Você está na página 1de 73

Laporan Hasil

Tutorial

Kelompok 4
Tutor : dr. Iskandar
Cast,
 Andre Saputra
Muhammad Nasir

Teddy Wijaya

Chintya Mutiara

Dian Ariani

Intan Noor Indah

Maria Ulva

Puri Maya Sari

Rizky Novani

Winda Nestamer


Skenario
 On physical examination
 IPSS since 6 months ago 28
 BP 150/90, HR 105x/menit, temperature 37oC
 Head and neck : normal
 Chest : normal
 Abdominal,
 Inspeksi : distended lower abdominal
 Palpasi : bladder palpable 2 cm below the
umbillicus
 DRF (digital rectal examination) should be done after insert the
catheter into the urethra
 Sphincter tone is normal, prostate enlarge, consistency rubbery,
no induration

 Lab findings:
 serum creatinine : 1,0; urine sediment: RBC 10/HPF, WBC: 0-
2/HPF
 Imaging,
 USG : bilateral mild hydronephrosis, bladder is
full, prostate enlarge 6cmx5cmx5cm
KLARIFIKASI ISTILAH

 Voiding spontaneously
 Mengeluarkan urine secara spontan
Lower abdominal pain

 Nyeri pada perut bagian bawah


Stream and strain urination

 Aliran dan pancaran dari urine


IDENTIFIKASI MASALAH
1. Anamnesis
 a. Mr. Brown (♂, 60 tahun), mempunyai keluhan utama yaitu
tidak bisa berkemih secara spontan sejak 3 jam yang lalu dan nyeri
perut bagian bawah.
 b. Gejala obstruktif akut sejak 6 bulan yang lalu
 - kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan
 - hesistancy
 - Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran
 - Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.
 - Berusaha keras untuk kencing (mengedan)
 - Kencing terakhir menetes.
 c. Iritatif symptoms:
 urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena obstruksi
prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur > 1 kali)
 d. IPSS since 6 months ago 28

2. Pemeriksaan fisik :
 hipertensi, distensi pada perut bagian bawah, bladder teraba 2 cm di
bawah umbilikus, pada pemeriksaan colok dubur tonus sfingternya normal, prostat
membesar, konsistensi prostat kenyal.

7. Pemeriksaan lab
 sedimen urine: RBC 10/HPF, WBC: 0-2/HPF
 USG : hidronefrosis ringan pada kedua ginjal, bladder
Analisis Permasalahan
1. Anamnesis


a. Retensi urine
 - apa yang dimaksud denagn retensi urine ?
 - bagaimana patofisiologinya ?
 - apa yang dimaksud denagn gejala obstruktif dan iritatif ?
 - bagaimana mekanisme terjadinya gejala-gejala tersebut ?

 Gejala obstruktif :
 - kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan
 - hesistancy
 - Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran
 - Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.
 - Berusaha keras untuk kencing (mengedan)
 - Kencing terakhir menetes.

 Gejala iritatif :
 urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena
obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur
lebih dari 1)

 b. Bagaimana interpretasi dari IPSS MR Brown dan bagaimana nilai


IPSS itu diperoleh ?
2. Pemeriksaan fisik
 a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada Mr Brown ?
 b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik tersebut ?
 c. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada Mr. Brown ?
3. Apa sajakah diagnosis banding pada kasus Mr. Brown ?
4. Pemeriksaan penunjang (lab dan imaging)
 a. Apa interpratasi dari pemeriksaan penunjang ?
 b. Bagaimanakh mekanisme dari pemeriksaan lab dan imaging
tersebut ?
 c. Bagaimanakah cara melakukan pemeriksaaan tersebut ?
5. Apa dan bagaimanakh diagnosis kerja dari kasus Mr. Brown
 a. Definisi
 b. Etiologi
 c. Epidemiologi
 d. Faktor resiko
 e. Manifestasi klinik
6. Bagaimankah penatalaksanaan yang mungkin dan yang terbaik
yang bisa diberikan dalam kasus Mr. Brown ini ?
7. Seperti apakh prognosis dan komplikasi dari kondisi penyakit
Mr. Brown ?
8. Sejauh manakah kompetensi seorang dokter umum dalam
menangani kasus Mr. Brown ?
Hipotesis

