Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
No. CM : 055731
1. ANAMNESIS
Diperoleh dari pasien dan keluarganya(autoanamnesa dan allowanamnesa).
Setelah jatuh, pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual, kejang dan
penglihatan kabur. Anggota gerak kanan terasa berat untuk digerakkan. Bicara pelo
tidak jelas dan mulut sedikit perot. Tidak disertai dengan keluhan kejang, pilek,
batuk, demam, gangguan pendengaran, kesemutan, pandangan ganda dan riwayat
kepala terbentur sebelum kejadian. Pada saat masuk rumah sakit penderita
mengalami kelemahan anggota gerak kanan. Bicara pelo tidak jelas. Terdapat 1x
muntah proyektil.
Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala sebelumnya dan
tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Disangkal adanya riwayat
darah tinggi sebelumnya. Disangkal adanya riwayat tumor. Tidak ada gangguan
BAK dan BAB.
1. DISKUSI 1
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota
gerak kanan, yang sifatnya mendadak setelah sadarkan diri disertai bicara pelo dan
tidak jelas, penurunan kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak
didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan
motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat
dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran umum
pada tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri
kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga
tidak terdapat pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus
yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi
vaskuler karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah
pada diagnosis stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga
didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat
gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak,
berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien berumur 65 tahun dan berjenis kelamin laki – laki yang termasuk kejadian
terbanyak menurut beberapa penelitian. Penelitian Denise Nasissi, 2010
menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% laki-laki dengan
rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun). Umur merupakan faktor
risiko yang paling kuat untuk stroke. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk
setiap 10 tahun di atas 55 tahun. (Sotirios, 2000).
Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :
Stroke hemoragik / perdarahan yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan
kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area
tersebut.
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Stroke nonhemoragik / iskemik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area
yang mendapat suplai terganggu.
Stroke Trombotik
Stroke Embolik
Hipoperfusion Sistemik
Penentuan terapi stroke saat ini berdasarkan jenis patologi stroke iskemik atau
perdarahan. Diagnosis baku emas (gold standard) dengan menggunakan CT Scan
atau MRI yang jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia.
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke iskemik atau stroke hemorhagik. Yang cukup banyak
dipakai adalah Siriraj Score yang pertama kali dikembangkan di Thailand. Kolapo,
dkk di Nigeria membandingkan skor siriraj dgn CT-Scan. Sensitivitas (Sn) dan
spesifisitas (Sp) berkisar antara 71-82%.
No Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor
(0) Tidak
(1) Ya
2 Muntah X2 2+
(0) Tidak
(1) Ya
3 Nyeri kepala X2 0+
Ateroma
a. D M
b. Angina pektoris
(0) Tidak
c. Klaudikasio termiten (1) Ya
5 X (-3) 0–
6 Konstante – 12 – 12
Suatu tes diagnostik pengganti, Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) dapat
digunakan sebagai diagnosis pengganti dalam menetukan jenis patologi stroke
dengan parameter penurunan kesadaran, nyeri kepala dan refleks babinski (Dahlan
1999 ; Lamsudin, 1999).
Pada pasien ini didapatkan penurunan kesadaran, disangkal adanya nyeri kepala
dan pada pemeriksaan didapatkan refleks babinski positif, sehingga menurut ASGM,
didapatkan adanya penurunan kesadaran dan refleks babinski positif pada penderita
ini, diagnosis dicurigai sebagai stroke perdarahan.
Stroke Perdarahan
Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk
didalamnya perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid akibat pecahnya
aneurisma, malformasi arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati
amiloid (Toole, 1990 ; Lindsay, 1997).
Berdasarkan letak perdarahan, stroke hemoragik bisa dibagi menjadi 2 jenis, yakni :
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunaaan kokain atau
amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi
sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut
amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)
melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan (Sotirios AT, 2000).
Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap
sebagai stroke. Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara
spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal,
seperti kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari
pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian Aneurisma
biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran
(bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan
subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital (Sotirios AT, 2000).
1. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, kelemahan
anggota gerak kanan, bicara pelo, dan mulut perot
1. PEMERIKSAAN FISIK
VI.1 Status Generalis (Dilakukan tanggal 5 Maret 2014)
Keadaan umum : lema, gizi baik, tampak sakit sedang
Nadi = 64 x/mnt
Pernafasan = 20 x/mnt
Temperatur = 36,2 o C
SPO₂ = 98%
Kepala : mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, dalam batas normal
Jantung : konfigurasi dalam batas normal, SI-II tunggal, dalam batas normal
Abdomen : supel, tympani, massa (-), bising usus normal Hepar dan Lien tidak
teraba pembesaran
Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), kelemahan anggota gerak kanan
Orientasi : sdn
Kecerdasan : sdn
Daya penglihatan + +
Penglihatan warna + +
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Menggigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka + +
Reflek kornea + +
N.VI Diplopia –
Mengerutkan alis + +
Menggembungkan pipi +
Reflek muntah +
Sengau + +
N.IX Tersedak + +
N.X Menelan +
Artikulasi disartria
Sensibilitas : dbn
PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1 Laboratorium
Hipertensi yang lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang
memperlemahh dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan rupture
intima dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan
mikrohematoma dan edema. Hipertesnsi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-
aneurisma kecil (diameter 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah,
aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard (Toole JF,1990).
