Você está na página 1de 43

Model Distribusi Perjalanan

(Trip Distribution Model)


Kuliah Pertemuan ke-4
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Model distribusi perjalanan dalam Urutan Model
4 Langkah :
Trip Generation
Trip Distribution
Mode Choice
Route Assignment
Pengertian :
- Definisi
- Aspek Filosofi

Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Pemodelan Distribusi atau Sebaran Perjalanan (Trip
Distribustion Model) merupakan suatu tahapan
pemodelan yang memperkirakan distribusi jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona asal (origin, i)
menuju ke suatu zona tujuan (destination, j).

Model sebaran perjalanan juga melibatkan proses
kalibrasi persamaan-persamaan yang akan menghasilkan
seakurat mungkin hasil model terhadap hasil observasi
lapangan dari pola pergerakan asal dan tujuan lalu lintas.
Pengertian Distribusi Perjalanan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Skematik Pengertian Distribusi
Perjalanan
i j
T
ij
Konsep Distribusi
Perjalanan
Konsep Bangkitan dan
Tarikan Perjalanan
i
j
1
T
ij
j
2
j
3
T
ij1
T
ij2
T
ij3
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
1. Data pola pergerakan/perjalanan asal-tujuan antar
zona sebagai jumlah arus lalu lintas, yang dapat
berupa kendaraan, penumpang atau barang.
2. Matriks interzonal transport impedance (jarak, waktu
atau biaya).
3. Distribusi frekuensi menunjukkan jumlah pergerakan
untuk setiap kategori transport impedance.

Kebutuhan data untuk model
distribusi perjalanan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Home interview survei dan survei lalu lintas lainnya (O-
D survey dan traffic counting survey) akan
menghasilkan pola lalu lintas (base year) antar zona-
zona dalam daerah studi dimana survei-survei ini juga
akan memberikan jumlah pergerakan inter-zona dan
intra-zona.
Jumlah pergerakan inter-zona tersebut dapat dijadikan
data untuk menggambarkan pola sebaran perjalanan
yang terjadi.
Jumlah arus pergerakan dinyatakan dalam matrik
pergerakan atau matrik asal tujuan (MAT) atau O-D
matrix.


Data Distribusi Perjalanan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
MATRIK ASALTUJUAN (MAT)
MAT disusun sebagai matrik dua dimensi dengan jumlah baris
dan kolom disesuaikan dengan jumlah zona yang diamati.
Zona Asal (i) terlihat sebagai baris dari matriks
yang menjelaskan darimana sejumlah berjalanan berasal, dan
zona tujuan (j) terlihat sebagai kolom dari matriks
yang menyatakan kemana sejumlah perjalanan didistribusikan.
Jumlah lalu lintas antara zona i dan zona j dinyatakan dengan
T
ij
dan terlihat masing-masing kotak dalam MAT.
Total trip production dan trip attraction dapat dihasilkan dari
informasi MAT. Untuk setiap zona asal, jumlah pergerakan
dalam satu garis akan menghasilkan total trip production pada
suatu zona tertentu dan jumlah kolom akan menghasilkan trip
attraction untuk zona tersebut.
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
MATRIK ASALTUJUAN (MAT)
Tujuan
(ke)
Asal (dari)
Zona
1
Zona
2
Zona
j
Total Oi
Zona 1 T
11
T
12

O
1
Zona 2 T
21
T
22

O
2
Zona i T
ij

O
i
.
.
.