 Mr. Brown (60 tahun) mengalami


retensi urine Akut, hidronefrosis, hematuria,
dan hipertensi yang disebabkan oleh BPH
(Benign Prostat Hiperplasia)
Pembahasan
Sistim urogenital laki-laki
Miksi / Berkemih / Voiding

 Anatomi, fisiologi & hubungan saraf yang berperan:


 Muskulus detrusor vesika urinaria


 > n. pelvikus (segment S.2 & S.3)
 sensorik : regangan dinding vesika
urinaria
 motorik : otot detrusor
 Sfingter eksterna (otot lurik, volunter)
 > n. pudendal
 Sfingter interna (leher vesika urinaria/urethra posterior

MIKSI
Pengosongan VU

Vesika Kontraksi kuat m.detrusor


urinaria terisi
Relaksasi sfingter eksterna

Peregangan
dinding VU Refleks miksi
berulang
Siklus
Stimulus pd reseptor
regang sensorik (uretra
& Peningkatan
posterior)
Refleks impuls (relay)

Miksi
n. Pelvikus >> Refleks miksi >>
S.2 & S.3 kontraksi awal
medula spinalis
Impuls motorik
ke o. detrusor
Diadaptasi dari,
Fisiologi Kedokteran edisi 9. Guyton & Hall
Masalah Urologis Umum pada
Laki-laki Usia Lanjut

LUTS
(Symptoms)

BOO BPH
(Obstruction) (Hyperplasia)
Retensi Urine
 Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang
terkumpul di dalam vesika urinaria hingga kapasitas maksimal vesika urinaria
tidak terpenuhi.


Penyebab:

 Obstructive:
 Interruption Benign prostatic hyperplasia; meatal stenosis; paraphimosis; penile constricting bands;
phimosis; prostate cancer
 infectious and inflammatory
 Balanitis; prostatic abscess; prostatitis
 Pharmacologic
 antidepressants; Sympathomimetic Drugs; NSAIDs
 Neurologic
 Interruption along the pathways of a complex interaction between the brain, autonomic nervous system,
and somatic nerves supplying the bladder and urethra
 Other
 Penile trauma, fracture, or laceration; Disruption of posterior urethra and bladder neck in pelvic
trauma; postoperative complication; psychogenic
Pathophysiology
Acute Urinary Retention

Ada tiga mekanisme umum:


Peningkatan resistensi urethral. Contohnya pada bladder

outlet obstruction (BOO)


Rendahya Tekanan Vesica Urinary. Misalnya pada Gangguan

kontraktilitas otot-otot vesica urinaria.


Interupsi pada inervasi sensorik maupun motorik pada vesica

urinaria.
Gejala obstruktif pada Mr.
Brown
1. Hesitansi (sejak 3 jam lalu)
 awal keluarnya urin menjadi lama dan seringkali harus mengejan
untuk berkemih. Sulit untuk memulai kencing serta harus berdiri atau
duduk di toilet beberapa saat terlebih dahulu sebelum kencing.

5. Pancaran urin lemah (sejak 6 bulan lalu)

7. Decreased force of stream (Berkurangnya kekuatan aliran kencing)


Perasaan subjektif kehilangan kekuatan saat kencing

9. Sensasi tidak puas/masih bersisa (sejak 6 bulan lalu)


 residu urin, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna ,
Adanya rasa tidak puas setelah berkemih. Perasaan ada urin residu/sisa
yang menetap tanpa memerhatikan frekuensi miksi

15. Post- voiding dribbling (sejak 6 bulan lalu)


 Saat akhir berkemih masih keluar tetesa-tetesan urin. Kehilangan
sejumlah kecil urin karena aliran urin yang jelek
Mekanisme Gejala
obstruktif
Adanya obstruksi infravesika

