Você está na página 1de 8

ARTIKEL

PENGEMBANGANINDIKATOR
DAN PENILAIAN KEGIATAN WARUNG OBAT DESA
Sudibyo Supardi,* Raharni,* Yuyun Yuniar*

Abstract
Pos Kesehatan Desa (poskesdes) is a form of village community effort to make primary health care
closer. Poskesdes is expected to become a development center and a coordinate various community
effort, such as pos pelayanan terpadu (posyandu) and waning obat desa (WOD). The objective of this
study is to develop indicator and assess to the activity of existing WOD, as well as supporting factors
and resisting factors of the WOD activity. Research design is a qualitative study at community which
related to WOD condition in 7 districts, namely: Banjar, South Denpasar, Karanganyar, South Konawe,
West Lombok, Subang, and Temanggung. Data were collected by indepth interview, focussed group
discussion and observation at the activity of WOD. Informansfor indepth interview are head of District
Health Office, head of community health center, midwife at poskesdes and WOD cadre. Informans for
the focussed group discussion are elite figure at community; i.e official village, orchard head, religion
figure, official member of PKK, teacher, health cadre, and drug seller. Data were analyzed by
triangulation based on source of data and way of data collection. Result of the study shows that: I)
Indicator activity of WOD: (a) input indicators: the location is in village where is no health service,
there is health cadre, available medicine as required by community, daily service time, there is support
from head village and there is councel by head of community health center, (b) process indicators;
functioning WOD for the community, and functioning WOD for Poskesdes, and (c) output indicators:
there is record of community who had medicine and record of community who had medicine
consultation. 2) There is two kind of WOD (a) the old WOD to support self medication in community
and (b) the new WOD to support self medication and source of medicine at midwife service. Both of
them are not qualified based on indicator that has just been developed. 3) Supporting factors of WOD
are (a) available health cadre at village, (b) the location is near or a health cadre home. 4) Resisting
factors of WOD are (a) there is drug seller or health professional service in the location, (b) limited an
available medicine as required by community because of fund (c) not open daily because less buyer, (d)
less socialization from head villageization, (e) less instruction from head of community health center
because of awareness that probability of medication misuse, (f) the price of medicine is higher than
drug seller, and (g) low formal education of cadre so that they are lack the community trust.

Keyword: Poskesdes (village health unit), WOD (village medicine service), indicator

Pendahuluan "pada akhir tahun 2008 seluruh desa telah


menjadi desa si ago".1
V isi Departemen Kesehatan (Depkes)
dalam rangka mencapai visi Indonesia
sehat 2010 adalah "masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat". Sedangkan misi
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
Depkes adalah "Membuat masyarakat sehat", masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat
yang akan dicapai antara lain melalui strategi daruratan kesehatan secara mandiri. Pengertian
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat Desa di sini dapat berarti kelurahan atau nagari
untuk hidup sehat, serta meningkatkan akses atau istilah-istilah lain bagi satuan administrasi
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang pemerintahan setingkat desa. Kriteria desa siaga
berkualitas. Berkaitan dengan strategi tersebut, adalah desa yang telah memiliki sekurang-
sasaran terpenting yang ingin dicapai adalah kurangnya sebuah pos kesehatan desa.2

