Você está na página 1de 8

IDENTITAS JURNAL

 Judul : A multifaceted quality improvement strategy reduces the risk of catheter-


associated urinary tract infection.
 Penulis : Cecelia N. Theobald, Matthew J. Resnick, Thomas spain, Robert S. Dittus,
and Christianne L. Roumie.
 Tanggal terbit : 6 Juni 2017

TOPIK PENELITIAN
Topik penelitian dalam jurnal ini adalah membuat suatu program terkait
implementasi multifaceted program terhadap penurunan angka terjadinya resiko infeksi
saluran kemih dengan terpasangnya kateter.

LATAR BELAKANG

Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan pemasangan kateter (CAUTI)


merupakan penyakit infeksi 1rotocol1l yang paling umum terjadi, terhitung di Amerika dan
di Eropa terdapat satu juta kejadian dalam setahunnya. Pasien dengan CAUTI dapat
memperpanjang lama tinggal di rumah sakit (LOS), selain itu dapat pula terjadi komplikasi
penyakit lanjutan seperti 1rotocol1l1tis, urosepsis dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Pada dasarnya CAUTI merupakan penyakit infeksi 1rotocol1l yang dapat
dicegah, dengan kemungkinan terjadinya penurunan kejadian sebesar 65-70% apabila
diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan.
Faktor yang mendasari terjadinya CAUTI adalah lamanya pasien terpasang kateter
urin. Setiap harinya, pasien terpasang kateter urin memiliki resiko sebesar 3-10% untuk
terkenan CAUTI. Sejauh ini, cara yang berhasil dilakukan untuk menurunkan kejadian
CAUTI adalah dengan melakukan pelepasan kateter secara perlahan, atau dengan
menggunakan pengingat kateter harian, dan memberdayakan perawat untuk mengatur dan
melepas kateter secara mandiri tanpa adanya permintaan dari dokter. Masih terdapat
banyak 1rotoc yang mempengaruhi penurunan kejadian CAUTI, salah satunya adalah
kesadaran tenaga medis terhadap status kateter yang terpasang. Hal ini berkaitan dengan
apabila kateter tidak digunakan sebagaimana mestinya, maka dapat terjadi pemasangan
kateter yang tidak sesuai dengan indikasi pemasangan.
Sejak adanya program peningkatan multifaceted untuk menangani CAUTI dan
melibatkan perawat bedside, perawat seharusnya merasa lebih nyaman menjalankan
tindakan sesuai dengan 2rotocol pemasangan agar tercapai keberhasilan intervensi.
Namun masih terdapat keraguan perawat terhadap tanggung jawab yang diberikan
berkaitan dengan pelepasan kateter. Sehingga hubungan antara pelepasan kateter dan
resiko jatuh bertahap lebih susah untuk ditandai. Hal tersebut yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian ini yaitu untuk merancang dan mengimplementasikan program
peningkatan kualitas multidisiplin untuk mengurangi penggunaan kateter dan kejadian
CAUTI.

TUJUAN

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan umum penulisan makalah sharing journal
ini adalah untuk mengetahui implementasi multifaceted program terhadap penurunn resiko
infeksi saluran kemih terkait kateter.

METODE

 Populasi: menggunakan 99 sampel yang di bagi dalam 3 periode penelitian. periode


awal sebanyak 35 sampel, periode implementasi 29 sampel, dan periode perawatan
lanjutan sebanyak 35 sampel.

 Sampling: pada penelitian ini menggunakan 40 tempat tidur diruangan rawat inap
dengan menggunakan teknik observasi dan melhat data direkam medis. asuhan
keperawatan diberikan oleh RNS dengan di bantu oleh LPNs dan asisten perawat.
Status kateter telah didokumentasikan oleh perawat secara terstruktur dalam rekam
medis elektronik dengan baik, tetapi dokter tidak rutin untuk meninjau kembali
dokumentasi yang berhubungan dengan perawatan pasien yang terpasang kateter.
Data-data dikumpulkan dengan menggunakan review grafik, data yang dikumpulkan
termasuk demografi, pemasangan kateter pada saat masuk ruangan, pelepasan
kateter sebelum pulang dari rumah sakit, dokumentasi indikasi untuk kateterisasi, total
durasi kateterisasi (dalam hari) , dan penggantian kateter dalam waktu 48 jam.