Retensi
Menghambat aliran urin urin di VU

Urin yang Tekanan


dikeluarkan ↓ intravesikal ↑ distensi

Butuh tekanan
Pancaran urin lemah yang lebih besar Nyeri
untuk miksi suprapubik

Ada Pemanjangan
residual waktu miksi hesitansi
urin

Sensasi Post-voiding
tidak puas dribbling
Gejala Iritatif pada Mr. Brown
 1. Urinary frequency

Frekuensi berkemih yang lebih dari normal.
 produksi urine yang berlebihan > Penyakit-penyakit diabetes
insipidus
 > asupan cairan yang berlebihan
 menurunnya kapasitas buli-buli > obstruksi infravesika
 > menurunnya komplians buli-buli
 > buli-buli contracted, inflamasi/iritasi
 2. Urinary urgency
 urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit.
 > hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli karena inflamasi,
 > terdapat benda asing di dalam buli-buli
 > adanya obstruksi infravesika
 > karena kelainan buli-buli nerogen.

 3. Nocturia

Frekuensi berkemih yang lebih dari normal yang terjadi pada
malam hari.
 > produksi urine yang berlebihan
 > kapasitas buli-buli yang menurun
 > pada pasien usia tua tidak jarang terjadi peningkatan produksi urine
pada malam hari karena kegagalan ginjal melakukan konsentrasi
(pemekatan urine)
Mekanisme Gejala Iritatif
Adanya obstruksi
infravesika

Retensi kapasitas hiperiritabilitas dan


Menghambat aliran urin
urin di VU VU ↓ hiperaktivitas VU

Urin yang Tekanan distensi VU terisi pada urgency


dikeluarkan ↓ intravesikal ↑ volume yang
belum mencapai
kapasitasnya
Nyeri
Butuh tekanan
Pancaran suprapubik
yang lebih besar
urin lemah
untuk miksi
terjadi rangsangan miksi

Ada residual urin Pemanjangan


waktu miksi hesitansi

Sensasi Post-voiding
tidak puas dribbling nocturia Urinary
frequency

kegagalan ginjal
melakukan konsentrasi peningkatan produksi
(pemekatan urine) urine pada malam hari
Skor ipss
Skor ipss
Interpretasi Pem. Fisik
Keterkait
Mr Brown (60 tahun)

an Faktor usia lanjut Hiperplasia prostat ↑ rasio stroma


:epital (4:1)

Elastisitas PD ↓
Menyumbat uretra ↑ tonus otot polos
pars prostatika prostat
PD kaku
Penyempitan Dipersarafi oleh serabut
lumen uretra simpatis yang berasal dari
Susah untuk n.pudendus
berdilatasi
Menghambat
Vasokonstriksi >> aliran urin Aktivitas simpatis ↑

↑ TD Urin tertahan di
VU (retensi urin) takikardia

Hipertensi derajat I Otot-otot VU


Vol urin >> meregang

VU membesar Tekanan VU >>


Stimulasi reseptor
adrenergik α

Palpasi bladder 2cm Distensi


dibawah umbilicus abdomen bawah
Aktivitas
simpatik ↑
Diagnosis Banding

Benign Hiperplasia Prostat


Prostatitis

Urethral strictures

Prostate or Bladder cancer.

 Tumor ekstra Vesika


Obstruksi leher vesika ( Fibrosis, Kontraktur )

Obstruksi urethra ( striktur, Batu )

Neurogenic Bladder = spinchter dyssinergia

 (PD CASE TONUS OTOT NORMAL)


Evaluasi pada Patient yang tampak dengan
LUTS / BPH
Diagnosis Algorithm
Interpretasi pemeriksaan
laboratorium
Interpretasi pemeriksaan penunjang /
Hematuria

Adalah adanya sustu keadaan dimana terdapat sel


darahh merah di dalam urine.