* Puslitbang Sistem Kebijakan Kesehatan, Bar in Litbangkes Depkes RI

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008 157


Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah dalam memperluas akses pelayanan kesehatan
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat serta memajukan ekonomi rakyat perdesaan.
(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka Sedangkan tujuan khusus WOD adalah: (a)
raendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan memperluas keterjangkauan obat bagi masyarakat
dasar bagi masyarakat. Sumberdaya poskesdes perdesaan, (b) menyediakan obat untuk peng-
meliputi tenaga, bangunan, sarana dan pem- obatan sendiri yang akan memudahkan anggota
biayaan. Tenaga poskesdes minimal seorang bidan masyarakat yang sakit untuk mendapat per-
dan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang tolongan pertama secepatnya, (c) meningkatkan
kader. Bangunan poskesdes dapat berasal dari kesadaran masyarakat dalam pengobatan sendiri
pondok bersalin desa (polindes), balai desa, balai yang benar, dan (d) meningkatkan kesadaran
RW/dusun, balai pertemuan atau bangunan lain masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
yang sudah ada, dan dapat juga bangunan baru. kesehatan di puskesmas. Sasarannya adalah
Sarana poskesdes meliputi sarana medis, sarana kelompok masyarakat yang masih rendah keter-
non medis dan obat dalam upaya pelayanan jangkauannya dalam hal obat dan pengobatan.4
kesehatan dasar yang meliputi upaya promotif, WOD diselenggarakan oleh kader kesehat-
preventif dan kuratif. Pembiayaan poskesdes an yang telah dilatih atau tenaga kesehatan. Kader
sebaiknya merupakan swadaya masyarakat desa WOD minimal berpendidikan tamat SD/sederajat
setempat.3 yang ditenrukan oleh kepala desa. Penyelenggara-
Pembentukan Poskesdes didahulukan pada an WOD mencakup pelayanan penggunaan obat
desa yang tidak memiliki rumah sakit, puskesmas, dan pengelolaan obat. Pembinaan Pelayanan
puskesmas pembantu (Pustu), dan bukan ibu kota penggunaan obat mengacu pada pedoman peng-
kecamatan atau ibu kota kabupaten. Poskesdes obatan WOD, di bawah pengawasan dokter
diharapkan sebagai pusat pengembangan dan puskesmas. Pembinaan pengelolaan obat mengacu
koordinator berbagai UKBM yang diburuhkan pada pedoman pengelolaan obat WOD di bawah
masyarakat desa, misalnya pos pelayanan terpadu pengawasan apoteker/asisten apoteker puskesmas.
(posyandu) dan waning obat desa (WOD).3 Pembinaan penyelenggaraan WOD dilakukan oleh
Pembentukan Posyandu yang bersifat kepala desa dan pembinaan teknis dilakukan oleh
promotif dan preventif dimulai pada tahun 1986. puskesmas melalui bidan di poskesdes. WOD
Kemudian timbul kebutuhan masyarakat untuk dapat menarik keuntungan dari pelayanan obat
mengenal dan menanggulangi penyakit ringan sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat.4
yang mereka derita. Untuk memenuhi kebutuhan Gambaran kegiatan pelayanan kesehatan
tersebut, maka presiden RI pada tahun 1992 pada masyarakat berdasarkan SK Menkes no.
mencanangkan pembentukan Pos obat desa (POD) 983/Menkes/SK/VHI/2004 tentang Pedoman
yang merupakan wahana edukasi dalam alih Penyelenggaraan WOD dapat dilihat pada gambar
pengetahuan dan ketrampilan tentang obat dan I.4
pengobatan sederhana dari petugas kepada kader Pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dan dari kader kepada masyarakat, guna dilakukan oleh puskesmas. Pelayanan kesehatan
memberikan kemudahan dalam memperoleh obat yang merupakan swadaya masyarakat adalah
yang bermutu dan terjangkau. Kegiatannya adalah poskesdes dan WOD. Bidan di poskesdes melaku-
penjualan dan penyuluhan obat kepada kan pelayanan persalinan dan pengobatan
masyarakat yang membutuhkan. Dengan penyakit ringan, sedangkan kader WOD melaku-
berjalannya waktu, maka POD yang dibentuk kan pelayanan obat dalam upaya pengobatan
banyak yang tidak berfungsi. Kemudian untuk sendiri oleh masyarakat.
mendekatkan pelayanan obat kepada masyarakat Masalah penelitian adalah program WOD
dan meningkatkan pendapatan masyarakat, maka yang dicanangkan pada tahun 2004 belum secara
POD dikembangkan menjadi WOD yang di- tegas menyebutkan indikator yang dapat diguna-
canangkan kembali oleh presiden RI pada tahun kan untuk penilaian kegiatan WOD. Tujuan
2004." Penelitian adalah mengetnbangkan indikator
Waning obat desa (WOD) adalah tempat di WOD, menilai kegiatan WOD yang ada
mana masyarakat perdesaan dapat dengan mudah berdasarkan indikator, serta mengetahui faktor
memperoleh obat bermutu dan terjangkau untuk pendukung dan penghambat kegiatan WOD.
pengobatan sendiri. Tujuan umum kegiatea WOD Manfaat penelitian adalah memberikan informasi
adalah meningkatkan peran serta masyarakat

