Você está na página 1de 48

ALKALOIDA

OLEH
BURHANUDDIN TAEBE

1. BATASAN
Merupakan gol. senyawa organik terbanyak di alam, terdapat hampir pada semua tumbuhan, sedikit dari hewan, mikroorganisme, serangga, biota laut dan tumbuhan rendah. Berbagai batasan alkaloida, semua disertai pengecualian. Semua mengandung satu atau lebih atom N dan biasa merupakan bagian dari cincin heterosiklik, batasan ini tidak tepat, karena ada senyawa nitrogen heterosiklik di alam, tidak diakui sebagai alkaloida, misalnya pirimidin, pteridin, dan asam nukleat. Hampir semua memiliki aktivitas fisiologis , ada sangat beracun, ada berguna dalam pengobatan, misal : kuinin, morfin dan striknin. Alkaloida adalah senyawa organik yang mengandung

unsur nitrogen, bersifat basa, memiliki aktivitas fisiologis dan terdapat dalam makhluk hidup.

Terdapat pada bagian tumbuhan: biji, daun, kulit batang, kayu dls. Kadar sangat kecil, biasa kurang dari 1%, ada cukup tinggi, misal kulit kayu tumbuhan tahunan, mengandung 10 15% alkaloida (kulit kina mengandung sekitar 10% kuinin).

2. SEJARAH

Sejarahnya hampir setua peradaban manusia. Telah digunakan sebagai obat dalam minuman, kedokteran, teh, tapel, dan racun selama 4.000 tahun. Tidak ada usaha untuk isolasi komponen aktif dari ramuan tsb. hingga permulaan abad ke-19 Pertama ditemukan adalah opium, getah kering Papaver somniferum. Digunakan dalam obat selama berabad-abad dan sifat analegetik, narkotik telah diketahui. Tahun 1803 Derosne mengisolasi alkaloida semi murni opium diberi nama narkotina. Sertuner tahun 1805 meneliti lebih lanjut opium dan berhasil mengisolasi morfin. Tahun 1817 1820 di Lab. Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi Paris, melanjutkan penelitian balkaloida dan menemukan strikhnina, emetina, brusina, piperina, kafein, kuinina, sinkhonina dan kolkhisina dalam waktu singkat.

Tahun 1826 Pelletier dan Caventon menemukan koniina (penyebab kematian Socrates). Koniina, alkaloida pertama ditentukan sifat (1870) dan disintesis (1886). Tahun 1884 ditemukan 25 alkaloida dari Cinchona sp. Penentuan struktur alkaloida terhalang beberapa hal a.l kompleksitasnya, contoh strikhnina ditemukan pertama Pelletier dan Caventon 1819, struktur baru ditentukan Robinson dkk 1946 (140 tahun). Tahun 1939 hampir 300 alkaloida telah diisolasi dan 200 telah ditentukan struktur. Dalam seri Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh Manske pada 1950 memuat lebih 1000 alkaloida. Dikenalnya teknik sistem analisis kromatografi preparatif dan instrumen canggih maka penemuan alkaloida meningkat cepatnya. Buku terbitan 1973 mencatat 4959 alkaloida dapat diisolasi dan 3293 ditentukan strukturnya. Perkembang Ilmu Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam kromatografi dan instrumen spektroskopi dengan sistem komoputerisasi maka isolasi dan penentuan struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagi.

3. Sumber Alkaloida
Awal

alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme dan tumbuhan rendah.

Contoh

: sebangsa rusa (muskopiridina), sejenis musang Kanada (kastoramina), feromon seks serangga (pirol) neurotoksik dari Gonyaulax catenella (saksitoksina), bakteri Pseudomonas aeruginosa (pirosiamina) cendawan (khanoklvina-1), marga lumut Lycopodium (likopodina)

CH3

O H2N O H H N NH N N H OH N CH3 O

CH2OH HN O

HN

MUSKOPIRIDIN HOH2C CH3 NHCH3 H

KASTORAMIN H3C

H SAKSITOKSIN

PIROL

O N

N N H KHANOKLAVIN-1 LIKOPODIN

N CH3

PIROSIAMIN

Alkaloida

sebagian besar dalam tumbuhan berbunga. Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau Marga (Genus). Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa (Ordo) dan 34 mengandung alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung sedikitnya satu alkaloida, hanya 8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga mengandung alkaloida: Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga beberapa Marga mengandung alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama mengandung alkaloida sama juga dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin terdapat dalam 7 Marga yang berbeda dari Keluarga Solanaceae, sedang vindolin dan morfin terdapat terbatas hanya beberapa jenis tumbuhan dari Marga yang sama.