Total Dj D
1
D
2
D
j

Total
Perjalanan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Sel Matrik Asal Tujuan
Jumlah arus lalu lintas (kendaraan, penumpang
dan barang) diperoleh dari hasil survei.
Perkiraan jumlah perjalanan yang terjadi
dihubungkan dengan data saat ini dengan faktor
pertumbuhan arus lalu lintas.
Terdapat beberapa metode matematik-statistik
untuk mendapatkan MAT yang akan datang.
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Metode Memperkirakan MAT
Metode
Mendapatkan
MAT
Metode
Konvensional
Metode
Langsung
Road side interview
Passenger interview
Home interview
Foto Udara
Metode Tak
Langsung
Metode Analog
Seragam
Average
Fratar
Detroit
Furness
Metode Sintetis
Model Opportunity
Model Gravity
Model Gravity
Opportunity (GO)
Metode Tidak
Konvensional
Metode
berdasarkan Arus
Lalu Lintas
Estimasi entropi
maksimum
Model estimasi
kebutuhan transportasi
After Tamin, O.Z. (2000)
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Matrik Transport Impedance
Informasi lain yang perlu tersedia untuk pemodelan distribusi
perjalanan adalah :
Matriks yang menunjukkan informasi mengenai spatial separation
untuk masing-masing zona (dalam satuan jarak, waktu atau
biaya). Nilai transport impedance biasanya diasumsikan sebagai
rute terpendek, tercepat atau termurah dari suatu zona asal ke
zona tujuan.
Dari suatu zona asal ke zona tujuan dalam suatu sistem, terdapat
beberapa kemungkinan rute, yang disebut sebagai tree. Rute
terpendek (dalam hal biaya, jarak atau waktu) dari suatu zona i
ke j disebut sebagai skim tree. Rute tersebut digunakan untuk
mengestimasi transport impedance.
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Distribusi Frekuensi Transport
Impedance
Informasi akhir yang penting (distribusi frekuensi dari
transport impedance) didapat dua matriks (survei O-D
dan survei transport impedance).
T
number of
trips
n (transport impedance)
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Contoh pembentukan MAT :
1
4
2
3
5
6
: Zona Kajian
: Arus lalu lintas (jumlah perjalanan)
dalam smp/jam
200
700
300
240
300
200
300
400
450
350
460
200
400
300
300
100
600
300 500
300
400 200
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Matrik Asal Tujuan
Tujuan
(ke)
Asal (dari)
1 2 3 4 5 6
Total
O
i
1 200 700 300 --- 240 ---
1440
2 300 200 --- 300 400 ---
1200
3 450 --- 350 --- 460 ---
1260
4 --- --- --- 300 --- 500 800
5 200 400 300 300 100 600 1900
6 --- --- --- 300 400 200 900
D
j
1150 1300 950 1200 1600 1300

7500
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Model Sebaran
Perjalanan
Model
Growth Factor
Model
Synthetic
Model Uniform
Model Average
Model Fratar
Model Detroit
Model Furness
Model Gravity
(unconstrained,
production constrained,
attraction constrained,
fully constrained)
Model Opportunity
dll
Model Distribusi Perjalanan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Model Distribusi Perjalanan Metode Analogi berdasarkan
Faktor Pertumbuhan (Growth Factor)
1. Model seragam (uniform)
2. Model rata-rata (average)
3. Model fratar
4. Model detroit
5. Model furness
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Persamaan Umum Faktor
Pertumbuhan (Growth Factor)
Model faktor pertumbuhan adalah pendekatan
pemodelan distribusi perjalanan yang paling
sederhana dengan persamaan umum sebagai
berikut :

Tij = Q
ij
E

dimana : T
ij
= perjalanan yang akan datang dari i ke j
Q
ij
= perjalanan pada base year dari i ke j
E = faktor pertumbuhan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 . MODEL SERAGAM (UNIFORM)
T
ij
= Q
ij
E

dimana :
T
ij
= perjalanan yang akan datang dari i ke j
Q
ij
= perjalanan pada base year dari i ke j

E = growth factor =


Asumsi : Pertumbuhan lalu lintas dianggap sama untuk
seluruh daerah. Kesalahan akan terjadi pada kota-kota
yang mempunyai tingkat pertumbuhan rata-rata yang tidak
merata.


