Você está na página 1de 4

Karakteristik serangga Secara umum, tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak danabdomen).

Morfologi Serangga pada bagian kepala terdapat mulut, antena, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli) dengan bagian-bagiannya. Pada bagian torak ,ditemukantungkai 3 pasang (3 pasang kaki yang beruas-ruas) dan dua atau sepasang sayap. Sedangkan di bagian abdomen terdiri atas kurang lebih 11 buku dengan beberapa bagian terminal, misalnyagenital dan dapat dilihat membran timpanum, spirakel, dan alat kelamin. Serangga dapatdibedakan dari anggota Arthropoda lainnya karena adanya 3 pasang kaki (sepasang pada setiapsegmen thoraks). Perbedaan serangga satu dengan yang lainnya dibedakan dengan daur atausiklus hidupnya, cara bereproduksi, habitanya, tipe mulut serangga itu sendiri.

TOMCAT SI PISAU MATA DUA BAGI MANUSIA Fakta tentang Tomcat Sepak terjang Tomcat akhir-akhir ini cukup meresahkan. Ibaratnya berhadapan dengan pisau bermata dua; di satu sisi, sejak lama Tomcat telah membantu petani mengendalikan serangga hama yang mengganggu tanaman. Tomcat memakan semua serangga kecil seperti tungau, wereng, serta ulat yang makan tanaman petani karena peranannya sebagai serangga predator. Dengan modal sepasang mandible dan maksilla pada mulutnya, Tomcat beraksi menggigit dan mengunyah mangsanya. Di sisi lain kita terganggu karena timbulnya penyakit kulit akibat keberadaan serangga tersebut. Saking hebohnya, infotainment salah satu TV swasta menayangkan Tomcat juga menyerang vokalis salah satu band ternama yang lagi nongkrong makan lesehan di pinggir sawah. Mengapa hal ini bisa terjadi dan apa faktor pencetusnya sehingga penduduk di beberapa wilayah di pulau Jawa harus berurusan dengan petugas kesehatan dan gabungan dinas-dinas terkait? Siapa Tomcat sebenarnya? Serangga Tomcat atau nama ilmiahnya Paederus fuscipes Curt. adalah serangga yang bentuknya menyerupai semut dan berasal dari keluarga kumbang Staphylinidae. Ada juga masyarakat yang menyebut Tomcat sebagai semut kanai. Tubuhnya ramping memanjang berukuran 7,5 - 8 mm, sayap pendek warna biru metalik dengan abdomen runcing berwarna oranye kemerahan. Walaupun bersayap, Tomcat berpindah dengan cara berlari memakai 3 pasang tungkainya yang ramping. Metamorfosis sempurna dengan tahapan : telur, larva/ulat, pupa dan serangga dewasa. Penyebarannya di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Tomcat sering ditemukan bersembunyi di celah batu atau dibawah daun saat matahari bersinar terik. Habitatnya terutama di daerah persawahan yang ditanami padi, sekitar rawa-rawa dan bagian yang berbatasan dengan hutan. Tomcat menyukai tempat yang lembab untuk perkembangbiakannya. Yang unik adalah penamaan serangga ini dengan istilah Tomcat yang konon diambil dari nama pesawat tempur dari Amerika Serikat. Di dalam buku L.G.E Kalshoven berjudul The Pests of Crops in Indonesia (1981) dikatakan bahwa serangga Paederus fuscipes dikenal sebagai Rove beetle. Biasanya Rove beetle atau Tomcat akan menyerang musuhnya dengan racun pederin saat merasa terganggu. Asumsi lain serangga ini dinamakan Tomcat karena saat merasa terdesak maka Tomcat akan menaikkan abdomennya untuk menyemprotkan