Alkaloida

biasanya dilokalisasi pada bagian tertentu dari suatu tumbuhan, misalnya reserpin pada akar Rauwolfia sp., kuinin pada kulit batang Cinchona ledgeriana L., morfin pada getah Papaver somniferum L., belum tentu disintesis pada bagian tumbuhan tersebut, misal : alkaloida dari Marga Datura dan Nico-tiana disintesis di akar dan segera ditranslokasi di daun. konsentrasi total alkaloida yang terdapat pada bagian tumbuhan sangat bervariasi, misalnya reserpin kadar 1% dalam akar Rauwolfia sp., tetapi vinkristin dari daun Catharanthus roseus hanya 4 x 10-6 %, hal ini menunjukkan beta sukarnya dalam industri alkaloida.

Kisaran

4. Klasifikasi
Alkaloida,

senyawa organik bahan alam tidak punya tatanama sistematik, karena itu dinyatakan dengan nama trivial, berakhiran ina seperti pada karbohidrat dengan akhira - osa, misal : kuinina, morfina, strikhnina. Dibanding steroid dan flavonoid punya struktur dasar, alkaloida struktur beragam, klasifikasi alkaloida rumit dan belum ada klasifikasi seragam, umum digolongkan berdasarkan pada : 1. Jenis cincin heterosiklik nitrogennya 2. Asal tumbuhan terdapatnya 3. Berdasar atas asal usul biogenetinya 4. Aktivitas, asal usul asam aminonya dan sifat kebasa annya

1. Jenis cincin heterosiklik nitrogennya


Menurut klasifikasi ini dikenal, misalnya alka-loida pirolidina, piperidina, isokuinolina, indol, kuinolina dan sebagainya.
N ISOKUINOLIN

N H PIROLIDINA

N H PIPERDINA

N KUINOLINA

N H INDOL

2. Asal tumbuhan terdapatnya


Dasar

awal alkaloida ditemukan pada tumbuhan, misal : alkaloida tembakau, alkaloida Amaryllidaceae, alkaloida Erythrina dan sebagainya. Kesulitan, ada alkaloida tidak hanya terdapat pada satu tumbuhan, misal : nikotina, selain dalam temba-kau dari Keluarga Solanaceae, juga terdapat dalam tumbuhan lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan tembakau. Kelemahan lain, beberapa alkaloida berasal dari satu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang sangat berbeda-beda.

3. Berdasar atas asal usul biogenetinya


Cara

ini dapat menjelaskan hubungan antara satu alkaloida dengan alkaloida lainnya yang diklasifikasi berdasarkan cincin heterosillik, merupakan perluasan sistem berdasarkan cincin heterosikliknya. Biosintesis menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan ini, alkaloida dibedakan atas 3 golongan utama, yaitu : 1.Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam amino ornitin dan lisin 2.Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal fenilalanin, tirosin dan 3,4 dihidroksifenilalanin 3.Alkaloida aromatik jenis indol, yang berasal dari triptofan

ALKALOIDA ALISIKLIK

O COOH CH NH2 ORNITIN NH2 N CH30 HIGRINA 2HN CH3 OCHOCH2 C6H5 N RETRONESINA HO CH2OH HIOSIAMINA CH2OH

CH2OH COOH HC NH2 LISIN NH O NH N H ISO[PELETIERINA O N PSEUDOPELETIERINA LUPININA

ALKALOIDA FENILALANIN
R1 NH2 R2 R1 H H OH R2 H OH OH FENILALANIN TIROSIN 3,4 - DIHIDROKSI FENILALANIN O HO N OCH3 COOH H3CO N(CH3)2 H3CO OCH3 HORDENINA N(CH3)2 HO

MEZKALINA

OCH3 BERBERINA

H3CO NCH3 H3CO H3CO

H3CO N H3CO OCH3 CH3

HO

O NCH3

H3CO

OCH3 HO

KORIDINA

LAUDANOSINA

MORFINA

ALKALOIDA INDOL
OPO2H2 COOH NH2 N H TRIPTOFAN N H SEROLTININA HO NH2 N(CH3)2 N H FILOSIBINA

H HOOC N HO N H3CO CH3 H N

NH

N KUININA

O STRIKHNINA

ASAM LISERGAT

4.Didasarkan atas aktivitas, asalusul asam aminonya dan sifat kebasaannya


-

Alkaloida sesungguhnya, merupakan racun, memiliki aktivitas fisiologis luas, hampir semuanya bersifat basa, mengandung unsur nitrogen pada cincin heterosiklinya, dibiosintesis dari asam amino, biasa terdapat sebagai garam organik dalam tumbuhan. Aturan ini dikecualikan terhadap kolkhisina dan asam aristolokhat bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quaterner yang sedikit bersifat asam.