Q
T
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Filosofi Metode Seragam
Bangkitan
Perjalanan :
1680 perjalanan
Tij = 1000 perjalanan
Tik = 680 perjalanan
i
j
T
ij
k
T
ik
Distribusi
Base Year
Bangkitan
Perjalanan :
840 perjalanan
Tingkat
pertumbuhan:
2,0 pada tahun ke-n
Tij = 500 perjalanan
Tik = 340 perjalanan
Distribusi
Tahun ke-n
2,0
2,0
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
2. MODEL RATA-RATA (AVERAGE)
Tij = Q
ij
(E
i
+ E
j
)/2
dimana :
T
ij
= perjalanan yang akan datang dari i ke j
Q
ij
= perjalanan pada base year dari i ke j
E
i
= T
i
/

Q
i
, dan E
j
= T
j
/ Q
j

Jika model ini digunakan, total future trip akan dihasilkan
tidak sama seperti yang dihasilkan dari tahapan bangkitan
perjalanan yaitu T
i
= T
i(g)


Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Filosofi Metode Rata-Rata
Bangkitan
Perjalanan :
1680 perjalanan
E ij :
[2+3]/2
Eik :
[2+1,8]/2
Tij = 1250 perjalanan
Tik = 646 perjalanan
i
j
T
ij
k
T
ik
Distribusi
Base Year
Bangkitan
Perjalanan :
840 perjalanan
Tingkat Pertumbuhan utk
tahun ke-n
Tij = 500 perjalanan
Tik = 340 perjalanan
Asal
Zona i : 2,0
Tujuan
Zona j : 3,0
Zona k : 1,8
Distribusi
Tahun ke-n
2,0
3,0
1,8
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Simpulan Hasil
Metode rata-rata menghasilkan sebaran
perjalanan karena besarnya perbedaan tidak
tersebar secara acak tetapi tergantung nilai
tingkat pertumbuhan.
Zona dengan nilai pertumbuhan yang lebih
rendah dari tingkat pertumbuhan global akan
menghasilkan nilai yang lebih besar dari
perkiraan.
Karena alasan di atas maka apabila semakin
banyak pengulangan/iterasi yang digunakan
untuk menganalisis sebaran perjalanan, maka
nilai ketepatan menjadi berkurang.
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
3. MODEL FRATAR
Model ini mencoba mengatasi permasalahan
sebelumnya. Dasarnya :

1. Distribusi perjalanan dari suatu zona pada waktu yang
akan datang proporsional dengan distribusi perjalanan
pada waktu sekarang.
2. Distribusi perjalanan dimodifikasi dengan faktor
pertumbuhan dari zona kemana perjalanan tersebut
berakhir.

Modifikasi tersebut memperhitungkan lokasi zona yang
berkaitan dengan zona lainnya. Faktor pertumbuhan
akhir (final) yang akan digunakan didapat dengan cara
coba-coba (iterasi).

Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Filosofi Perhitungan
i 1
2

=
=
=
=

=
|
.
|

\
|
+
=
N
i k
dk k
N
i k
dk
d
N
i k
ik k
N
i k
ik
i
d i
d i id id
t E
t
L
t E
t
L
2
L L
E E t T
,
E
i
E
d1
E
d2
t
i1
t
i2
3
E
d3
t
i3
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Contoh Analisis :
1 2 3 4 Total Total yad. Kenaikan
1 20 40 50 60 170 340 2
2 40 30 100 50 220 220 1
3 60 30 20 90 200 500 2.5
4 80 70 60 40 250 750 3
Total 200 170 230 240 840
Total yad. 200 510 460 640 1810
Kenaikan 1 3 2 2.67 2.15
TUJUAN
A
S
A
L
Perhitungan nilai Li dan Ld
Li untuk pengulangan pertama
L
1
= (t
12
+t
13
+t
14
)/(E
12
*t
12
+E
13
*t
13
+E
14
*t
14
) = (40+50+60)/(1*40+2.5*50+3*60) = 0,4348
L
2
= (t
21
+t
23
+t
24
)/(E
21
*t
21
+E
23
*t
23
+E
24
*t
24
) = (40+100+50)/(2*40+2.5*100+3*50) = 0,3958
L
3
= (t
31
+t
32
+t
34
)/(E
31
*t
31
+E
32
*t
32
+E
34
*t
34
) = (60+30+90)/(2*60+1*30+3*90) = 0,5238