(+) hematuria
& prostat membesar

BPH
Vena-vena membesar
(submukosa tipis) Penderita mengejan

Tahanan intraperitoneal
meningkat

Venous return
tidak lancar

Dilatasi vena

hematuria
 Anamnesis
Retensi urine & LUTS 3 bulan
Gejala obstruktif 
hesistancy
Gejala Iritatif; urgency, frequency, nocturia

 Physical Examination
Hipertensi
Takikardia
Distensi abdomen
Bladder teraba
Pembesaran Prostat

 Urinalysis & Lab


Hematuria

 Imaging evaluation
Hydronephrosis
Test Diagnostik Tambahan dan dapat diperlukan

Uroflowmetry
Post void residual urine volume

Pressure flow studies

urodynamic evaluation
Prostate-specific antigen (PSA)
Diagnosis Kerja - BPH
Prostate
Lokasi,
 Diantara Vesica Urinaria dan dinding dasar
pelvis

Dimensi,
 3 x 4 x 2,5 cm
 Berat, 20g in size

Fungsi,

 Sekresi cairan encer seperti susu


mengandung ion sitral, kalsium, ion fosfat,
enzim pembeku dan profibrinolisin.

 Cairan ini melengkapi volume semen dan


sifatnya yang basa berperan dalam
mengoptimalkan sifat cairan vasdeferens dan
sekret vagina yang asam demi keberhasilan
fertilisasi
Prostate

Prostate orang dewasa terdiri atas 2/3 bagian glandular dan


1/3 fibromuscular

 Glandular portion terbagi dalam 3 Zona:


 > central (20% to 25% dari total volume)
 > transitional (5% to 10%)
 > peripheral (70% to 80%)
 Serta dua komponen utama: stroma (Otot Polos & jar.Ikat)
dan epithelium, yang mengandung kelenjar
 > ratio normal stroma:epithelium adalah 2:1

Setelah mencapai ukuran dewasa. Prostat berukuran tetap


dalam beberapa dekade. Kemudian pada usia paruh baya dan
lebih, kelenjar prostat berkembang lagi pada kebanyakan laki-
laki.
Benign prostate hyperplasia (BPH)
 Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor
prostat jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel
prostat yang tidak ganas.

Clinically evident 50% pada laki-laki usia 50 tahun, dan 80% pada
usia 80 tahun.
Androgens play a permissive role

Hyperplasia prostate mempersempit lumen urethra (static

component)
Tonus otot polos Prostatic, dimediasi oleh alphaadrenergic receptors,

dan lebih lanjut dapat mengobstruksi bladder outlet (Dynamic


component)
Baik pembesaran kelenjar maupun peningkatan tonus otot polos

dapat menyebabkan lower urinary tract symptoms (LUTS)


Etiologi
 Hingga sekarang masih belum diketahui
secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan
proses aging

 Beberapa teori atau hipotesis mengenai penyebab


BPH:
2. Teori Hormonal
3. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
4. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena
Berkuramgnya Sel yang mati
5. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Faktor Penyerta Etiologi BPH

 Androgens
 – Testosterone, DHT play permissive role

 Stromal-epithelial interactions
 – Paracrine growth factor signaling
 > Cell proliferation
 > Apoptosis

 Sel-sel radangpada prostate


 Smooth muscle controlled by adrenergic nerves


 Nervous supply has a permissive role and allows for maximal growth
Patologi

 Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra


sekitar verumontanum.

a. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul


fibromuskuler, nodul asinar atau nodul campuran
fibroadenomatosa.
b. Hiperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau
campuran dengan hiperplasia stroma. Kelenjar-kelenjar biasanya
besar dan terdiri atas tall columnar cells. Inti sel- sel kelenjar tidak
menunjukkan proses keganasan.
Patthogenesis
Faktor Resiko Primer pada BPH /
Pembesaran Prostate

Penuaan — Faktor resiko utama


Herediter / Keturunan — Riwayat keluarga

Status Pernikahan — Pria yang menikah memiliki

kecendrungan menderita BPH dibandingkan Pria Lajang


(Single)
Nationality / Ras — BPH atau pembesaran prostat lebih

sering diderita orang Amerika dan Eropa daripada laki-laki


Asia
Symptoms BPH / Pembesaran Prostate
Symptoms BPH / Pembesaran Prostate
Penatalaksanaan