H3CO NHCOCH3 H3CO OCH3 O OCH3 KOLKHISINA O

COOH NO2

OCH3 ASAM ARISTOLOKHAT - 11

Protoalkaloida, merupakan amin sederhana, atom nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosikliknya, biosintesisnya dari asam amino yang bersifat basa, misalnya :

H3CO

NH2 CH3 N(CH3)2 H C OCH3

H3CO

CH N H N,N - DIMETILTRI[TAMINA

OH NHCH3 EFEDRINA

MEZKALINA

Pseudoalkaloida,

tidak diturunkan dari prekursor asam amino, biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang khas dari golongan ini, yaitu alkaloida steroidal (misal konessina) dan alkaloida purin (misal kofeina)

CH3 N CH3 H3C CH3 H (H3C)2N KONESINA H H O N N CH3 KOFEINA O

CH3 N

Biosintesis
Biosintesis

alkaloida dimulai dengan dasar pada hasil analisis ciri struktur yang sama dalam berbagai molekul alkaloida. Kesimpulan hasil analisis dan didukung oleh penelitian menggunakan senyawa bertanda, terungkap mekanisme biosintesis alkaloida. Pictet dan Robinson, menemukan bahwa alkaloida aromatik mempunyai suatu struktur, yakni ariletilamina. Kedua menemukan alkaloida tertentu dari jenis 1 benzilisokuinolin, seperti laudanosina, mengandung 2 unit ariletilamina yang berkondensasi

R1 NH2 R2

R1 NH R2 R1

H3CO N H3CO R1 OCH3 CH3

R2 R2

OCH3

2 UNIT b ARILETILAMINA

LAUDANOSINA

Selanjutnya,

Robinson mengamati kondensasi antara dua unit ariletilamina reaksinya mengikuti kon-densasi Mannich. reaksi Mannich, aldehida berkondensasi dengan amina menghasilkan ikatan karbon nitrogen bentuk imina (atau garam iminium), diiukuti sera-ngan atom karbon nukleofilik membentuk ikatan karbon karbon. Atom karbon nukleofilik dapat beru-pa suatu enol atau suatu fenol.

Menurut

Reaksi umum kondensasi Mannich


H C ALDEHIDA O
+

H N AMINA H

O C

H N H

OH C N

N H C C N C O H

IMONIUM

C H

C O

C O

ENOL / FENOL

Berdasarkan

reaksi Mannich maka biosintesis dari laudanosina sbb :


HO NH2 NH2 HO HO HO CHO

HO

HO 3,4- DIHIDROKSI FENILALANIN

MANNICH H3CO N H3CO OCH3 LAUDANOSINA OCH3 OH CH3 HO OH

O N

Reaksi

biosintesis tersebut didukung oleh ppercobaan demgan senyawa bertanda, seperti percobaan Barton, menunjukkan kondensasi Mannich dapat terjadi di dalam jaringan tumbuhan. Pecobaan lain, kondensasi Mannich dapat in vitro pada suhu kamar dan pH netral. Reaksi pokok seperti biosintesis laudanosina, merupakan dasar dalam biosintesis alkaloida. Selain reaksi dasar di atas, biosintesis alkaloida melibatkan pula reaksi reaksi sekunder, menyebabkan terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu reaksi sekunder, ialah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan radikal bebas, diikuti oleh rangkapan radikal menghasilkan ikatan karbon karbon.

