Você está na página 1de 56

Asuhan Keperawatan H5N1 & H1N1

Presented by:
Rendra Tri Saputra Herdian Putri Rahayu Hera Violita Fahmilia

Mengenal Virus Influenza

Influenza
Merupakan penyakit berupa infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus influenza 3 tipe virus influenza - tipe A - tipe B - tipe C

Merupakan virus golongan orthomyxoviridae Virus ini berukuran antara 80-200 nm Struktur antigenik virus : -antigen S (atau soluble antigen) -hemaglutinin -neuramidase

Influenza A selanjutnya dibagi menjadi galur (strain) dengan serotipe berbeda yang beredar dalam populasi dengan pola tahunan. Pada influenza A terdapat 16 jenis protein hemaglutinin (H1-16) dan 9 protein neuraminidase (N1-9). Dengan demikian ada banyak sekali kombinasi varian galur virus influenza A.

Avian Influenza (H5N1)

Definisi
Avian influenza atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah flu burung, merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan dari unggas.

Etiologi
Disebabkan virus influenza tipe A dengan subtipe H5N1 Unggas secara umum dan unggas air khususnya merupakan induk semang (reservoir) alami bagi virus influenza A. Pada dasarnya semua virus influenza A dapat menginfeksi unggas sehingga semua virus influenza A dapat disebut sebagai avian influenza. Pada unggas, replikasi virus untamanya berlangsung di saluran gastro-intestinal, dan virus dapat ditularkan melalui feses unggas

epidemiologi
Sumber penularan virus influenza A (H5N1) terhadap manusia adalah unggas Kuda dan babi juga dapat menjadi sumber infeksi virus Avian influenza karena hewan-hewan tersebut merupakan hospes reservoir virus H5N1 biasanya tidak menginfeksi manusia, namun pada tahun 2003 sejumlah hampir 400 orang berasal dari 12 negara dilaporkan terserang virus influenza yang ganas ini

Penularan virus influenza : Melalui droplet Kontak langsung dengan unggas yang sakit Melalui tinja unggas Penularan virus H5N1 dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi.

Manifestasi Klinis
gejala yang hampir selalu dijumpai adalah: demam (89-100%) batuk (71-90%) sesak (44-94%).

Sesudah melewati masa inkubasi selama 1-3 hari, penderita flu burung akan mengalami demam dengan menggigil sakit kepala Malaise lemah badan nyeri otot diare konjungtiva merah.

Patogenesis
Melalui inhalasi virus influenza masuk ke saluran pernapasan. Virus melekat pada sel pejamu melalui hemaglutinin sebagai kunci pembuka channel yaitu asam sialat -2,3 pada epitel respiratori dan masuk ke dalam vakuol sel secara endositosis. Virus bereplikasi dimana replikasi ini terbatas pada sel epitel respiratori, replikasi virus ini berlangsung 10-14 hari.

Cont...

pathway

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan penunjang - pemeriksaan laboratorium kelainan yang ditemukan pada tubuh (hematologi, AGD, pemeriksaan kimia darah) & pemeriksaan untuk mengetahui virus penyebabnya. -serologis Deteksi antibodi anti-H5

Cont...
- mikrobiologi *real time reverse transcriptase chain reaction (RT-PCR) *Spesimen usap tenggorok & usap hidung - Pencitraan avian influenza A/H5N1 hampir selalu menunjukkan kelainan pada foto toraks. Gambarannya bisa sangat bervariasi seperti infiltrat interstisial, infiltrat lobaris, kolaps-konsolidasi dan air bronchogram.

Pencegahan
Imunisasi Vaksin diberikan secara IM, untuk imunisasi primer pada anak <9 tahun vaksin diberikan 2 kali selang 1 bulan, setelah itu vaksin diberikan setahun sekali. Dosis 0,25 ml siberikan pada bayi 6-36 bulan dan dosis 0,5 ml untuk anak 3-8 tahun. Profilaksis Amantadin, rimantandin, dan oseltamivir diberikan sebagai profilaksis untuk orang dengan atau tanpa imunisasi influenza selama wabah influenza. Dosis sama dengan terapi, namun hanya diberikan satu kali sehari selama 10 hari. Pengendalian pandemik Intervensi non-medis merupakan langkah pengendalian pertama dan utama. Ini mencakup isolasi, lacak sumber, dan pembatasan perjalanan (domestik dan internasional), dan peliburan tempat massal seperti sekolahan dan kantor.

