Drug Eruption

Umar
201310330311169

Definisi dan Patofisiologi

Pada cutaneuous, reaksi pada obat bisa terjadi
melalui obat immunologik maupun nonimunologic.
Paling sering pada non imunologic (eg; drug
rash)
Pseudoallergic ; merupakan salah satu contoh.
Obat dan agen nya
opiates, aspirin, vancomycin, and radiocontrast media

 Hypersensitive reaction ( immunologic basis)

Type I, immunoglobulin E (IgE)-dependent
reactions (urticaria, angioedema, anaphylaxis)
Type II, cytotoxic reactions (drug-induced
pemphigus).
Type III, immune-complex formation (vasculitis,
serum sickness-like reaction).
Type IV, delayed type hypersensitivity, cellmediated mechanism (exanthems, fixed drug
eruption, lichenoid eruption)

Manifestasi klinis

Urtikaria

 Merupakan cutaneuous drug eruption paling

sering terjadi.
Terjadi karena pseudoallergiz, type I, type III
Biasanya angiodema juga ikut terjadi.
<24 hour.

Eritmea Multiforme

Evaluasi
1. Perhatikan benar apa yang tampak di kulit itu sendiri.
Many types of drugs can produce identical
eruptions; the morphology of the rash usually gives
little clue as to the causative agent.
2. Perhatikan DD, apakah itu benar benar drug eruption
atau yang lain
Consider differential diagnoses such as infections,
collagen-vascular disease, primary skin conditions and
neoplasia.

3. Detailkan tentang drug History nya

seperti contoh, DIL (drug induced lupus)
biasanya kan tidak menimbulkan manifestasi
klinis setelah lebih dari 1 tahun.

Therapy
Hentikan pemakaian obat nya.
Gunakan antihistamines PO.
Sejukan dengan air yang hangat ( hangat hangat
kuku), bisa menggunakan Aveeno atau
cornstarch
Topical steroids.
Jika didapati sign and symptoms yang parah,
penggunaan sistemik kortiko steroid (seperti
Prednisone, dimulai at 60 mg)

Referensi
Field Guide to Clinical Dermatology, 2ed. 2006
Manual of Dermatologic Therapeutics, 7th ed.
2007