 Tujuan:
 1. memperbaiki keluhan miksi
 2. meningkatkan kualitas hidup
 3. mengurangi obstruksi infravesika
 4. mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal
 5. mengurangi volume residu urine setelah miksi
 6. mencegah progesifitas penyakit
Treatment Algorithm
kateterisasi
 Pemasangan kateter pada pria :

 1. setelah dilakukan disinfeksi pada penis dan daerah disekitarnya, daerah genitalia
dipersempit dengan kain steril.
 2. kateter yang telah diolesi dengan pelicin/ jelly dimasukkan kedalam orifisium
uretra eksterna.
 3. pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah bulbomembranasea
(yaitu daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan dalam hal ini pasien
diperintahkan untuk mengambil nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna menjadi
lebih relaks. Kateter terus didorong hingga masuk ke buli-buli yang ditandai dengan
keluarnya urine dari lubang kateter.
 4. sebaiknya kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga percabangan
kateter menyentuh meatus uretra eksterna.
 5. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 mL air steril.
 6. jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan pipa penampung
(urine bag).
 7. kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.
Fikasasi kateter yang tidak betul, 9yaitu yang mengarah ke kaudal) akan
menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga terjadi
nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura utetra atau fistel uretra.
Treatments (continue)

 Watchful waiting
  Tindakan Bedah
 Teknik Minimal Invasive – TURP (gold standard)
 – TUMT – TUIP
 – TUNA – WIT
– Open surgery

– TUVP
– ILC
 Terapi Medikamentosa – VLAP
 – Phytotherapy – Prostatic stents
 – 5α-reductase inhibitors
 – α-blockers
 – Combination therapy

Pilihan treatment pada BPH
Watch and Wait

Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan


ringan (skor IPSS < 7 atau Madsen-Iversen < 9).


Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja tanpa


pengobatan.

Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan


malam agar mengurangi nokturia, menghindari obat-obat


parasimpatolitik (mis: dekongestan), mengurangi kopi, dan
melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering
buang air kecil.

Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk


diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS. Bila terjadi


kemunduran, segera diambil tindakan.
BPH: medical options

Alpha blockers: mengurangi tonus otot polos pada jaringan


prostate dan leher vesica urinaria serta mengurangi resistensi
aliran urine
Dinilai sebagai monotheraphy terbaik untuk meredakan

symptom dalam waktu dekat.


5 alpha-reductase inhibitors: Didemontrasikan untuk dapat


menghindari progresivitas BPH.


Kombinasi therapy ( alpha blocker + 5 alphareductase


inhibitor) merupakan treatment paling efektif untuk
symptomps dan progresi BPH pada moderate hingga severe
symptomp.
Alpha Blocker

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor α -1 yang


banyak ditemukan pada otot polos ditrigonum, leher buli-


buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan demikian, akan
terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga tekanan pada
uretra pars prostatika menurun dan mengurangi derajat
obstruksi.

Obat ini dapat memberikan perbaikan gejala obstruksi


relatif cepat.

Efek samping dari obat ini adalah penurunan tekanan


darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing (dizziness),
lelah, sumbatan hidung, dan rasa lemah (fatique).
Xatral*

Cardura*

Flomax*

Hytrin*

*Merek dagang
Sumber: Levy, Albert, MD et al.
Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when
and how to treat.
Cleveland Clinic Journal of Medicine
Proscar*
Pemilihan alpha-blocker
α-adrenergic receptor distribution in
the lower urinary tract
Keuntungan Penggunaan alpha blockers

Perbaikan yang cepat pada urinary flow


Mengurangi gejala LUTS

Memiliki efikasi yang sama diantara berbagai agent

dikelasnya.
Ber-efek moderate pada disfungsi sexual, kecuali

tamsulosin
5α-Reductase Inhibitors
Hypothesis DHT pada Stimulasi BPH dan
Mekanisme Aksi 5α-Reductase Inhibitors
Fitoterapi

