Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Suharto
Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair / RSUD Dr. Soetomo - Surabaya
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009
SUHARTO
DIAGNOSIS FISIK
Ilmu Diagnosis fisik :
- ilmu untuk membuat diagnosis suatu penyakit melalui pemeriksaan fisik - merupakan pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk dokter
Diagnosis fisik berdasar atas :
- symptom, keluhan (gejala klinik): manifestasi subyektif penderita anamnesis, history taking - sign (tanda klinik ): kelainan panderita yang diperoleh secara obyektif pemeriksaan fisik
SUHARTO DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009 2
SUHARTO
CLINICAL WORKUP
I. Identitas II. Keluhan utama III. Anamnesis IV. Pemeriksaan Fisik V. Laboratorium VI. Pemeriksaan khusus VII. Diagnosis atau diagnosis banding VIII. Pengobatan IX. Komplikasi X. Prognosis
SUHARTO DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009 5
DIAGNOSIS FISIK
III. Anamnesis ( autoanamnesis ) III. 1. Anamnesis khusus : - Riwayat penyakit sekarang - Riwayat penyakit diagnosis banding III. 2. Anamnesis medik dan penyakit dahulu III. 3. Anamnesis penyakit Keluarga III. 4. Anamnesis psikososial - Pendidikan dan sosio-ekonomi III. 5. Anamnesis makanan ( keadaan gizi ) III. 6. Anamnesis umum ( review of system )
SUHARTO DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009 6
SUHARTO
Identitas penderita
I. Nama lengkap
II.
Jenis kelamin
VII. Alamat
VIII. Hobby
SUHARTO DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009 8
IDENTITAS
Nama
: agama, suku, larangan, kebiasaan makan Jenis kelamin : insidens penyakit Umur : frekwensi penyakit Bangsa : kepekaan, frekwensi penyakit Suku : kebiasaan makan, frekwensi penyakit Agama : larangan makan Kawin / belum: jenis penyakit tertentu, Pekerjaan : penyakit kerja , jumlah kalori Alamat : status sosio-ekonomi, keadaan lingkungan
SUHARTO
Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang membuat penderita datang
SUHARTO
10
Anamnesis
Oto-anamneis : merupakan riwayat penyakit yang
SUHARTO
11
Anamnesis
Bertujuan untuk mendapatkan keterangan
mengenai
I.Gambaran penyakit yang sedang diderita II.Keadaan badan secara keseluruhan III.Riwayat penyakit dahulu IV.Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
SUHARTO
12
Anamnesis
Gambaran penyakit yang sedang diderita
1. Dimana tempat yang menimbulkan keluhan itu (lokalisasi) ?
2. Bagaimana jenis keluhan itu (kualitas) ? 3. Seberapa hebatnya keluhan itu (kuantitas) ?
ANAMNESIS KHUSUS
dalam bahasa / istilah penderita penderita bercerita dibimbing dokter kronologik sakit sekarang penjabaran keluhan utama keluhan akibat gangguan organ tubuh
banding
SUHARTO
14
Anamnesis
Keadaan badan secara keseluruhan
1. Kulit : warna kulit berubah, gatal, luka, petekie, tanda lahir,
Anamnesis
6. Mulut, faring, laryng : nyeri, gusi berdarah, gigi rusak, lidah pedih, tidak dapat mengecap rasa, sakit kerongkongan, suara parau, suara hilang, nyeri telan 7. Payudara : nyeri, bernanah atau keluar cairan, ada benjolan / tumor 8. Sistem hematopoeitik : gejala enemia, transfusi darah, mudah berdarah atau berdarah banyak bila menggosok gigi, haid berlebihan, kelenjar limpa membesar 9. Sistim pernafasan : batuk, jenis ludahm nyeri, sesak nafas, nafas pendek, mengik 10. Sistim kardiovaskuler : sakit dada, dispnoe deffort, ortopneau, paroxismal nocturnal dispneau, edema kaki, DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET palpitasi SUHARTO 2009 16
