Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana sistribusi suatu

senyawa antara 2 fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada sifat

fisik-kimia antara pelarut dan senyawa tersebut.

Berbicara tentang fenomena distribusi, kita membicarakan kelarutan pula.

Pengetahuan ini sangat penting bagi pharmacist karena dengan mengetahuhinya

dapat membantu untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau

kombinasi obat, membantu mengatasi kesilutan-kesulitan tertentu yang timbul pada

waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai

standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail menganai kelarutan

dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai

struktur obat dan gaya antarmolekul obat.

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut

dan pelarut, juga bergantung padafaktor temperature, tekanan, pH larutan dan untuk

jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

Dari Sembilan kemungkinan tipe campuran, berdasarkan pada ketiga wujud

zat, hanya gas dalam cairan, cairan dalam cairan dan padat dalam cairan sajalah

yang paling penting dalam bidang farmasi.

1
II.2 Maksud dan Tujuan

II.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara penentuan koefisien partisi suatu zat didalam dua pelarut yang

saling tidak bercampur.

II.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan koefisien

distribusi asam borat didalam minyak dan air.

II.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu untuk menentukan keofesien

distribusu asam borat berdasarkan perbandingan kadar sampel yang terlarut dalam

minyak dan air setelah proses praktisi menggunakan corong pisah dimana sampel

yang terlarut dalam masing- masing ditentukan kadarnya secara alkalimetri dengan

menggunakan indikator pp.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu

senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi

fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur

molekul.

Koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasii kesetimbangan zat dalam

dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Faktor yang mempengaruhi

koefisien partisi adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut

non organik ( Anonim, 2014 )

Zat terlarut terlarut dalam satu fase , dalam kesetimbangan dengan fase

bercampur lain , didistribusikan antara dua fase sehingga rasio konsentrasi dalam

dua fase adalah konstan pada temperatur tertentu . pada kesetimbangan ini konstan,

K , disebut sebagai konstanta distribusi atau koefisien partisi , didefinisikan oleh

Nernst sebagai K = Cu/Cl dimana cu dan cl adalah konsentrasi di fase atas dan

bawah , masing-masing. hubungan berlaku ketika molekul setiap fase dalam

keadaan yang sama agregasi . jika zat terlarut dipisahkan atau berhubungan ,

bentuk-bentuk yang lebih kompleks dari persamaan harus diterapkan . itu juga

diakui bahwa hanya dalam sistem yang ideal adalah koefisien partisi independen

dari tota zat terlarut ini, penyimpangan ini begitu terkenal sehingga dalam literatur

teknik kimia persamaan di atas dianggap kasus membatasi .partisi lemak / air dari

3
suatu molekul merupakan indeks yang berguna dalam kecenderungan untuk

absorpsi oleh difusi pasif (Gandjar, 2007).

Pelarut secara umum dibedakan atas dua pelarut, yaitu pelarut air dan bukan

air. Salah satu ciri penting dari pelarut tetapan dielektriknya (E), yaitu gaya yang

bekerja antara dua muatan itu dalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja pada

muatan itu dalam dua pelarut. Tetapan ini menunjukkan sampai sejauh mana tingkat

kemampuan melarutkan pelarut tersebut. Misalnya air dengan tetapan dielektriknya

yang tinggi (E = 78,5) pada suhu 25oC, merupakan pelarut yang baik untuk zat-zat

yang bersifat polar, tetapi juga merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat-zat

non polar. Sebaliknya, pelarut yang mempunyai tetapan dielektrik yang rendah

merupakan pelarut yang baik untuk zat non polar dan merupakan pelarut yang

kurang baik untuk zat berpolar (Rifai, 1995).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan,

yaitu

 Temperature, kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap

kenaikan C.

 Kekuatan ion, semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi

makin kecil.

