Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tutorial
Kelompok 4
Tutor : dr. Iskandar
Cast,
Andre Saputra
Muhammad Nasir
Teddy Wijaya
Chintya Mutiara
Dian Ariani
Maria Ulva
Rizky Novani
Winda Nestamer
Skenario
On physical examination
IPSS since 6 months ago 28
BP 150/90, HR 105x/menit, temperature 37oC
Head and neck : normal
Chest : normal
Abdominal,
Inspeksi : distended lower abdominal
Palpasi : bladder palpable 2 cm below the
umbillicus
DRF (digital rectal examination) should be done after insert the
catheter into the urethra
Sphincter tone is normal, prostate enlarge, consistency rubbery,
no induration
Lab findings:
serum creatinine : 1,0; urine sediment: RBC 10/HPF, WBC: 0-
2/HPF
Imaging,
USG : bilateral mild hydronephrosis, bladder is
full, prostate enlarge 6cmx5cmx5cm
KLARIFIKASI ISTILAH
Voiding spontaneously
Mengeluarkan urine secara spontan
Lower abdominal pain
2. Pemeriksaan fisik :
hipertensi, distensi pada perut bagian bawah, bladder teraba 2 cm di
bawah umbilikus, pada pemeriksaan colok dubur tonus sfingternya normal, prostat
membesar, konsistensi prostat kenyal.
7. Pemeriksaan lab
sedimen urine: RBC 10/HPF, WBC: 0-2/HPF
USG : hidronefrosis ringan pada kedua ginjal, bladder
Analisis Permasalahan
1. Anamnesis
a. Retensi urine
- apa yang dimaksud denagn retensi urine ?
- bagaimana patofisiologinya ?
- apa yang dimaksud denagn gejala obstruktif dan iritatif ?
- bagaimana mekanisme terjadinya gejala-gejala tersebut ?
Gejala obstruktif :
- kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan
- hesistancy
- Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran
- Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.
- Berusaha keras untuk kencing (mengedan)
- Kencing terakhir menetes.
Gejala iritatif :
urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena
obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur
lebih dari 1)
Peregangan
dinding VU Refleks miksi
berulang
Siklus
Stimulus pd reseptor
regang sensorik (uretra
& Peningkatan
posterior)
Refleks impuls (relay)
Miksi
n. Pelvikus >> Refleks miksi >>
S.2 & S.3 kontraksi awal
medula spinalis
Impuls motorik
ke o. detrusor
Diadaptasi dari,
Fisiologi Kedokteran edisi 9. Guyton & Hall
Masalah Urologis Umum pada
Laki-laki Usia Lanjut
LUTS
(Symptoms)
BOO BPH
(Obstruction) (Hyperplasia)
Retensi Urine
Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang
terkumpul di dalam vesika urinaria hingga kapasitas maksimal vesika urinaria
tidak terpenuhi.
Penyebab:
Obstructive:
Interruption Benign prostatic hyperplasia; meatal stenosis; paraphimosis; penile constricting bands;
phimosis; prostate cancer
infectious and inflammatory
Balanitis; prostatic abscess; prostatitis
Pharmacologic
antidepressants; Sympathomimetic Drugs; NSAIDs
Neurologic
Interruption along the pathways of a complex interaction between the brain, autonomic nervous system,
and somatic nerves supplying the bladder and urethra
Other
Penile trauma, fracture, or laceration; Disruption of posterior urethra and bladder neck in pelvic
trauma; postoperative complication; psychogenic
Pathophysiology
Acute Urinary Retention
urinaria.
Gejala obstruktif pada Mr.
Brown
1. Hesitansi (sejak 3 jam lalu)
awal keluarnya urin menjadi lama dan seringkali harus mengejan
untuk berkemih. Sulit untuk memulai kencing serta harus berdiri atau
duduk di toilet beberapa saat terlebih dahulu sebelum kencing.
Retensi
Menghambat aliran urin urin di VU
Butuh tekanan
Pancaran urin lemah yang lebih besar Nyeri
untuk miksi suprapubik
Ada Pemanjangan
residual waktu miksi hesitansi
urin
Sensasi Post-voiding
tidak puas dribbling
Gejala Iritatif pada Mr. Brown
1. Urinary frequency
Frekuensi berkemih yang lebih dari normal.
produksi urine yang berlebihan > Penyakit-penyakit diabetes
insipidus
> asupan cairan yang berlebihan
menurunnya kapasitas buli-buli > obstruksi infravesika
> menurunnya komplians buli-buli
> buli-buli contracted, inflamasi/iritasi
2. Urinary urgency
urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit.
> hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli karena inflamasi,
> terdapat benda asing di dalam buli-buli
> adanya obstruksi infravesika
> karena kelainan buli-buli nerogen.
3. Nocturia
Frekuensi berkemih yang lebih dari normal yang terjadi pada
malam hari.
