Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Yanuar Aditya K
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Alamat Status Agama No. MR MRS : Ny. S : 43 tahun : Perempuan : Pemilik Salon : S1 : Rotan Green Garden : Menikah : Islam : 00-15-57-10 : 4 Maret 2013
Keluhan Utama
Benjolan dipayudara terasa sakit sejak 2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan
Benjolan dipayudara >> membesar dan berwarna kemerahan
Sekitar 1 bulan SMRS keluar cairan (-) benjolan di payudara semakin besar (+), nyeri (+) di payudara sebelah kanan, Nyeri dirasakan hilang timbul, timbul ketika disentuh dan hilang dengan sendirinya. Nyeri dirasakan semakin hari semakin berat sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
Riwayat Menstruasi
Mens umur 12 tahun Teratur setiap bulan
Riwayat Menikah
1x sejak 22 tahun yang lalu
Riwayat KB
Pasien mengaku mengaku sedang menggunakan KB spiral dan sudah berjalan + 8 tahun
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan tertentu
Riwayat Operasi
Pemeriksaan fisik
Kesadaran Keadaan umum BB : Compos mentis : Tampak sakit sedang : 57 kg
VITAL SIGN
Temperature : 36,5 C
Pemeriksaan Fisik
Kepala Normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata CA -/-, sklera ikterik -/-, Pupil isokor, refleks cahaya +/+
Serumen -/-
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Thorax Examination
S1-S2 noremal reguler,tidak terdapat murmur, gallop tidak ada
Inspeksi : pergerakan dinding dada statis dan dinamis simetris Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, vocal fremitus +/+ Perkusi : sonor pada hemithoraks dekstra dan sinistra
Auskult : suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Inspeksi : distensi (-), perut tampak datar, massa (-), sikatrik (-) Auskult : BU (+) normal, suara tambahan (-) Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepar/lien tidak teraba membesar Perkusi : timpani (+) seluruh lapang abdomen.
EXTREMITAS
Akral hangat
Oedema
+
Status Lokalis
Inspeksi :
Tampak benjolan berukuran kepalan tangan orang dewasa, kulit berwarna kemarahan, peau de orange (-), nipple discharge (-), retraksi puting (-), jaringan parut (-). Pada payudara kiri tidak tampak benjolan ataupun kelainan lain.
Palpasi
Teraba massa tumor soliter dengan konsistensi keras, permukaan berbenjolbenjol, batas tidak tegas, mobile (-), nyeri tekan (+), ukuran 17x13 cm.
Laboratorium
Hasil 10,7 g/dL 34% 8.900/mm3 374.000/mm3 4 menit 11 mg/dL 0,5 mg/dL 87 mg/dL
Nilai normal ( : 12 16) (37 43) (5.000 10.000) (200.000-500.000) (1 6 menit) (15-39) (0,5-1,0) (60-100)
Kimia Darah
Ureum Kreatinin GDS
Mammografi
Tanggal 26 11 2012
Kesan : Lesi solid maligna pada kuadran lateral kanan. Lesi solid dengan kalsifikasi dicurigai maligna pada kuadran superomedial kiri. Limfadenopati aksila kanan.