158 Media Litbang Kesehatan Volume Xl'III Nomor 3 Tahun 2008


Dinas Kesehatan Kabupaten

Puskesmas

Masyarakat
Pos Kesehatan Desa

Waning Obat Desa

-> Unsur pembinaan


•>• Unsur pelayanan kesehatan masyarakat

Gambar 1. Pedoman Penyelenggaraan WOD

label 1. Indikator Kegiatan WOD

Indikator Masukan Indikator Proses Indikator Luaran


Lokasi WOD di desa yang tidak WOD berfungsi sebagai 1. Ada catatan jumlah
ada sarana yankes sarana pelayanan obat penduduk yang
Ada kader terlatih atau tenaga untuk pengobatan sendiri mendapat obat
kesehatan WOD berfungsi sebagai 2. Ada catatan jumlah
Tersedia jenis obat yang UKBM poskesdes penduduk yang
dibutuhkan masyarakat mendapat penyuluh an/
4. Waktu pelayanan obat setiap hari konseling obat
5. Ada dukungan dari kepala desa
6, Ada pembinaan oleh puskesmas

tambahan kepada Dinas kesehatan kabupaten/ 2006. Data yang dikumpulkan adalah bentuk dan
kota, Dinas kesehatan provinsi dan Depkes RI kegiatan WOD, serta faktor pendukung/faktor
untuk perumusan kebijakan WOD yang terkait penghambatnya. Pengumpulan data dilakukan
dengan poskesdes dan desa siaga. oleh peneliti melalui cara wawancara mendalam
(WD) terhadap informan, diskusi kelompok
Metode Penelitian terarah (DKT) dengan tokoh masyarakat dan
Rancangan per.elitian yang dipilih adalah observasi 2 WOD di tiap kabupatea Informan
studi kualitatif pada masyarakat di 7 Kabupaten WD adalah individu yang diharapkan memiliki
yang ditentukan berdasarkan adanya kegiatan banyak informasi tentang WOD di kabupatennya,
WOD. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Banjar mewakili Dinas Kesehatan Kabupaten dan
(Provinsi Kalimantan Selatan), Kabupaten Puskesmas, serta Bidan Poskesdes dan Kader
Denpasar Selatan (Provinsi Bali), Kabupaten WOD. Informan DKT adalah tokoh masyarakat
Karanganyar (Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten yang mewakili perangkat desa, kepala dusun,
Konawe Selatan (Provinsi Sulawesi Tenggara), tokoh agama, pengurus PKK, guru, kader
Kabupaten Lombok Barat (Provinsi Nusa posyandu dan penjual obat yang jumlahnya
Tenggara Barat), Kabupaten Subang (Provinsi adalah 10 orang per WOD. Analisis data
Jawa Barat), dan Kabupaten Temanggung dilakukan dengan metode triangulasi sumber data
(Provinsi Jawa Tengah). Penelitian dilakukan dan cara pengumpulan data untuk mencegah bias
antara bulan Agustus sampai dengan Destmber dalam penarikan kesimpulan.