racun pederin ke musuhnya. Perilaku ini menyerupai kucing jantan yang sedang kencing menandai teritorinya (Tomcat=kucing jantan). Tomcat saat ini ditemukan banyak menimbulkan masalah iritasi kulit di beberapa daerah di Pulau Jawa terutama di daerah Jawa Timur yaitu Surabaya, Gresik, Tuban, Lamongan, Sidoarjo, Pasuruan, Banyuwangi, Probolinggo bahkan menyeberang hingga ke pulau Bali. Sungguh suatu kejadian fenomenal karena hampir setiap hari dampak keberadaan Tomcat selalu diliput di televisi. Peranan Tomcat di alam Setiap serangga yang hidup dimuka bumi mempunyai peranan masing-masing di dalam ekosistem tempat hidupnya. Hasil penelitian Sri Nur Aminah Ngatimin dan Syatrawati pada tahun 2010 tentang inventarisasi serangga musuh alami pada tanaman kubis di daerah Buluballea Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa menemukan beberapa jenis serangga musuh alami yang berpotensi membantu petani dalam mengendalikan ulat tanaman kubis. Salah satu jenis musuh alami tersebut adalah Paederus fuscipes (Staphylinidae) yang dikenal sebagai Tomcat. Proporsinya sebesar 13% ditemukan pada lahan kubis yang banyak ditumbuhi gulma, sedangkan pada lahan yang tidak ditumbuhi gulma hanya 2%. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan Tomcat sangat didukung oleh keberadaan gulma sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Gulma berbunga yang seringkali dijumpai di lahan pertanian merupakan sumber nektar dan pollen bagi serangga dewasa Tomcat. Nektar dan pollen dari bunga-bunga gulma itu dapat meningkatkan lama hidup dan kapasitas reproduksi serangga betina Tomcat. Di dalam agroekosistem, Tomcat berperan sebagai predator yang kerapkali ditemukan memangsa wereng dan kutu daun yang merusak tanaman petani. Mengapa Tomcat yang dulunya sahabat petani kini berbalik arah menyerang manusia?Diduga hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan sehingga Tomcat masuk pemukiman penduduk karena tidak lagi mempunyai tempat untuk berkembang biak. Sejauh ini di Makassar terutama di sentra pertanaman sayuran dataran tinggi sperti Malino dan Enrekang belum dikabarkan adanya manusia yang terkena serangan Tomcat. Dapat dikatakan bahwa lingkungan Tomcat tersebut belum tersentuh oleh aktivitas pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Selain itu dampak global warming sangat mempengaruhi keberadaan dan aktivitas serangga, utamanya serangga yang berada di daerah tropis. Pada awal bulan Mei 2011 lalu kita sempat dihebohkan oleh adanya serangan ulat bulu secara besar-besaran di Probolinggo dan beberapa daerah di pulau Jawa. Saat ini Tomcat juga muncul di daerah yang hampir sama dengan serangan ulat bulu. Fenomena ini menunjukkan bahwa lingkungan hidup tempat serangga-serangga tersebut berkembang biak sudah tidak ada akibat dibangunnya pemukiman serta sektor non-pertanian lainnya. Keadaan ini memaksa serangga seperti ulat bulu dan Tomcat masuk ke pemukiman untuk mencari makanan dan tempat berlindung dari gangguan cuaca yang ekstrim. Bagaimana Tomcat menimbulkan iritasi pada kulit manusia? Bertolak belakang dengan status Tomcat yang menjadi sahabat petani untuk mengendalikan hama tanaman, di sisi lain Tomcat menjadi biang kerok sejumlah kasus iritasi kulit yang menimpa berbagai ras manusia di berbagai negara. Karena sifatnya yang kosmopolitan, Tomcat dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Awalnya pada tahun 1994 dilakukan penelitian tentang serangga penyebab penyakit kulit selama musim hujan di wilayah Cear Brasil. Saat itu ditemukan dan diidentifikasi dua jenis serangga penyebab iritasi kulit yaitu Paederus brasiliensis dan Paederus columbinus dari famili Staphylinidae. Selain