OH (O)

Rekasi reaksi sekunder lainnya ialah metilasi dari oksigen menghasilkan gugus metoksi ( - OH ----- - OCH3 ) dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N- metil ( - NH ---- - NCH3 ) atau oksidasi gugus amina. Keragaman struktur alkaloida, disebabkan pula oleh keterlibatan fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid atau poliasetat. Berbagai percobaan senyawa bertanda menunjukkan asam amino ornitin dan lisin adalah senyawa awal (prekursor) dalam biosintesis alkaloida alisiklik, seperti higrina, hiosiamina, isopeletierina dan pseudoisopeleteriena yang mempunyai cincin pirolidina dan piperidina, seringkali disebut sebagai alkaloida sederhana.

Biosintesis

alkaloida, ornitin atau lisin pertama berdekarboksilasi -----diamina yang sebanding. Selanjutnya diamina mengalami deaminasi oksidatif ---- aminoaldehida, yang berada dalam keseimbangan tautomerik dengan imina siklik. Senyawa terakhir, merupakan senyawa antara reaktif, bereaksi Mannich dengan karbon nukleofilik ----- berbagai alkaloida alisiklik. Reaksi di bawah menunjukkan, alkaloida higrina diturunkan dari ornitin melalui N metilimina reaktif, kemudian diserang asam asetoasetat (asetoasetil Koenzim A) yang berfungsi sebagai senyawa karbon nukleofilik. Reaksi sejenis dialami pula asam amino ornitin dalam menghasilkan hiosiamina. Pada biosin-tesis ini, higrina pertama terbentuk mengalami oksidasi pada gugus amina, diikuti reaksi Mannich, kedua menghasilkan tropinon. Senya-wa terakhir direduksi dan esterifikasi --- hiosiamina (alkaloida tropan).

O H2N H2N ORNITIN COOH H2N H2N NH2 H N IMINA

COOH + N CH3 CH2COCH3 N CH3

- CO2 N

COOH

CH3 HIGRINA

NCH3

(O)

H3C NCH3 O NCH3 O (H)

TROPINON CH2OH H NCH3 OH C6H5 C - COOH NCH3 OCOCH - C6H5 CH2OH TROPINA HIOSIAMINA H

Biosintesis

dari alkaloida yang berasal dari lisin, seperti isopeletierina dan pseudopeletierina, mengikuti pokok pokok reaksi sama seperti diuraikan untuk ornitin.
COOH NCH3 O

NH2

NH2

ISOPELETIERINA

NCH3

PSEUDOPELETIERINA

Biosintesis nikotina dan anabasina, dengan senyawa bertanda menunjukkan cincin pirolidina nikotina dan cincin piperidina anabasina, berasal dari ornitin dan lisin. Sedang cincin piridina dari kedua alkaloida berasal dari asam nikotinat. Dari percobaan ini diketahui gugus amino yang terikat dari ornitin digunakan membentuk cincin pirolidina dari nikotina. Ternyata pula bahwa - N metilornitin digunakan pula tanpa menyingkirkan gugus metil. Berdasarkan hasil percobaan ini, maka :
*
H2N

COOH

HN

H2N

O NH

*H

N CH3 COOH

CH3

*
N NIKOTINA

N CH3

*
N ASAM NIKOTINAT

Hubungan

biogenetik berbagai alkaloida jenis fenilalanin, dari fenil alanin, tirosin dan 3,4 dihidroksi fenilalanin, dijelaskan: modifikasi paling sederhana dari asam amino ini ialah dekarboksilasi menghasilkan alkaloida dengan karbon ariletilamina, seperti hordenina dan mezkalina
COOH NH2 NH2 HO TIROSIN HO HORDENINA N(CH3)2

HO

HO NH2 HO 3,4 - DIHIDROKSI FENILALANIN

COOH

H3CO

COOH N(CH3)2

H3CO MEZKALINA

Perubahan

unit ariletilamina melalui norlaudanosina dan retikulina---- berberina dan morfina menunjukkan pula hubungan biogenetik antara kelompok alkaloida ini. Biosintesis alkaloida indol hampir semuanya berasal dari asam amino triptofan. Alkaloida indol sederhana seperti serotinina dan psilosi-bina terbentuk sebagai hasil dekarboksilasi dari turunan triptofan yang sebanding. Akan tetapi untuk alkaloida kompleks berasal dari pengga-bungan turunan asam mevalonat dan triptofan. Bentuk sederhana , satu molekul dimetilalil pirofosfat diinkorporasikan ke dalam triptofan ----asam lisergat, lewat khanoklavina dan agroklavina, ketiga alkaloida ini ditemukan bersama sama dalam Claviseps purpurea.

