Você está na página 1de 8

BAB I PENDAHULUAN

Keracunan merupakan kejadian timbulnya efek samping obat, zat kimia, atau substansi asing lainnya yang berhubungan dengan dosis. Terdapat variasi respon dan kecenderungan individual terhadap dosis obat yang diberikan. Variasi ini terjadi baik secara genetic maupun karena disengaja (karena induksi enzim, inhibisi, maupun toleransi). Keracunan dapat terjadi secara local (misalnya pada kulit, mata maupun paru) atau terjadi secara sistemik, tergantung dari sifat kimia dan fisik zat racun tersebut, mekanisme kerjanya, dan rute paparannya. Beratnya tingkat keracunan dan tingkat kesembuhannya juga tergantung dari cadangan fungsional individu maupun target organnya, yang dipengaruhi umur dan penyakit dasar. Rute paparan suatu substansi racun dapat melalui beberapa tempat, antara lain : Ingesti atau peroral (74%) Kulit (8,2%) Inhalasi (6,7%) Mata (6%) Gigitan dan sengatan (3,9%) Injeksi parenteral (0,3%) Papran racun tersering adalah dengan jenis : bahan pembersih, analgetika, kosmetika, tumbuh-tumbuhan, obat batuk-pilek, gigitan atau bisa binatang. Bahan-bahan farmasi berperan dalam 41% kejadiam keracunan dan 75% dari keracunan serius atau fatal. Kejadian keracunan yang tidak disengaja dapat terjadi karena : Cara pemakaian yang salah dari bahan kimia pada saat bekerja atau bermain Kesalahan labeling suatu produk

Kesalahan dalam membaca label Kesalahan identifikasi bahan kimia yang tidak berlabel Ketidaktahuan dalam mengobati sendiri atau kelebihan dosis (misuse) Penyalahgunaan obat-obat psikotropika (abuse) Kesalahan dosis oleh perawat, orang tua, ahli farmasi, dokter dan penderita lansia Sedangkan keracunan yang disengaja paling sering terjadi pada

percobaan bunuh diri, di USA, mortalitas tertinggi kejadian overdosis pada kasus percobaan bunuh diri. Angka kematian tertinggi terjadi karena keracunan CO (Carbon Monoksida). Kematian akibat obat-obatan tersering karena analgetika, antidepresan, hipnotik sedative, neuroleptik, stimulant dan obat-obatan yang disalah gunakan, obat kardiovaskuler, antikonvulsan, antihistamin dan obat asma. Bahan bukan obat yang menyebabakan keracunan fatal termasuk di dalamnya : alcohol, glikol, asap dan gas, bahan kimia, bahan pembersih, pestisida dan produk automotif. Pada kesempatan ini kelompok kami akan menjelaskan tentang manajemen keracunan obat golongan psikotik.

BAB II ISI

Psikotropik adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian. Penyalahgunaan obat-obatan sering terjadi terutama pada kalangan dewasa muda yang sering kita temukan baik di tempat praktek maupun di rumah sakit. Ecstasy (XTC) termasuk turunan amfetamin dan dirnasukkan dalam kelompok obat halusinogenik. Nama kimia bahan ini adalah MDMA (methylene-dioxy-methamphetamine). Obat-obat halusinogenik adalah obat yang mempunyai kemampuan membuat ilusi visual, distorsi penerimaan sensori, synesthesia (dapat melihat suara dan membau warna), depersonalisasi, dan derealisasi. Beberapa macam halusinogen yang dikenal: o LSD (lysergic acid diethyl-amide)

o Meskalin (alkaloid peyote cactus) o Amfetamin dan turunannya o Turunan triptamin o Kokain (Crack) o Macam-macam amfetamin dan analognya: o Meth-amphetamin (Crank, Speed, Ice, Glass, Cristal tea) o DOM (dimethoxy-methyl-amphetamine), atau STP (serenity, tranquility, peace) o MDA (methylene-dioxy-amphetamine, love drug, mellow drug) o MDMA (methylene-dioxy-meth-amphetamine, XTC, Adam) o MDEA (methylene-dioxy-eth-amphetamine, Eva) Obat ini terdapat dalam bentuk tablet, bubuk, dan injeksi. Obat ini bekerja pada neuron adrenergik, dopaminergik, dan serotonergik dalam susunan saraf pusat, dengan cara langsung sebagai transmiter palsu atau tak langsung dengan melepaskan neutrotransmiter endogen. Obat-obat ini mulai menimbulkan efek sesudah pemberian selama kurang lebih 20-30 menit dan berakhir kurang lebih 448 jam, tergantung jenis, cara pemberian, dan dosis obat. Dosis letal biasanya beberapa kali dosis halusinogenik. Obat-obat ini seringkali didapatkan dalarn bentuk kombinasi dengan narkotik, kafein, lidokain, aspirin, dll. Manifestasi Klinis Dari anamnesis didapatkan riwayat konsumsi obat-obat yang diduga mempunyai sifat halusinogenik. Gejala pasien bisa ringan atau berat. Pasien mengeluh nyeri kepala, palpitasi, sesak, nyeri dada, parestesi, banyak omong, euforia, empati, terlalu percaya diri, insomnia, dan kadang-kadang perubahan persepsi visual ringan.

