Você está na página 1de 15

PERBEDAAN ANTARA AHA 2010 DAN 2015, SERTA

PERBEDAAN ANTARA JNC 7 DAN JNC 8

Disusun Oleh:
(Dokter Muda Anestesi Periode 1 Februari s/d 6 Maret 2016)

REZA PRASETIA PUTRA


1407101030161

BAGIAN/SMF ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUZA BANDA ACEH TAHUN 2016
PERBEDAAN ANTARA AHA 2010 DAN 2015
Guidelines 2015 - CPR & ECC

Bantuan Hidup Dasar Dewasa dan Kualitas CPR: BLS HCP


No Kategori AHA 2010 AHA 2015
1 Pengenalan dan HCP harus memastikan HCP harus meminta bantuan
Pengaktifan Cepat reaksi pasien sewaktu terdekat bila mengetahui
Sistem Tanggapan memeriksanya untuk korban tidak menunjukkan
Darurat menentukan apakah napas reaksi, namun akan lebih
terhenti atau tidak. praktis bagi HCP untuk
melanjutkan dengan menilai
pernapasan dan denyut secara
bersamaan sebelum benar-
benar mengaktifkan sistem
tanggapan darurat (atau
meminta HCP pendukung).
Alasan Perubahan rekomendasi bertujuan untuk meminimalkan
peenundaan dan mendukung penilaian serta tanggapan yang
cepat dan efisien secara bersamaan, bukan melakukan
pendekatan langkah demi langkah yang berjalan lambat
berdasarkan metode.
2 Penekanan pada Melakukan kompresi dada Melakukan kompresi dada
Kompresi Dada dan napas buatan untuk dan menyediakan ventilasi
korban serangan jantung untuk semua pasien dewasa
adalah tindakan yang perlu yang mengalami serangan
dilakukan oleh EMS dan jantung adalah tindakan yang
penolong profesional harus dilakukan oleh HCP,
dilingkungan rumah sakit. baik yang disebabkan maupun
tidak disebabkan oleh jantung.
Lebih lanjut, penting bagi
HCP untuk menyesuaikan
urutan tindakan penyelamatan
berdasarkan penyebab utama
serangan.
Alasan CPR hanya kompresi direkomendasikan untuk penolong yang
tidak terlatih karena relative mudah bagi operator untuk
memandu dengan instruksi melalui telepon. HCP diharapkan
menerima pelatihan tentang CPR dan secara efektif dapat
menjalankan kompresi dan ventilasi. Namun, prioritas untuk
penyedia layanan medis, terutama jika bertindak sendiri, harus
tetap mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan menjalankan
kompresi dada. Mungkin terdapat kondisi yang harus terjadi
perubahan urutan, misalnya ketersediaan AED yang dapat
dengan cepat diambil dan digunakan oleh penyedia layanan
medis.
3 Kejut atau CPR terlebih Bila penolong menyaksikan Untuk pasien dewasa yang
dahulu terjadinya serangan jantung mengalami serangan jantung
di luar rimah sakit dan AED dan terlihat jatuh saat AED
tidak tersedia di lokasi, dapat segera tersedia, penting
penolong tersebut harus bahwa defibrillator digunakan
memulai CPR dengan secepat mungkin. Untuk orang
kompresi dada dan dewasa yang mengalami
menggunakan AED sesegera serangan jantung tidak
mungkin. HCP yang terpantau atau saat AED tidak
menanggani pasien serangan segera tersedia, penting bila
jantung di rumah sakit dan CPR dijalankan sewaktu
fasilitas lainnya dengan AED peralatan defibrillator sedang
atau defibrillator yang diambil dan diterapkan, dan
tersedia di lokasi harus bila defibrilasi, jika
segera memberika CPR dan diindikasikan, diterapkan
menggunakan AED segera segera setelah perangkat siap
setelah tersedia. digunakan
Rekomendasi ini dirancang
untuk mendukung CPR dan
defibrilasi awal, terutama
bila AED tersedia beberapa
saat setelah terjadinya
