Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh : dr. Lilik wahyuni dr. Tria Arisanti dr. Dina Arisona dr. Raudatur Ramadhani dr. Irmadianti
Identitas Pasien
Nama
Usia Agama
Pekerjaan
Alamat Masuk RS
KU : tidak sadar
RPS : pasien datang dengaan keadaan tidak
sadar dan keluar darah dari telinga kiri serta kepala bagian kanan bengkak setelah kecelakaan lalu lintas. RPD :
Pemeriksaan
KU : lemah, GCS E1 V1 M1
t : 36,5 derajat Celcius Kepala : hematom parietal dekstra, CA +/+, pupil anisokor, Thoraks : I : ketertinggalan gerak (-), hematom (-), jejas(-) P : krepitasi (-) P : sonor A : BJ I/II tunggal, bising (-), vesikuler Abdomen : BU (+), jejas (-), Nyeri tekan (-) Ekstremitas : oedem (-), akral hangat, deformitas (-)
Assesment
Pasien datang post KLL dengan keadaan lemah GCS 1-
1-1, perdarahan telinga dan hematom pada kepala Cedera Kepala Berat
Planning IGD
O2 3-4 Lpm
Suction Inf RL 20 tpm Inj. Piracetam 3 gr Rontgent kepala ap/lateral Collar neck Rujuk RSU CT Scan
Pembahasan
Definisi Cedera kepala adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara langsung (kerusakan primer) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder)
Klasifikasi
I.
MEKANISME 1. Trauma Tumpul kecepatan tinggi : KLL kecepatan rendah : jatuh/dipukul 2. Trauma Tembus luka tembak luka jenis lain
II. KLINIS : 1. Cedera Kepala Ringan (2%) Vital Sign dalam batas normal Nilai GCS 14 Nilai GCS 15 dengan : * Amnesia paska cedera < 24 jam, atau * Hilang kesadaran < 10 menit * Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual,muntah, sakit kepala, atau vertigo
4. Cedera Kepala Sedang (9-10 %) Nilai GCS 9-13 Hilang kesadaran >10 menit tetapi kurang dari 6 jam Dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis Amnesia paska cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negatif)
3. Cedera Kepala Berat (50%) Nilai GCS 3-8 Hilang kesadaran >6 jam Ditemukan defisit neurologis Amnesia paska cedera >7 hari
III.
MORFOLOGI 1. Cedera jaringan lunak (scalp) : Vulnus 2. Fraktur tulang : a. Calvarium: fraktur linier/stelata fraktur depressed fraktur terbuka/tertutup fraktur diastasis b. Basis : tanpa/dengan kebocoran LCS tanpa/dengan paresis N.VII 3. Lesi Intrakranial : a. fokal : epidural subdural intraserebral b. Difus : Mild concussion Classic concussion Diffuse aksonal injury
tipe : Liniar, stelata, depressed, diatasis lokasi : Frontal, temporal, parietal, oksipital, kanan/kiri terbuka/tertutup II. Fraktur Basis Kranii 1. Fossa anterior : rhinorrhoea 2. Fossa Media : otorrhoea 3. Fossa Posterior : battle sign Curiga bila : Hemotympanum, periorbital ecchymosis, retroaurikuler echymosis, paresis N.VII, gangguan pendengaran, pneumocephalus
AP
Lateral
Fraktus Diastase
Rhinorrhea
Otorrhea
Battles sign
SDH Akuta
Patofisiologi
Tatalaksana
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
-
Tirah baring, kepala ditinggikan 30 derajat Istirahat di rumah Diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda tanda perdarahan epidural, seperti mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai menurun)
Untuk kesadaran menurun Lakukan resusitasi Bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing), circulation (tidak boleh terjadi hipotensi),nadi, suhu (tidak boleh terjadi pireksia) Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi cukup, dengan kalori 50% lebih dari normal
kateter Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena Rubah-rubah posisi untuk mencegah decubitus Posisi kepala ditinggikan 30 derajat Pasang NGT pada hari kedua, kecuali kontraindikasi yaitu pada fraktur basis krani
B. Terapi khusus