Ld untuk pengulangan pertama


L
1
= (t
21
+t
31
+t
41
)/(E
21
*t
21
+E
31
*t
31
+E
41
*t
41
) = (40+60+80)/(3*40+2*60+2.67*80) = 0,3971
L
2
= (t
12
+t
32
+t
42
)/(E
12
*t
12
+E
32
*t
32
+E
42
*t
42
) = (40+30+70)/(1*40+2*30+2.67*70) = 0,4884
L
3
= (t
13
+t
23
+t
43
)/(E
13
*t
13
+E
23
*t
23
+E
43
*t
43
) = (50+100+60)/(1*50+3*100+2.67*60) = 0,4118

Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Hasil Pengulangan ke-1 :
1 2 3 4 Total Total yad. Ei Li
1 20 40 50 60 170 340 2 0.4348
2 40 30 100 50 220 220 1 0.3958
3 60 30 20 90 200 500 2.5 0.5238
4 80 70 60 40 250 750 3 0.5526
Total 200 170 230 240 840
Total yad. 200 510 460 640 1810
Ed 1 3 2 2.67 2.15
Ld 0.3971 0.4884 0.4118 0.5128
TUJUAN
A
S
A
L
Iterasi ke-1
1 2 3 4 Total Total yad. Ei Li
1 16.64 110.78 84.65 151.62 363.6866 340 0.935 1.0010
2 15.86 39.79 80.76 60.58 196.9838 220 1.117 1.0671
3 69.07 113.87 46.78 310.99 540.7033 500 0.925 0.9718
4 113.96 327.92 173.59 170.47 785.9427 750 0.954 0.9719
Total 215.5226 592.3544 385.7846 693.6548 1887.316
Total yad. 200 510 460 640 1810
Ed 0.928 0.861 1.192 0.923 0.9590
Ld 0.9887 1.0211 1.0998 0.9282
TUJUAN
A
S
A
L
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Hasil Pengulangan ke-12
Iterasi ke-12
1 2 3 4 Total Total yad. Ei Li
1 15 93 97 136 340 340 1.000 1.0001
2 16 38 104 62 220 220 1.000 0.9997
3 63 97 55 284 500 500 1.001 1.0002
4 106 283 205 157 750 750 1.000 1.0000
Total 200 510 460 640 1810
Total yad. 200 510 460 640 1810
Ed 1.000 1.000 1.000 1.001 1.0000
Ld 0.9998 0.9997 0.9998 1.0003
TUJUAN
A
S
A
L
Kondisi Saat Ini : Kondisi Yang Akan Datang :
1 2 3 4 1 2 3 4
1 20 40 50 60 1 15 93 97 136
2 40 30 100 50 2 16 38 104 62
3 60 30 20 90 3 63 97 55 284
4 80 70 60 40 4 106 283 205 157
TUJ UAN TUJ UAN
A
S
A
L
A
S
A
L
Hasil Hitungan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
4. MODEL DETROIT
Metode ini dikembangkan bersamaan dengan pelaksanaan
pekerjaan Detroit Metropolitan Area Traffic Study dalam
usahanya mempersingkat waktu operasi komputer dan
mengoreksi metode sebelumnya.
Persamaan Umum :

T
id
= t
id




Nilai perjalanan untuk setiap sel matriks diatur dengan
coba-coba dan iterasi sehingga total trip production dan
trip attraction mendekati untuk faktor koreksi yang kecil (5
atau 10 %)