 Konnstanta Dielektrik, efek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju

reaksi ionic diekstrapolarkan sampai pengenceran tak terbatas, yang

pengaruh kekuatan ionnya 0. Untuk reaktan yang kekuatannya bermuatan

4
berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut adalah positif dan untuk

reaktan yang muatannya sama maka laju distribusinya negatif.

 Katalisis, katalisis dapat menurunkan laju-laju distribusi ( katalis negatif ).

Katalis dapat juga menurunkan energi aktivitas dengan mengubah

mekanisme reaksi sehingga kecepatan bertambah.

 Katalis Asam Basa Spesifik, laju distribusi dapat dipercepat dengan

penambahan asam atau basa. Jika laju peruraian ini terdapat bagian yang

mengandung konsentrasi ion hydrogen atau hidroksi.

 Cahaya energy, cahaya energi seperti panas dapat memberikan keaktifan

yang diperlukan untuk terjadi reaksi. Radiasi ini dengan frenkuensi yang

sesuai dengan energy yang cukup akan diabsorbsi untuk mengaktifan

molekul-molekul ( Cammarata, 1995 ).

Pada umumnya obat-obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika

obat tersebut dilarutkan dalam air sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi

obat yang diteorikan tergantung pada pH larutannya. Obat-obat yang tidak

terionkan lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion

kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut. Dengan demikian pengaruh

pH sangat besar terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah

atau basa lemah ( Sardjoko, 1987).

5
II.2 Uraian Bahan

1. Asam Borat ( FI III 1979, hal 49 )

Nama Resmi : ACIDUM BORICUM

Nama Lain : Asam Borat

RM / BM : / 61,83

Pemerian : Hablur,serbuk hablur putih atau sisik mengkilap

tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak

asam danpahit kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bahan air, dalam 3 bagian air

mendidih dalam 16 bagian etanol ( 95 % ) P dan

dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wada tertutup baik

Kegunaan : sebagai sampel

2. Indicator PP ( FI III 1979, hal 675 )

Nama Resmi : FENOFTALEIN

Nama Lain : fenoftalein, indicator pp

RM / BM : / 318,33

Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah,

tidak berbau, stabil di udara.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan :zat tambahan, indicator

6
3. Minyak Kelapa ( FI III 1979, hal 456 )

Nama Resmi : OLEUM COCOS

Nama Lain : Minyak kelapa

RM / BM :-

Pemerian : tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak

tengik

4. Natrium Hidroksida ( FI III 1979, hal 412 )

Nama Resmi : NATRII HYDROXIDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM / BM : NaOH / 40,00

Pemerian : bentuk batang , butiran, massa hablur atau keping ,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur, putih, mudah melelh basah. Sangat alkalis

dan korosif.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol( 95

%)P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai titran

7
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan

III.1.1 Alat yang digunakan

1. Corong pisah

2. Buret

3. Erlenmeyer

4. Gelas Kimia

5. Pipet Volume

6. Timbangan

7. Pipet tetes

III.1.2 Bahan yang digunakan

1. Asam Borat

2. Air suling

3. Minyak Kelapa

III.2 Cara Kerja

1. Ditimbang 100 mg asam borat / asam benzoat

2. Dilarutkan dengan aquadest secukupnya hingga tidak ada partikel sampel

yang tertinggal pada dasar (melarut seluruhnya), kemudian cukupkan

volume larutan hingga 100 ml dengan aquadest dalam labu ukur.

3. Dipipet 25 ml dari larutan tersebut, dimasukkan dalam corong pisah

8
4. Ditambahkan dengan 25 ml minyak kelapa kedalam corong pisah tersebut.

5. Dikocok selama beberapa menit campuran didalam corong pisah dan

diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain

6. Ditampung cairan, yang berada sebelah bawah corong pisah sedangkan

cairan lainnya dibuang(fase minyak) dalam erlenmeyer.

7. Ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes kedalam erlenmeyer

berisi cairan/ asam borat yang dikeluarkan dari corong pisah

8. Titrasi larutan dengan larutan baku NaOH 0,8085 N sampai terjadi

perubahan warna indikator dari bening menjadi merah mudah

9. Diambil 25 ml larutan asam borat , kemudian dititrasi dengan larutan baku

NaOH 0,8085 N, serta tambahkan pula dengan indikator fenolftalein

sebanyak 3 tetes

10. Titrasi dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan

perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda

11. Dicatat volume titrasi yang digunakan.

12. Dihitung kadar sampel yang yang larut dalam fase minyak dan fase air

kemudian ditentukan keofisien distribusi.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan

1. Sebelum partisi

Sampel Berat/ volume Volume titrasi Kadar

sampel I II

Asam borat 100 mg/10ml 0 0,5

2. Setelah partisi

Sampel Berat/volume Volume titrasi Kadar

sampel I II

Asam borat 100 mg/10 ml 0 0,7

Asam borat 100 mg/10 ml 0 1

Asam borat 100 mg/10 ml 0 0,5

IV.2 Pembahasan

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa

antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik

dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul

dan koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasii kesetimbangan zat dalam

dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Factor yang mempengaruhi

koefisien partisi adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organic dan pelarut

non organic.

10
Cara kerja dalam percobaan ada 2 yaitu dengan partisi dan tanpa partisi

dimana cara kerja dengan partisi pertama-tama Dipipet 25 ml sisa larutan asam

benzoat yang telah dilarutkan di atas, di masukkan dalam corong pisah dan

ditambahkan dengan 25 ml minyak kelapa. dikocok selama beberapa menit

campuran tersebut, lalu didiamkan selama 15 menit di penyangga hingga kedua

cairan memisah satu sama lain. dibuka tutup corong pisah, lalu pisahkan air dari

minyak dengan menampung dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator

fenoftalein sebanyak 3 tetes kedalam erlenmeyer, dititrasi larutan dengan titran

larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna indikator dari bening

menjadi merah muda lalu dihitung koefisien partisinya. Diulangi prosedur di atas

untuk asam borat. Dan untuk capa pengerjaan tanpa partisi Disediakan alat dan

bahan, 100 mg asam benzoat yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 250 ml, dilarutkan dengan aquades 100 ml dan dengan alat --- ,Dipipet

25 ml dari larutan tersebut masukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan

indikator fenoftalein sebanyak 3 tetes, dititrasi larutan dengan titran larutan baku

NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna indikator dari bening menjadi merah

muda.

Alasan dimana asam borat ditambahkanke dalam minyak kelapa dan air

kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian seterlah itu di lakukan

pengocokan, karena agar zat dapat mengadakan keseimbangan antara yang larut

dalam air dan yang larut dalam minyak kelapa. Pada percobaan ini dilakukan

pengocokan selama 2 menit agar gugus polar dan non polar dari asam borat maupun

11
dari asam benzoat dapat bereaksi dengan air dan minyak sehingga dapat dilihat pada

pelarut mana kelarutannya paling besar.

Tujuan dari campuran dalam corong pisah didiamkan selama 10-15 menit,

karena agar pemisahan antara minyak dan air bisa sempurna. Alasan mengapa yang

dilakukan titrasi hanya pada fase air saja. dikarenakan bila lapisan minyak yang

dititrasi maka akan terjadi reaksi saponifikasi (penyabunan).

Aplikasi koefisien distribusi dalam bidang farmasi yaitu untuk menentukan

pengawet yang akan digunakan dalam sediaan dan untuk menentukan absorbsi dan

distribusi suatu bahan obat dalam tubuh. Pengawet yang baik dalam sediaan emulsi,

misalnya, harus dapat larut dalam air dan dalam minyak, sebab jika pengawet hanya

larut air maka fase minyak akan ditumbuhi oleh mikroorganisme sehingga tidak

menghasilkan suatu sediaan yang baik. Untuk menentukan absorbsi obat, misalnya

dalam pembuatan salep untuk menentukan bahan salep yang bekerja pada lapisan

kulit tertentu sehingga menghasilkan efek yang diinginkan.