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008 159


Basil 3. WOD di Kabupaten Karanganyar (Provinsi
A. Pengembangan Indikator WOD Jawa Tengah) berlokasi di rumah kader
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan posyandu, lokasi jauh dari pelayanan
Republik Indonesia nomor 983/Menkes/SK/ kesehatan, dikelola oleh 5 kader posyandu,
VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan menyediakan obat terbatas, kurang
Warung Obat Desa, maka dikembangkan dukungan dari kepala desa, ada dukungan
indikator untuk penilaian kegiatan WOD dapat dari puskesmas, melayani masyarakat miskin
dilihat pada tabel I.4 setiap hari, dan ada buku catatan
penggunaan obat.
B, Kegiatan WOD berdasarkan indikator 4. WOD di Kabupaten Konawe Selatan
1. WOD di Kabupaten Banjar (Provinsi (Provinsi Sulawesi Tenggara) dibentuk tahun
Kalimantan Selatan) berlokasi di rumah 2007 berlokasi di poskesdes, dipimpin oleh
kader posyandu yang jauh dari pelayanan bidan poskesedes dan dibantu kader obat,
kesehatan, menyediakan obat terbatas, menyediakan obat untuk kegiatan poskesdes
mendapat dukungan dari kepala desa, kurang dan pengobatan sendiri, ada dukungan dari
pembinaan dari puskesmas, melayani kepala desa dan kepala puskesmas, melayani
masyarakat setiap hari. masyarakat setiap waktu dan ada catatan
2. WOD di Kabupaten Denpasar Selatan penggunaan obat dan kartu status pasien.
(Provinsi Bali) berlokasi di posyandu lokasi 5. WOD di Kabupaten Lombok Barat (Provinsi
jauh dari poskesdes, dipimpin oleh bidan Nusa Tenggara Barat) berlokasi di rumah
poskesedes yang dibantu oleh 5 kader kader, milik kader, menyediakan obat
posyandu, menyediakan obat terbatas, terbatas, kurang dukungan dari kepala desa,
kurang dukungan dari desa dan puskesmas, kurang pembinaan dari puskesmas, berfungsi
melayani masyarakat sebulan sekali sebagai penjual obat yang melayani
bersamaan dengan kegiatan posyandu. masyarakat setiap hari.

Tabel 2. Penilaian Kegiatan WOD Berdasarkan Indikator, 2006

INDIKATOR WOD KABUPATEN

1 . Lokasi di desa yang tidak ada sarana yankes


2. Adanya kader terlatih atau tenaga kesehatan
3. Tersedianya obat yang di butuhkan masyarakat
4. Waktu pelayanan obat setiap hari
Ada dukungan kepala desa
5. Ada pembinaa oleh puskesmas
6. Berfungsinya WOD sbg. sarana pelayanan obat
untuk pengobatan sendiri
7. Berfungsinya WOD sebagai UKBM poskesdes
8 . Ada catatan jumlah pendu-duk yang mendapat
obat
9. Ada catatan penduduk yg mendapat penyuluhan
obat
Keterangan nomor :
1. Kabupaten Banjar (Provinsi Kalimantan Selatan)
2. Kabupaten Denpasar Selatan (Provinsi Bali).
3. Kabupaten Karanganyar (Provinsi jawa Tengah)
4. Kabupaten Konawe Selatan (Provinsi Sulawesi Tenggara)
5. Kabupaten Lombok Barat (Provinsi Nusa Tenggara Barat)
6. Kabupaten Subang (Provinsi Jawa Barat)
7. Kabupaten Temanggung (Provinsi Jawa Tengah)