11. Sistim pencernaan : nafsu makan, rasa mual, muntah, hematemesis, sering salah telan, sakit didaerah ulu hati, sakit perut, diare, konstipasi, alergi makanan, dll 12. Sistim saluran kencing : sembab muka-kaki, disuria, poliuria, kencing batu, warna kencing, kencing nanah, tidak bisa kencing/ tak lancar 13. Sistim genital : haid, menarkhe, menopausee, metrorragia, menoragia, lekorea, nyeri, koreng 14. Sistim skelet : sakit tulang, sakit sendi, sakit pinggang, sendi kaku / bengkak, dll 15. Sistim endokrin : polidipsi, poliuri, polifagi, tremor, tak tahan panas, suara serak, berkeringat banyak, impoten, frigiditas,dll 16. Sistim saraf : kejang, pusing, sakit kepala, muntah projektil, stroke 17. Sistim mental : nervus, cepat marah, cepat lupa, insomnia, kompulsif, dll
SUHARTO DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009 17
SUHARTO
18
SUHARTO
19
SUHARTO
20
SUHARTO
21
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses membuat
diagnosis Dilakukan setelah anamnesis Dilakukan untuk menemukan tanda penyakit dengan cara : - melihat ( inspeksi ) - meraba ( palpasi ) - mengetuk ( perkusi ) - mendengarkan ( auskultasi ) - membau Prinsip pemeriksaan fisik : - teliti, sistimatis, manusiawi, analitis, cara yang benar Ketrampilan pemeriksaan fisik hanya dapat dipelajari dengan pengulangan-pengulangan, melakukan berkali-kali, latihan
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009
SUHARTO
22
SUHARTO
23
SUHARTO
24
METODE PEMERIKSAAN
1. Inspeksi , 2. Palpasi , 3. Perkusi, 4. Auskultasi PERLENGKAPAN DASAR UNTUK PEMERIKSAAN FISIK 1. Stetoskop, bell-diafragma 2. Sphygmomanometer 3. Termometer 4. Flaslight 5. Arloji 6. Tongue depressor
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET 2009
SUHARTO
25
PENTING
Anamnesis, pemeriksaan fisik, formulasi diagnosis
dan terapi merupakan tugas utama dokter Pada waktu menangani masalah : --> - deskripsi masalah, evaluasi ( assesment ), perencanaan Anamnesis dan pemeriksaan fisik dianggap baik bila - dilakukan sesuai dengan masalah pasien, - akurat - lengkap - koheren
SUHARTO
26
SUHARTO
27
- Ketepatan dan efisiensi pemeriksaan - Mengurangi ketidaknyamanan pasien dan pemeriksa Pada waktu melakukan pemeriksaan : - Konsentrasi pada bagian yang diperiksa, tidak canggung - Beri instruksi pada pasien sebelum pemeriksaan; 1. Penjelasan bagian yang diperiksa, 2. Tujuan / kegunaan pemeriksaan 3. Kerjasama pasien / apa yang harus dilakukan pasien - Ajak bicara selama pemeriksaan - Alat yang akan dipakai dalam jangkauan, alat dipakai sekali saja - Perubahan posisi sekali saja selama pemeriksaan
SUHARTO PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009 28
METODE PEMERIKSAAN
Pemeriksaan sebetulnya sudah dimulai saat bertemu pasien pertama
kali, selama observasi atau saat- saat tertentu, - perhatikan penampilan, cara bicara, sikap, keadaan fisiologis/ psikologis - sesuai tujuan pemeriksaan Pemeriksaan secara sistimatik: - inspeksi - palpasi - perkusi - auskultasi dilakukan pada setiap sistem organ Sesuai prosedur baku
SUHARTO
29
INSPEKSI
Memakai indera mata Bagian yang diperiksa terbuka Cahaya yang baik Perhatkan : - perubahan warna : ikterus, sianosis, pucat, hiperemis - bentuk - simetris, asimetris - diam, bergerak - penympangan dari normal - lesi: ulkus, tumor Jika mungkin, hasil observasi dinyatakan dalam ukuran : - panjang : diukur dengan penggaris - dibandingkan dengan normal
SUHARTO
30
PALPASI
Tindakan meraba dengan satu atau 2 tangan/ jari Menegaskan apa yang dilihat, menemukan yang tak terlihat Membedakanb :
- tekstur : dengan ujung jari (1/lebih ), kasar, lembut, nodul - dimensi: ukuran - konsistensi : dengan ujung jari, terrgantung densitas / ketegangan jaringan lunak, kenyal (seperti karet), keras (seperti batu) - suhu : perkiraan, memakai punggung ujung jari ( kulit tipis, bayak saraf), hangat, dingin - benjolan : bergerak ? - lembab, kering Balotement : mendeteksi benda yang bergerak dalam cairan Kejadian kejadian lain : getaran
