Você está na página 1de 19

REFERAT

ANKILOSTOMIASIS
Oleh
Mukhammad Nursalim
082011101006
Pembimbing:
dr. Yuli Hermansyah, Sp. PD
SMF Ilmu Penyakit Dalam
RSD dr. Soebandi Jember
2014
PENDAHULUAN
Ankilostomiasis merupakan infeksi cacing tambang yang
disebabkan oleh cacing Necator Americanus, ancylostoma
duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma
Braziliensis, Ancylostoma canium, Ancylostoma
malayanum.
Cacing tambang fasilitas sanitasinya buruk, tinja kurang
dikelola secara baik serta kebiasaan berjalan kaki di tanah
tanpa menggunakan alas kaki.

RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
ETIOLOGI
Disebabkan oleh cacing tambang yaitu :
Ancylostoma duodenale
Necator americanus

RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
MORFOLOGI
A. duodenale
Lebih besar dari N. americanus
Ukuran jantan < betina
Bisa memproduksi telur 10.000-
25.000 per hari
2 pasang gigi ventral seperti kait
menonjol
Jantan memiliki bursa copulatriks
menghisap potongan
jaringan
Mampu menghisap darah 0,20 ml
per cacing per hari
Menyerupai huruf C
N. americanus
Ukuran Betina > jantan
Bisa memproduksi telur 10.000-
20.000 per hari
Memiliki cutting plate
Jantan memiliki bursa copulatriks
menghisap potongan
jaringan
Mampu menghisap darah 0,03 ml
per cacing per hari
Bentuknya menyerupai huruf S

RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University

Telur hookworm satu lapis dinding
yang tipis dan adanya ruangan yang
jelas antara dinding dan terdapat 2
4 sel di dalamnya. Telur keluar
bersama tinja dan berkembang di
tanah. Ukuran telur A. duodenale 56
60 m x 36 40 m, telur N.
americanus 64 76 m x 36 40
m.
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
Scanning electron micrograph of the mouth capsule
of Ancylostoma duodenale, note the presence of
four "teeth," two on each side.
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University

Scanning electron micrograph of the mouth capsule of
Necator americanus, another species of human
hookworm. Note the presence of two cutting "teeth.
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
EPIDEMIOLOGI
Infeksi cacing tambang dari populasi dunia (tropis
dan subtropis)
N. americanus di negara barat (tropis) seperti Afrika,
asia tenggara, indonesia, australia, dan kepulauan pasifik
serta beberapa bagian amerika
A. duodenale di mediterania, asia utara, india utara,
cina dan jepang.
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University

Siklus hidup
dan
patofisiologi
MANIFESTASI KLINIS
Stadium larva (ankilostomiasis akut)
Larva yang berhasil menembus kulit akan menyebabkan
reaksi hipersensitifitas berupa eritema makulopapuler yang
sangat gatal (ground itch)
Larva yang bermigrasi ke paru menimbulkan batuk, sesak,
pneumonia (lofflers syndrome)
Stadium dewasa (ankilostomiasis kronis)
Anemia ( pucat, lemah, lesu, sukar konsentrasi, pusing,
berdebar-debar) 10-20 mingggu (500 cacing dewasa)
Malnutrisi
Gejala GIT ( mual, kembung, diare, nyeri perut)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tinja :
Ditemukan telur cacing tambang.
u/ membedakan kedua spesies : faecal smear pada filter
paper strip Harada-Mori.
Hitung Jumlah telur cacing tambang cellophane thick
smear (Kato) derajat penyakit cacing tambang.
Darah :
Hapusan darah : anemia defisiensi besi (hipokrom mikrositer)
Eosinofilia : 70 80% kasus
Hipoalbuminemia
Leukosit umumnya normal.
Peningkatan IgE dan IgG4, tetapi pemeriksaan IgG4 tidak
direkomendasikan karena tinggi biayanya.


RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti :
Menemukan telur cacing dalam tinja segar,
menemukan larva didalam tinja lama, atau
menemukan cacing dalam tinja)
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
PENATALAKSANAAN
Perbaikan gizi : diet tinggi kalori dan tinggi protein
Atasi anemia :
pemberian preparat besi (sulfas ferosus 3x200 mg/hari)
bila Hb < 5 g/d L, sebelum memulai pemberian antihelmintik
dapat di koreksi dengan tranfusi darah
Antihistamin antipruritus
Berikan obat cacing :
Tetrachlorethylene 0,1 mg/kgBB (perut kosong)
Bephenium hydroxynaphtoate (alcopar) 5 gram
(puasa min 2 jam)
Thiabendazole 25 mg/kgBB , 2 kali perhari
Mebendazole 2x100 mg/hari selama 3 hari
Pirentel pamoat 10 mg/kgBB
Tetramizole 2,5 mg/kgBB
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
KOMPLIKASI
Kerusakan kulit dermatitis berat bila pasien
sensitif
Anemia berat payahjantung
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
PROGNOSA
Pengobatan adekuat, meskipun telah terjadi
komplikasi prognosa tetap baik
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
PENCEGAHAN
1. Sanitasi lingkungan,
2. Perlindungan tiap individu yakni salah satu
caranya dengan menggunakan sandal atau
sepatu untuk menghindari kontak dengan larva
terutama bila kontak dengan tanah.
3. Edukasi kesehatan,
4. Menjaga higienitas permukiman,
5. Mengobati pasien dan pembawa.


RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University
Terima Kasih
RSD. dr. Soebandi
Jember
Medical Faculty of J ember University

Você também pode gostar