Medikamentosa Mengatasi tekanan darah tinggi intrakranial: manitol 20 % Simtomatis : analgetik, antiemetik, antiepileptik Antiepilepsi diberikan jika terjadi bangkitan epilepsi paska cedera Antibiotika atas indikasi
C. Rehabilitasi
Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah
TATALAKSANA
P R I M A R Y S U R V E Y
BREATHING
CIRCULATION
PUPIL ANISOKOR LATERALISASI MOTORIK LUKA TERBUKA DGN KEBOCORAN LCS PERBURUKAN NEUROLOGIS FRAKTUR DEPRESI TULANG TENGKORAK SAKIT KEPALA HEBAT
-Bradikardi -Hipertensi -Gangguan respirasi Herniasi: -Uncal pupil dilatasi ipsilateral hemiparese kontralateral -Central rostrocaudal sign
PRINSIP
MEMELIHARA KEBUTUHAN METABOLIK OTAK
RINGKASAN
JAGA PATENSI JALAN NAFAS JAGA VENTILASI ATASI SYOK PERIKSA NEUROLOGIS CEGAH CEDERA OTAK SEKUNDER CARI CEDERA YANG TERKAIT BILA STABIL, PERIKSA PENUNJANG BILA PERLU KONSUL BEDAH SARAF TERUSKAN ASESMENT
Tujuan
Mempertahankan fisiologi umum tubuh
Penanganan segera akibat cedera primer Pencegahan
atau meminimalkan cedera kapala sekunder dengan penanganan peningkatan tekanan intrakranial Mempertahankan tekanan perfusi serebral yang adekuat.
1. Cedera Kepala Ringan (GCS 1415) Stabilisasi airway, breathing dan sirkulasi
Anamnesis dan fisik diagnostik
Pemeriksaan radiologi sesuai indikasi Observasi atau masuk RS bila :
- Sakit kepala sedang berat - CT Scan abnormal - Rhinorea-Othorea - Tidak ada keluarga di - Fraktur pada kepala rumah - Amnesia - Cedera penyerta yang bermakna
Dipulangkan dari RS bila : Tidak memenuhi kriteria dirawat Diskusikan kemungkinan kembali bila memburuk dan berikan lembar kertas obsevasi Jadwalkan kontrol ulang di poli setelah 1 minggu.
3.
4.
5.
6.
Periksa dan atasi gangguan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi Periksa singkat atas kesadaran, pupil, tanda fokal serebral dan cedera organ lain. Fiksasi leher dan patah tulang ekstrimitas (bila perlu) Bila terjadi hipotensi diatasi dengan cairan isotonis kemudian cari penyebabnya Bila sudah stabil foto kepala atau CT Scan kepala bila curiga adanya hematom intrakranial Observasi fungsi vital, kesadaran, pupil, defisit fokal serebral Pasang kateter untuk evaluasi produksi urin.
Penatalaksanaan
1. ABC
2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan Radiologi 4. Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) 5. Keseimbangan Cairan Elektrolit 6. Nutrisi 7. Epilepsi/kejang
ABC
Jalan Nafas (Air way)
Bebaskan dari lidah yang turun ke belakang dengan posisi
kepala ekstensi.
Dipasang pipa orofaring atau pipa endotrakheal (bila perlu). Bersihkan sisa muntahan, darah, lendir atau gigi palsu. Isi
lambung
dikosongkan
melalui
pipa
nasograstrik
pernafasan cheyne stokes, ataksik dan central neurogenik hyperventilation) Perifer adalah aspirasi, trauma dada, edema paru, emboli paru, infeksi. Akibat dari gangguan pernafasan dapat terjadi hipoksia dan hiperkapnia. Tindakan dengan pemberian oksigen kemudian cari dan atasi faktor penyebab dan bila perlu memakai ventilator.
Sirkulasi (Circulation) Jarang hipotensi disebabkan oleh kelainan intrakranial, kebanyakan oleh faktor ekstrakranial yakni berupa hipovolemi akibat perdarahan luar atau ruptur alat dalam, trauma dada disertai tamponade jantung atau peumotoraks dan syok septik.
Tindakannya adalah menghentikan sumber perdarahan, perbaikan fungsi jantung dan mengganti darah yang hilang dengan plasma, hydroxyethyl starch atau darah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik singkat meliputi kesadaran, pupil, defisit fokal serebral dan cedera ekstra kranial setiap perburukan dari salah satu komponen diatas bisa diartikan sebagai adanya kerusakan sekunder dan harus segera dicari dan menanggulangi penyebabnya.