160 Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008


6. WOD di Kabupaten Subang (Provinsi Jawa 6. Pembinaan oleh Puskesmas umumnya dalam
Barat) berlokasi di rumah kader posyandu pelatihan kader, ada juga yang membantu
berfungsi sebagai toko obat, dimiliki oleh pembelian obat. Pembinaan pada WOD yang
kader posyandu, menyediakan obat lengkap, merangka sebagai sarana pelayanan obat
kurang dukungan dari kepala desa, kurang poskesdes lebih baik karena bidan umumnya
dukungan dari puskesmas, melayani pegawai puskesmas.
masyarakat setiap hari, dan tidak ada buku 7. WOD berfungsi sebagai pelayanan obat untuk
catatan penggunaan obat. pengobatan sendiri, ada juga hanya melayani
7. WOD di Kabupaten Temanggung (Provinsi pengobatan sendiri untuk masyarakat miskin
Jawa Tengah) dibentuk tahun 2007 berlokasi karena obatnya bersubsidi. WOD yang
di poskesdes, dipimpin oleh bidan merangkap sarana pelayanan obat poskesdes,
poskesedes. menyediakan obat untuk konsumen dapat berkonsultasi tentang obat
kegiatan poskesdes, ada dukungan dari dengan bidan atau menjadi pasien bidan.
kepala desa dan kepala puskesmas, melayani 8. WOD umumnya belum berfungsi WOD
masyarakat setiap waktu dan ada kartu status sebagai UKBM, kecuali WOD yang
pasien. merangkap sebagai sarana pelayanan obat
poskesdes.
Hasil observasi dan wawancara mendalam 9. Catalan jumlah penduduk yang mendapat obat
di atas dirangkum dalam tabel 2. umumnya baik pada WOD yang dikelola oleh
kader atau bidan poskesdes.
Kegiatan WOD yang ada berdasarkan 10. Catalan jumlah penduduk yang mendapat
indikator pada tabel 2 sebagai berikut: penyuluhan/konseling obat umumnya tidak
1. Lokasi WOD umumnya di desa yang tidak ada, meskipun banyak konsumen melakukan
ada sarana pelayanan kesehatan, yaitu di konseling sebelum mendapat obat di WOD.
rumah kader atau di posyandu. WOD di
Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Kegiatan WOD yang ada secara global ada
Temanggung merangkap sebagai sarana 2 bentuk, yaitu WOD mandiri yang berasal dari
pelayanan obat poskesdes sebagai tempat POD masa lalu, di mana kader mengelola dan
praktek bidan. Penjual obat umumnya ada menjual obat dalam upaya pengobatan sendiri,
hampir di setiap dusun/RW sebagai pesaing dan WOD yang merangkap sebagai sarana
utama, setelah praktek tenaga kesehatan pelayanan obat pada praktek bidan di poskesdes
(dokter, perawat, bidan) yang ada hampir di yang ada di Kabupaten Konawe Selatan dan
setiap di desa. Kabupaten Temanggung. Penilaian kedua bentuk
2. Kader umumnya sudah dilatih oleh kegiatan tersebut berdasarkan indikator WOD
puskesmas, meski ada yang belum. Kader yang dikembangkan pada tabel 3.
WOD yang merangkap sebagai sarana Tabel 3. menunjukkan kelebihan WOD
pelayanan obat poskesdes dilakukan oleh mandiri adalah lokasi di desa yang tidak ada
bidan poskesdes. sarana pelayanan kesehatan, ada kader terlatih,
3. Ketersediaan jenis obat umumnya kurang waktu pelayanan obat setiap hari bila lokasi di
karena keterbatasan modal, kecuali WOD rumah kader, dan fungsi utama sebagai sarana
yang merangkap sebagai sarana pelayanan pelayanan obat untuk pengobatan sendiri.
obat poskesdes lengkap. Sedangkan kelebihan WOD sebagai bagian dari
4. Waktu pelayanan obat setiap hari bila lokasi poskesdes adalah lokasi di sarana pelayanan
WOD dekat atau di rumah kader, tetapi ada kesehatan, ada kader terlatih dan atau bidan,
yang setiap bulan bersamaan dengan kegiatan tersedia jenis obat sesuai penyakit umum yang ada
posyandu karena kurang pembeli. WOD yang di masyarakat, ada dukungan dari kepala desa, ada
merangkap sebagai sarana pelayanan obat pembinaan oleh puskesmas, berfungsi sebagai
poskesdes buka setiap hari setelah puskesmas UKBM poskesdes, dan ada pencatatan jumlah
tutup. penduduk yang mendapat obat.
5. Dukungan dari kepala desa umumnya sebatas
penyediaan kader, belum sampai pada C. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan
sosialisasi keberadaan WOD kepada WOD yangdapat dilihat pada tabel 4.
masyarakat.