serangan jantung mendadak.
Alasan Meskipun banyak penelitian telah menjawab pertanyaan
apakah terdapat manfaat dengan menggunakan kompresi dada
sesuai durasi yang ditentukan (biasanya 11/2 hingga 3 menit)
sebelum menerapkan kejut, seperti dibandingkan dengan
penerapan kejut segera setelah AED dapat disiapkan, namun
tidak terdapat perbedaan antara kedua hasil yang ditampilkan.
CPR harus diberikan saat bantalan AED diterapkan dan
hingga AED siap menganalisis ritme.
4 Kecepatan Kompresi Penolong tidak terlatih dan Pada orang dewasa yang
Dada: 100 hingga HCP perlu melakukan menjadi korban serangan
120/min kompresi dada pada jantung, penolong perlu
kecepatan minimum melakukan kompresi dada
100/min. pada kecepatan 100 hingga
120/min.
Alasan Nilai kecepatan kompresi minimum yang direkomdasi tetap
100/min. kecepatan batas atas 120/min telah ditambahkan
karena 1 rangkaian register besar menunjukkan bahwa saat
kecepatan kompresi meningkat menjadi lebih dari 120/min,
kedalaman kompresi akan berkurang tergantung pada dosis.
Misalnya, proporsi kedalaman kompresi tidak memadai
adalah sekitar 35% untuk kecepatan kompresi 100 hingga
119/min, namum bertambah menjadi kedalaman kompresi
tidak memadai sebesar 50% saat kecepatan kompresi berada
pada 120 hingga 139/min dan menjadi kedalaman kompresi
tidak memadai sebesar 70% saat kecepatan kompresi lebih
dari 140/menit.
5 Kedalaman Kompresi Tulang dada orang dewasa Sewaktu melakukan CPR
Dada harus ditekan minimum secara manual, penolong
sedalam 2 inci (5cm). harus melakukan kompresi
dada hingga kedalaman
minimum 2 inci (5 cm) untuk
dewasa rata-rata, dengan tetap
menghindari kedalam
kompresi dada yang
berlebihan (lebih dari 2,4 inci
[6 cm]).
Alasan Kedalaman kompresi sekita 5 cm terkait dengan kemungkinan
hasil yang diharapkan lebih besar bila dibandingkan dengan
kedalaman kompresi lebih dangkal. Meskipun terdapat sedikit
bukti tentang adanya ambang atas yang jika dilampaui, maka
kompresi akan menjadi terlalu dalam, namun satu penelitian
sangat kecil baru-baru ini menunjukkan potensi cedera (yang
tidak mengancam jiwa) akibat kedalaman kompresi dada yang
berlebihan (lebih dari 2,4 inci). Kedalaman kompresi mungkin
sulit diperkirakan tanpa menggunakan perankat umpan balik,
dan identifikasi batas atas kedalaman kompresi mungkin akan
sulit dilakukan. Penting bagi penolong untuk mengetahui
bahwa kedalaman kompresi dada lebih sering terlalu dangkal
daripada terlalu dalam.
6 Rekoil Dada Penolong harus Penting bagi penolong untuk
membolehkan recoil penuh tidak bertumpu di atas dada di
dinding dada setelah setiap antara kompresi untuk
kompresi agar jantung terisi mendukung recoil penuh
sepenuhnya sebelum dinding dada pada pasien
kompresi berikut dilakukan. dewasa saat mengalami
serangan jantung.
Alasan Rekoil penuh dinding dada terjadi bila tulang dada kembali ke
posisi alami atau netralnya saat fase dekompresi CPR
berlangsung. Recoil dinding dada memberikan relative
tekanan intrathoraks negative yang mendorong pengembalian
vena dan aliran darah kardiopulmonari. Bertumpu di atas
dinding dada di antara kompresi akan menghalangi recoil
penuh dinding dada. Recoil tidak penuh akan meningkatkan
tekanan intrathoraks dan mengurangi pengembalian vena,
tekanan perfusi coroner, dan aliran darah miokardium, serta
dapat mempengaruhi hasil resusitasi.

