Você está na página 1de 30

Apparatus Lacrimalis

APPARATUS LAKRIMALIS
Sistem

produksi (Secretory apparatus)


lakrimal :

Glandula

terletak di temporo antero superior rongga orbita kelenjar eksokrine

Glandula

lakrimalis aksesori :

Krause & Wolfring Terletak di dalam substantia propia di konjungtiva palpebrae

Sistem ekskresi (Excretion section)


jalur

ekskresi air mata hingga ke cavum nasi tdd : pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal

VASKULARISASI
arteria

lakrimalis

INERVASI
N.

maksilaris (sensoris), cabang dari N. V1 Nervus petrosus superfisialis magna (secretorius) Nervus simpatis, yang menyertai arteria lakrimaris dan nervus lakrimalis

DRAINASE

menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam limfonodus pra-aurikula

AIR MATA
Volume

normal 7 2 L pada setiap mata pH 7,35

Isotonik,

Mengandung Terdiri

K+, Na+, Cl- , glukosa, urea, protein (albumin&globulin), imunoglobulin (IgA, IgG dan IgE) dari 3 lapisan, yaitu :
Lapis superfisial Lapis akueus tengah lapis musin dalam

Fungsi:

Membuat permukaan kornea menjadi licin Membasahi permukaan konjungtiva dan kornea untuk menghindari kerusakan epitel pada jaringan tersebut. Untuk mencegah berkembangnya organisme pada konjungtiva dan kornea karena sifatnya anti bakteri.

Pengukuran

: Schirmer Test

5mm

25 mm Normal 10 - 15 mm dalam 5

Pemeriksaan Fungsi Sistem Lakrimasi Uji Anel

Fungsi (+)

ekskresi Anestesi, dilatasi, penyemprotan garam fisiologik

bila cairan masuk ke tenggorokan, refleks menelan

Uji Rasa
Fungsi (+)

ekskresi 1 tetes sakarin pada konjungtiva

bila merasa manis setelah 5 menit

Uji Schirmer I
Fungsi

sekresi total air mata tidak manipulasi, kertas filter Whatman di forniks konj.bulbi bwh : basah 10mm setelah 5 menit

Redup, Normal

Uji Schirmer II
Bila

pada Uji Schirmer I, kertas basah < 10mm setelah 5 menit : basah 15mm setelah 15 menit

Normal

A. DAKRIOADENITIS

DAKRIOADENITIS
Peradangan

pada kelenjar lakrimal

jarang ditemukan, dapat dalam bentuk unilateral atau bilateral. dapat berjalan akut atau kronis. Infeksi akut dan kronis dapat terjadi akibat infeksi:
a. b. c.

Virus Bakteri Jamur

DAKRIOADENITIS
Akut

Anak-anak

campak,
Dewasa

: komplikasi dari parotitis epidemika, atau influenza

: gonore, infeksi purulen kelopak mata dan konjungtiva atau trauma perforasi kelenjar lakrimal : rasa tidak enak & nyeri orbita bagian superior dan temporal, bengkak & kemerahan di bwh kelopak mata atas, menimbulkan blefaroptosis palpebra superior yang menampakkan kurva bentuk-S, nyeri preaurikuler : Kompres hangat, antibiotika lokal dan sistemik, insisi bila terjadi abses, berikan anti piretik, analgetik bila perlu

Keluhan

Pengobatan

DAKRIOADENITIS

Kronis
Etiologi:

infiltrasi sarkoiditis, tuberculosis, leukemia limfatik, trakoma, sindrom Mickulicz menyerupai keadaan akut, tapi tidak disertai rasa nyeri. Bila pembengkakan cukup besar, bola mata terdorong ke bawah nasal tetapi jarang terjadi proptosis. dakrioadenitis kronik ditujukan pada penyebabnya.

Gambaran

Pengobatan

B. DACRYOCYSTITIS

DAKRIOSISTITIS

Infeksi pada sakus lakrimalis Etiologi: penyumbatan duktus nasolakrimalis Menyerang anak-anak dan orang dewasa > 40 tahun terutama perempuan Pada bayi (dakriosistitis infantil), infeksi akut jarang sekali terjadi, sedangkan infeksi kronik sering menyertai obstruksi duktus nasolakrimalis. Tempat stenosis biasanya pada valvula Hasner.

DAKRIOSISTITIS
Akut

anak-anak

infeksi Haemophilus influenzae. Penyakit ini harus segera diterapi secara agresif karena resiko timbulnya selulitis orbital. Staphylococcus aureus atau kadang-kadang Streptococcus -haemolyticus. : di daerah sakus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit yang hebat di daerah kantung air mata, bengkak, demam, nyeri tekan, epifora dan regurgitasi pada penekanan daerah sakus lakrimal. Daerah kantung air mata berwarna merah meradang. Materi purulen dapat diperas dari sakus.

