Você está na página 1de 3

1.

Analisis penegakan diagnosis a Anamnesis Dalam anamnesis, yang pertama kita tanya adalah identitas seperti nama, usia, alamat, pekerjaan, status perkawinan, yang mana semua yang tersebut tadi dapat menjadi faktor resiko dari penyakit yang diderita. Dari anamnesis dapat pula diketahui keluhan yang dirasakan oleh pasien, sehingga dapat membantu kita dalam menegakkan diagnosis penyakitnya. Selain itu, dapat pula kita tanyakan riwayat penyakit dahulunya, riwayat penyakit keluarganya, keadaan dan kebiasaan pasien. Pada kasus ini anamnesis yang dilakukan kurang lengkap. Tidak ada faktor resiko yang mengarah ke sebuah penyakit. Selain itu riwayat penyakit sekarang dan penyakit keluarga tidak tergali dengan baik. b Pemeriksaan Fisik Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi tahun 2011 menyebutkan pemeriksaan fisik pada pasien yang dicurigai menderita penyakit pada saluran kemih meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi. Pada pemeriksaan fisik, yang perlu kita lakukan adalah menilai secara keseluruhan. Mulai dari keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, serta tanda-tanda vital (tekanan darah, pernapasan, nadi, respirasi, suhu). Pemeriksaan vital sign yang dilakukan pada kasus ini menunjukkan hasil normal kecuali untuk tekanan nadi sebesar 104kali/menit. Namun tidak dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui fungsi ginjal, meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi maupun palpasi pada daerah ginjal dan saluran kemih. c Pemeriksaan Penunjang Effendi et all dalam buku Ilmu Penyakit Dalam tahun 2009 menjelaskan bahwa untuk membantu proses penegakkan diagnosis penyakit saluran kemih, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti : Pemeriksaan sedimen urin: untuk mengetahui adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urin: mengetahui adanya pertumbuhan kuman pemecah urea. Pemeriksaan urinalisis & darah rutin: pemeriksaan kadar elektrolit seperti kadar kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat dalam urin maupun darah.

Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi menerangkan bahwa selain pemeriksaan laboratorium, dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : Pemeriksaan Foto Polos Abdomen Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak pada saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non-opak (radio-lusen). Untuk urutan radiopasitas batu saluran kemih sebagai berikut : Jenis Batu Kalsium MAP Urat/Sistin Pemeriksaan Pielografi-Intravena (PIV) Tujuan pemeriksaan PIV adalah untuk mengetahui dan menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi adanya batu semi opak maupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat pada foto polos perut. Untuk pelaksanaan PIV ini menggunakan bahan kontras radio-opak. Ultrasonografi (USG) Prinsip dari pemeriksaan ini adalah menangkap gelombang bunyi ultra yang dipantulkan oleh organ-organ atau jaringan yang berbeda kepadatannya. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membedakan massa padat (hiperekoik) dengan massa kistus (hipoekoik). Fungsi USG berbeda tiap tempat. Berikut ini akan dijabarkan : Pemeriksaan pada ginjal a. Untuk mendeteksi keberadaan & keadaan ginjal (adanya hidronefrosis, kista massa atau pengkerutan ginjal). b. Sebagai penuntun saat pungsi ginjal atau nefrostomi perkutan dilakukan. Radiopasitas Opak Semiopak Non-opak

c. Sebagai pemeriksaan penyaring pada dugaan adanya trauma ginjal derajat ringan. Pemeriksaan pada Vesika urinaria a. Untuk menghitung sisa urin pasca miksi & mendeteksi adanya batu/tumor di buli-buli.

Pada kasus ini, untuk pemeriksaan kultur urin memberikan hasil negatif. Selain itu suhu pasien normal dan jumlah leukosit yang normal menyingkirkan diagnosis adanya infeksi pada saluran kemih. Untuk pemeriksaan laboratorium darah seperti jumlah hemoglobin, fraksi albumin dan globulin, kolestrol, kalsium darah, alkalin fosfatase dan klorida darah menunjukkan hasil normal. Pada pemeriksaan urin ditemukan albumin dan sel darah merah. Hal ini menunjukkan adanya kerusakan pada glomerulus karena gangguan permeabilitas. Selain itu, pada pemeriksaan IVP ditemukan batu kalsium fosfat dan sulfonamide berdiameter 0,3cm serta hidronefrosis dan hidroureter sebelah kanan. Kondisi ini terjadi dikarenakan ukuran diameter ureter pada anak lebih sempit dibanding pada orang dewasa. Sehingga batu berukuran kecil sudah dapat menyebabkan obstruksi pada saluran kemih. Lokasi batu tersebut berada di ureter kanan, karena pada pasien ditemukan hidronefrosis dan hidroureter. Jadi, dapat disimpulkan untuk diagnosis penyakit pasien pada kasus ini adalah Ureterolithiasis dengan kelainan permeabilitas glomerulus.

Você também pode gostar