Komplikasi
pneumonitis (3%) laringotrakeobronkitis dan bronkiolitis otitis media, pneumonia bakterial sekunder eksaserbasi penyakit pernapasan kronik

Diluar s. pernapasan -sindrom kelelahan pasca infeksi virus Sindom Guillain Barre, mielitis, ensefalitis - Sindrom reye - miositis dan mioglobinuria - miokarditis dan perikarditis

Penatalaksanaan Terapi
Terapi Antiviral -inhibitor neuraminidase: oseltamivir dan zanamivir - penghambat protein M2 : amantadin dan rimantadin Antibiotik mencegah infeksi sekunder

Swine Influenza (H1N1)

definisi
Flu babi (swine influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza tipe A yang biasanya mengifeksi babi yang disebut swine influenza virus (SIV).

etiologi
Penyebab penyakit saluran pernafasan pada babi adalah virus influensa tipe A yang termasuk Famili Orthomyxoviridae. Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm.

Manifestasi klinis
Demam Batuk Pilek sakit tenggorokan sakit seluruh badan sakit kepala Menggigil rasa lelah diare dan muntah-muntah

patogenesis
Virus masuk melalui inhalasi Virus menempel pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9

Cont...
Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paruparu karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumonia enzootica babi yang dapat bertahan lama. Pneumonia sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada beberapa kasus dan merupakan penyebab kematian

pathway

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium: -pemeriksaan hematologi (hb, leukosit, trombosit, limfosit total), pemeriksaan kimia darah, analisis gas darah, pemeriksaan lab sesuai dengan perjalanan penyakit dan pemeriksaan radiologis. -Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan adanya infeksi flu babi pada manusia adalah hasil biakan virus positif Influenza A (H1N1) atau hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H1 Serologis pemeriksaan laboratorium antibodi spesifik pada 1 spesimen serum tertentu untuk virus influenza A (H1). Tetapi pemeriksaan ini masih belum terlalu sensitif. Bila hasilnya positif masih dianggap kategori kasus probable (diduga).

Cont...
Pemeriksaan laboratorium lainnya bukan untuk memastikan adanya infeksi flu babi. Tetapi hanya sebatas untuk membantu menilai prognosis, menentukan jenis tindakan serta untuk menyingkirkan diagnosa banding penyakit lainya. Pemeriksaan rutin tersebut adalah pemeriksaan darah lengkap ( hemoglobin, hitung lekosit, hitung jenis lekosit, trombosit, laju endap darah), albumin, globulin, SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, kreatin kinase dan analisa gas darah. Pemeriksaan mikrobiologi yang diperlukan adalah pemeriksaan gram dan basil tahan asam atau kultur sputum dan usap tenggorokan. Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab tenggorok hanya bisa dilakukan untuk melihat virus tipe A.

Komplikasi
Pseudorabies (Aujeszky's disease) Haemophillus parasuis Mycoplasma hyopneumonia Actinobacillus (H) pleuropneumonia Pasteurella multocida Investasi cacing paru

Penatalaksanaan terapi
Pengobatan flu babi yaitu dengan pemberian obat anti virus Tamiflu (oseltamifir) atau Relenza (zanamivir) dapat meringankan gejala klinis penyakit dan keluhan penderita. Selain itu komplikasi yang berat dapat dicegah. Obat antivirus harus diberikan segera, tidak lebih dari dua hari sesudah timbulnya gejala. Selain pemberian obat antivirus, pengobatan palliative dengan perawatan yang baik di rumah maupun di rumah sakit, terutama untuk mengatasi demam dan mengatur keseimbangan cairan.

video

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Identitas klien Keluhan utama Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Riwayat psikososial dan spiritual Pola-pola fungsi kesehatan - Pola nutrisi dan metabolisme - Pola sensori dan kognitif - Pola hubungan dan peran - Pola eliminasi - Pola reproduksi dan seksual - Pola aktivitas dan latihan - Pola penanggulangan stress - Pola tidur dan istirahat - Pola persepsi dan konsep diri - Pola tatanilai dan kepercayaan

cont...
Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum: Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat, konjungtiva kemerahan. b) Review of system: - Sistem Kardiopulmonal: Hidung berair (rhinorea), terdapat eksudat, oklusi/sumbatan, peningkatan RR, batuk, takikardi - Sistem Muskuloskeletal: nyeri pada otot - Sistem Gastrointestinal: klien merasa mual, muntah dan kurang nafsu makan.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sesak napas Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan napas Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (inflamasi) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan gerakan peristaltik usus Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi

Intervensi
Dx 1: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sesak napas Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu rasional: Untuk membuka jalan napas klien Posisikan pasien posisi yang nyaman rasional: memaksimalkan ventilasi Monitor respirasi dan status O2 rasional: untuk mengetahui tindakan apa yang selanjutnya dilakukan Kolaborasi dengan berikan terapi oksigen rasional: untuk membantu pernapasan klien

Cont...
Auskultasi dada bagian anterior rasional: Untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi napas tambahan. Anjurkan pasien untuk minum dengan air hangat rasional: Untuk mengencerkan sputum Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam rasional: Napas dalam memudahkan ekspansi maksimal paru-paru dan teknik batuk efektif dapat membantu pengeluaran sputum. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran dan bronkodilator rasional: Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.