7 Meminimalkan Penolong harus berupaya Untuk orang dewasa yang


Gangguan dalam meminimalkan frekuensi dan mengalami serangan jantung
Kompresi dada durasi gangguan dalam dan menerima CPR tanpa
kompresi untuk saluran udara lanjutan,
mengoptimalkan jumlah mungkin perlu untuk
kompresi yang dilakukan melakukan CPR dengan
permenit sasaran fraksi kompresi dada
setinggi mungkin, dengan
target minimum 60%.
Alasan Gangguan dalam kompresi dada dapat ditunjukkan sebagai
bagian dari perawatan yang diperlukan (misalnya, analisis
ritme dan ventilasi) atau yang tidak disengaja (misalnya,
gangguan terhadap penolong). Fraksi kompresi dada adalah
pegukuran proporsi waktu resusitasi total yang dilakukan
kompresi. Peningkatan fraksi kompresi dada dapat diperoleh
dengan meminimalkan jeda dalam kompresi dada. Sasaran
optimal untuk fraksi kompresi dada belum didefinisikan.
Penambahan fraksi kompresi target ditujukan untuk
membatasi gangguan dalam kompresi dan mengoptimalkan
perfusi coroner dan aliran darah saat CPR berlangsung.
8 Ventilasi tertunda - Untuk pasien OHCA yang
terpantau dengan ritme dapat
dikejut, mungkin penting bagi
sistem EMS dengan umpan
balik beberapa tingkat
berbasis prioritas untuk
menunda ventilasi bertekanan
positif (PPV/prositve-pressure
ventilation) dengan
menggunakan strategi hingga
3 siklus dari 200 kompresi
berkelanjutan dengan insuflasi
oksigen pasif dan tambahan
saluran udara.
Alasan Beberapa sistem EMS telah menguji strategi penerapan
kompresi dada awal secara berkelanjutan dengan PPV
tertunda untuk korban OHCA dewasa. Salam semua sistem
EMS ini, penyedia layanan menerima pelatihan tambahan
dengan penekanan pada penerapan kompresi dada berkualitas
tinggi. Tiga penelitian dalam sistem menggunakan umpan
balik beberapa tingkat berbasis prioritas dalam komunitas
perkotaan dan pendesaaan.
Ba
No Kategori AHA 2010 AHA 2015
1 Vasopresor untuk Satu dosis vasopressin 40 unit Perpaduan penggunaan
Resusitasi: Vasopresor IV/secara intraoseus dapat vasopressin dan epinefrin
menggantikan baik dosis tidak akan memberika
pertama maupun kedua dari manfaat apapun sebagai
epinefrin dalam penangganan pengganti epinefrin dosis
pasien serangan jantung standar dalam serangan
jantung.
Alasan Pemberian epinefrin dan vasopressin selama terjadinya
serangan jantung telah terbukti meningkatkan ROSC.
Pemeriksaan bukti yang tersedia menunjukkan bahwa khasiat
kedua obat adalah sama dan bahwa tidak ada manfaat yang
dibuktikan dari pemberian epinefrin untuk memberikan
kemudahan, vasopressin telah dihapus dari algoritma serangan
jantung pada orang dewasa.
2 Vasopresor untuk - Memberikan epinefrin segera
Resusitasi: Epinefrin jika tersedia mungkin perlu
dilakukan setelah terjadinya
serangan jantung akibat ritme
awal yang tidak dapat dikejut.
Alasan Penelitian observasi yang sangat besar terkait serangan jantung
dengan ritme yang tidak dapat dikejut membandingkan
epinefrin yang diberikan pada 1 hingga 3 menit dengan
epinefrin yang diberikan pada 3 interval selanjutnya (4 hingga
6, 7 hingga 9, dan lebih lama dari 9 menit). Penelitian ini
menemukan keterkaitan antara pemberian pemberian epinefrin
di awal dan peningkatan ROSC, kelangsungan hidup setelah
keluar dari rumah sakit, dan kelangsungan hidup secara
menyeluruh dari segi neurologi
3 ETCO2 untuk Prediksi - Pada pasien yang diintubasi,
Resusutasi yang Gagal kegagalan mencapai ETCO2
lebih besar dari 10 mmHg
oleh kapnografi gelombang
setelah menjalani CPR selama
20 menit dapat
dipertimbangkan sebagai satu
komponen pendekatan
multimodal untuk
memutuskan waktu yang tepat
guna mengakhiri upaya
resusitasi, namun tidak boleh
digunakan dalam isolasi.
Alasan Kegagalan mencapai ETCO2 sebesar 10 mmHg oleh
kapnografi gelombang setelah resusitasi selama 20 menit
dikaitkan dengan peluang ROSC dan kelangsungan hidup yang
sangat buruk. Namun, penelitian hingga saat ini terbatas pada
potensi perancu yang mereka miliki dan melibatkan jumah
pasien yang relative kecil, sehingga sangat tidak disarankan
untuk hanya mengandalkan ETCO2 dalam menentukan waktu
yang tepat untuk mengakhiri resusitasi.
4 CPR Ekstra-Korporeal - ECPR dapat dipertimbangkan
diantara pasien serangan
jantung tertentu yang belum
merespons terhadap CPR
konvensional awal, dalam
kondisi yang mendukung
ECPR dapat diterapkan
dengan cepat
Alasan Meskipun tidak ada penelitian berkualitas tinggi yang
membandingkan ECPR dengan CPR konvensional, namun
sejumlah penelitian berkualitas lebih rendah membuktikan
peningkatan kelangsungan hidup dengan hasil neurologis yang
baik pada populasi pasien tertentu. Karena ECPR merupakan
sumber intensif dan memerlukan biaya besar, ECPR harus
dipertimbangkan hanya bila pasien memiliki kemungkinan
manfaat yang cukup besar, yakni jika pasien memiliki penyakit
yang bersifat reversible atau untuk mendukung pasien sewaktu
menunggu transplantasi jantung.
5 Terapi Obat Pasca- - Tidak terdapat cukup bukti
Serangan Jantung: untuk mendukung
Lidokain penggunaan lidokain secara
rutin setelah serangan jantung.
Namun, inisiasi atau
kelanjutan lidokain dapat
dipertimbangkan segera
setelah ROSC dari serangan
jantung akibat VF/pVT.
Alasan Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan adanya
hubungan antara pemberian lidokain setelah infarksi
miokardium dan tingginya angka kematian, namun penelitian
lidokain baru-baru ini pada pasien yang selamat dari serangan
jantung menunjukkan adanya penurunan dalam insiden
VF/pVT berulang, namun tidak menunjukkan manfaat atau
kerugian jangka panjang.