(O), CO2

COOH -CO2 NH2 HO TIROSIN

HO CHO NH2 HO 3,4 - DIHIDROKSITITAMIN HO

HO NH HO OH

H3CO N H3CO OCH3 CH3

OH NORLAUDANOSINA LAUDANOSINA

OCH3

H3CO N HO OH CH3

H3CO N HO CH2 OH

(O)

OCH3 RETIKULINA

OCH3

H3CO

O N OCH3

HO N H H3CO O SALUTARIDINA CH3

OCH3 BERBERINA

H3CO

H3CO

H3CO

H3CO

HO

1 N H CH3

HO

2 N H CH3

HO

3 HO N H CH3 H H3CO TEBAINA 4 N CH3

H3CO O SALUTARIDINA

H3CO OH SALUTARIDINOL

H3CO OAc

A HO

H3CO

H3CO

H3CO

6 O N H O H O CH3 H O N CH3

5 O N H O H O H H3CO CH3 H O N CH3

KODEINONA

NEOPINONA

ORIPAVINA

H3CO

HO

HO

O N H HO H CH3

8 O N H HO H CH3

O N H O CH3

KODEINA

MORFINA

MORFINONA

KETERANGAN 1. Reduksi karbonil 2. Esterifikasi Asetil CoA 3. 4. Oksidasi 5. Demetilasi, hidroksilasi 6. Tautomerisasi keto-enol 7. Reduksi karbonil 8. Demetilasi A. Demetilasi B. Demetilasi C. Reduksi

Bentuk

lain keterlibatan asam mevalonat dalam biosintesis alkaloida indol ialah inkroporasi dua molekul asam mevalonat (dalam bentuk monoterpen loganin) yang ditemukan dalam beberapa alkaloida, seperti striktosidina dan serpentina.
COOH NH2 HO NH2 N H TRIPTOFAN N H SEROTININA OPO3H2

N H PSILOSIBINA

N(CH3)2

OOP H2N COOH NH2 N H

N H TRIPTOFAN HOH2C

NHCH3

NCH3

HOOC NCH3

N H KHANOKLAVINA

N H AGROKLAVINA

N H ASAM LISERGAT

HO OOP O - Glc O H3COOC LOGANINA

OHC

O - Glc O H3COOC SEKOLOGANINA

COOH NH2

N H TRIPTOFAN

N N H N H

NH O - Glc O O H3COOC STRIKTOSDINA

H3COOC SERPENTINA

Sifat sifat
a.

Sifat Fisika, kebanyakan padatan kristal dengan titik lebur tertentu, sedikit berbentuk amorf dan hanya ada beberapa berbentuk cair (nikotina dan koniina). Umum tidak berwarna, hanya beberapa berwarna, misalnya berberina dan serpentins (kuning), betanina (merah). Kelarutan alkaloida bebas hanya larut dalam pelarut organik, pseudo dan protoalkaloida larut dalam air, betanina (merah) bentuk garamnya dan alkaloida kuaterner larut dalam air. Alkaloida seringkali optik aktif dan biasanya hanya satu dari isomer optik dijumnpai di alam, beberapa terdapat dalam bentuk rasemat, kadang juga satu tumbuhan mengandung satu isomer dan tumbuhan lain mengandung enantiomernya

b.

Sifat kimia, umunya bersifat basa, sifat ini tergantung pada adanya pasangan elektron dari nitrogen. Jika gugus fungsional berdekatan nitrogen bersifat melepaskan elektron (misalnya gugus alkil) maka kesediaan elektron nitrogen naik dan senyawa bersifat basa. Sebagai contoh trietilamin lebih basa dari dietilamin dan dietilamin lebih basa dari etilamin. (C2H5)3 N (C2H5)2 N (C2H5) N bila gugus fungsional berdekatan bersifat menarik elektron (gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan sedikit bersifat asam. Misalnya senyawa yang mengandung amida

Sebaliknya,

Inti

piridin mengandung 6 eletron di dalam cincin heterosikliknya, dengan demikian pasangan elektron terdapat pada nitrogen dan piridin bersifat basa. Ikatan rangkap karbon nitrogen mengurangi kebasaannya dan piridin kurang basa daripada piperidin yang jenuh. Kebasaan quinolin dan isoquinolin mirip dengan piridin.