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008 161


Tabel 3. Bentuk Kegiatan WOD Berdasarkan Indikator, 2006
Bentuk Kegiatan WOD
Indikator Kegiatan WOD
WOD Mandiri WODBagianDari
POSKESDES
1. Lokasi WOD di desa yang tidak ada Di desa yang tidak ada sarana yankes Di poskesdes
sarana yankes
2. Ada kader terlatih atau tenaga kes Kader terlatih Bidan dan kader terlatih
3. Tersedia obat yang dibutuhkan Ketersediaan obat yang sesuai Tersedia obat sesuai dengan jenis
masyarakat kebutuhan masyarakat terbatas karena penyakit umum pasien
kurang modal
4. Waktu pelayanan obat setiap hari Waktu pelayanan tiap sore, setelah
Waktu pelayanan setiap saat apabila
WOD di rumah kader puskesmas tutup
5. Ada dukungan dari kepala desa Kurang dukungan sosialisasi Dukungan kepala desa adalah
bangunan poskesdes
6. Ada pembinaan oleh puskesmas Pembinaan oleh puskesmas kalau ada Bidan umumnya pegawai
program puskesmas
7. WOD berfungsi sbg. sarana Sarana pelayanan obat untuk Sarana pengobatan sendiri dan
pelayanan obat pengobatan sendiri sarana pelayanan obat pada bidan
di poskesdes
8. WOD berfungsi sebagai UKBM Belum berfungsi WOD merupakan bagian dari
poskesdes poskesdes
9. Ada Catalan jumlah penduduk yang Tidak ada catatan Ada catatan pada kartu status
mendapat pelayanan obat pasien
10. Ada catatan jumlah penduduk yang Tidak ada catatan penduduk yang Ada catatan konsultasi pada saat
mendapat penyuluhan obat melakukan konsultasi pada saat pembelian obat/sebagai pasien
pembeb'an obat poskesdes

Tabel 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan WOP Berdasarkan Indikator, 2006
Indikator WOD Faktor Pendukung Faktor Penghambat
1. Lokasi WOD di desa yang tidak Penjual obat ada di setiap
ada sarana pelayanan kesehatan dusun/RW
Perawat dan bidan praktek hampir
ada di tiap desa
2. Adanya kader terlatih atau tenaga Masih ada penduduk yang mau
kesehatan menjadi kader, meski tanpa imbalan
3. Tersedianya jenis obat yang WOD merupakan bagian pelayanan Jumlah & jenis obat terbatas
dibutuhkan masyarakat obat pada praktek bidan di poskesdes karena kurang modal
4. Waktu pelayanan obat setiap hari Lokasi WOD dekat/ di rumah kader. WOD kurang pembeh/tidak
WOD merangkap sarana pelayanan menguntungkan kader sehingga
obat poskesdes malas menunggu konsumen
5. Ada dukungan dari kepala desa Sosialisasi WOD kepada
masyarakat masih kurang.
WOD milik perorangan, sehingga
kurang dukungan
6. Ada pembinaan oleh puskesmas WOD merangkap sarana pelayanan Kekhawatiran terjadi kesalahan
obat pada praktek bidan di poskesdes obat apabila orang awam
menyediakan obat bebas, bebas
terbatas, bahkan obat keras.
7. WOD berfungsi sebagai pelayanan Sumber obat dari apotek, sehingga
obat untuk pengobatan sendiri harga jual obat lebih mahal dari
penjual obat sekitarnya
8. WOD berfungsi sebagai UKBM WOD merangkap sarana pelayanan
poskesdes obat poskesdes
9. Ada catatan jumlah penduduk yang WOD merangkap sarana pelayanan
mendapat obat obat poskesdes, pembeli obat tercatat
pada kartu status pasien
10 Ada catatan jumlah penduduk yang Pendidikan formal kader
mendapat penyuluhan obat umumnya rendah, sehingga
informasinya kurang dipercaya