6 Terapi Obat Pasca- - Tidak terdapat cukup bukti


Serangan Jantung B- untuk mendukung
blocker penggunaan B-blocker secara
rutin setelah serangan jantung.
Namun, inisiasi atau
kelanjutan B-blocker oral
maupun IV dapat
dieprtimbangkan di awal
setelah menjalani rawat inap
dari serangan jantung akibat
VF/pVT.
Alasan Dalam penelitian observasi terhadap pasien yang menjalani
ROSC setelah serangan jantung VF/pVT, pemberian B-
Blocker terkait dengan tingkat kelangsungan hidup lebih
tinggi. Namun, temuan ini hanya merupakan hubungan
asosiatif, dan penggunaan B-blocker secara rutin setelah
serangan jantung berpotensi berbahaya karena B-blocker dapat
menyebabkan atau memperburuk ketidakstabilan
hemodinamik, menambah parah gagal jantung, dan
mengakibatkan bradiaritmia. Oleh karena itu, penyedia layanan
medis harus mengevaluasi pasien secara terpisah untuk
mengetahui kecocokan mereka terhadap B-blocker.
PERBEDAAN ANTARA JNC 7 DAN JNC 8

Topik JNC 7 JNC 8


Metodologi Literatur review yang tidak Critical questions dan review criteria
sistematis dari para ahli (expert didefiniskan oleh para ahli dari berbagai
committee) termasuk batasan instansi penelitian (expert panel) dan
dari desain penelitiannya. digabungkan oleh team metodologi.
Tinjauan sistematis awal dilakukan oleh
ahli metodologi terbatas pada RCT
evidance
Peninjauan kembali dari RCT evidance
dan rekomendasi dari setiap panel akan
disesuaikan dengan protokol standart yang
berlaku.
Definisi Menetapkan hipertensi ke dalam Tidak menetapkan prehipertensi dan
kriteria pre-hipertensi dan hipertensi namun lebih menetapkan
hipertensi thresholds pemberian terapi farmakologi
Tujuan terapi Menetapkan tujuan terapi secara Menetapkan tujuan terapi yang sama
terpisah yaitu untuk terapi untuk semua populasi kecuali jika terdapat
hipertensi tanpa komplikasi dan bukti yang kuat untuk menerapkan terapi
hipertensi disertai dengan yang berbeda pada subpopulasi tertentu
penyakit komorbid
Rekomendasi Rekomendasi yang diberikan Rekomendasi yang diberikan berdasarkan
Gaya Hidup berdasarkan literature review pada rekomendasi yang telah didukung
dan pendapat ahli sejumlah bukti penelitian dari Lifestyle
Work Group
Terapi Merekomendasikan 5 kelas obat Rekomendasi berupa pilihan obat yang
farmakologi yang dapat dipertimbangkan terdiri dari 4 kelas obat antihipertensi
dalam terapi awal tetapi terapi spesifik (ACEI atau ARB, CCB atau
yang paling direkomendasikan diuretik), dan dosis obat berdasarkan
untuk hipertensi tanpa penelitian RCT.
komplikasi adalah thiazide-obat Rekomendasi obat untuk kondisi ras
type diuretik dibandingkan kelas tertentu, CKD dan DM berdasarkan bukti
obat yang lain. penelitian RCT
Beberapa terapi hipertensi yang Panel terapi obat yang dibuat dalam tabel
spesifik di indikasikan khusus merupakan hasil dari clinical trial pada
pada hipertensi dengan penderita hipertensi dan sudah terbuti
komplikasi seperti DM, CKD, memiliki efikasi dan efektivitasnya
gagal jantung, myocardial
infraction, stroke, dan resiko
tinggi CVD(termasuk tabel
komprehensif yang terdiri dari
nama obat dan ukuran dosis obat
yang biasa digunakan)
Ruang lingkup Menunjukan kepada berbagai Ulasan bukti RCT ditujukan untuk
topic yang masalah yaitu metode menjawab beberapa pertanyaan yang
dibahas pengukuran tekanan darah, menjadi perioritas utama panel
komponen evaluasi pasien,
hipertensi sekunder, kepatuhan
terhadap regimen, resistent
hipertensi, dan hipertensi pada
populasi khusus, berdasarkan
literature review dan pendapat
ahli.