Pada keracunan ringan didapatkan gejala pasien mudah tersinggung, mulut kering, palpitasi, hipertensi ringan, gelisah, tak bisa istirahat, tremor, midriasis, dan flushing. Pada keracunan sedang didapatkan rasa takut, agitasi, mual, muntah, nyeri perut, kejang otot, hiperrefleksi, diaforesis, takikardi, hipertensi, hipertermia, panik, dan halusinasi. Pada keracunan berat, pasien akan tampak delirium, kejang-kejang, gejala fokal SSP (perdarahan intrakranial), koma, aritmia, otot-otot kaku, hipertensi, gangguan hemostasis, gagal napas, gagal ginjal akut, syok dan meninggal dunia mendadak. Pada pasien yang biasa mengkonsumsi obat terus-menerus kemudian menghentikannya secara tiba-tiba, dapat terjadi gejala kelelahan otot menyeluruh, depresi agitatif, flash back, hipertermia, perasaan dingin seluruh tubuh, dan perasaan takut yang berlebihan selama kurang lebih 2 minggu. Pemeriksaan Penunjang Satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti keracunan obat ini adalah melalui analisis laboratorium. Bahan untuk analisis berasal dari darah, cairan lambung, atau urin. Obat golongan amfetamin akan tertahan dalam urin selama 2 hari. Pemeriksaan dan penyaringan yang cepat dan sederhana menggunakan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk mendeteksi 90% keracunan umum. Sekarang terdapat cara-cara pemeriksaan baru dengan teknik yang lebih maju dan cepat misalnya enzyme multiple immunoassay. Pada kasus keracunan yang sedang dan berat diperlukan pemeriksaan penunjang darah lengkap, elektrolit, glukosa darah, uji faal ginjal, CPK, analisis gas darah, urinalisis, EKG, dan foto toraks. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan pada pasien adalah menghindari kontak/eliminasi obatobat tersebut dengan cara: 1. Mencegah konsumsi obat-obat tersebut.

2. Memberikan norit atau obat-obat katarsis. 3. Perangsangan muntah pada pasien dengan kesadaran yang baik. 4. Bilas lambung. 5. Melakukan diuresis paksa oleh karena obat-obat ini diekskresikan ke ginjal. Pengobatan simtomatis yang dapat dilakukan adalah : o Bila timbul ansietas, dapat diberikan benzodiazepin atau diazepam 0,05-0,1 mg/kg BB iv atau per oral dapat diulang 5-10 menit o Bila pasien agitasi atau psikosis diberikan haloperidol 5-10 mg iv/im dapat diulang 10-60 menit o Bila timbul hipertensi berat, dapat diberikan penghambat atau vasodilator o Takikardi supraventrikular yang diikuti gejala iskemia jantung dapat diatasi dengan penghambat o Takikardi ventrikular dapat diberi lidokain dan penghambat o Iskemia miokard dapat diberi morfin atau preparat nitrat o Hipertermia dapat diatasi dengan pendingan badan o Bila terjadi koagulopati, dapat diperbaiki dengan heparin dan/atau komponen darah. Perawatan intensif diperlukan pada kasus-kasus berat, terutama bila kesadaran pasien mulai menurun, terdapat tanda-tanda gagal napas, atau ada gangguan sistem kardiovaskular

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan mengenai Psikotropika didapatkan kesimpulan sebagai berikut : o Keracunan merupakan kejadian timbulnya efek samping obat, zat kimia, atau substansi asing lainnya yang berhubungan dengan dosis o Psikotropik adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku o Ecstasy (XTC) termasuk turunan amfetamin dan dirnasukkan dalam kelompok obat halusinogenik. Nama kimia bahan ini adalah MDMA (methylene-dioxy-meth-amphetamine). o XTC dapat menimbulkan keracunan ringan, sedang, dan berat. o Prinsip pengobatan pada pasien adalah menghindari kontak/eliminasi obatobat tersebut, pengobatan simtomatis,dan perawatan intensif.

DAFTAR PUSTAKA Goldfrank L.R., et al (editors)., 2002, Toxicologic Emergencies, 8th ed., Appleton & Lange, Norwalk Hawari, D, 2009, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta

Você também pode gostar