menyebabkan iritasi kulit, racun pederin juga dapat menimbulkan lesi pada mata yang menyebabkan conjuctivitis disebut Naerobis Eye. Seiring dengan berjalannya tahun, pada tahun 2000 mulai dilaporkan Tomcat menyerang manusia di wilayah Central Queensland Australia sebanyak 250 kasus iritasi dan bengkak pada kulit manusia. Mengapa Tomcat bisa menyebabkan iritasi dan bengkak pada kulit manusia?Gejala iritasi pada kulit dinamakan dengan sindrom Dermatitis Paederus (Dermatitis linier atau Dermatitis linearis) yang terjadi saat serangga tersebut terpencet atau tidak sengaja tersentuh kulit yang mengakibatkan keluarnya hemolimfa yang mengandung pederin penyebab iritasi tersebut. Bagian yang paling umum terkena pederin adalah lengan, muka dan leher karena serangga ini merayap dengan cepat di permukaan kulit. Kulit yang baru terkena/tergigit serangga biasanya terasa panas dalam waktu yang singkat. Setelah 24 sampai 48 jam muncullah gelembung berair seperti yang biasa dijumpai pada kulit tersiram air panas. Keadaan ini diikuti dengan rasa nyeri. Iritasi ini segera akan menular ke kulit yang sehat apabila tersentuh secara tidak sengaja. Pada tahun 2003 di bagian utara Irak juga terjadi outbreak Tomcat yang menyerang selama bulan Mei sampai September. Sebanyak 156 kasus terjadi di daerah tersebut dan kebanyakan penderitanya bermukim di dekat persawahan dan menggunakan lampu fluorescent saat malam hari. Gejalanya berupa lesi dan menimpa orang dewasa maupun anak-anak yang bermukim di daerah tersebut. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005 terjadi outbreak Tomcat di wilayah India selatan dan terjadi sebanyak 123 kasus. Daerah Tamilnadu di India selatan adalah daerah yang beriklim tropis dan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Desember. Puncak serangan terjadi bulan April yang bertepatan dengan musim hujan. Pasien yang terkena iritasi tersebut rata-rata bermukim di sekitar kampus yang jaraknya sekitar 1 km dari persawahan. Penyebab masuknya Tomcat secara bergerombol ke dalam pemukiman manusia karena habitatnya tergenang air selama musim hujan. Senada dengan hal tersebut, pada tahun 2008 terjadi outbreak Tomcat di daerah Terengganu Malaysia menyerang anak sekolah yang ikut belajar kelas malam di sekolahnya. Diduga Tomcat datang ke tempat tersebut akibat tertarik oleh cahaya lampu dan kebetulan sekolah itu terletak berdekatan dengan sawah yang ditanami padi. Tahun yang sama kasus serupa terjadi di propinsi Najaf Irak. Terdapat 87 kasus penderita yang terserang iritasi pada bagian muka dan lehernya. Perlu diketahui bahwa serangan Tomcat tidak mengenal jenis kelamin dan umur sehingga proporsinya sama untuk pria dan wanita. Tahun 2010 kasus yang sama terjadi di Mesir dan dilakukan pemeriksaan histologi pada penderitanya dengan menggunakan mikroskop elektron untuk melihat perubahan ultrastruktural akibat adanya racun pederin di kulit. Lapisan kulit paling bawah yang berdekatan dengan epidermis merupakan barrier awal serangan racun pederin sehingga di bagian tersebut paling banyak terbentuk lesi berupa gelembung berisi air serta pembengkakan yang berwarna kemerahan. Serangga penyebab iritasi adalah Paederus alfierii (berbeda spesies dengan Tomcat). Perlu diketahui bahwa kondisi iklim dan geografi sangat berpengaruh terhadap suatu spesies serangga dimana biasa terjadi beberapa adaptasi morfologi yang menunjang untuk perkembangannya. Selain itu bukan hanya Rove beetle (Tomcat) yang menjadi biang keladi iritasi kulit. Ada pula kumbang dari famili Meloidae (Blister beetle) yang mudah dikenal karena warnanya yang menyolok dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari Tomcat. Saat merasa terganggu maka Blister beetle akan mengeluarkan cantharidin semacam cairan asam kuat dari ujung abdomennya lalu disemburkan ke wajah pengganggunya. Cairan ini sangat pedih bila

terkena mata dan akan menimbulkan iritasi lokal di kulit dalam waktu yang singkat. Inilah perbedaan mekanisme kerja antara pederin dan cantharidin yang berbeda waktu reaksinya saat bersentuhan dengan kulit. Cara penanggulangan keberadaan Tomcat Tindakan preventif penanggulangan Tomcat yaitu : 1. Memakai kawat kasa pada lubang di dinding untuk mencegah masuknya Tomcat ke dalam rumah. Selain itu usahakan untuk menutup pintu dan jendela saat berada di luar rumah. 2. Menyemprot bagian rumah dengan insektisida yang ramah lingkungan artinya mudah terurai di alam. Sifat insektisida ini hanya sebagai repellent (penolak). 3. Memakai kelambu saat banyak serangan Tomcat. 4. Meredupkan lampu waktu malam hari karena Tomcat sangat suka pada cahaya. 5. Menyapu sampah/daun kering yang ada di halaman karena Tomcat sangat suka bersarang di tempat yang gelap dan lembab. Tindakan kuratif terhadap keberadaan Tomcat : 1. Saat hinggap di kulit usahakan mengusir dengan perlahan karena seluruh badan Tomcat beracun dan jangan dipencet. 2. Cuci bersih bagian yang tubuh yang telah dihinggapi Tomcat dengan sabun dan air yang mengalir. 3. Kalau sudah terkena racun Tomcat segera obati dengan salep anti radang dan bawa ke dokter terdekat untuk mendapat penanganan yang lebih baik supaya radang tidak meluas. Untuk mengantisipasi serangan Tomcat diharapkan masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungannya dengan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu membiarkan sinar matahari menyinari halaman dan membiarkan hidup hewan-hewan seperti burung, cecak dan kadal karena mereka itu adalah predator Tomcat.

Você também pode gostar