Você está na página 1de 13

Analisis Peranan Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba

VINCENT ALLAN D 3203009011 D

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN MAKALAH Earnings atau laba merupakan komponen keuangan yang menjadi pusat perhatian sekaligus dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya digunakan untuk menilai kinerja perusahaan ataupun kinerja manajer sebagai dasar untuk memberikan bonus kepada manajer. Manajemen laba merupakan hal yang perlu dipahami oleh akuntan karena akan meningkatkan pemahaman mengenai kegunaan informasi net income, baik yang dilaporkan kepada investor, kreditor, maupun fiskus. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. . Sampai saat ini manajemen laba merupakan area yang paling kontroversial dalam akuntansi keuangan. Pihak yang kontra terhadap manajemen laba seperti investor, berpendapat bahwa manajemen laba merupakan pengurangan keandalan informasi laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan dalam pengambilan keputusan. Di lain sisi pihak yang pro terhadap manajemen laba seperti manajer, menganggap bahwa manajemen laba merupakan hal yang fleksibel untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tidak terduga. Manajemen laba merupakan suatu fenomena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang menjadi pendorong timbulnya fenomena tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Watt dan Zimmerman sebagaimana dikutip Sugiri (1998) membagi motivasi manajemen laba menjadi tiga, yaitu bonus plan hypothesis, debt to equity hypothesis, dan political cost hypothesis. Hipotesis bonus plan menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Debt to equity hypothesis menyebutkan bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun

laba. Adapun political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen) karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek pihak luar. Dan fakta yang mungkin pemegang saham

perusahaan dibandingkan investor

dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi

pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. .Melihat pentingnya peranan asimetri informasi pada laporan keuangan, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba dan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, penulis melihat adanya pengaruh dan peranan antara asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu maka judul makalah ini diangkat. dan sebenarnya secara etika atau

1.2 Pokok Bahasan Makalah 1.2.1. Teori Keagenan Atmaja (2003:12) menjelaskan bahwa hubungan keagenan (agency relationship) muncul ketika satu atau lebih individu (pemilik) menggaji individu lain (agen atau manajemen) untuk bertindak atas namanya dan mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen. Masalah keagenan (agency problem) antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan berusaha untuk memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Maka terjadilah konflik kepentingan (conflict of interest) di antara pemegang saham dan manajemen. Earnings management yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dapat menimbulkan masalah masalah keagenan (agency cost) yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan pengelola/manajemen perusahaan (agent). Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu (Herawaty, 2008). Konflik ini menyebabkan manajemen dapat melaporkan laba yang tidak sebenarnya untuk mencapai tujuan tertentu.

1.2.2. Asimetri Informasi Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar

ketidakpastiannya (Ali, 2002). Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwaperistiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

1.2.3. Manajemen Laba 1.2.3.1 Pengertian Earnings Management Schroeder dan Clark (1992), dalam Riduwan (2001), mendefinisikan earnings management sebagai usaha-usaha oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba bersih yang dilaporkan. Metode-metodenya termasuk penggunaan keputusan produksi dan investasi serta pemilihan teknik akuntansi strategis lainnya. Schipper (1989) dalam Beneish (2001), Gumanti (2001) mendefinisikan earnings management atau manajemen laba sebagai "disclosure management in the sense of purposeful intervention in the external reporting process, with intent of obtaining some private gain". Definisi tersebut menunjukkan bahwa manajemen laba merupakan intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun bagi perusahaan. Healy dan Wahlen (2000, dalam Herawaty, 2008) mengemukakan bahwa earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusaaan.

1.2.3.2 faktor yang Memotivasi Terjadinya Earnings Management Watt dan Zimmerman sebagaimana dikutip oleh Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001), membagi motivasi perusahaan dalam melakukan earnings management menjadi 3, yaitu: a. Bonus Plan Hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. b. Debt to Equity Hypothesis Hipotesis ini menyebutkan bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar, maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba. c. Political Cost Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat, akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.

1.2.3.3 Pola Earnings Management Menurut Wild et al (2007:87), strategi atau pola earnings management yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah: 1. Income Increasing (Meningkatkan Laba) Salah satu strategi atau pola earnings management adalah meningkatkan laba yang dilaporkan untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini mungkin juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode. 2. Big Bath Strategi ini dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa, seperti perubahan manajemen dan merger. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang, pemakai cenderung tidak memerhatikan dampak keuangannya. Hal ini

memberikan kesempatan untuk menghapus semua dosa masa lalu dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan laba di masa depan. 3. Income Smoothing (Perataan Laba) Perataan laba merupakan bentuk umum earnings management. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Scott (2009:405) membagi pola earnings management menjadi 4, yaitu: taking a bath, Income Minimization, Income Maximization, dan Income Smoothing.