162 Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Namor 3 Tahun 2008


Pembahasan obat yang sudah ada sebagai dilatih sebagai kader
Kegiatan WOD yang ada di masyarakat ada WOD dalam upaya pembentukan WOD baru di
2 bentuk yaitu WOD mandiri yang berasal dari setiap poskesdes dapat dilihat pada tabel 5.
bentuk POD masa lalu dan WOD bagian dari Apabila melatih penjual obat terpilih
Poskesdes yang dibentuk kemudian berdasarkan menjadi kader WOD, maka yang dibutuhkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia adalah biaya pelatihan kader, dukungan dari
nomor 983/Menkes/SK/VIII/2004 tentang kepala desa dan pembinaan oleh bidan poskesdes.
Pedoman Penyelenggaraan waning obat desa. Pelatihan penjual obat terpilih sebagai kader
Tampaknya WOD yang merupakan bagian WOD kelihatannya lebih ekonomis dan memiliki
pelayanan obat poskesdes lebih banyak prospek untuk kelangsungan hidupnya daripada
kelebihannya daripada WOD mandiri, sehingga pembentukan WOD mandiri baru.
pembentukan WOD baru sebagai UKBM desa
pada desa siaga disarankan mengambil bentuk Kesimpulan dan Saran
WOD merupakan sarana pelayanan obat pada Kesimpulan penelitian sebagai berikut:
praktek bidan di poskesdes. 1. Indikator kegiatan WOD mencakup (a)
^abila alternatif yang dipilih adalah indikator masukan yaitu lokasi di desa yang
pembentukan WOD mandiri untuk melengkapi tak ada sarana pelayanan kesehatan, ada kader
desa siaga, maka dapat dilakukan dengan atau tenaga kesehatan, tersedia obat yang
pengalihan penjual obat yang sudah maju menjadi dibutuhkan masyarakat, waktu pelayanan obat
WOD. Nurullita (2003) mendapatkan bahwa setiap hari, ada dukungan dari kepala desa dan
penjual obat di desa mempunyai peran dalam ada pembinaan oleh puskesmas, (b) indikator
penyediaan obat malaria dan berpotensi untuk proses yaitu WOD berrungsi sebagai sarana
dilatih sebagai pos obat desa dalam penyediaan pelayanan obat untuk pengobatan sendiri, dan
obat malaria.5 Keuntungan dan kerugian penjual WOD berfungsi sebagai UKBM binaan pos-

Tabel 5. Analisis Pelatihan Penjual Obat Sebagai Kader WOD Berdasarkan Indikator, 2006
Indikator Kegiatan WOD Penjual Obat Sebagai Kader WOD
Keuntungan Kerugian
1. Lokasi WOD di desa yang tidak ada Dipilih penjual obat yang ada
sarana yankes di desa yang tidak ada sarana
yankes
2. Ada kader terlatih/tenaga kesehatan Perlu dilakukan pelatihan
kader WOD
3. Tersedia obat yang sesuai kebutuhan Dipilih penjual obat yang
masyarakat menyediakan jenis obat
lengkap sesuai kebutuhan
4. Waktu pelayanan obat setiap hari Pelayanan obat setiap hari
sebagai mata pencaharian
5. Ada dukungan dari kepala desa Perlu dukungan oleh
kepala desa
6. Ada pembinaan oleh puskesmas Perlu pembinaan oleh
puskesmas
7. WOD berrungsi sebagai sarana Sudah berfungsi sebagai
pelayanan obat sarana pelayanan obat
8. WOD berrungsi sebagai UKBM dilakukan setelah WOD
poskesdes berjalan
9. Ada catatan penduduk yang mendapat Ada catatan jumlah dan jenis dilakukan setelah WOD
pelayanan obat obat yang terjual berjalan
10. Ada catatan jumlah penduduk yang dilakukan setelah WOD
dapat penyuluhan obat berjalan

Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008 163


kesdes, serta (c) indikator luaran yaitu ada baru pada poskesdes menganut pola WOD
catatan jumlah penduduk yang mendapat merangkap sarana pelayanan obat pada praktek
obat dan ada catatan jumlah penduduk yang bidan di poskesdes. Apabila perlu dilakukan
mendapat penyuluhan obat pembentukan WOD mandiri sebaiknya melatih
2. Kegiatan WOD di masyarakat ada 2 bentuk, penjual obat terpilih dari yang ada hampir di
yaitu WOD sebagai sarana pelayanan obat setiap dusun/RW sebagai kader WOD karena
dalam upaya pengobatan sendiri, dan WOD lebih ekonomis dan memiliki prospek untuk
merangkap sebagai sarana pelayanan obat kelangsungan hidupnya.
pada praktek bidan di poskesdes.
Berdasarkan indikator yang disusun, Ucapan terima kasih
kegiatan WOD yang ada di lokasi penelitian Pada kesempatan ini kami mengucapkan
belum ada yang memenuhi semua indikator terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan
yang dikembangkan berdasarkan Keputusan Kabupaten Banjar, Denpasar Selatan, Karang-
Menkes RI no.983/ 2004. anyar, Konawe Selatan, Lombok Barat, Subang,
3. Faktor pendukung kegiatan WOD adalah (a) dan Temanggung yang telah memberikan ijin
masih ada penduduk yang mau menjadi penelitian dan kepada petugas puskesmas di
kader, meski tanpa imbalan, (b) lokasi dekat/ wilayahnya yang telah membantu pengumpulan
di nunah kader sehingga bisa buka setiap data penelitian ini.
hari, dan (c) WOD merangkap pelayanan
obat pada poskesdes. Daftar Pustaka
4. Faktor penghambat kegiatan WOD adalah: 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
(a) lokasi dekat dengan penjual obat dan atau Indonesia nomor 574/Menkes/SK/VI/2000
praktek tenaga kesehatan, (b) ketersediaan tentang Indonesia Sehat 2010
jenis obat terbatas karena kurang modal, (c) 2. Departemen Kesehatan.2006. Pedoman
sehingga tidak buka setiap hari karena Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.
kurang pembeli, (d) kurang dukungan kepala 3. Departemen Kesehatan. 2006.
desa dalam sosialisasi WOD, (e) kurang Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos
pembinaan puskesmas karena kekhawatiran Kesehatan Desa, Jakarta.
terjadi kesalahan obat apabila orang awam 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
menyediakan obat bebas/bebas terbatas, Indonesia nomor 983/ Menkes/SK/VIII/2004
bahkan obat keras, (f) sumber obat WOD tentang Pedoman Penyelenggaraan waning
berasal dari apotek, sehingga harga jual obat obat desa
lebih mahal dari penjual obat sekitarnya, dan 5. Nurullita, 2003. Faktor-faktor yang
(g) pendidikan formal kader rendah sehingga berhubungan dengan praktek penjaja waning
informasinya kurang dipercaya. dalam pengobatan malaria di Kota Sabang.
http://www. digilib. ui. edu/opac/libri2/
Disarankan agar dalam pembentukan WOD detail/isp?id=77545&lokasi=lokal

164 Media Lit bang Kesehatan Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008

Você também pode gostar