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009
SUHARTO
31
PERKUSI ( 1 )
Mendengarkan bunyi dari hasil perbuatan kita Mengetuk dengan tangan/jari/alat, menimbulkan bunyi Mengetuk 2 kali, dengarkan dengan cermat Perjalanan gelombang suara ditentukan oleh kepadatan media yang
dilalui gelombang dan jumlah antar permukaan diantara media yang berbeda. Derajat penyebaran bunyi : resonansi Semakin sedikit jumlah antar permukaan, semakin baik penghantaran bunyi Bunyi yang melalui kulit, otot, lemak, tulang, cairan udara, tidak sebaik yang hanya melalui satu jaringan Udara/gas : paling resonan paru yang mengembang normal : bunyi standar; Diatas lambung : timpani; diatas hati : redup, diatas paha : pekak
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009
SUHARTO
32
PERKUSI ( 2 )
Cara :
1. Langsung : dengan ibu jari 2. Tidak langsung : - Jari tengah tangan kiri, ditekankan kuat pada kulit (pleksimeter) - Ujung jari tengah tangan kanan (pleksor) dengan cepat memgetuk jari tangan diatas kulit tersebut - gerakan pada persediaan pergelangan tangan, ketuk 2 kali, dengar Intensitas suara: tergantung keras/tidaknya memukul, --> menentukan dalamnya bunyi untuk diskriminasi Maksimum 7 cm Ruang tenang Membungkuk, mendengarkan suara Perubahan resonan ke redup lebih mudah dideteksi dibanding sebaliknya Perkusi daerah resonan dulu, baru daerah redup
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009
SUHARTO
33
AUSKULTASI ( 1 )
Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh
( dada : suara nafas, perut : bising usus dsb ) Penilaian : 1. frekwensi : jumlah getaran permenit - frekwensi tinggi --> bunyi nada tinggi - frekwensi rendah --> nada rendah 2. Intensitas : ukuran kuat lemahnya suara 3. Durasi : lama bunyi terdengar 4. Kualitas : warna nada, variasi suara Kemampuan mendengarkan bunyi terbatas : - makin rendah frekwensi, perlu intensitas makin keras - lebih mudah mendengar siulan lemah dari pada bunyi nada rendah dengan intensitas yang kuat Pada waktu auskultasi : ruangan harus tenang
SUHARTO PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009 34
AUSKULTASI ( 2 )
Cara : memakai stetoskop Stetoskop :
- menghantarkan, mengumpulkan, memilih frekwensi - kepala stetoskop : diletakkan diatas kulit --> mengumpulkan suara dari bagian tubuh dibawahnya 2 jenis kepala stetoskop: 1. Diafragma datar : respon paling baik dengan suara frekwensi tinggi, menghilangkan suara nada rendah 2. Bel : mengumpulkan bunyi nada rendah pada tekanan ringan. Bila ditekankan lebih keras, nada frekwensi tinggi terdengar lebih keras ( kulit dibawahnya teregang, menjadi semacam diafragma Hindari kebocoran suara : a.l ujung stetoskop cocok dengan lubang telinga ( ukuran, lengkungan, arah disesuaikan dengan lubang )
SUHARTO PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009 35
- ukuran manset disesuaikan pasien : gemuk, kurus, dewasa, anak ophthalmoskop : melihat bagian dalam mata otoskop : melihat saluran luar telinga, membran timpani Snellen Eye chart : tes visi mata, 11 baris spekulum hidung : melihat rongga hidung spekulum vagina : visualisasi vagina dan serviks garpu getar : persepsi pendengaran, rasa getar palu perkusi ( percussion hammer): mengetahui refleks tendon palu neurologik : + alat bulu/jarum untuk pemeriksaan sensoris timbangan berat badan penlight, meteran termometer tongue deppresor
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009 36