1.2.4. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Schift dan Lewin (1970) dalam Hartono dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent berada posisi yang mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan

dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. Dalam penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan

kepentingannya. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002). Namun karena adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang dihadapi dapat dirumuskan sebagai berikut : peranan asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendapatkan bukti empiris tentang peranan asimetri informasi terhadap praktik manajemen. Secara khusus, makalah ini membahas peranan asimetri informasi itu sendiri terhadap praktik manajemen laba pada suatu perusahaan.

1.4. Manfaat Penulisan Makalah Manfaat teoritis yang diharapkan dari makalah ini adalah : 1. Bagi akademis hasil yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi peneliti di masa yang akan datang yang juga tertarik membahas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 2. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding antar teori yang diterima selama di bangku kuliah dengan praktik yang dilakukan diperusahaan dan untuk memperoleh bukti empiris tentang penelitian ini.

Manfaat praktis yang diharapkan dari makalah ini adalah: 1. Bagi perusahaan Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga informasi yang diberikan perusahaan tidak menyesatkan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Bagi investor Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan 3. Bagi pengelola pasar modal hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan mengenai sejauh mana asimetri informasi dan ukuran perusahaan itu mempengaruhi manajemen laba sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mendorong perusahaan agar menyajikan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. 4. Bagi kreditur hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit dan memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah kredit yang diberikan dapat dibayar perusahaan pada saat jatuh tempo.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Literatur Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Due (1988) dan Trueman & Titman (1988) Dalam model analitis manajemen laba, Due (1988) dan Trueman & Titman (1988), yakin bahwa asimetri informasi sebagai keadaan untuk manajemen laba. Dye (1988) berasumsi terdapat tumpang tindih didalam pemilik. Pemegang saham penjualan menginstruksikan manajemen untuk mengikuti beberapa strategi manajemen laba untuk menciptakan impress yang menguntungkan dalam grup pembelian. Dalam model ini, manajer mengetahui sesuatu tentang earnings yang pemegang saham tidak mengetahuinya. Diasumsikan propietory cost dari pengungkapan, peraturan akuntansi dan institusi lain dan pemaksaan kontrak mengusulkan terdapat hambatan komunikasi antara manajemen dan pemegang saham. Asimetri informasi tidak terhambur sepanjang waktu karena bentuk informasi yang terhalang tidak dapat dieliminasi oleh perubahan perjanjian kontrak (Schipper, 1989). b) Richardson (1998) Richardson menguji hubungan antara asimetri informasi dan manajemen laba dalam kondisi khusus, yaitu ketika terdapat seasoned equfy oflering yang diduga memberikan insentif yang kuat bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba. Ia menemukan bukti bahwa semakin besar asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham, perusahaan cenderung untuk melakukan manajemen laba. Dengan demikian, jika tidak ada asimetri informasi maka manajer tidak dapat mudah melakukan manajemen laba. Selain itu Richardson juga meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992. Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistimatis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba. Dari hasil itu disimpulkan keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.

c) Schipper (1989) dalam Sutrisno (2002) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). d) Assih dan Gudono (2000) mengartikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. e) Menurut Setiawati dan Naim (2000) Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

2.2. Pembahasan Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Dalam hal ini dinyatakan bahwa manajemen (agent) berada posisi yang mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan pemilik (principal). Karena manajer lebih menetahui informasi, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun karena adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong manajemen (agent) untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak

diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini pemilk (principal) seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. Sehingga dapat disimpulkan dengan adanya asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dengan melakukan manajemen laba (earnings management). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memberikan bukti empiris tentang peranan asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian menyebutkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi pula praktek manajemen laba. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab adanya manajemen laba (earning management) dalam suatu perusahaan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba (earning management). Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak eksternal, salah satunya dengan Kualitas laporan keuangan yang mencerminkan tingkat manajemen laba (earning management) dalam suatu perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Dechow, Patricia M. et al. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review, April Vol. 70 No. 2. Greenstein, M., dan H. Sami. 1994 Healy, P, K. Palepu. 1999. Discussion of Earnings Based Bonus Plans and Earnings Management By Business Unit Managers. Journal of Accounting and Economics 26, 143 147.

Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence. http /www.ssrn.com.

Schipper, K. 1989. Earnings Management. Accounting Horizons 3, 91-106

Halim J, C. Meiden dan R.L. Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45. SNA VIII Solo.

Rahmawati. 2006. Pengaruh asimetri informasi pada hubungan antara regulasi perbankan dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja saham. Disertasi UGM.

Ali Irfan (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002

Você também pode gostar