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai koenzim
dalam proses pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna dalam
pembentukan DNA, serta pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan pada
neuron susunan saraf melalui aksinya terhadap reseptor NMDA dengan perantaraan
S-adenosilmethione (SAM) dalam mencegah apoptosis akibat glutamate-induced
neurotoxicity. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan peranan metilkobalamin
pada terapi stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson, termasuk juga dapat
dipakai untuk melindungi otak dari kerusakan pada kondisi hipoglikemia dan status
epileptikus (Meliala & Barus, 2008).
Furosemid adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik.
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan
epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan
klorida. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali
natrium oleh sel tubuli ginjal.
Ceftriakson adalah derivat thiazolyl ditemukan pada tahun 1983 dari generasi ketiga
sepalosporin dengan sifat anti-laktamase dan anti kuman gram negatif kuat.
Mekanisme kerja à Dinding sel bakteri merupakan lapisan luar yang kaku, yang
menutupi keseluruhan membran sitoplasma. Dinding sel terdiri dari peptidoglycan.
Seftriakson menghambat sintesis peptidoglycan yang diperlukan kuman sehingga
sel mengalami lisis dan sel bakteri akan mati.
PROGNOSIS
Death : dubia ad bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad malam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction : dubia ad malam
Distitution : dubia ad malam
FOLLOW UP (20 Februari – 28 Februari 2014)
Subjective
20-02- 21-02- 22-02- 23- 24-02- 25-02- 26- 27- 28-02-
SOAP 14 14 14 02-14 14 14 02-14 02-14 14
Hemiparese
Dextra +++ +++ +++ ++ ++ + + – –
Muntah + – – – – – – – –
Objective
20-02- 21-02- 22-02- 23-02- 24-02- 25-02- 26-02- 27-02- 28-02-
SOAP 14 14 14 14 14 14 14 14 14
GCS E3 Vx M6 E4 Vx M6
RC ,
RK +/+
TTV
162 /
TD 92 135/96 152/91 143/89 142/87 140/90 130/90 140/90 130/80
36,2
S °C 35,6 °C 36,2°C 35,6 °C 35,2 °C 35,5 °C 35,5 °C 36,5 °C 36,5 °C
Kekuatan
otot
(ekstremitas)
Gerak
(ekstremitas)
Reflek
Fisiologis
Reflek
Patologis
SH dd
Assesment SNH Stroke Hemoragik
PLANNING
Infus RL 20 tpm
Inj. Piracetam 3x 3 gr
Inj. Ceftriakson 2 x 1 gr
DAFTAR PUSTAKA
1. Davenport , R., Dennis, M., 2000, Acute Stroke In Neurological Emergencies, 3rd Ed,
BMJ Publishing Group, London
2. Lynch, J.K., 2004, Cerebrovskuler disorders in children, Current Neurology and
Neurosciece Reports,4:129-138
3. Berman, P.H., 1999, The hemiplegic child, International Pediatrics, 4:9-14.
4. Adam, R.D., Victor, M., Ropper, A.H., 1997, Principles of Neurology, 6 th ,
5. International ed., Mc Graw Hill Inc, Singapore
6. Gilroy, 2000., Basic Neurology ,3th Ed. McGraw-Hill Inc, New York.
7. Ogilvy, C.S., et.al, 2001, Recommendations for the management of intracranial
arteriovenous malformations, Circulation;103:2944-57
8. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
9. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York.
Thieme Stuttgart. 2000.
10. Bronner LL., Kanter DS, Manson JE, 2000: Primary Prevention of Stroke : Medical
Progress, The New England Journal of Medicine.
11. Hinton Stroke, in Samuel MA Manual of Neurologic Therapeutics. Fifth Edition.
Litle Brown and Company Ney York 1995 ; 207 –24. 12.
12. Meliala & Barus, 2008. Metilkobalamin dan penyakit-penyakit neurologis
13. Toole JF: cerebrovascular disorder, 4 th ed, Raven Press, New York, 1990,365-376
14. Feldmann E : Intracerebral hemorrhage, Stroke;22:5: 684-91
15. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006. Diunduh
dari:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak
021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html[Tanggal: 28 Februari
2014]