Proses ulasan Di ulas oleh National High Diulas oleh para ahli yang terdiri
sampai Blood Pressure Education profesional, masyarakat, dan lembaga
terpublikasi Program Coordinating federal dan tidak memiliki sponsor.
Committee, sebuah koalisi dari
39 orang profesional,
masyarakat, dan organisasi
sukarela dan 7 lembaga federal

Menagemen Hipertensi JNC 8


1. Rekomendasi 1
Pada usia ≥ 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah (TD) pada
systolic blood pressure (SBP) ≥ 150 mmHg, atau diastolic blood pressure (DBP) ≥ 90 mmHg
dan diturunkan sampai SBP ≤ 150 mmHg dan DBP ≤ 90 mmHg. (Rekomendasi Kuat-Grade
A)
2. Corollary Recommendation
Pada populasi umum usia ≥ 60 tahun, jika terapi farmakologi ternyata menurunkan tekanan
darah SBP lebih rendah dari target (SBP ≤ 140 mmHg) dan terapi dapat ditoleransi tanpa ada
efek samping yang menganggu maka terapi tidak perlu penyusuaian ( Pendapat Ahli-Grade
E)
3. Rekomendasi 2
Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan
TD pada DBP ≥ 90 mmHg dan diturunkan sampai tekanan DBP ≤ 90 mmHg. (untuk usia 30-
59 tahun, Rekomendasi Kuat- Grade A; untuk usia 18-29 tahun, pendapat ahli-Grade E)
4. Rekomendasi 3
Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk menurukan
TD pada SBP ≥ 140 mmHg dan diturunkan sampai tekanan SBP < 140 mmHg. (Pendapat
Ahli-Grade E)
5. Rekomendasi 4
Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan Chronic Kidney Disease (CKD), inisiasi terapi
farmakologi untuk menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg dan target
menurunkan sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg.(Pendapat Ahli-Grade E)
6. Rekomendasi 5
Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan diabetes, inisiasi terapi farmakologi untuk
menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg dan target menurunkan
sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg.(Pendapat Ahli-Grade E)
7. Rekomendasi 6
Pada populasi bukan kulit hitam, termasuk dengan penyakit diabetes, inisiasi terapi
farmakologi harus mencakup, diuretik tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB),
angiostensin-converting enzym inhibitor (ACEI) atau angiostensin receptor blocker (ARB).
(Rekomendasi : Sedang-Grade B)
8. Rekomendasi 7
Pada populasi kulit hitam, termasuk orang-orang dengan diabetes, initiasi terapi farmakologi
antihipertensi harus mencakup diuretik tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB) (Untuk
orang kulit hitam rekomendasi sedang-grade B; untuk orang kulit hitam dengan diabetes
rekomendasi lemah – grade C)
9. Rekomendasi 8
Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan CKD, inisiasi terapi farmakologi antihipertensi
harus mencakup obat ACEI atau ARB untuk meningkatkan fungsi ginjal (Rekomendasi
Sedang-Grade B)
10. Rekomendasi 9
Tujuan objektif dari terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan tekanan
darah sesuai target terapi. Jika tekanan darah tidak dapat mencapai target terapi yang
diinginkan dalam waktu 1 bulan terapi tekanan darah, dapat dilakukan peningkatan dosis
obat atau menambah golongan obat kedua dari salah satu golongan obat pada rekomendasi 6
(diuretik tipe thiazide, CCB, ACEI atau ARB). Dokter harus terus menilai perkembangan TD
dan menyesuaikan regimen obat antihipertensi sampai TD yang diinginkan dapat dicapai.
Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan pengunaan 2 jenis golongan obat
antihipertensi, dapat dilakukan penambahan dan titrasi obat ke 3 dari daftar yang telah
tersedia. Jangan pernah mengunakan obat ACEI dan ARB secara bersamaan pada 1 orang
pasien. Jika target tekanan darah tetap tidak dapat dicapai mengunakan terapi obat pada
rekomendasi 6 karena ada kontraindikasi obat atau membutuhkan lebih dari 3 jenis obat,
maka obat dari golongan antihipertensi lainnya dapat digunakan. Rujukan ke spesialis perlu
dilakukan jika pasien tidak dapat mencapai target tekanan darah mengunakan strategi yang di
atas atau perlu dilakukan managemen komplikasi pada pasien.