Resume
Pasien wanita, 43 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada benjolan dipayudara kanan sejak 2 minggu SMRS. Sejak 6 bulan yang lalu pasien memiliki benjolan dipayudara kanan yang berukuran sebesar kelereng dan membesar dengan cepat dalam 6 bulan terakhir. Sekarang ukurannya sebesar kepalan tangan orang dewasa, nyeri (+), kulit berwarna kemerahan (+), dan teraba keras. Pada pemeriksaan fisik tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada status lokalis didapatkan inspeksi tampak benjolan berukuran kepalan tangan orang dewasa, kulit berwarna kemarahan, pada palpasi teraba massa tumor soliter dengan konsistensi keras, permukaan berbenjol-benjol, batas tidak tegas, mobile (-), nyeri tekan (+), ukuran 17x13 cm. Pada payudara kiri tidak tampak benjolan ataupun kelainan lain. Pada hasil pemeriksaan penunjang laboratorium dan foto thorak dalam batas normal. Pada hasil mammografi didapatkan kesan lesi solid maligna pada kuadran lateral kanan. Lesi solid dengan kalsifikasi dicurigai maligna pada kuadran superomedial kiri. Limfadenopati aksila kanan
Diagnosa kerja
Tumor mamma dextra suspek ganas stadium IIIA (T3N1M0)
Diagnosa Banding
Kistosarkoma phylloides Lymphoma maligna
Rencana Pemeriksaan
Bone scanning
Rencana Terapi
IVFD RL 20 tpm Ketorolac 3% /8 jam Ranitidin 50 mg/12 jam Anbacim 1g/ 24 jam Pembedahan - biopsi insisi
Prognosis
Ad Vitam Ad Sanationan Ad Fungtionam : Dubia ad malam : Dubia ad malam : Ad malam
Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal karena kanker payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di amerika serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu.1 Data di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.
Factor resiko
Usia
Geografi Jenis kelamin
usia < 30 tahun jarang tapi insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%).
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada lakilaki. Menarche pada usia dini (<12 thn)dan menopause yang terlambat dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Menstruasi
Reproduksi
Wanita nullipara atau yang pertama kali melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko 3-4 kali.
Bukti-bukti yang ada menyebutkan bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan risiko
Pada usia dewasa, tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah menopause.
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% pedigree.
Diagnosis
Anamnesis Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada putting susunya
Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah ketiak Puting susu terasa mengeras
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak. Tumor-tumor jinak, seperti kista retensi atau tumor jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Kanker payudara dalam taraf permulaan pun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah mulai.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Tampak dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit Edema kulit seperti gambaran kulit jeruk (peau doranges) Retraksu Puting susu, eksem pada puting susu, edema, ulserasi, satelit tumor di kulit, atau nodul pada axilla.
Pemeriksaan fisik
Palpasi
Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada perlengketan, Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular. Adanya tumor satelit 6,7
Pemeriksaan penunjang
Mammografi Tanda-tanda malignitas yang dapat dideteksi dengan mamografi adalah : Adanya massa berstruktur stellate (massa dengan tepi tidak rata, radial, seperti isi kedondong). Mikrokalsifikasi, yang terdapat pada massa stellate atau hanya mikrokalsifikasi saja. Tipe kalsifikasi dapat tersebar (cluster type) Adanya retraksi papilla yang terlihat pada mammografi Adanya infiltrasi pada subkutan, atau infiltrasi tumor pada kulit Pembesaran limfonodi di daerah aksilla 4
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi (USG) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Biopsi Biomarker
N3 : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau klinis terdapat metastase pada KGB mamaria interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastase pada KGB aksila atau adanya metastase pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna
N3a : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral N3b : Metastase pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila N3c : Metastase pada KGB supraklavikula
Metastase jauh (M) Mx : Metastase jauh belum dapat dinilai M0 : Tidak terapat metastase jauh M1 : Dijumpai metastase jauh
Stage I
Stage IIA
T1
T0 T1 T2
N0
N1 N1 N0 N1 N0 N2 N2 N2 N1 N2
M0
M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0
Stage IIB
T2 T3
Stage IIIA
T0 T1 T2 T3 T3
N (semua) M1
Diagnosis Banding
Fibroadenoma Mammae (FAM)
Suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar dari tumor payudara. Konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu 15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya cukup dengan eksisi tumornya.
Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang besar Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi Cystosarcoma philloides tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk mastekstomi subkutan.
Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru melainkan suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.
Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses.
Penatalaksanaan
1. Operasi
BCS (breast conserving surgery) simple mastectomy modified radical mastectomy radical mastectomy (paling tua)
Mastektomi radikal Jenis operasi yang paling tua dari Halsted Pada mastektomi radikal dilakukan pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini merupakan standar baku sejak awal abad ke-20 hingga tahun 50-an namun sekarang sudah jarang dilakukan kecuali bila ada tumor payudara yang sangat besar dan melekat ke otot pektoralis.