 lokasi penelitian: intervensi penelitian dilakukan di ruangan rawat inap di VA-


Tennessee Valley Healthcare System (VA-TVHS). DI Nashville.
Proses peningkatan multifaceted program dilaksanakan periode 6 bulan transisi
intervensi terdiri dari lima komponen yang ditujukan untuk masing-masing perawat dalam
analisis KDD (key driver diagram).
1. Menggunakan pengingat disamping tempat tidur pasien, staf perawat menulis
kalimat “apakah saya perlu memasang kateter ?”. Kemudian dokter akan
mengevaluasi kembali kebutuhan kateterisasi pasien setiap hari.
2. Pendidikan multidisiplin untuk dokter, perawat, dan pasien yang bertujuan untuk
mengurangi resiko pemasangan kateter dan indikasi yang tepat untuk kateterisasi.
Hal ini dilakukan dengan mengadakan sesi edukasi singkat dengan staf perawat
dan dokter yang termasuk membina kerjasama tim dan menangani CAUTI sebagai
masalah, kampanye mengenai kateter tidak tepat pada indikasi yang seharusnya
dan resiko CAUTI adalah di wilayah kerja staf, kamar pasien, dan rumah sakit.
Kedua komponen dilaksanakan 4 minggu pertama masa transisi atau intervensi
Minggu 15-18.
3. Peneliti merancang untuk penggunaan pemasangan kateter tercatat dalam rekam
medis dan sesuai dengan indikasi yang di perlukan seperti retensi urin, obstruksi
saluran kemih, oprasi saluran kemih, dan penyakit ginjal akut dan bisa juga karena
inkontinensia urin yang disertai dekubitus.
4. Menerapkan untuk semua penggunaan kateter pada pasien maksimal dalam jangka
waktu 48 jam setelah di pasang.
5. Membuat suatu SOP atau panduan baru yang berhubungan dengan manajemen
pasien setelah pelepasan kateter, protokol ini dikembangan bersama-sama dengan
kepala perawat dan perawat bedside dengan memberdayakan perawat agar
mampu mengenali skrining tanda tanda setelah pelepasan kateter pada pasien.
Ketiga komponen intervensi dilaksanakan antara minggu ke 19 dan 42 masa
transisi atau intervensi.
Setelah dilakukan intervensi tersebut, terdapat dua ukuran hasil utama dalam penelitian
ini rasio pemanfaatan kateter ( jumlah hari terpasangnya kateter urin dibagi dengan jumlah
total hari pasien) dan kedua tingkat CAUTI ( jumlah kejadian CAUTI dibagi dengan 1000
hari kateter urin) dimana hasil tersebut menunjukkan hasil penurunan terjadinya infeksi
saluran kemih akibat pemasangan kateter.
HASIL