(


E
Ed Ei
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Contoh Perhitungan Distribusi Perjalanan
dengan Metode Detroit :
1 2 3 4 Total Total yad. Kenaikan
1 20 40 50 60 170 340 2
2 40 30 100 50 220 220 1
3 60 30 20 90 200 500 2.5
4 80 70 60 40 250 750 3
Total 200 170 230 240 840
Total yad. 200 510 460 640 1810
Kenaikan 1 3 2 2.67 2.15
TUJUAN
A
S
A
L
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Cara Hitung :
...
...
...
,
,
,
,
63 111
15 2
3 2
40
E
E E
t T
6 18
15 2
1 2
20
E
E E
t T
2 1
12 12
1 1
11 11
=
(


=
(

=
=
(


=
(

=
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Hasil Perhitungan Pengulangan ke-1
Iterasi 1
1 2 3 4 Total Total yad. Kenaikan
1 18.60 111.63 93.02 149.02 372.28 340 0.913293
2 18.60 41.86 93.02 62.09 215.58 220 1.020496
3 69.77 104.65 46.51 279.42 500.35 500 0.999303
4 111.63 293.02 167.44 149.02 721.12 750 1.040054
Total 218.60 551.16 400.00 639.56 1809.33
Total yad. 200 510 460 640 1810
Kenaikan 0.914894 0.925316 1.15 1.000691 1.00037
TUJUAN
A
S
A
L
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Hasil Pengulangan ke-10
Iterasi 10
1 2 3 4 Total Total yad. Kenaikan
1 15 92 97 136 340.00 340 1.0
2 16 38 105 61 220.00 220 1.0
3 63 97 54 285 500.00 500 1.0
4 105 283 204 158 750.00 750 1.0
Total 200.00 510.00 460.00 640.00 1810.00
Total yad. 200 510 460 640 1810
Kenaikan 1.0 1.0 1.0 1.0 1.000000
TUJUAN
A
S
A
L
Kondisi Saat Ini : Kondisi Yang Akan Datang :
1 2 3 4 1 2 3 4
1 20 40 50 60 1 15 92 97 136
2 40 30 100 50 2 16 38 105 61
3 60 30 20 90 3 63 97 54 285
4 80 70 60 40 4 105 283 204 158
TUJ UAN
A
S
A
L
A
S
A
L
TUJ UAN
Hasil Hitungan
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
5. MODEL FURNESS
Metode ini paling sering digunakan di Inggris yang
juga termasuk metode iterasi. Metode ini
berdasarkan estimasi faktor pertumbuhan (growth
factor) untuk produksi perjalanan dan tarikan
perjalanan, yaitu dua buah faktor pertumbuhan untuk
setiap zona.
Faktor pertumbuhan (growth factor) tersebut
diaplikasikan pada baris dan kolom MAT untuk
mendapatkan perjalanan masa depan.
Nilai perjalanan untuk setiap sel matriks diatur
dengan coba-coba dan iterasi sehingga total produksi
perjalanan dan tarikan perjalanan mendekati untuk
faktor koreksi yang kecil (5 atau 10 %)

Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
MODEL FURNESS
Metode Furness selalu mempunyai satu
solusi akhir dan terbukti efisien
dibandingkan dengan metode analogi
lainnya.
Solusi akhir selalu sama, tidak
bergantung dari perhitungan
pengulangan dimulai dari baris atau
kolom.
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Contoh Analisis Distribusi Perjalanan
menggunakan Model FURNESS
Suatu daerah studi terdiri dari 4 zone : A, B, C dan D. Distribusi
bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan dijelaskan sebagai
berikut:






