari klasifikasi aset lainnya adalah : Tagihan Penjualan angsuran TP/TGR Aset tak Berwujud Kemitraan dengan Fihak Ketiga Aset lain-lain Jurnal standarnya adalah sebagi berikut : (nama akun aset lainnya) Diinvestasikan dalam aset lainnya xxx xxx
Untuk klasifikasi aset lainnya yakni kemitraan dengan fihak ketiga terdiri dari : Bangun Kelola Serah BKS adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan kembali bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada
pemerintah setelah berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa konsesi). BKS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak ketiga/investor untuk membangun aset BKS tersebut. Aset yang berada dalam BKS ini disajikan terpisah dari Aset Tetap. Jurnalnya adalah sebagai berikut : Kemitraan dengan fihak Ketiga Dinvestasikan dalam aset lainnya Bangun Serah Kelola BSK adalah pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset tersebut. BSK dicatat sebesar nilai perolehan aset yang xxx xxx
dibangun yaitu sebesar nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan oleh pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut Jurnal adalah sebagai berikut : Kemitraan dengan pihak Ketiga Diinvestasikan daam aset lainnya Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang Utang jangka panjang lainnya 4. Ilustrasi Transaksi Berikut ini kami sajikan beberapa ilustrasi Transaksi yang berkaitan dengan Akuntansi Aset pada SKPD Pembelian Dinas Kesehatan membeli papan tulis elektronik untuk ruang meeting dengan harga jual 3 juta rupiah. Agar papan tulis elektronik ini siap digunakan, ada biaya-biaya tambahan yang harus dibayar meliputi biaya pengangkutan dan biaya instalasi masing-masing sebesar 100 ribu rupiah. Oleh karena itu Dinas Kesehatan akan mencatat nilai papan tulis elektronik tersebut sebesar 3,2 juta rupiah. Belanja Modal Papan Tulis Elektronik Kas di Bendahara Pengeluaran Peralatan Kantor Papan Tulis Elektronik Diinvestasikan dlm Aset Tetap Hibah/Donasi 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 xxx xxx xxx xxx
Pemda memperoleh donasi dari Bank Dunia berupa lima buah mobil Kijang. Mobil Kijang dengan tipe dan kriteria yang sama tersebut mempunyai nilai wajar masing-masing sebesar 120 juta rupiah. Aset tersebut kemudian diserahkan kepada SKPD. Maka jurnal yang harus dibuat di akuntansi SKPKD adalah:
600.000.000 600.000.000
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Jurnal punyusutan aset tetap ini dibuat di akhir tahun. Diinvestasikan dlm Aset Tetap 640.000 640.000 Akumulasi Penyusutan Papan tulis elektronik Konstruksi Dalam Pengerjaan
Pemda sedang mendirikan bangunan puskesmas. Gedung puskesmas ini akan dibangun Dinas Kesehatan pada tahun 2006. Tanggal 31 Desember 2006 puskesmas tersebut belum selesai dibangun. Maka Dinas Kesehatan akan mencatat jurnal sebagai berikut: Konstruksi dalam Pengerjaan Diinvestasikan dalam Aset Tetap 100.000.000 100.000.000
Pada 31 Mei 2007, puskesmas ini telah selesai dibangun. Maka Dinas Kesehatan menjurnal sebagai berikut: Diinvestasikan dalam Aset Tetap Konstruksi dalam Pengerjaan Gedung Diinvestasikan pada Aset Tetap Pelepasan Aset Tetap 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Di kantor Dinas Kesehatan, terdapat lima buah komputer lama yang rusak dan tidak terpakai. Atas persetujuan Kepala Daerah dilakukan penghapusan atas computer tersebut, Kepala Dinas melakukan pelelangan ke masyarakat. Uang hasil penjualan komputer tersebut akan dicatat sebagai Lain-lain PAD yang Sah. Diinvestasikan dlm Aset Tetap Peralatan Komputer 5.000.000 5.000.000
5.000.000 5.000.000