SUHARTO
POSISI PEMERIKSAAN
Perhatikan :privacy, bantuan posisi, lama pemeriksaan
1. Duduk : dikursi, ditempat tidur - kepala, leher, dada depan / belakang, jantung, paru, mama, ektremitas atas, vital sign, ekspansi paru 2. Supine position ( baring ) : kepala diberi bantal - kepala, leher dada depan paru, mama, jantung, abdomen, extremitas, nadi perifer 3. Dorsal recumbent position: baring, lutut ditekuk, telapak kaki menyentuh tempat tidur 4. Sims position : tidur miring, pemeriksaan rectum atau vagina 5. Prone position : telungkup : evaluasi sendi pinggul, punggung 6. Lithotomy position : telentang, fleksi lutut, - pemeriksaan rektum, vagina 7. Knee - chest position : pemeriksaan rektal 8. Erect position: evaluasi abnormalitas postural, langkah, keseimbangan
SUHARTO PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET 2009 37
BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH RUMAH SAKIT DOKTER RAMELAN SURABAYA 2009
Gejala (Symptom)
Nyeri perut
Mual dan muntah Perubahan defekasi Ikterus Perdarahan rektum
Massa
Distensi abdomen
Lain-lain
Kegawatan : * Hematemesis * Melena * Abdomen akutum (Peritonitis TBC = chess phenomen) * Appendiksitis akut (Mc Burney) * KET perforasi (Cullen sign) * Kolesistitis dengan ikterik
1. Persiapan klien
Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan,
termasuk penerangan untuk pengkajian Klien sebaiknya berbaring dengan badan bagian atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya berdiri disisi kanan klien. Minta klien untuk tidak berbicara selama pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa. Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan pola diet termasuk pemasukannya Apakah klien mendapat pengobatan untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan? Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.
murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis. Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh stres Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik.
atau penyakit jantung tersebut Apakah klien mengalami diabetes atau gejala awal diabetes, penyakit paru atau obesitas Tentukan apakah klien minum minuman mengandung kafein yang berlebihan. Kaji kebiasaan makan klien seperti mengkonsumsi lemak, natrium.
11 pola kes.fungsional (Gordon) Pola persepsi kes./menanganan kes. klien merasakan kondisi kes dan bgm menangani Pola nutrisi/metabolikgambaran pola makan dan kebut.cairan b/d kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi Pola eliminasi gambaran pola fungsi pembuangan (bab, bak, mel.kulit)
aktifitas, olahraga, santai, rekreasi Pola tidur-istirahat gambaran pola tidur, istirahat, dan relaksasi Pola kognitif dan perceptual gambaran pola konsep diri klien dan persepsi thd dirinya Pola peran/hubungan gambaran pola peran dalam berpartisipasi/berhubungan dg orang lain
kenyamanan/tidak nyaman dg pola seksualitas edan gambaran pola reproduksi Pola koping/toleransi stress gambaran pola koping klien secara umum dan efektifitas dalam toleransi thd stress Pola nilai/keyakinan gambaran pola nilai2, keyakinan2 9termasuk asfek spiritual), dan tujuan yg dapat mengarahkan menentukan pilihan/keputusan.
3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
b). Nadi
Kriteria keadaan nadi : Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit. Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit. Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup. Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau down stroke. Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah dalam arteri. Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi) dinding arteri.