Fitoterapi ini kemungkinan bekerja sebagai anti-


estrogen,anti- androgen, menurunkan kadar serum


hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic
fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth
factor (EGF), mengacaukan metabolisme
prostaglandin, efek anti inflamasi, menurunkan
outflow resistance dan memperkecil volume prostat
Minimally invasive techniques
(MIT)

Transurethral needle ablation (TUNA)


Transurethral microwave therapy (TUMT)

Laser resection or ablation

Electrovaporization

Transurethral incision of the prostate (TUIP)


Water-Induced Thermotherapy*

Ethanol Invection*

Intraprostatic stents (very uncommon)


TUMT TUNA

Green light Holmium light


Laser Laser
Indikasi Bedah

 Tindakan bedah direkomendasikan pada pasien penderita


BPH yang terindikasi:

 Renal insufficiency
Urinary retention

Recurrent urinary tract infection

Bladder calculi

Hydronephrosis

Post void residual volume >500 mL

 (volume urine residu / sisa setelah miksi)

Sumber: Levy, Albert, MD et al. Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’
when and how to treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine
Open prostatectomy

 Dianjurkan pada pembesaran


prostate >100 g dan pada penderita
bladder cancer

 Kelebihan:
 Follow-up pembedahan tidak
begitu dipentingkan

 Kekurangan:
 > Insisi abdominal
 > longer convalescence vs.
transurethral approaches
 > Berpotensi Hemorrhage
Transurethral resection of the prostate (TURP)

 Kelebihan:
 90% memperbaiki Symtomps
 Invasi lebih minimal
dibandingkan prostatectomy
 Hanya mebutuhkan anastesi
regional / lokal

 Kekurangan:
 Potensi komplikasi:
 – Infeksi
 – Pendarahan
 – Reoperation / operasi
ulang
 – Impotensi dan
Incontinence (Jarang)
Outcomes Setelah Pembedahan

Perbaikan Subjektif dan Objektif dalam waktu singkat


Impotensi: 4 - 30%

Urinary incontinence: 1-3%

BPH reccurent dalam 5 tahun: 2-10%


Komplikasi Potensial pada
BPH

Urinary retention
Renal impairment

Urinary tract infection

Gross hematuria

Bladder stones

Bladder decompensation

Overflow incontinency
Prognosis

 Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat


diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung
meningkat.
 Namun, BPH yang tidak segera ditindak memiliki
prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker
prostat.
 Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker
pembunuh no 2 pada pria setelah kanker paru-paru.
 BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek
samping yang cukup merugikan bagi penderita.
Dietary Recommendations

Source: Special BPH Treatment, www.urolog.nl


Zat-zat gizi yang penting untuk
menjaga kesehatan prostat sebagai
pencegahan BHP
 1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan
penting dalam mencegah pertumbuhan sel kanker, karena
menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang
menjadi kanker prostat.
 2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam
proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu
berat.
 3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat
membantu melancarkan pengeluaran air seni dan
mendukung fungsi ginjal.
 4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu
sistem penghantaran rangsangan ke susunan syaraf pusat.
 5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan
produksi dan kualitas sperma.
Kompetensi Dokter Umum dan
Kapan Merujuk

 Merujuk ke urologist bila:


Øhematuria
ØISK berulang
ØVolume postvoid residu besar (>800ml)
ØBatu Bladder
ØPeningkatan Level PSA (Prostate specific antigen)
ØTidak respon terhadap conservative treatment.
Penutup

 “Pasien berhak mendapat informasi mengenai


‘benefit & harms’ dari treatment options dan lebih berhak
lagi dalam menentukan treatment choice”,

 example, “I prefer to get long with the less risky


option even though doctor knows it is less effective”

 Tapi, dalam situasi tertentu statement di atas tidak


selamanya mutlak.
Referensi

Você também pode gostar