Adapun hasil dari percobaan ini yaitu :

1. Kadar sampel sebelum partisi 0,249 7 %

2. Kadar sampel sesudah partisi 0, 864%

3. Jadi keofesien distribusinya adalah 3,469 %

Adapun faktor- faktor kesalahan dari percobaan ini yaitu kurang

1. Kurang teliti dalam menentukan volume titrasi

2. Alat yang digunakan kurang bersih

12
BAB V

PENUTUP

V.I Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar sampel yang larut

dalam air yaitu 0,249 7 %, kadar sampel yang larut dalam fase minyak yaitu 0,

864%, dan keofesien distribusinya yaitu : 3,469 %.

V.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktukum praktikan harus berhati-hati dalam

menggunakan alat dan alat-alat yang digunakan harus di cuci bersih sebelum

digunakan.

13
L

14
 Pembakuan NaOH

Timbangan 1 : 0,1206

Timbangan 2 :0,1200

Volume 1 :6,8

Volume 2 :7,2

Mgrek NaOH = Mgrek KHP


𝑚𝑔
V1.N =
𝐵𝐸

120,6
6,8 .N =
204,22

120,6
N =
204,22 . 6,8

120,6
=
1633,496

= 0,0734

Mgrek NaOH = Mgrek KHP


𝑚𝑔
V2.N =
𝐵𝐸

𝑚𝑔
N = 𝐵𝐸 .𝑉

1200
=
204,22 .7,2

=1470.384

= 1.4703 N

15
0,0734+ 1.4703
N rata-rata =
2

= 0,8085 N

 Keofesien kadar asam borat

1. Sebelum partisi

mg =V .N.BE

= 0,5×0,8085×61,83

= 24,9947 mg

= 0.0249 gr
𝑚𝑔
% kadar = 𝑚𝑙 × 100 %

0,0249
= × 100 %
10 𝑚𝑙

= 0,249 7 %

2. Sesudah partisi

a. Titrasi 1

mg =V .N.BE

= 0,7×0,8085×61,83

= 34,9926 mg

= 0,0349
𝑚𝑔
% kadar = 𝑚𝑙 × 100 %

0,0349
= × 100 %
10 𝑚𝑙

= 0. 349 %

16
b. Titrasi 2

mg =V .N.BE

= 1×0,8085×61,83

= 49,9895 mg

= 0,0499
𝑚𝑔
% kadar = 𝑚𝑙 × 100 %

0,0499
= × 100 %
10 𝑚𝑙

= 0. 499 %

c. Titrasi 3

mg =V .N.BE

= 0,5×0,8085×61,83

= 24,9947 mg

= 0,0249
𝑚𝑔
% kadar = 𝑚𝑙 × 100 %

0,0249
= × 100 %
10 𝑚𝑙

= 0, 249 %

0,249%+ 0.499%+ 0,349%


% kadar rata-rata = 3

= 0, 864%

Jadi :

𝐶𝑢 ( 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 )
K = 𝐶𝑖 (𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑖𝑟)

0,864 %
= 0,249 %

= 3,469 %

17
DAFTAR PUSTAKA

Syam,sunarti. 2014.contoh laporan farmasi fisika . http://sunarti-


syam.blogspot.com/2014/04/laporan-praktikum-farfis-fenomena.html

Wiley,VCH, 1997, Current Tools for MedicinalChemistry : New York

Anonim, 2014, Penuntun Farmasi Fisika 1, Universitas Muslim Indonesia

Cammarata, s., 1995, Farmasi FisIka, UI-Press, Jakarta

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI


:Jakarta
Ernest. 1999 . Dinamika Obat. ITB. Bandung

Eugene, L Parrot, Ph, D, 1970, Pharmaceutical Technology, Lowa City

Gandjar, I., G. & Abdul, R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka


Pelajar.Yogyakarta
Manfred, E., W , 1979, Burger’s Medicinal Chemistry Part I, United States

Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika 1. Universitas Indonesia Press; Jakarta.

Rivai, H., 1995, Azas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.