Dosis Obat Hipertensi JNC 8

Inisial Dosis Target Jumlah


Obat Antihipertensi
Dosis Harian, mg RCT, mg Obat / Hari
ACE inhibitors
1. Captopril 50 150-200 2
2. Enalapril 5 20 1-2
3. Lisinopril 10 40 1
Angiostensi receptor blockers (ARB)
1. Eprosartan 400 600-800 1-2
2. Candesartan 4 12-32 1
3. Losartan 50 100 1-2
4. Valsartan 40-80 160-320 1
5. Irbesartan 75 300 1
Β-Blockers
1. Atenolol 25-50 100 1
2. Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium Channel Blockers
1. Amlodipine 2,5 10 1
2. Diltiazem extended 120-180 360 1
release
3. Nitredipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
1. Bendroflumethiazide 5 10 1
2. Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
3. Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-2
4. Indapamide 1,25 1,25-2,5 1
Algorithma Penatalaksanaan Hipertensi JNC 8

Dewasa ≥ 18 tahun + Hipertensi

Pengaturan Lifestyle
(terus berlangsung sepanjang terapi)

Mengatur tekanan darah sesuai target dan memulai terapi obat sesuai dengan
usia, diabtes, CKD

Populasi Umum Populasi CKD & DM


tanpa CKD & DM

Semua umur + Semua umur +


Umur ≥ 60 tahun Umur < 60 tahun DM tanpa CKD
CKD dengan/tanpa DM

Target TD Target TD Target TD Target TD


SBP < 150 mmHg SBP < 140 mmHg SBP < 140 mmHg SBP < 140 mmHg
DBP < 90 mmHg DBP < 90 mmHg DBP < 90 mmHg DBP < 90 mmHg

Non Kulit Hitam Kulit Hitam Semua Kasus

Inisiasi thiazide-type diuretic atau Inisiasi thiazide-type diuretic ACEI atau ARB,
ACEI atau ARB atau CCB, sendiri atau CCB, sendiri atau sendiri atau kombinasi dengan
atau kombinasi kombinasi obat golongan lain

Pilih strategi terapi titrasi obat


A. Dosis maksimum obat pertama sebelum tambahkan obat kedua atau
B. Tambahakan obat kedua sebelum mengunakan obat pertama pada dosis maksimum atau
C. Mulai dengan 2 kelas obat terpisah atau mengunakan kombinasi dosis tetap

Apakah tujuan TD tercapai ? Ya

Tidak
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Untuk strategi A dan B tambahakan dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau
CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara
ACEI dan ARB).
Untuk strategi C, dosis dititrasi dan inisiasi medikasi sampai maksimum

Tidak
Apakah tujuan TD tercapai ? Ya

Tidak
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Tambahkan obat dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan
terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara ACEI dan
ARB).

Apakah tujuan TD tercapai ? Ya

Tidak
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Tambahkan obat golongan lain ( β-blocker, aldosterone antagonist atau yang lainnya) dan rujuk
pasien ke dokter spesialist atau ahli di bidang hipertensi

Lanjutkan terapi
Tidak Apakah tujuan TD tercapai ? Ya
dan monitoring

Você também pode gostar