3. Pemeriksaan Radiologi
Dibuat foto kepala dan leher, sedangkan foto anggota
gerak, dada dan abdomen dibuat atas indikasi. CT scan kepala dilakukan bila ada fraktur tulang tengkorak atau bila secara klinis diduga ada hematom intrakranial.
4. Menurunkan TIK
Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) Peningkatan TIK terjadi akibat edema serebri, vasodilatasi, hematom intrakranial atau hidrosefalus. Untuk mengukur turun naiknya TIK sebaiknya dipasang monitor TIK. TIK yang normal adalah berkisar 0-15 mmHg, diatas 20 mmHg sudah harus diturunkan dengan urutan sebagai berikut:
3. Terapi diuretik
Diuretik osmotik (manitol 20%)
Menarik air dari jaringan otak normal melalui sawar otak yang masih utuh kedalam ruang intravaskuler. Bila tidak terjadi diuresis pemberiannya harus dihentikan. Cara pemberiannya :
Bolus 0,5-1 gram/kgBB dalam 20 menit dilanjutkan 0,25-0,5gram/kgBB,
Loop diuretik (Furosemid) Frosemid dapat menurunkan TIK melalui efek menghambat pembentukan cairan cerebrospinal dan menarik cairan interstitial pada edema sebri. Pemberiannya bersamaan manitol mempunyai efek sinergik dan memperpanjang efek osmotik serum oleh manitol. Dosis 40 mg/hari/iv
4. Piracetam Pemberian piracetam dengan dosis awal 7,2 g/hr, dosis terbagi 23 kali. Dinaikkan sesuai respon 4,8 g/hr tiap 3-4 hari sampai maksimal 20 g/hari. Dosis secara bermakna dapat memberikan efek memperbaiki gejala neurologis pada pasien cedera kepala. 5. Streroid Berguna untuk mengurangi edema serebri pada tumor otak. Akan tetapi menfaatnya pada cedera kepala tidak terbukti, oleh karena itu sekarang tidak digunakan lagi pada kasus cedera kepala 6. Posisi Tidur Penderita cedera kepala berat dimana TIK tinggi posisi tidurnya ditinggikan bagian kepala sekitar 20-30, dengan kepala dan dada pada satu bidang,
mencegah bertambahnya edema serebri dengan jumlah cairan 1500-2000 ml/hari diberikan perenteral, sebaiknya dengan cairan koloid seperti hydroxyethyl starch, pada awalnya dapat dipakai cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau ringer laktat, Jangan diberikan cairan yang mengandung glukosa oleh karena terjadi keadaan hiperglikemia menambah edema serebri.
Nutrisi
Pada CKB terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5
kali normal katabolisme protein. Proses ini terjadi karena meningkatnya kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah dan akan bertambah bila ada demam. Setekah 3-4 hari dengan cairan perenterai pemberian cairan nutrisi peroral melalui pipa nasograstrik bisa dimulai, sebanyak 2000-3000 kalori/hari.
Kejang
Status epilepsi: diazepam 10 mg/iv dapat diulang dalam 15
menit. Bila cendrung berulang 50-100 mg/ 500 ml NaCl 0,9% dengan tetesan <40 mg/jam. Setiap 6 jam dibuat larutan baru oleh karena tidak stabil. Bila setelah 400 mg tidak berhasil, ganti Fenitoin. Cara pemberian Fenitoin, bolus 18 mg/KgB/iv pelan-pelan paling cepat 50 mg/menit. Dilanjutkan dengan 200-500 mg/hari/iv atau oral. Profilaksis: diberikan pada pasien cedera kepala berat dengan resiko kejang tinggi, seperti pada fraktur impresi, hematom intrakranial dan penderita dengan amnesia post traumatik panjang. 15-20mg/kg dlm 100cc NaCl 0,9%.
Resource
Tim Neurotrauma RSU Dr.Soetomo,. 2007,. Guideline for Management of Traumatic Brain Injury. Fakultas Kedokteran Airlangga. Surabaya.
Terimakasih
Wassalamualaikum wr wb