Macam-Macam Denyut Nadi Nadi yang keras (augmented pulsation) Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus) Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat (pulsus parvus et tardus) Nadi yang terisi dengan cepat dan mengosong dengan cepat (rapid upstroke and collapsing pulse= Corrigan pulse)
obstruksi pada aliran keluar ventrikel kiri yang moderat disertai regurgitasi pada katup aorta berat (stenosis dan insufisiensi katup aorta) Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung yang rendah dengan elastisitas dinding arteri yang masih normal, misalnya pada kardiomiopati, tamponade jantung dan CHF berat
antara nadi yang relatif kuat diselingi oleh nadi yang lebih lemah (CHF) Pulsus paradoxus, terjadi karena pengurangan tekanan nadi yang berlebihan sampai 15 mmHg atau lebih pada waktu inspirasi (perikarditis)
dan diselingi oleh interval yang lebih panjang (KAP) Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih besar dari jumlah denyut nadi (fibrilasi atrial, ekstrasistol prematur)
C). Tekanan Darah Tekanan darah banyak bergantung pada : Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi jantung Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan oleh diameter pembuluh darah perifer. Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan kondisi dinding pembuluh darah perifer. Volum darah dalam arteri, menunjukkan jumlahnya darah intravaskular. Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan intravaskular.
metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori suhu badan diatur melalui pusat termoregulator di susunan saraf pusat autonom. Aliran darah melalui sistem kardiovaskular berperan untuk mendistribusikan panas ke seluruh tubuh.
6). Kepala
7). Mata
8). Mulut
9). Kuping 10. Muka 11). Leher 12). Vena Jugularis Eksterna
17). Dada Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal jantung. Di samping itu juga mempengaruhi faal pernapasan yang kemudian secara tidak langsung mempe ngaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja jantung
18). Pemeriksaan Perut Diperhatikan besar, bentuk dan konsistensi serta mencari ada tidaknya nyeri tekan. Hepato jugular reflux dapat diperiksa dengan menekan perut di kuadran atas, maka akan menambah pembendungan vena jugularis yang sudah meninggi. Keadaan ini dapat ditemukan pada gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif
b. Pemeriksaan Khusus
1). Inspeksi Perhatikan bentuk prekordial, apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris (voussure cardiaque), yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting pada permukaan dada ialah : garis tengah sternal (mid sternal line/MSL) garis tengah klavikular (mid clavicular line/MCL) garis anterior line (anterior axillary line/AAL) garis para sternal kiri dan kanan (parastrenal line/PSL)
2). Palpasi Jantung Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan di atas prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral.
3). Perkusi Jantung Cara Perkusi Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besamya jantung.
kiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol ke arah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu : kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya. Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir ejeksi sistolik, dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta dan membentur katup aorta yang baru tertutup rapat.
yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian.
kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi Jantung Tambahan Bunyi Ekstra Kardial Gerakan perikard (pericardial friction rub) terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur) Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat kerasnya suara dibedakan : Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus. Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah terdengar. Derajat II : bunyi bising agak keras. Derajat IV : bunyi bising cukup keras. Derajat V : bunyi bising sangat keras. Derajat VI : bunyi bising paling keras.
Tipe (konfigurasi) Bising Jantung Tipe bising jantung dibedakan : Bising tipe kresendi (crescendo murmur), mulai terdengar dari pelan kemudian mengeras. Bising tipe dekresendo (decrescendo murmur), bunyi dari keras kemudian menjadi pelan. Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-decrescendo = diamond shape) murmur yaitu bunyi pelan lalu keras kemudian disusul pelan kembali disebut ejection type. Bising tipe plateau (sustained plateau mumur) disebut juga bising pansistolik atau holosistolik. Keras suara bising kurang lebih menetap sepanjang fase sistolik, biasanya merupakan bunyi desiran yang disebabkan karena arus balik (regurgitasi) atau aliran abnormal melalui defek septum interventrikular.
Kualitas Bunyi (Timbre) Kualitas bunyi dibedakan : Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari bunyibunyi dengan frekuensi dari satu atau beberapa gelombang nada dasar. Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu terdengar seperti suara meniup dengan nada yang rendah. Bising dengan suara desiran (harsh) berupa desir halus, seperti suara meniup dengani nada yang tinggi. Bising dengan suara geram (rumbling), terdengar seperti suara menggeram yang agak keras dengan nada yang rendah
SUHARTO
96