18
Sardjoko. 1987. Pedoman kuliah rancangan obat. Yogyakarta: PAU Bioteknologi

Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Wayne P. Olson, 1995, pharmaceutical And Biotechnology Application,CRC Press

19

Você também pode gostar

  • SK Bupati
    SK Bupati
    Documento6 páginas
    SK Bupati
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • 25 Soal Latihan Dan Pembahasan Pancasila Dan UUD 1945 TWK SKD - BelajarBro
    25 Soal Latihan Dan Pembahasan Pancasila Dan UUD 1945 TWK SKD - BelajarBro
    Documento6 páginas
    25 Soal Latihan Dan Pembahasan Pancasila Dan UUD 1945 TWK SKD - BelajarBro
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Prosedur
    Prosedur
    Documento3 páginas
    Prosedur
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • 23 PD Linier Homogen TINGKAT 2
    23 PD Linier Homogen TINGKAT 2
    Documento11 páginas
    23 PD Linier Homogen TINGKAT 2
    Feilza Syareza Van
    Ainda não há avaliações
  • Homomorfisma Ring
    Homomorfisma Ring
    Documento3 páginas
    Homomorfisma Ring
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • 08610012
    08610012
    Documento87 páginas
    08610012
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Masukan
    Masukan
    Documento1 página
    Masukan
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Akuntansi
    Akuntansi
    Documento3 páginas
    Akuntansi
    Andra Somodung
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran III - Berkas Kelengkapan
    Lampiran III - Berkas Kelengkapan
    Documento3 páginas
    Lampiran III - Berkas Kelengkapan
    Gigih Pringgodanni
    Ainda não há avaliações
  • Soal UAS
    Soal UAS
    Documento1 página
    Soal UAS
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Readme
    Readme
    Documento4 páginas
    Readme
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Blog
    Blog
    Documento11 páginas
    Blog
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes
    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes
    Documento1 página
    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes
    Tirta Rahman
    Ainda não há avaliações
  • Semi Padat
    Semi Padat
    Documento61 páginas
    Semi Padat
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Soal UAS
    Soal UAS
    Documento5 páginas
    Soal UAS
    Daming Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Etiket
    Etiket
    Documento1 página
    Etiket
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Sop Penilaian Pengendalian Penyediaan Dan Penggunaan Obat
    Sop Penilaian Pengendalian Penyediaan Dan Penggunaan Obat
    Documento2 páginas
    Sop Penilaian Pengendalian Penyediaan Dan Penggunaan Obat
    mira elvianti
    Ainda não há avaliações
  • Perbaikan Koloid
    Perbaikan Koloid
    Documento10 páginas
    Perbaikan Koloid
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • 6 Integral Handout 2
    6 Integral Handout 2
    Documento54 páginas
    6 Integral Handout 2
    Fauzi Chandra
    Ainda não há avaliações
  • Grafik Simulasi Dengan Nilai Hs
    Grafik Simulasi Dengan Nilai Hs
    Documento4 páginas
    Grafik Simulasi Dengan Nilai Hs
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Perbaikan LP BJ N MJ
    Perbaikan LP BJ N MJ
    Documento15 páginas
    Perbaikan LP BJ N MJ
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • I Iiiiii
    I Iiiiii
    Documento50 páginas
    I Iiiiii
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Perbaikan LP BJ N MJ
    Perbaikan LP BJ N MJ
    Documento15 páginas
    Perbaikan LP BJ N MJ
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Buatan HP
    Makalah Buatan HP
    Documento13 páginas
    Makalah Buatan HP
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Laporan
    Laporan
    Documento17 páginas
    Laporan
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Mikro
    Mikro
    Documento15 páginas
    Mikro
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Panca Sila
    Panca Sila
    Documento25 páginas
    Panca Sila
    Jamal Thalib
    Ainda não há avaliações
  • Farfis 2
    Farfis 2
    Documento25 páginas
    Farfis 2
    Agusyarif Rezka Nuha
    Ainda não há avaliações