Dewasa Gejala

DAKRIOSISTITIS
Kronis

biasanya

disebabkan oleh tuberculosis, lepra, trakoma, dan infeksi jamur. Organisme dominan adalah Streptococcus pneumonia, atau jarang sekali Candida albicans. Infeksi campur tidak ditemukan. merupakan kelanjutan dari dakriosistitis akut dan bersifat rekuren. : radang ringan, tak terdapat rasa nyeri. Tanda satusatunya adalah berair mata yang bertanbah bila mata kena angin. Bila kantung air mata ditekan dapat keluar secret yang mukoid dengan nanah di daerah pungtum lakrimal dan kelopak melekat satu dan yang lainnya.

dapat

Gejala

DAKRIOSISTITIS
Komplikasi
Dakriosistitis

jarang dipersulit oleh konjungtivitis, walupun sakus konjungtivae secara tetap bermandikan pus (nanah) yang keluar dari pungtum lacrimale. timbul ulkus kornea setelah trauma ringan pada kornea pada pada dakriosistitis pneumoniae. stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa fistula.

Kadang-kadang

Pada

DAKRIOSISTITIS
1. 2. 3.

Diagnosa Banding Selulitis orbita Sinusitis ethmoidal Sinusitis frontal

DAKRIOSISTITIS

1. 2. 3.

Pengobatan :
Kompres hangat, antibiotika lokal dan sistemik, insisi bila terdapat abses, tindakan pembedahan dilakukan apabila gejala peradangan sudah dapat diatasi terlebih dahulu.

C. DAKRIOSTENOSIS

C. DAKRIOSTENOSIS
Penyumbatan

pada duktus nasolakrimal

Neonatus kelainan bawaan, diakibatkan tertutupnya membran di daerah meatus inferior Orang tua idiopatik, disebabkan dakriolit dan dakriosistitis Gajala : epifora shg mengakibatkan blefaritis Pengobatan : probing dgn tuba silaktik bila penyumbatan tidak sempurna atau bila terjadi residif (terdapat penyumbatan kanalikuli) dilakukan dakriosistorinostomi.

D. LAKRIMASI ANOMALI

LAKRIMASI ANOMALI
1. 2. 3.

Atresia Duktus Nasolakrimal Pungtum Anomali Sindrom mata kering (dry eye, keratokonjungtivitis sicca) Epifora

4.

1. Atresia Duktus Nasolakrimal


penutupan sementara terdapat

duktus nasolakrimal pada waktu lahir. atau menetap setelah 3 minggu kelahiran.

penimbunan air mata dan mukus dalam sakus lakrimal, yang ditunjukkan dengan adanya regurgitasi mukus pada penekanan daerah sakus lakrimal. : antibiotik lokal, masase pada pungtum kearah sakus lakrimal, bila tidak membaik setelah minggu keempat, dilakukan tindakan probing dan irigasi.
< 6 bulan tindakan dilakukan dgn pemberian sedative. > 6 bulan dengan narkosa umum

Pengobatan

2. Pungtum Anomali

Kelainan pada pungtum di mana tidak terdapat pungtum Disebabkan karena eversi pungtum yang disebabkan karena kelainan kelopak mata pada usia tua, konjungtivitis, blefaritis, ektropion. Pada pemeriksaan ditemukan adanya pungtum yang menjauh dari bola mata. Pengobatan; reconstructive (ditujukan terhadap kausa)

3. Dry Eye
Karena

defisiensi unsur film air mata (akueus, musin, atau lipid), kelainan permukaan palpebra atau kelainan epitel. dalam bentuk : defisiensi air mata, defisiensi mukos, defisiensi lipid. ini terjadi pada trauma kimia, trakoma, sindrom steven Johnson, pemfigoid, dan akibat beberapa macam obat.

Dibedakan Kelainan

Sindroma mata kering biasanya tidak dapat diobati, perawatannya hanya ditujukan untuk mencari bahan pengganti air mata. Biasanya akan memberikan keluhan panas dan rangsangan kronik. Air mata buatan dipergunakan sebagai pengganti seperti 0,5% metal selulose, 1,4% polivinil alcohol dan air mata buatan lainnya.

4. Epiphora

1. 2. 3. 4.

gangguan sistem eksresi air mata


Etiologi : Blefaritis Ektropion Paralise Fasialis Relaksasi dari M. Orbicularis oculi,

Untuk menentukan adanya gangguan pada sistem ekskresi air mata dilakukan :

Inspeksi pada posisi pungtum Palpasi daerah sakus lakrimal Irigasi melalui pungtum dan kanalikuli lakrimal Probing

Você também pode gostar