Mastektomi radikal modifikasi Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan oleh mastektomi radikal yang telah dimodifikasi oleh Patey Pada mastektomi radikal modifikasi ini m.pektoralis mayor dipertahankan sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan efek kosmetik pada dinding dada yang terjadi bila dilakukan mastektomi radikal dapat dikurangi. M.pektoralis minor dapat pula dipertahankan, atau diangkat, atau diretraksi untuk mendapatkan akses ke aksila. Bukti-bukti menunjukkan tidak ada perbedaan pada tingkat rekurensi lokal dan survival antara mastektomi radikal dan mastektomi radikal modifikasi.
Mastektomi simple Dilakukan pengangkatan payudara saja tanpa mengangkat limfonodus atau otot. Pembesaran KGB aksila dirawat dengan radioterapi. Metode ini dipopulerkan oleh MacWhirter di Inggris. Bila dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Rekonstruksi ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini tidak dapat dilakukan usahakan prostesis eksterna.
BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga tindakan yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau tumorektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa payudara tersebut. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). BCS secara kosmetik lebih baik dari mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun. Tapi diseksi aksila disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral tetap intact dan jaringan payudara masih ada sehingga pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.
Indikasi BCS :
T: 3 cm (stadium I atau II) Pasien ingin mempertahankan payudaranya
Syarat BCS :
Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan Tumor terletak tidak sentral Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca BCS Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan lain yang difus (luas) Tumor tidak multipel Belum pernah terapi radiasi di dada Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)
Penatalaksanaan
2. Radiasi
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tidak operabel.
Penatalaksanaan
3. Kemoterapi
Salah satu terapi sistemik yang dapat digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat diberikan pada pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan histopatologik ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih operabel pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut kemoterapi neo adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan pembedahan. Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC. Kemoterapi adjuvan diberikan sebanyak 6 siklus, paliatif 12 siklus dan neoadjuvan 3 siklus praterapi primer ditambah 3 siklus pascaterapi primer.
Penatalaksanaan
4. Hormonal
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40% kanker payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron. Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan progesteron yang merespons positif terapi hormonal mencapai 77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV di samping kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Terapi hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya lebih sedikit.
Penatalaksanaan
5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
0
I II
> 90
80 60
90
65 45
IIIA
IIIB IV
50
35 10
40
20 5
Tidak ada
1-3 KGB
80
65
65
40
> 3 KGB
30
15
<1
3-4
80
55
5-7,5
45
Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER negatif.
Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun melakukan satu kali baseline mammography. 40-49 tahn = mammografi setiap 2 tahun lebih dari 50 tahun = mammografi setiap tahun.
Daftar Pustaka
World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009. Available from : www.who.int. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm: 342-364. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta. Edisi Pertama. 2004. Hlm: 2-15. Lester SC. The Breast. In : Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease, Seventh Edition, W.B. Saunders Company. 2005. p.1129-1152 Brunicardi CF. Schwartzs principles of surgery. Ninth edition. USA : McGrawHills, 2010. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah radiasi onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2001. Hal. 4-5 Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice of surgery: basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2002. p. 65568 Ashar I. Carcinoma mammae. 2010. Available from : http/:www.fkumy.ac.id/. Accesses Maret 8th, 2013. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
Daftar Pustaka
De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 . Hlm : 387-402. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato and Berry B. Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000. Page: 11. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed. Oxford Press. Page: 110-116 American Cancer Society . Detailed Guide : Breast Cancer . 2009. Available from : www.acs.org. Makhoul, Issam. Breast Cancer: Overview. 2006 Available from: http://www.emedicine.com. Yuliana. Deteksi Dini Efektif Melacak Kanker Payudara. Available from: http://www.info-sehat.com. Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection of Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.