> produksi urine yang berlebihan
> kapasitas buli-buli yang menurun
> pada pasien usia tua tidak jarang terjadi peningkatan produksi urine
pada malam hari karena kegagalan ginjal melakukan konsentrasi
(pemekatan urine)
Mekanisme Gejala Iritatif
Adanya obstruksi
infravesika
Sensasi Post-voiding
tidak puas dribbling nocturia Urinary
frequency
kegagalan ginjal
melakukan konsentrasi peningkatan produksi
(pemekatan urine) urine pada malam hari
Skor ipss
Skor ipss
Interpretasi Pem. Fisik
Keterkait
Mr Brown (60 tahun)
Elastisitas PD ↓
Menyumbat uretra ↑ tonus otot polos
pars prostatika prostat
PD kaku
Penyempitan Dipersarafi oleh serabut
lumen uretra simpatis yang berasal dari
Susah untuk n.pudendus
berdilatasi
Menghambat
Vasokonstriksi >> aliran urin Aktivitas simpatis ↑
↑ TD Urin tertahan di
VU (retensi urin) takikardia
Urethral strictures
BPH
Vena-vena membesar
(submukosa tipis) Penderita mengejan
Tahanan intraperitoneal
meningkat
Venous return
tidak lancar
Dilatasi vena
hematuria
Anamnesis
Retensi urine & LUTS 3 bulan
Gejala obstruktif
hesistancy
Gejala Iritatif; urgency, frequency, nocturia
Physical Examination
Hipertensi
Takikardia
Distensi abdomen
Bladder teraba
Pembesaran Prostat
Imaging evaluation
Hydronephrosis
Test Diagnostik Tambahan dan dapat diperlukan
Uroflowmetry
Post void residual urine volume
urodynamic evaluation
Prostate-specific antigen (PSA)
Diagnosis Kerja - BPH
Prostate
Lokasi,
Diantara Vesica Urinaria dan dinding dasar
pelvis
Dimensi,
3 x 4 x 2,5 cm
Berat, 20g in size
Fungsi,
1/3 fibromuscular
Clinically evident 50% pada laki-laki usia 50 tahun, dan 80% pada
usia 80 tahun.
Androgens play a permissive role
component)
Tonus otot polos Prostatic, dimediasi oleh alphaadrenergic receptors,
Androgens
– Testosterone, DHT play permissive role
Stromal-epithelial interactions
– Paracrine growth factor signaling
> Cell proliferation
> Apoptosis
Nervous supply has a permissive role and allows for maximal growth
Patologi
Tujuan:
1. memperbaiki keluhan miksi
2. meningkatkan kualitas hidup
3. mengurangi obstruksi infravesika
4. mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal
5. mengurangi volume residu urine setelah miksi
6. mencegah progesifitas penyakit
Treatment Algorithm
kateterisasi
Pemasangan kateter pada pria :
1. setelah dilakukan disinfeksi pada penis dan daerah disekitarnya, daerah genitalia
dipersempit dengan kain steril.
2. kateter yang telah diolesi dengan pelicin/ jelly dimasukkan kedalam orifisium
uretra eksterna.
3. pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah bulbomembranasea
(yaitu daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan dalam hal ini pasien
diperintahkan untuk mengambil nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna menjadi
lebih relaks. Kateter terus didorong hingga masuk ke buli-buli yang ditandai dengan
keluarnya urine dari lubang kateter.
4. sebaiknya kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga percabangan
kateter menyentuh meatus uretra eksterna.
5. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 mL air steril.
6. jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan pipa penampung
(urine bag).
7. kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.
Fikasasi kateter yang tidak betul, 9yaitu yang mengarah ke kaudal) akan
menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga terjadi
nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura utetra atau fistel uretra.
Treatments (continue)
Watchful waiting
Tindakan Bedah
Teknik Minimal Invasive – TURP (gold standard)
– TUMT – TUIP
– TUNA – WIT
– Open surgery
– TUVP
– ILC
Terapi Medikamentosa – VLAP
– Phytotherapy – Prostatic stents
– 5α-reductase inhibitors
– α-blockers
– Combination therapy
Pilihan treatment pada BPH
Watch and Wait
pengobatan.
relatif cepat.
Cardura*
Flomax*
Hytrin*
*Merek dagang
Sumber: Levy, Albert, MD et al.
Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when
and how to treat.
Cleveland Clinic Journal of Medicine
Proscar*
Pemilihan alpha-blocker
α-adrenergic receptor distribution in
the lower urinary tract
Keuntungan Penggunaan alpha blockers
dikelasnya.
Ber-efek moderate pada disfungsi sexual, kecuali
tamsulosin
5α-Reductase Inhibitors
Hypothesis DHT pada Stimulasi BPH dan
Mekanisme Aksi 5α-Reductase Inhibitors
Fitoterapi
Electrovaporization
Ethanol Invection*
Renal insufficiency
Urinary retention
Bladder calculi
Hydronephrosis
Sumber: Levy, Albert, MD et al. Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’
when and how to treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine
Open prostatectomy
Kelebihan:
Follow-up pembedahan tidak
begitu dipentingkan
Kekurangan:
> Insisi abdominal
> longer convalescence vs.
transurethral approaches
> Berpotensi Hemorrhage
Transurethral resection of the prostate (TURP)
Kelebihan:
90% memperbaiki Symtomps
Invasi lebih minimal
dibandingkan prostatectomy
Hanya mebutuhkan anastesi
regional / lokal
Kekurangan:
Potensi komplikasi:
– Infeksi
– Pendarahan
– Reoperation / operasi
ulang
– Impotensi dan
Incontinence (Jarang)
Outcomes Setelah Pembedahan
Urinary retention
Renal impairment
Gross hematuria
Bladder stones
Bladder decompensation
Overflow incontinency
Prognosis
Øhematuria
ØISK berulang
ØVolume postvoid residu besar (>800ml)
ØBatu Bladder
ØPeningkatan Level PSA (Prostate specific antigen)
ØTidak respon terhadap conservative treatment.
Penutup