N PIRIDIN

N N PIPERIDIN N QUINOLIN ISOQUINOLIN

Sistem

cincin anggota lima, pirol hanya akan merupakan aromatik penuh (4 + 2 elektron), bila pasangan elektron pada nitrogen dilibatkan dalam aromatisitas, sehingga pirol dan indol yang analog benzenoidnya buka basa. Kenyataan senyawa tersebut bersifat asam karena pembentukan anion menaikkan ketersediaan elektron nitrogen. Namun demikian pirolidin bersifat basa sangat kuat seperti piperidin.

N H PIROL

N H INDOL

N H PIROLIDIN

Kebasaan

alkaloida menyebabkan pada penyimpanannya sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama jika ada panas dan sinar dengan oksigen, ----- reaksi berupa N oksida. alkaloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan. Untuk mengatasi masalah ini, maka dalam penyimpanannya biasa dibuat dalam bentuk garam dengan asam organik (tartrat, sitrat) atau asam anorganik (asam sulfat, asam klorida).

Dekomposisi

Deteksi
Menunjukkan

secara cepat alkaloida dalam sampel dilakukan dengan pereaksi warna, umum adalah pereaksi Mayer. Pereaksi warna ini juga mengendapkan senyawa lain sampel, sehingga alkaloida perlu dimurnikan.

Metode

mendeteksi alkloida harus memiliki minimal 3 ciri, a) cepat, menggunakan sampel sedikit dengan peralatan seder-hana, b) dapat terulang, dan c) sensitif.
metode yang umum, yairu : prosedur Wall dan prosedur Kiang Douglas.

Dua

Prosedur

Wall, ekstraksi 20 g sampel kering secara refluks dengan etanol 80%. Dingin saring, ampas dicuci etanol 80%, filtrat dikumpul, diuapkan. Residu larutkan dengan air suasana asam (asam klorida 1%), disaring, tambah pereaksi endap seperti Mayer, siklotungstat atau pereaksi lain. Bila positif, maka larutan asam dibasakan kembali dan diekstraksi dengan pelarut organik. Lapisan organik asamkan kembali dan lapisan air asam dites dengan pereaksi warna, jika positif maka dapat diyakini bahwa sampel mengandung alkaloida. Lapisan organik basa perlu juga dites untuk menentukan adanya alkaloida quaterner.

Prosedur

Kiang Douglas, sampel kering dibasakan dengan larutan amonia encer,ekstraksi dengan pelarut organik (kloroform), Ekstrak kloroform dipekatkan dan alkaloida diubah menjadi garam hidroklori dengan penambahan HCl 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi alkaloida. metode Kiang Douglas adalah senyawa amonium kuaterner tidak dapat diubah menjadi bentuk basa bebasnya dengan cara penambahan amonia dan tetap tinggal dalam sampel sehingga tidak terdeteksi. Sedang prosedur Wall alkaloida quaterner muncul sebagai false positive karena senyawa tersebut tidak dapat terekstraksi ke dalam pelarut organik dalam suasana asam basa.

Kekurangan

Beberapa

pereaksi endap; Mayer, Bouchardat, Dragendorff, Wagner, larutan tannin, lauran pikrat dalam air, larutan asam pikrolonat, larutan asam sublimat, larutan asam silikowolframat dan larutan emas klorida, Pereaksi warna; asam sulfat bebas NO, pereaksi Edman, perekasi Frohde, pereaksi Mandelin, pereaksi Marquis.

Ekstraksi

Keragaman golongan alkaloida ----- pola ekstraksi dilakukan atas dasar sifat kebasaannya. Berdasarkan atas sifat ini ----alkaloida diekstraksi dengan dua cara, yaitu : pertama ekstraksi dengan air dalam suasana asam kedua ekstraksi dengan pelarut organik dalam suasana basa. Ekstraksi awal alkaloida umumnya dilakukan dengan pelarut organik suasana basa. Beberapa alkaloida terdapat dalam biji, daun atau bagian tumbuhan lain yang mengandung lilin bersifat sangat non polar ----- mengganggu proses selanjutnya -----diawalemakkan dengan petroleum eter. Ektrak petroleum eter perlu dites alkaloidanya. Kalau banyak alkaloida yang tersari, diatasi ----membuatu suasana asam (alkaloida dalam bentuk garam) larut dalam air ----- iekstraksi dengan peteroleum eter.

Contoh bagan ekstraksi alkaloida yang dapat dikembangkan

Você também pode gostar