Você está na página 1de 14

MUH. ELYAS H K1A109029 SUPERVISOR Dr. IRMAYANI ABOE KASIM, M.KES, SP.

Coass Neurologi FK Unhalu

Penyakit virus akut dari sistem saraf pusat yang mengenai semua mamalia dan ditularkan oleh sekresi yang terinfeksi biasanya saliva. Sebagian besar pemajanan terhadap rabies melalui gigitan binatang yang terinfeksi.

1. Kematian karena rabies hanya sekitar 1000 dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) setiap tahun, sedangkan insidensi rabies di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 30.000 kasus pertahun 2. Asia tenggara, Philipina, Afrika dan Amerika Selatan tropik adalah area tempat penyakit biasanya terjadi. Pada beberapa area endemik 1 sampai 2% dari pasien yang diotopsi menunjukkan tanda tanda rabies

Virus rabies merupakan virus asam ribonuklet beruntai tunggal, beramplop, berbentuk peluru dengan diameter 75 sampai 80nm termasuk anggota kelompok rhabdovirus

Replikasi virus

Sel otot lurik

Sistem saraf pusat

Saraf perifer

Sistem saraf otonom

Kelenjar saliva, ginjal, hepar, paru, jantung

Manifestasi klinis rabies dapat dibagi menjadi 4 stadium:


PRODMIRAL NON SPESIFIK: Parestesia, Fasikulasi pada daerah inokulasi virus, demam, sakit kepala, malaise, mialgia, mudah terserang lelah (fatigue), anoreksia, nausea, dan vomitus, nyeri tenggorokan dan batuk yang tidak produktif

FASE ENSEFALITIS: biasanya ditunjukkan oleh periode aktivitas motorik yang berlebihan, rasa gembira, dan gelisah. Muncul rasa bingung, halusinasi, combativeness, penyimpangan alur pikiran yang aneh, spasme otot, meningismus, posisi opistotonik, kejang, dan paralisis fokal

DISFUNGSI BATANG OTAK


kesulitan menelan - Gabungan salivasi yang berlebihan dan kesulitan menelan menimbulkan gambaran tradisional foaming at the mouth -Hidrofobia, kontraksi diafragma involunter, kuat dan nyeri, kontraksi otot respirasi tambahan, faringeal, dan laringeal yang dimulai dengan menelan cairan - Terkenanya nukleus amigdaloideus menyebabkan priapismus dan ejakulasi spontan -Pasien menjadi koma, dan terkenanya pusat respirasi menimbulkan kematian apneik

- Terkenanya saraf kranialis menyebabkan diplopia, kelumpuhan neuritis optik dan

Daya tahan hidup rata-rata setelah mulainya gejala adalah 4 hari, dengan maksimum 20hari, kecuali diberikan tindakan bantuan artifisial

JARANG SEMBUH

Darah Rutin Kimia darah Pemeriksaan Post morterm atau Biosi Otak (Isolasi Virus) Pemeriksaan Histologik atau Mikroskopik Pemeriksaan Titer Antibodi

1. Rabies Histerik 2. Tetanus 3. Ensefalitis

1.

2.

3.

Tidak ada terapi untuk penderita yang sudah menunjukkan gejala rabies; penanganan hanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal nafas Isolasi penderita penting segera setelah diagnosa ditegakkan untuk menghindari rangsangan-rangsangan yang dapat menimbulkan spasme otot dan mencegah penularan Penderita rabies dapat diberikan obat-obat sedatif dan analgesik secara adekuat untuk memulihkan ketakutan dan nyeri yang terjadi. Penggunaan obat-obat anti serum, anti virus, interferon, kortikosteroid dan imunosupresif lainnya tidak terbukti efektif

Komplikasi neurologik

Peningkatan tekanan intrakranial; kelainan pada hipotalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas hormon antidimetik (SAHAD)

Disfungsi Autonomik

Hipertensi, hipotensi, hipertemia/hipotermia, aritmia dan henti jantung

KOMPLIKASI

1. Penanganan luka 2. Profilaksis pasca paparan 3. Profilaksis pra-pemajanan 4. Efek samping/komplikasi vaksinasi

Kematian karena infeksi virus rabies boleh dikatakan 100% bila virus sudah mencapai sistem saraf pusat

Você também pode gostar