Untuk 5 tahun yang akan datang, diperkirakan bangkitan
perjalanan naik menjadi : zone A = 3 x, zone B = 2,5 x, zone C = 2
x dan zone D = 1,6 x; sedangkan tarikan perjalanan dari masing-
masing zona naik menjadi : zone A = 1,2 x, zone B = 1,5 x, zone C
= 3 x dan zone D = 2,4 x. Tentukan distrbusinya 5 tahun y.a.d !
A
B
D C
200 100
500 50
80
200
300
200
400 300
150
100
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Langkah 1 : Distribusi Perjalanan
Distribusi perjalanan saat ini
A B C D Total Kenaikan Prediksi
A - 200 500 150 850 3 2550
B 100 - 300 50 450 2.5 1125
C 200 200 - 300 700 2 1400
D 100 80 400 - 580 1.6 928
Total 400 480 1200 500
Kenaikan 1.2 1.5 3 2.4
Prediksi 480 720 3600 1200
A
S
A
L
TUJUAN
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Langkah 2 : Iterasi 1
Prediksi distribusi perjalanan 5 tahun yad., (Iterasi 1 : Kenaikan Bangkitan)
A B C D Total
A - 600 1500 450 2550
B 250 - 750 125 1125
C 400 400 - 600 1400
D 160 128 640 - 928
Total 810 1128 2890 1175
Seharusnya 480 720 3600 1200
F.Koreksi 0.59 0.64 1.25 1.02
F.Koreksi = Perjalanan seharusnya/Total Perjalanan = 480 / 810 = 0,59
TUJUAN
A
S
A
L
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Langkah 3 : Iterasi 2
Prediksi distribusi perjalanan 5 tahun yad., (Iterasi 2 : F.Koreksi Tarikan)
A B C D Total Seharusnya F.Koreksi
A - 384 1875 459 2718 2550 0.94
B 147.5 - 937.5 127.5 1212.5 1125 0.93
C 236 256 - 612 1104 1400 1.27
D 94.4 81.92 800 - 976.32 928 0.95
Total 477.9 721.92 3612.5 1198.5
TUJUAN
A
S
A
L
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Langkah 4 : Iterasi 3
Prediksi distribusi perjalanan 5 tahun yad., (Iterasi 3 : F.Koreksi Bangkitan)
A B C D Total
A - 360.96 1762.5 431.46 2554.92
B 137.175 - 871.875 118.575 1127.625
C 299.72 325.12 - 777.24 1402.08
D 89.68 77.824 760 - 927.504
Total 526.575 763.904 3394.375 1327.275
Seharusnya 480 720 3600 1200
F.Koreksi 0.91 0.94 1.06 0.90
TUJUAN
A
S
A
L
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Ketelitian
Ketelitian 5 % : iterasi
dihentikan apabila =
0,95 < faktor koreksi < 1,05

Ketelitian 10 % : iterasi
dihentikan apabila =
0,90 < faktor koreksi < 1,10

Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Catatan :
1. Metode analog mudah dimengerti dan hanya memerlukan
data MAT sekarang dan angka faktor pertumbuhan zona di
masa yang akan datang.
2. Proses iterasi yang sederhana.
3. Jika digunakan pada wilayah studi yang stabil memungkinkan
untuk mendapatkan hasil dengan tingkat ketepatan tinggi.
4. Metode analog memerlukan data MAT yang lengkap mahal.
5. Diperlukan jumlah zona yang konsisten, sehingga perlu
adanya manipulasi guna mengantisipasi adanya pertumbuhan
zona baru di masa yang akan datang.
6. Jika ditemukan pergerakan antar zona adalah 0, maka tidak
dimungkinkan untuk meramalkan pergerakan yang akan
datang.
7. Pergerakan intrazona tidak dapat detail karena dapat
meningkatkan galat dan membutuhkan jumlah pengulangan
yang semakin banyak.
Perencanaan Transportasi
Jurusan Teknik Sipil
Kesimpulan
Model distribusi perjalanan pada intinya adalah
membangun matriks asal tujuan (MAT) untuk memprediksi
sebaran perjalanan di masa yang akan datang.
Model yang digunakan berupa model analogi dan model
sintetik.
Model faktor pertumbuhan hanya memperhitungkan faktor
pertambahana arus lalu lintasnya tanpa memperhitungkan
faktor penghambat misalnya biaya maupun waktu
perjalanan.
Model Furness terbukti yang terbaik (lebih mudah dan
efisien) dibandingkan model analog lainnya. Meskipun
demikian, dari perbandingan hasil antara model Fratar,
Detroit dan Furness menghasilkan distribusi yang hampir
sama.

See You Next Class

Você também pode gostar