Cont...
Dx 3: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (inflamasi) Kaji lokasi dan skala nyeri rasional: Untuk menentukan rencana yang tepat Monitoring TTV rasional: Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis seperti relaksasi, guide imagery rasional: Untuk mengurangi nyeri dan mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri. Monitoring perubahan karakteristik nyeri rasional: Perubahan dapat mengindikasikan komplikasi. Kolaborasi pemberian anlgesik sesuai indikasi rasional: Membantu mengurangi nyeri

Cont...
Dx 4: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan gerakan peristaltik usus Monitor tanda-tanda dehidrasi rasional: Menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan. Monitoring vital sign rasional: Untuk mengetahui perkembangan kondisi klien dan status kesadaran klien. Monitor status cairan intake maupun output rasional: Menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan. Monitoring status nutrisi rasional: Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi. Kolaborasi pemberian IV rasional: Meningkatkan intake cairan yang lebih

Cont...
Dx 5: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah Monitor vital sign rasional : Untuk mengetahui status/kondisi klien Berikan makan sedikit tapi sering rasional : Mempertahankan nutrisi agar tetap adekuat Sajikan makanan dalam porsi hangat rasional : Makanan hangat dapat mengurangi rasa mual dan meningkatkan nafsu makan Jauhkan dari benda-benda yang berbau tajam rasional : Benda-benda berbau tajam dapat menimbulkan rasa mual Pemberian obat anti emetik rasional : Pemberian therapy untuk mengurangi mual

Dx 6: Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus Monitor suhu minimal tiap 2 jam. Untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi. rasional: Untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi Monitor warna dan suhu kulit rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda infeksi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi rasional: Dapat membantu mengganti cairan tubuh yang hilang Lakukan kompres hangat pada lipat paha dan aksila rasional: Dapat membantu mengurangi demam Kolaborasi pemberian antipiretik rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral nya di hypothalamus.

Cont...

Cont...

Dx 7: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar informasi (mental, kemampuan untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya). rasional: Agar mengetahui keadaan klien dalam pemberian informasi. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya mengenai penyakit. rasional: Untuk mengetahui pengetahuan klien tentang penyakitnya. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, penyebab, faktor resiko, komplikasi dan pencegahan). rasional: Klien mengetahui mengenai proses penyakit (pengertian, penyebab, faktor resiko, komplikasi dan pencegahan).

Mendiskusikan tentang perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol proses penyakit. rasional: Dengan gaya hidup yang baik dapat mengontrol proses penyakit dan mencegah komplikasi. Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek samping. rasional: Dapat meminimalkan efek samping yang terjadi. Diskusikan mengenai pilihan terapi atau peralatan rasional: Dengan mendiskusikan hal tersebut dapat membuat terapi medikasi menjadi teratur. Menanyakan kembali pada klien mengenai informasi penyakit yang telah diinformasikan untuk menilai pemahaman klien tentang penjelasan yang diberikan. rasional: Untuk mengevaluasi pemahaman klien tentang penyakitnya setelah diberikan informasi oleh perawat.

Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

Evaluasi
Dx 1: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sesak napas kriteria hasil: DS: Klien mengatakan bahwa terasa nyaman saat bernapas DO: - RR normal (16 20 X/menit) - Pasien tidak terlihat cemas - Tidak terdengar suara napas tambahan.

Cont...
Dx 2: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan napas kriteria hasil: DS: Klien mengatakan bahwa terasa nyaman saat bernapas DO: - RR normal (16 20 X/menit) - Pasien tidak terlihat cemas - Tidak terdengar suara napas tambahan.

Cont...
Dx 3: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (inflamasi) kriteria hasil: DS: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang DO: - Skala nyeri pasien berkurang atau 0 - TTV dalam batas normal (BP: 110/70 120/80 mmHg, HR 60 100 X/menit, RR 16 20 X/menit) - Pasien tidak tampak meringis.

Cont...
Dx 4: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan gerakan peristaltik (diare) kriteria hasil: DS: Klien mengatakan tubuh terasa segar DO: Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Cont...
Dx 5: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah kriteria hasil : DS: klien mengatakan mual berkurang klien mengatakan terjadi peningkatan nafsu makan DO: klien mampu menghabiskan porsi makannya.

Cont...
Dx 6:Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus kriteria hasil: DS: Klien mengatakan tubuh terasa nyaman DO: Suhu tubuh pasien normal ( 36,50 C 37,50 C) Kulit pasien tidak teraba hangat Kulit pasien tidak tampak kemerahan

Cont...
Dx 7: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi kriteria hasil: DS: Klien mengatakan mengerti tentang penyakit yang dialaminya. DO:Klien familiar dengan proses penyakit. Klien dapat mendiskripsikan faktor penyebab. Klien dapat mendiskripsikan faktor resiko. Klien dapat mendiskripsikan komplikasi. Klien dapat mendiskripsikan pencegahan.

Thankyou

Any Questions???

Você também pode gostar