Pada saat studi berlangsung, rata-rata lama pasien tinggal di rumah sakit (LOS)
adalah 4,6 hari. Penyakit-penyakit yang umumnya ditemui meliputi Sindrom Koroner Akut
(AKS), Pneumonia, Atrial Fibrilation, Eksaserbasi COPD dan Gagal Jantung Kongestif
(CHF). Sampel yang digunakan dalam studi ini sebanyak 99 sampel, dengan melihat
rekam medis dari pasien. Periode yang digunakan sebagai pembanding dalam studi ini
dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode awal, periode intervensi dan periode perawatan
lanjutan seperti pada tabel 1.
Selama dilakukan studi penelitian ini, terdapat 20-31% kasus pemasangan kateter
indwelling, dengan 63-74% kateter dilepas sebelum pasien keluar dari rumah sakit. Dari
tiga periode yang diteliti, diketahui bahwa indikasi yang umum untuk pemasangan kateter
adalah karena retensi urin. Pendokumentasian untuk semua indikasi pemasangan kateter
meningkat dari periode awal sebesar 80% menjadi 89% pada periode perawatan lanjutan.
Durasi median dari pemasangan kateter sekitar 3-4 hari tanpa adanya perbedaan yang
signifikan untuk semua periode.
Pada gambar 2 dijelaskan mengenai rasio penggunaan kateter selama 111 minggu
(selama waktu dilakukan studi penelitian). Pada grafik P dapat diketahui bahwa rasio
pemakaian kateter urin sebesar 12% pada periode awal, yang kemudian turun menjadi
11.7% pada periode intervensi dan pada periode perawatan lanjutan turun menjadi 7,8%.
Penurunan yang terjadi mulai periode awal sampai periode perawatan lanjutan sebesar
0,65. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan pemasangan kateter setelah dilakukan
intervensi penuh pada pasien, yaitu sebesar 33-35%. Penurunan tindakan pemasangan
kateter urin juga berdampak pada menurunnya kasus infeksi saluran kemih berhubungan
dengan pemasangan kateter (CAUTI). Seperti yang dijelaskan pada gambar 3, terjadi
penurunan kejadian CAUTI yang awalnya sebesar 3,53 per 1000 menjadi 0,7 per 1000 hari
terpasang kateter. Pada gambar 3 juga dijelaskan bahwa mulai periode awal sampai
dengan perawatan lanjutan, rata-rata jumlah hari antara kejadian CAUTI adalah 101 hari.
Namun sejak adanya implementasi penuh hanya ada satu kejadian CAUTI pada bangsal
dilakukannya studi, dengan interval hari 412 hari antara infeksi terjadi.
Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa dengan dilakukannya intervensi multifaceted dapat
menurunkan kejadian penggunaan kateter urin sebesar 33-35% yang juga berdampak
secara signifikan pada kejadian infeksi saluran kemih. Studi ini juga melakukan kombinasi
intervensi dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai penurunan
CAUTI, namun tidak didapatkan perbedaan penurunan yang signifikan sampai perawatan
lanjutan selesai dilakukan. Dari periode awal sampai perawatan lanjutan pada studi yang
dilakukan di bangsal ini dapat mencapai tingkatan rendah dalam penggunaan kateter,
program yang dijalankan dalam penelitian ini secara tidak langsung juga dapat
menurunkan tingkat kejadian CAUTI.
Namun demikian, studi yang dilakukan juga memiliki keterbatasan. Hal ini berkaitan
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasional yang
menyebabkan sulitnya untuk meyakinkan bahwa penurunan yang terdeteksi dalam
penelitian ini bukan merupakan usaha dari kegiatan-kegiatan yang sebelumnya telah
dilakukan. Peneliti juga menggunakan periode tertentu untuk penelitian ini sehingga
membatasi kemampuan untuk mengevaluasi keefektifan dari setiap komponen.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peneliti berhasil menurunkan kejadian penggunaan
kateter urin dengan menggunakan intervensi multi komponen yang tidak menyebabkan
peningkatan kejadian jatuh atau penggantian kateter. Hal tersebut menggambarkan
seberapa pentingnya hambatan yang berasal dari diri perawat sendiri seperti
pengembangan inisiatif-inisiatif untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA SETTING PELAYANAN DI INDONESIA

Metode dalam jurnal ini bisa diterapkan di Indonesia karena bersifat sederhana dan
menyeluruh. Dikatakan sederhana disebabkan dalam metode ini hanya berfokus dalam 5
komponen dasar yang berkaitan dengan manajemen rumah sakit dalam memberlakukan
sebuah aturan untuk meningkatkan kualitas pelayannannya dengan memperhatikan
kebutuhan pasien akan harus/tidaknya terpasang kateter dengan melihat resiko terjadinya
ISK, kinerja perawat yang dituntut untuk bisa melakukan tindakan keperawatan mandiri dan
pengambilan keputusan ketika sudah terdokumentasi pencatatan perkembangan pasien
dengan lengkap dan tepat serta pendidikan multidisplin yang melibatkan dokter dalam
menentukan penatalaksanaan klinis (pemasangan kateter) yang sebelumnya tidak secara
rutin meninjau dokumentasi dan seringkali tidak mengetahui status kateter. Dikatakan
menyeluruh karena dalam pelaksanaan komponen kegiatannya dibutuhkan kolaborasi
antara perawat, dokter, pasien dan institusi.

Você também pode gostar